Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari risiko. Risiko akan melekat dalam
kehidupan kita, baik disadari maupun tidak. Oleh karena itu yang perlu kita lakukan untuk
mengantisipsasi risiko yang mungkin terjadi adalah mengelolanya dengan cara yang tepat.
Cakupan risiko sangat luas, sama luasnya dengan proses bisnis yang dijalankan oleh suatu
perusahaan. Pada dasarnya setiap aktivitas bisnis melekat padanya risiko. Salah satu risiko
yang dihadapi perusahaan yaitu risiko pasar.

Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang prodaknya dikonsumsi atau digunakan
secara luas di tengah masyarakat. Setiap perusahaan terikat dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya. Berkaitan dengan hal ini
berbagai negara memiliki perundangan yang mengatur hak dan kewajiban penyedia jasa dan
prodauk. Di dalam undang-undang No. 8/1996 tentang perlindungan konsumen memuat
tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk
keselamatan konsumen atau produk (product safety atau product liability). Perusahaan wajib
menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikannya aman bagi konsumen atau
pengguna.
Banyak kasus mengenai risiko pasar antara lain obat penenang Thalidomide. Pada tahun
enampuluhan suatu perusahaan farmasi memproduksi obat penenang untuk ibu-ibu hamil yang
diberi nama Thalidomide. Ternyata penggunaan obat penenang ini membawa dampak yang
tidak baik bagi ibu dan janin. Banyak bayi yang lahir dalam kondisi cacat. Masyarakat
menuntut produsen untuk bertanggung jawab. Akhirnya pengadilan menetapkan perusahaan
harus menarik prodaknya dan mengganti rugi kepada para korban pengguna obat tersebut.
Akibat kejadian ini perusahaan mengalami kerugian dan kebangkrutan. Inilah risiko yang harus
dihadapinya.
Contoh lain tentang penggunaan bahan berbahaya dalam makanan dan minuman baik
sebagai bahan pengawet atau penyedap, pada tahun 2008 berkembang kasus penggunaan
melamin dalam susu di china yang menimbulkan banyak korban terhadap bayi yang
mengkonsumsinya. Kasus ini meluas dengan dilarangnya produk-produk china diberbagai

1
negara. Pengusaha susu ditahan dan dituntut pidana risiko ini mungkin tidak pernah terpikirkan
oleh produsen susu bayi.
Untuk melindungi konsumen, pemerintah melarang beredarnya produk-produk yang
berbahaya. Sebagai akibatnya, produsen akan mengalami kerugian karena tidak dapat
berproduksi. Tuntunan konsumen ini merupakan risiko yang harus diperhitungkan perusahaan.
Risiko dapat berupa penolakan terhadap produk atau mungkin tuntunan hukum dari masyarakat
konsumen atau larangan beredar yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
Risiko lain yang berkaitan dengan pasar datang dari pesaing. Dalam era pasar terbuka,
konsumen memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang disukainya dan sangat
kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan keselamatannya. Setiap produk atau jasa yang
bersaing di pasar bebas menghadapi resiko untuk ditinggalkan oleh konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian dari risiko pasar?


2. Apa saja bentuk-bentuk dari risiko pasar?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya risiko pasar?
4. Bagaimana teknik pengukuran risiko pasar?
5. Apa sajakah kasus risiko pasar?
6. Penyelesaian masalah risiko pasar
1.3 Tujuan

2. Untuk memahami pengertian risiko pasar


3. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk dari risiko pasar
4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya risiko pasar
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik pengukuran risiko pasar
6. Untuk mengetahui apa saja kasus risiko pasar
7. Untuk mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah risiko pasar

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Resiko Pasar


Risiko pasar merupakan kondisi yang di alami oleh suatu perusahaan yang disebabkan
oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar kendali perusahaan. Risiko pasar sering disebut
juga resiko menyeluruh, karena sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan dialami oleh
seluruh perusahaan. Misalnya krisis ekonomi indonesia tahun 1997-1998, kasus subrime
mortgage 2007 di Amerika Serikat, perang teluk yang menyebabkan beberapa Negara di
kawasan Timur tengah seperti Irak dan kuwait mengalami kegoncangan ekonomi dan beberapa
kasus lainnya.

Market risk adalah risiko kerugian yang diderita bank, sebagaimana antara lain
dicerminkan dari posisi on dan off balance sheet bank, akibat terjadinya perubahan market
price atas asset bank, interest rate, dan foreign exchanges rate, market volatility dan market
liquidity.

Risiko pasar didefinisikan sebagi risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan
tagihan dan kewajiban di luar neraca yang timbul dari pergerakan harga pasar. Risiko ini
merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar
serta hal lain yang mempengarui harga pasar saham, ekuitas maupun komoditas.
Risiko pasar juga diartikan suatu risiko dari suatu entitas yang mungkin mengalami
kerugian sebagai akibat dari fluktuasi pergerakan harga pasar, karena perubahan harga
(volatilitas), instrument-instrumen pendapatan tetap, instrument-instrumen ekuitas, komoditas,
kurs mata uang, dan kontrak-kontrak di neraca luar terkait. Selain itu, resiko pasar berasal dari
resiko valuta asing umum dan resiko komoditas seluruh bank (bidang perdagangan dan
pembukuan perbankan).
Resiko pasar merupakan hasil dari perubahan harga instrumen ekuitas, komoditas,
surat berharga pendapatan tetap, dan nilai tukar. Komponen utamanya adalah resiko posisi
modal, resiko komoditas, resiko tingkat pengembalian, dan resiko nilai tukar. Masing-masing
komponen resiko mencakup aspek umum dari resiko pasar dan aspek tertentu dari resiko yang
berasal dari struktur portofolio sebuah bank. Selain instrumen standar, resiko pasar juga
berlaku untuk berbagai instrumen derivative, seperti opsi, derivative modal, dan derifatif mata
uang serta tingkat bunga.

3
2.2 Bentuk-bentuk Resiko Pasar
Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk yaitu :
1. General market risk (risiko pasar secara umum)
General market risk ini di alami oleh seluruh perusahaan yang disebabkan oleh suatu
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu memberi
pengaruh bagi seluruh sektor bisnis.
Contohnya pada saat bank sentral suatu Negara melakukan kebijakan tight money policy
(kebijakan uang ketat) dengan berbagai instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate.
Dimana kebijakan menaikkan BI rate ini akan membawa pengaruh secara menyeluruh pada
seluruh sektor bisnis yang berhubungan dengan interest rate related instrument (berbagai
instrument yang berhubungan dengan suku bunga). Bahwa salah satu pihak yang saling urgen
dianggap langsung berhubungan dekat dengan interest rate related instrument adalah
perbankan. Dengan begitu mereka mengambil kredit dan mendepositokan sejumlah uangnya
ke bank.
Contoh pada saat BI rate dinaikkan maka suku bunga kredit diperbankan akan mengikuti
kondisi tersebut yaitu turut menaikkan suku bunga kredit, terutama jika perbankan tersebut
menerapkan perhitungan bunga secara sliding rate. Perhitungan berupa kredit secara sliding
rate adalah hitungan pada pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan mengalami
penurunan dari setiap bulan ke bulan berikutnya, yang mana ini disesuaikan dengan
menurunnya besar nilai dari pokok pinjaman sebagai efek dari adanya pembayaran cicilan
pokok pinjaman yang dilakukan oleh seorang debitur.
Ada beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya general market risk (risiko pasar secara
umum) yaitu :
a. Foreign exchange risk (kurs valuta asing)
Sejarah awal terjadinya foreign exchange ini berangkat dan diterapkannya sistem floating
exchange rate system pada tahun 1970-an. Sehingga sejak saat itu kondisi mata uang di dunia
telah terintegrasi dalam satu bentuk pasar dimana secara khusus kita dapat melihat bahwa
penerapan sistem tersebut memungkinkan banyak pihak bias ikut terlibat bermain dalam pasar
valas (valuta asing). Jual beli valas ini memberikan keuntungan dengan konsep pada perolehan
angka selisih pada saat harga beli dan harga jual. Pada pasar valas ini kita dapat
menggabungkan mata uang dalam dua bentuk kategori yaitu :
1) Hard currencies
Hard currencies (mata uang keras) mencakup mata uang yang berasal dari Negara-negara
yang memiliki tingkat kestabilan moneter tinggi atau biasanya berasal dari Negara maju dan

4
sering berbagai pihak menjadikan mata uang Negara tersebut sebagai ukuran dalam
mengkonversikan dengan mata uang negaranya.Contohnya USD/JPY atau dollar Amerika
dengan Yen Jepang, USD/EUR atau dollar Amerika dengan Euro, dan sebagainya.
2) Soft curriencies
Soft curriencies ( mata uang yang lembut) adalah jenis mata uang yang diterbitkan oleh
suatu Negara namun jarang dipakai sebagai standar acuan dalam transaksi pasar bisnis
internasional, dengan alasan dianggap belum memiliki nilai kelayakan.
Hubungan Foreign Exchange Risk dan Perbankan
Perbankan adalah lembaga mediasi yang menghubungkan mereka yang kelebihan dana
(surplus) dan mereka yang kekurangan dana (deficit). Penempatan posisi ini menyebabkan
banyak pihak menjadikan perbankan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam ruang
lingkup kerja dan aktivitas bisnis mereka, artinya secara otomatis perbankan terseret dengan
sendirinya untuk masuk ke dalam risiko pasar (market risk). Kondisi dan situasi terbentuknya
market risk terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor yang berada diluar kendali
perusahaan atu perbankan. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti naik dan stabil, perubahan
nilai tukar, dan lain sebagainya. Lebih jauh perubahan tersebut telah mampu mendorong untuk
ikut berubahnya beberapa produk perbankan seperti deposito, tabungan , giro, keputusan
kredit, keputusan investasi, dan lain sebagainya
b. Interest rate risk
Risiko suku bunga adalah risiko yang di alami akibat dari perubahan suku bunga yang
terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi pendapatan perusahaan. Untuk
pembahasan yang lebih dalam tentang interest rate risk ini dapat dilihat pada bab khusus
membahas tentang risiko suku bunga.
c. Commodity position risk
Commodity position risk (risiko perubahan nilai komoditi) adalah suatu situasi dan kondisi
dimana terjadinya kerugian akibat perubahan harga barang komoditi di pasar yang disebabkan
oleh faktor-faktor tertentu, dimana kondisi ini akan semakin parah pada saat barang komoditi
tersebut telah terikat kontrak dalam suatu kontrak perjanjian (commodity contrack) serta
informasi tersebut telah sampai ke pasar. Adapun pengertian commodity position risk dalam
perspektif perbankan Masyhud Ali mengatakan Commodity position risk adalah risiko
terjadinya potensial kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh
buruk dari commodity price terhadap posisi bank yang terkait dengan kontrak komoditas. Lebih
jauh Masyud Ali memberi contoh pada perbankan adalah “dimana kerugian yang diderita oleh

5
investment bank yang melakukan trading atau commodity derivative product sebagai akibat
dari terjadinya volatility atas harga dari suatu commodity tertentu.
d. Equity position risk
Equity position risk (risiko perubahan kekayaan) adalah suatu kondisi dimana kekayaan
perusahaan (stock and share) mengalami perubahan dari biasanyan sehingga perubahan
tersebut memberi dampak pada keuntungan dan kerugian karyawan.
e. Politic risk Stabilitas
Politik adalah sesuatu sangat penting bagi suatu Negara. Stabilitas politik menjanjikan
terciptanya pembangunan yang berkelanjutan, namun jika pemimpin dan pihak terkait di suatu
Negara tidak mampu menciptakan iklim kondusif dalam bidang politik maka artinya seluruh
pemimpin dan aparatur di Negara tersebut tidak memiliki semangat kemimpinan. Jika kondisi
ini terus terjadi maka yang terjadi adalah krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan akan
berakibat pada pencarian kepemimpinan di luar lembaga resmi, yaitu memungkinkan orang-
orang yang berasal dari masyarakat atau oposisi akan muncul sebagai pemimpin dan berusaha
mengambil alih kepemimpinan.
2. Specific market risk ( risiko pasar secara spesifik)
Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami secara khusus pada satu
sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh. Contohnya :
a) Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu lembaga penilai dimana lembaga penilai
tersebut memiliki reputasi yang baik dan diakui oleh publik. Bahwa mereka
mengumumkan PT.XYZ memiliki kinerja yang rendah dan memiliki utang yang besar
serta laporan yang dipublikasikan selama ini kepada publik tidak sesuai dengan
sebenarnya. Sehingga atas berita tersebut saham dan obligasi perusahaan tersebut
langsung jatuh. Dan jatuhnya saham serta obligasi perusahaan tersebut tidak diikuti
oleh perusahaan lain
b) Salah satu perusahaan dimana pihak manajemen atau komisaris perusahaan terlibat
tindak kriminal yang luar biasa dan diekspose oleh berbagai media. Sehingga opini
publik telah terbentuk bahwa perusahaan tersebut tidak baik dan jelek
c) Produk yang dijual oleh perusahaan tersebut dianggap mengandung bahan yang
berbahaya atau bersifat haram. Contoh suatu produk makanan yang mengandung lemak
babi. Secara islam makanan yang mengandung lemak babi haram hukumnya. Ketika
hal itu diekspose oleh media massa baik cetak maupun elektronik akan menyebabkan
terjadinya penurunan drastis pada penjualan produk perusahaan yang berpengaruh
pada perusahaan laba perusahaan

6
2.3 Sumber Sumber Risiko Pasar beserta Faktornya
Sumber-sumber risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko dari suatu entitas yang mungkin mengalami kerugian sebagai
akibat dari fluktuasi pergerakan harga pasar, karena perubahan harga (volatilitas) instrumen-
instrumen pendapatan tetap, instrumen-instrumen ekuitas, komoditas, kurs mata uang, dan
kontrak-kontrak di luar neraca terkait. Selain itu, risiko pasar berasal dari risiko valuta asing
umum dan risiko komoditas seluruh bank (yaitu, di bidang perdagangan dan pembukuan
perbankan).
Oleh karena itu, komponen-komponen utama dari risiko pasar ialah risiko tingkat bunga,
risiko ekuitas, risiko komoditas, dan risiko mata uang. Setiap komponen risiko yang mencakup
aspek risiko pasar secara umum serta aspek risiko spesifik yang berasal dari struktur portofolio
bank yang spesifik. Pemaparan risiko pasar mungkin timbul sebagai akibat dari bank yang
dengan sengaja mengambil posisi spekulatif atau mungkin berasal dari kegiatan market making
yang dilakukan bank (dealer).
Meningkatnya pemaparan bank terhadap risiko pasar karena tren diversifikasi usaha yang
jauh dari fungsi intermediasi internasional terhadap kegiatan market-making dan perdagangan,
di mana bank-bank menyisihkan “risiko modal” untuk kegiatan pengambilan risiko yang
disengaja. Portofolio perdagangan harus dibedakan dari portofolio likuiditas. Perdagangan
bertujuan untuk memanfaatkan peluang pasar dengan memanfaatkan dana (misalnya, melalui
penggunaan perjanjian pembelian kembali), sedangkan likuiditas portofolio diadakan dan
diperdagangkan untuk menyediakan penyangga bagi risiko. Baik portofolio perdagangan
maupun likuiditas sama-sama memiliki risiko pasar. Berikut sumber sumber dari risiko pasar :
a. Volatilitas
Volatilitas adalah besaran perubahan harga yang menunjukkan fluktuasi pasar dalam satu
periode tertentu. Disebut “market mood” karena anda akan melihat harga bisa melonjak tajam
atau bahkan terjun bebas melemah yang artinya sedang terjadi votalitas tinggi.
Volatilitas harga kebanyakan aset yang dipegang pada portofolio efek biasanya cukup
signifikan. Volatilitas bahkan terjadi di pasar yang matang, meskipun peluangnya jauh lebih
tinggi di pasar yang baru atau tidak lancar. Kehadiran institusi investor besar seperti dana
pensiun, perusahaan suransi, atau dana investasi juga berdampak pada struktur dan risiko pasar.
Lembaga investor menyesuaikan investasi skala besar, likuiditas yang stabil dan portofolio
perdagangan mereka melalui perdagangan-perdagangan skala besar, serta pada pasar-pasar
dengan harga meningkat, pembelian skala besar cenderung mendokrak harga. Sebaliknya,
pasar dengan tren menurun menjadi lebih rentan ketika blok-blok besar, dengan ukuran

7
kelembagaan dijual. Pada akhirnya, ini mengarah pada pelebaran amlitudo dalam variasi harga
dan karena itu risiko pasar meningkat. Hadirnya perdagangan elektronik makin memperluas
fenomena ini.
b. Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul akibat nilai relatif aktiva berbunga, seperti
pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga.Posisi dalam efek
pendapatan tetap dan segala turunannya (contohnya, transaksi bursa saham, kontrak berjangka
kurs, swap, dan opsi) memberikan risiko suku bunga. Faktor risiko mengacu pada sensitivitas
pasar keseluruhan portofolio bank, dimana posisi jangka pendek dan jangka panjang pada
instrumen yang berbeda dapat terhapus. Faktor-fakor risiko yang berhubungan dengan risiko
suku bunga diperkirakan dalam setiap mata uang saat bank memiliki posisi-posisi yang sensitif
pada suku bunga dan posisi on- atau off-balance-sheet.
c. Risiko Ekuitas
Risiko kerugian pada posisi keuangan (Neraca dan Rekening administratif) akibat
perubahan nilai ekuitas dan mencakup seluruh posisi ekuitas pada kategori AFS (avaible for
sale) Risiko ekuitas berkaitan dengan mengambil atau memegang posisi pembukuan
perdagangan dalam ekuitas atau instrumen-instrumen yang menampilkan perilaku serupa
ekuitas (misalnya, saham preferen) dan segala turunannya (misalnya, ijon dan swap pada
ekuitas-ekuitas individual atau pada indeks saham). Risiko-risiko yang terkait ekuitas
diperhitungkan untuk risiko kepemilikan spesifik suatu efek (beta) dan posisinya di pasar
secara keseluruhan. Untuk turunannya, risiko di ukur dengan mengonversi derifatif ke posisi
ekuitas nasional dalam instrumen relevan yang mendasarinya.
d. Risiko Komoditas
Risiko kerugian pada posisi keuangan akibat perubahan nilai komoditas. Risiko translasi
nilai tukar atas seluruh posisi valas pada neraca baik trading maupun banking book. Memegang
atau mengambil posisi dalam pertukaran komoditas yang diperdagangka, ijon, dan turunan
lainnya menghadirkan risiko komoditas. Harga komoditas dapat berubah-ubah karena pasar
komoditas biasanya kurang lancar dibandingkan pasar keuangan, serta perubahan penawaran
dan permintaan dapat memiliki efek dramatis pada harga. Mengelola pembukuan komoditas
bisa menjadi tugas yang rumit, karena melibatkan risiko dari arah perubahan spot harga; risiko
dasar dari perubahan dalam hubungan harga diantara dua komoditas yang serupa, tapi tak
identik, dan risiko kesenjangan yang menangkap perubahan harga ke depan yang timbul dari
ketidaksesuaian jatuh tempo. Aspek operasional lain dari risiko komoditas berkaitan dengan
risikonpengiriman dan kebutuhan untuk menutup posisi sebelum pengiriman dilakukan.

8
e. Risiko Kurs Mata Uang
Risiko kurs mata uang mengacu pada posisi perdagangan dalam kurs mata uang dan emas.
Pengecualian untuk penanganan ini adalah apa yang dinamakan dengan “posisi strukturs”
yaitu, posisi-posisi dengan sifat nondealing atau non-perdaganganseperti investasi pada
cabang-cabang asing. Posisi devisa neto dalam kurs mata uang biasanya meliputi posisi spot,
posisi maju, kesetaraan berbasis delta dari pembukuan total opsi kurs mata uang asing, dan
setiap item-itemlainnya dalam pembukuan perdagangan yang merupakan laba atau rugi dalam
kurs mata uang asing.
f. Risiko Lainnya
Infrastruktur tertinggal pada pasar sekunder dapat meningkatkan risiko dan menyulitkan
pengukuran risiko. Sebagai contoh, di beberapa pasar penyelesaian membutuhkan waktu
beberapa hari setelah transaksi selesai. Periode penyelesaian yang panjang ini menuntut
penilaian yang akurat dari risiko rekanan yaitu risiko yang posisinya akan beralih ke uang
selama periode penyelesaian tapi rekanan gagal menyerahkannya. Volatilitas khusus tertentu
pada efek individual tidak dapat dijelaskan oleh faktor lain dan harus menjadi faktor dalam
penilaian risiko serta manajemen secara keseluruhan. Di beberapa negara, pasar instrumen
keuangan tidak lancar, sehingga volatilitas harga pasar kemungkinan lebih tinggi dan karena
itu pemaparan risiko pun lebih besar. Perkembangan penyebaran instrumen derivatif
memungkinkan bank untuk melindungi posisi terbuka mereka dengan cara paling canggih dan
pernah ada, namun karena likuiditas pasar adalah prasyarat penting dalam penggunaan
instrumen tersebut, maka perhatian berkembang pada penilaian dan efektifitas perlindungan
dilakukan di pasar yang kurang berkembang.
Faktor Risiko Pasar
Menurut Masyhud Ali ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi terjadinya gejolak harga di
pasar. Terdapat beberapa faktor yang memenuhi perkembangan dan gejolak harga atas market
instruments tersebut. Faktor-faktor tersebut ada yang sangat berpengaruh kuat atas market
price itu adalah sebagai berikut:
1) Faktor Fundamental Ekonomi
Faktor-faktor yang paling berpengaruh dari perspektif jangka panjang terhadap market price
ini meliputi unsur-unsur dari performance perekonomian negara. Contoh, tingkat mata uang
antarnegara dipengaruhi oleh perkembangan perbandingan relatif anatara tingkat inflasi dan
kinerja riil perekonomian antarnegara tersebut. Seperti: pertumbuhan ekonomi, perkuatan
cadangan devisa dan lain-lain.
2) Terjadinya Perisriwa Besar dalam Ekonomi dan Politik

9
Peristiwa istimewa yang terkait dengan bidang ekonomi dari politik dapat memberi
pengaruh yang dramatis dalam jangka pendek terhadap market prices. Contoh, devaluasi atas
nilai tukar Baht oleh Pemerintah Thailand pada Juli 1997 telah memicu terjadinya krisis
moneter di sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia. Devaluasi tersebut mengakibatkan
jatuhnya nilai tukar mata uang negara-negara Asia dan rontoknya harga saham gabungan di
bursa.
3) Campur Tangan Financial Authoroties
Campur tangan yang dilakukan oleh penguasa moneter atau keuangan di suatu negara dapat
dianggap sebagai penghentian atasberlakunya mekanisme pasar bebas.
4) Perimbangan Kekuatan Permintaan dan Penawaran
Kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang berbentuk dalam pasar untuk jangka
pendek secara otomatis akan menentukan harga atas berbagai market instrument.
5) Likuiditas Pasar
Aspek likuiditas inilah yang memiliki pengaruh yang besar pada market prices.
6) Suburnya kegiatan arbitrage
Di pasar uang kegiatan arbitrage ini dapat juga dilakukan dengan melibatkan lebih dari dua
mata uang yang diperdagangkan, yaitu dengan memanfaatkan cross-rate. Demikian pula
kegiatan arbitrage dapat pula diterapkan untuk transaksi berbagai market instrument lainnya,
seperti transaksi atas perdagangan saham.
2.4 Teknik Pengukuran Risiko Pasar
Deviasi Standar

Jika kita membicarakan distribusi normal, kita hanya memerlukan dua parameter yaitu nilai
rata-rata (atau disebut juga sebagai nilai yang diharapkan) dan deviasi standarnya. Dengan dua
parameter tersebut, kita bisa melakukan banyak hal seperti menghitung probabilitas nilai tertentu.

Bagan 1. Kurva Normal

 = deviasi
Standar

nilai rata-rata

10
Bagan di atas menggambarkan kurva normal yang berbentuk seperti bel. Kurva tersebut
berbentuk simetris, dimana sisi kana merupakan cerminan sisi kiri. Deviasi standar dipakai untuk
menghitung penyimpangan dari nilai rata-rata. Semakin besar deviasi standar, semakin besar
penyimpangan. Penyimpangan dipakai sebagai indikator risiko. Semakin besar penyimpangan,
semakin besar risiko. Konsep deviasi standart, distribusi normal, nilai rata-rata menjadi landasan
bagi perhitungan VAR. Perhitungan deviasi standar bisa digunakan formula sebagai berikut ini.

E(R) = ∑ Ri / N

σR2 = ∑ (Ri – E(R))2 / (N – 1)

σR = (σR2 ) ½

VAR (VALUE AT RISK)

Value At Risk (VAR) merupakan cara untuk menjawab secara terukur kemungkinan kerugian
dapat dialami dari suatu investasi. VAR merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk menilai
kerugian terburuk yang mungkin terjadi bagi seorang investor atau suatu badan atas investasinya
dalam sekuritas atau aset aset, baik secara satu per satu dalam portofolio pada suatu waktu tertentu.
Pada tingkat peluang yang ditetapkan. Dalam VAR, kemungkinan kerugian yang diperoleh dari
peluang kerugian lebih buruk dari suatu presentase yang ditetapkan. VAR mengembangkan lebih
lanjut konsep kurva normal seperti yang telah dibicarakan di muka, untuk menjawab pertanyaan
sebagai berikut ini ’Jika besok adalah hari yang jelek, berapa besar (nilai rupiah) dan berapa besar
kemungkinannya (probabilitas) kerugian yang bisa dialami perusahaan besok (atau beberapa hari
mendatang)?’ bahwa kerugian perusahaan (karena pergerakan harga pasar yang tidak
menguntungkan) sebesar Rp 10 juta atau lebih. Dalam hal ini VAR menjawab pertanyaan tersebut
dengan memberikan nilai uang dari kerugian tersebut (Rp 10 juta), dan besar kemungkinannya
(5%). Teknik perhitungan VAR bisa menggunakan metode historis, metode analitis dan simulasi
Monte-Carlo. Metode analisis menggunakan model tertentu untuk mengestimasi VAR. VAR
Monte-Carlo menggunakan simulasi untuk perhitungan VARnya. Bagian berikut ini menjelaskan
lebih lanjut perhitungan dengan masing-masing teknik tersebut.

11
VAR Metode Historis (Back Simulation)

Return dapat dihitung dengan cara


Return = {[P(t+1) – Pt)] / Pt}x100%
Dimana : Pt = return pada hari t
Pt+1 = return pada hari t+1

Alternatif lain adalah melakukan perhitungan dengan formula sebagai berikut ini

VAR portofolio = [ VARX2 + VARY2 + 2 × XY×VARX ×VARY] ½

Dimana : VARX = VAR (Value At Risk saham X)

VARY= VAR (Value At Risk saham Y)

PXY = korelasi return saham X dengan sahamY

Metode historis mempunyai kelebihan yaitu tidak mengamsumsikan distribusi tertentu dan
sederhana. Namun ada juga kelemahannya seperti asumsi bahwa data masa lalu bisa digunakan
untuk memperediksi masa datang. Tetapi metode tersebut mempunyai kelemahan seperti
asumsi bahwa data masa lalu bisa dipakai untuk memprediksi masa datang. Dengan kata lain,
metode tersebut mempunyain asumsi bahwa pola data di masa lalu sama dengan pola data di
masa mendatang. Jika pola yang terjadi cukup stabil, maka data masa lalu bisa dipakai untuk
memprediksi data masa mendatang. Jika tidak (misal ada krisis yang tidak terduga), maka data
masa lalu tidak bisa dipakai untuk memprediksi masa mendatang. Disamping itu, 20 observasi
ke belakang masih terbilang sangat sedikit. Idealnya kita bisa memperoleh data historis cukup
banyak, yang mencakup semua siklus bisnis (resesi, boom, normal), sehingga data tersebut bisa
cukup representatif.

VAR Metode Modeling (Analytical)

12
Metode analitis biasanya mengasumsikan distribusi tertentu yang mendasari return atau
harga). Biasanya distribusi normal (yang berbentuk bel) yang diasumsikan mendasari
pergerakan harga tersebut. Setelah distribusi tersebut diasumsikan, kita bisa menghitung nilai
yang diharapkan (misal rata-rata) dan penyimpangan dari nilai yang diharapkan tersebut (misal
deviasi standar). Selanjutnya VAR bisa dihitung dengan menggunakan parameter yang
dideduksi (diambil) dari distribusi tersebut (nilai yang diharapkan dan penyimpangannya).

Misalkan manajer portfolio mempunyai aset senilai Rp1 milyar. Misalkan kita
mengasumsikan distribusi normal mendasari pergerakan harga aset tersebut. Misalkan kita
memperkirakan tingkat keuntungan harian yang diharapkan dengan deviasi standarnya adalah
12% dan 15%. Distribusi normal yang menggambarkan pergerakan aset tersebut bisa dilihat
pada gambar berikut ini:

Terlihat bahwa rata-rata adalah 12% yang terletak di tengah-tengah distribusi tersebut.
Luas total wilayah distribusi normal mencerminkan probabilitas sebesar 1 (probabilitas bernilai
dari 0 sampai dengan 1, inklusif). Sebagian luas dibawah distribusi normal mencerminkan
probabilitas dibawah satu. Sebagai contoh, luas ditengah (yang berwarna gelap, antara -12,75
dengan 36,75) mencerminkan 90% dari total wilayah distribusi normal, dan dengan demikian
mencerminkan probabilitas sebesar 90% (atau 0,9). Jika kita melihat tabel distribusi normal,
maka luas wilayah sebesar 5% dari ujung paling kiri (atau dri ujung paling kanan), mempunyai
nilai z sebesar 1,65. Dengan demikian wilayah tengah seluas 90% berada diantara (Rata2 –
(1,65 * deviasi standar)) dengan (Rata2 + (1,65 * deviasi standar).

Dengan demikian VAR 95% return harian bisa dihitung melalui batas bawah dimana
wilayah sebesar 5% dari ujung paling kiri akan diperoleh, sebagai berikut ini.

VAR = 12% – 1,65 (15) = 12 % – 24,75 = – 12,75%

VAR = – 12,75% x Rp1 milyar = – Rp127,5 juta

13
Dengan demikian kita membuat pernyataan sebagai berikut: Besok, ada 5% kemungkinan
kerugian portofolio sebesar Rp 127,5 juta atau lebih. Jika kita mempunyai dua aset yang
membentuk portofolio kita, maka efek diversifikasi penting diperhatikan. Diversifikasi bisa
mengurangi risiko jika kolerasi return lebih kecil dari 1. sebagai contoh, misalkan

A B
Return yang diharapkan (harian) 12% 10,5%
Standar deviasi 15% 18%
Nilai Investasi Rp 20 miliar Rp 12 miliar
95% Value At Risk Rp 2,55 miliar Rp 2,3 miliar
Korelasi A dan B 0,55
menggabungkan dua aset dengan karakteristik berikut ini :

Tabel data perhitungan VAR untuk Portofolio

Nilai portofolio diatas adalah Rp 32 M. Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk


portofolio adalah rata – rata tertimbang dari return asset individualnya.

Return portofolio = Xa E(Ra) + Xb E(Rb)

= (20/32) x 12 + (12/32) X 10,5 = 11,44 %

Deviasi Standar Portofolio:

p = XA2 2 + XB2 B2 + 2 XAXB Tab a b] ½

p = deviasi standar poryofolio

a b devaluasi standarmaset A dan B

Tab = korelasi antar return aset A dan aset B

VAR dengan Simulasi Monte Carlo

Metode simulasi akan terbentuk distribusi tertentu, kemudian melalui distribusi tersebut
VAR dapat dihitung yang memerlukan sumber daya computer yang lebih besar disbanding
kedua metode sebelumnya.

Tingkat Keuntungan dengan Probabilitasnya

Tabel 9.5. Tingkat Keuntungan dengan Profitabilitas

14
Tingkat Keuntungan (%) Profitabilitas Profitabilitas Kumulatif
1 -0,5 0,05 0-4
2 -0,25 0,05 5-9
3 0 0,1 10-19
4 0,1 0,1 20-29
5 0,5 0,25 30-54
6 1 0,15 54-69
7 1,2 0,1 70-79
8 1,25 0,1 80-89
9 2,25 0,05 90-94
10 3 0,05 95-99
Jumlah 1
Tingkat keuntungan bisa dilihat pada kolom 2, sementara probabilitas bisa dilihat pada
kolom 3. Probabilitas komulatif merupakan kumulasi angka probabilitas yang akan diperlukan
untuk menjalankan simulasi. Sebagai contoh, untuk tingkat keuntungan -0,5 karena ada 5%
probabilitas terjadi, maka probabilitas kumulatif yang dipasangkan adalah angka 0,1,2,3 dan 4
(ada lima angka ). Total probabilitas komulatif adalah 100 angka (dari 0 sampai dengan 99),
yang mencerminkan total probabilitas yang berjumlah 100 (atau 5 angka seperti terlihat diatas).

Tabel sampel simulasi Monte - Carlo

Tabel 9.6. Sampel Simulasi Monte-Carlo


Angka Random Tingkat Keuntungan Yang Berkaitan
1 31 0,5
2 29 0,1
3 11 0
4 65 1
5 54 1
6 6 -0,25
7 45 0,5
8 26 0,1
9 50 0,5
10 33 0,5

15
Run pertama memunculkan angka random 31. Angka 31 tersebut berkaitan dengan tingkat
keuntungan 0,5 (probabilitas komulatifnya 30-54). Proses tersebut bisa diulangulang sampe
100 kali, 500 kali , atau 1.000 kali. Setelah proses tersebut diulang – ulang, kita akan
memperoleh distribusinya. Sebagai contoh, tabel dan bagan berikut ini menyajikan distribusi
yang dihasilkan melalui 100 kali run.

Tabel Distribusi Frekuensi hasil simulasi

Tabel 9.7. Distribusi Frekuensi Hasil Simulasi


Tingkat Keuntungan Frekuensi
-0,5 3
-0,25 5
0 10
0,1 7
0,5 25
1 18
1,2 6
1,25 12
2,25 3
3 11
Jumlah 100

Distribusi diatas belum sepenuhnya normal. Jika kita melakukan run lebih banyak lagi
(misal 1.000 kali), maka sesuai dengan Central Limit Theorem. Distribusinya akan mendekati
atau menjadi distribusi normal. Setelah kita mengetahui distribusinya, kita bisa menghitung
VAR dengan menggunakan deviasi standar dan nilai rata – ratanya. Untuk distribusi di atas,
nilai rata – rata dan deviasi standarnya adalah :

Rata – rata tingkat keuntungan = 0,904%

Deviasi standar = 0,927%

95% VAR- harian bisa dihitung seperti berikut ini :

VAR 95% - harian = 0,904 – 1,65 (0,927) = - 0,627

Misalkan kita mempunyai portofolio senilai Rp 1 M , maka VAR – 95% harian adalah –
0,627% x Rp 1 M = - Rp 6,27 juta.

16
Pemodelan VAR

Dalam beberapa situasi, kita ingin memodelkan VAR. Sebagai contoh, misalkan kita
mempunyai portofolio obligasi. Harga pasar obligasi sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga.
Jika tingkat bunga naik, harga obligasi akan turun, dan sebaliknya. Kita bisa memfokuskan
perhatian kita pada tingkat bunga, dan menghubungkan perubahan tingkat bunga dengan nilai
pasar obligasi, kemudian menghitung VAR untuk portofolio obligasi kita.

Lebih spesifik hubungan antara perubahan tingkat bunga dengan nilai obligasi bisa dilihat
sebagai berikut ini (lihat bab mengenai risiko perubahan tingkat bunga).

dP/P = – D [ dR / (1 + R) ]

dimana:

dP = perubahan harga

P = harga obligasi

D = Durasi obligasi

dR = perubahan tingkat bunga

R = tingkat bunga

Misalkan portofolio obligasi kita mempