Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosialisasi merupakan proses belajar warga masyarakat suatu kelompok kebudayaan tentang nilai-
nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat itu. Dalam masyarakat sosialisasi sangat dibutuhkan karena
pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan orang lain untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Sosialisasi politik merupakan instrumen yang berupaya melestarikan sebuah
sistem politik. Melalui serangkaian mekanisme dalam sosialisasi politik, individu dari generasi
selanjutnya dididik untuk memahami definisi, cara, dan tujuan sistem politik yang berlangsung dalam
suatu negara.

Penyesuaian sosial diperlukan pada saat individu menghadapi kondisi dan situasi lingkungan baru yang
memerlukan respon tertentu. Dalam perkembangan kebudayaan, sosialisasi berfungsi sebagai sarana
internalisasi secara dinamis nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat dari generasi yang lebih tua ke
generasi yang lebih muda. Melalui sosialisasi, kontrol sosial menjadi kontrol internal yang pada
perkembangan berikutnya akan timbul kesadaran mandiri dalam diri generasi muda.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Sosialisasi Politik?


2. Apa fungsi Sosialisasi Politik itu sendiri?
3. Siapa saja agen-agen yang mempengaruhi Sosialisasi Politik?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari sosialisasi politik.


2. Untuk mengetahui fungsi adanya sebuah sosialisasi politik dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Untuk mengetahui secara real agen-agen yang mempengaruhi terjadinya sebuah sosialisasi politik.
BAB II

ISI

A. Pengertian Sosialisasi Politik

Menurut David F. Aberle, sosialisasi yaitu pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah
laku, yang menanamkan pada individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-
motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang
tengah diantisipasikan . . . (dan yang terus berkelanjutan) sepanjang kehidupan manusia normal,
sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.

Menurut Irvin L. Child, sosialisasi yaitu segenap proses dengan mana individu, yang dilahirkan dengan
banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang
dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterimakan olehnya sesuai dengan
standar-standar dari kelompoknya.

Menurut S.N. Eisenstadt, sosialisasi yaitu komunikasi dengan dan dipelajari dari manusia lainnya,
dengan siapa individu itu secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum.
Jelas sekali, bahwa definisi-definisi ini mempunyai banyak sekali persamaan; dan secara efektif
mengetengahkan beberapa segi penting sosialisasi. Pertama, sosialisasi secara fundamental
merupakan proses hasil belajar, belajar dari penalaman, atau seperti yang dinyatakan oleh Aberle
sebagai “pola aksi-aksi”. Kedua, memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dalam
batas-batas yang luas; dan lebih khusus lagi, berkenaan dengan pengetahuan atau informasi, motif-
motif (atau nilai-nilai) dan sikap-sikap. Ketiga, sosialisasi itu tidak perlu dibatasi sampai pada masa usia
kanak-kanak dan masa remaja saja, akan tetapi sosialisasi tetap berlanjut sepanjang kehidupan.

Maka dapat ditegaskan, bahwa sosialisasi merupakan pra-kondisi yang diperlukan bagi aktivitas
sosial, dan baik secara implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.

Sedangkan politik berasal dari bahasa Yunani, polis yang artinya negara-kota. Secara
umum politik ialah berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Jadi, menurut
kamisosialisasi politik merupakan suatu proses belajar individu mengenai pola tingah laku sosialnya
dalam suatu negara dengan maksud untuk mencapai suatu kebutuhan tertentu.

Menurut beberapa ahli seperti David Easton dan Jack Dennis, sosialisasi politik merupakan suatu
proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah
lakunya.

Michael Rush dan Phillip Althoff merupakan dua orang yang memperkenalkan teori sosialisasi politik
melalui buku mereka Pengantar Sosiologi Politik. Dalam buku tersebut, Rush dan Althoff menerbitkan
terminologi baru dalam menganalisis perilaku politik tingkat individu yaitu sosialisasi politik. Sosialisasi
politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang
kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sistem politik dapat saja
berupa input politik, output politik, maupun orang-orang yang menjalankan pemerintahan.

B. Fungsi Sosialisasi Politik

Tujuan sosialisasi secara esensial adalah untuk dapat mengantarkan generasi muda pada kebutuhan
dan tuntutan untuk terus dapat bertahan hidup di dalam bidang fisik maupun sosial budaya (Stephan &
Stephan, 1990)

Fungsi sosialisasi menurut Rush dan Althoff adalah:

1. Melatih individu
2. Memelihara sistem politik
Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku di dalam sebuah
sistem politik. Misalnya di Indonesia menganut ideologi negara yaitu Pancasila. Oleh sebab itu sejak
sekolah dasar hingga perguruan tinggi diberlakukan pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Ini merupakan proses pelatihan yang dilakukan negara terhadap warga negaranya.
Pelatihan ini memungkinkan individu menerima atau melakukan penolakan atas tindakan pemerintah,
mematuhi hukum, melibatkan diri dalam politik, atau memilih dalam pemilihan umum.

Selain itu, sosialisasi politik juga bertujuan untukmemelihara sistem politik dan pemerintahan yang
resmi. Apa jadinya suatu negara atau bangsa jika warga negaranya tidak tahu warna bendera sendiri,
lagu kebangsaan sendiri, bahasa sendiri, atau pun pemerintah yang tengah memerintahnya sendiri?
Mereka tentunya akan menjadi warga negara tanpa identitas.

Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat tiga cara, yaitu
imitasi, intruksi, dan motivasi.

 Imitasi
Melalui imitasi, seorang individu meniru tingkah laku individu lainnya. Misalnya, Gus Dur adalah anak
dari K.H. Wahid Hasyim dan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari. Gus Dur sejak
kecil akrab dengan lingkungan pesantren dan budaya politik Nahdlatul Ulama, termasuk dengan kiai-
kiainya. Budaya tersebut mempengaruhi tindakan-tindakan politiknya yang cenderung bercorak Islam
moderat seperti yang ditampakkan organisasi Nahdlatul Ulama secara umum.

 Intruksi
Cara melakukan sosialisasi politik yang kedua adalah instruksi. Gaya ini banyak berkembang di
lingkungan militer ataupun organisasi lain yang terstruktur secara rapi melalui rantai komando. Melalui
intruksi, seorang individu diberitahu orang lain mengenai posisinya di dalam sistem politik, apa yang
harus mereka lakukan, bagaimana, dan untuk apa. Cara intruksi ini juga terjadi di sekolah-sekolah,
dimana guru mengajarkan siswa tentang sistem politik dan budaya politik yang ada di negara mereka.

 Motivasi
Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhir adalah motivasi. Melalui cara ini, individu langsung
belajar dari pengalaman, membandingkan pendapat dan tingkah sendiri dengan tingkah orang lain.
Bisa saja seorang individu yang besar dari keluarga yang beragama secara puritan ketika besar
bergabung dengan kelompok politik yang bercorak sekular. Misalnya ini terjadi pada Tan Malaka. Tokoh
politik Indonesia asal Minangkabau ini ketika kecil dibesarkan di dalam lingkungan Islam pesantren,
tetapi ketika besar ia merantau dan menimba bermacam-macam ilmu dan akhirnya bergabung dengan
komintern. Meskipun menjadi anggota organisasi komunis internasional, yang tentu saja bercorak
sekular, ia tetap tidak setuju dengan pendapat komintern yang menilai gerakan pan islamisme sebagai
musuh. Namun tetap saja, Tan Malaka menempuh cara sosialisasi politik yang bercorak motivasi.

Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimana individu
berada, selain itu juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya. Oleh
karena itu sosialisasi politik dalam beberapa hal merupakan konsep kunci sosiologi politik. Pertama,
ketiga konsep lain mengenai partisipasi, pengrekrutan dan komunikasi erat berkaitan dengan
sosialisasi politik. Partisipasi dan pengrekrutan merupakan variabel-variabel dependen yang parsial
dari sosialisasi dan komunikasi, karena keduanya menyajikan elemen dinamis dalam sosialisasi.

Kedua, sosialisasi politik memperlihatkan interaksi dan interdependensi perilaku sosial dan perilaku
politik. Dan pada akhirnya, sebagai akibat wajar yang penting dari interaksi dan interdependensinya, ia
menunjukkan interdependensi dari ilmu-ilmu sosial pada umumnya, sosiologi, dan ilmu politik pada
khususnya.

C. Agen Sosialisasi Politik


Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Agen inilah yang melakukan kegiatan
memberi pengaruh kepada individu. Rush dan Althoff menggariskan terdapatnya lima agen sosialisasi
politik yang umum diketahui, yaitu keluarga, sekolah, peer groups, media massa, pemerintah, dan
partai politik.

 Keluarga
Keluarga merupakan primary groups dan agen sosialisasi utama yang membentuk karakter politik
individu karena mereka adalah lembaga sosial yang paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi
pengaruh yang besar terhadap pandangan politik seorang individu. Soekarno misalnya, memperoleh
nilai-nilai penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunya yang merupakan
keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan raja-raja Bali dalam menentang Belanda di saat
mereka tengah berbicara. Cerita-cerita tersebut menumbuhkan kesadaran dan semangat Soekarno
untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsanya yang terjajah Belanda.

 Sekolah
Selain keluarga, sekolah juga menempati posisi penting sebagai agen sosialisasi politik. Sekolah
merupakansecondary group. Kebanyakan dari kita mengetahui lagu kebangsaan, dasar negara,
pemerintah yang ada, dari sekolah. Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional selalu tidak terlepas
dari pantauan negara karena peran pentingnya ini.

 Peer Group
Agen sosialisasi politik lainnya adalah peer group. Peer group masuk kategori agen sosialisasi
politik primary group. Peer group adalah teman-teman sebaya yang mengelilingi seorang individu. Apa
yang dilakukan oleh teman-teman sebaya tentu saja sangat mempengaruhi beberapa tindakan kita.
Tokoh semacam Moh. Hatta banyak memiliki pandangan yang sosialistik saat ia bergaul dengan
teman-temannya ketika ia kuliah di Belanda. Melalui kegiatannya dengan kawan sebaya tersebut, Hatta
mampu mengeluarkan konsep koperasi sebagai lembaga ekonomi khas Indonesia di kemudian hari.
Demikian pula pandangannya atas sistem politik demokrasi yang bersimpangan jalan dengan
Soekarno di masa kemudian.

 Media Massa
Media massa merupakan agen sosialisasi politiksecondary group. Tidak perlu disebutkan lagi pengaruh
media massa terhadap seorang individu. Berita-berita yan dikemas dalam media audio visual (televisi),
surat kabar cetak, internet, ataupun radio, yang berisikan perilaku peerintah atau partai politik banyak
mempengaruhi kita. Meskipun tidak memiliki kedalaman, tetapi media massa mampu menyita perhatian
individu karena sifatnya yang terkadang menarik atau cenderung berlebihan.

 Pemerintah
Pemerintah merupakan agen sosialisasi politiksecondary group. Pemerintah merupakan agen yang
memiliki kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah yang menjalankan sistem politik dan
stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan diri dalam politik pendidikan, di mana beberapa mata
pelajaran ditujukan untuk memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu
kebangsaan, dan sejenisnya. Pemerintah juga secara tidak langsung melakukan sosialisasi politik
melalui tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi afektif individu bisa terpengaruh
dan mempengaruhi budaya politiknya.

 Partai Politik
Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik biasanya membawakan
kepentingan nilai spesifik dari warga negaranya, seperti agama, kebudayaan, keadilan, nasionalisme,
dan sejenisnya. Melalui partai politik dan kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di
negara, pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang,
dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala
politik. Sosialisasi politik juga merupakan suatu proses belajar individu mengenai pola tingah laku
sosialnya dalam suatu negara dengan maksud untuk mencapai suatu kebutuhan tertentu.

Fungsi sosialisasi menurut Rush dan Althoff adalah melatih individu dan memelihara sistem politik.
Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat tiga cara, yaitu
imitasi, intruksi, dan motivasi.

Agen-agen yang mempengaruhi sosialisasi politik dibagi 2, yaitu primary groups terdiri dari keluarga
dan teman sebaya (peer group), dan secondary groups terdiri dari sekolah, pemerintah, media massa,
dan partai politik.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Seta. 2012. Pengantar Ilmu Politik. Jogjakarta: Indie Book Corner.

Hanurawan, Fattah. 2012. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mufti, Muslim. 2013. Teori-Teori Politik. Bandung: Pustaka Setia.

Rush, Michael. dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai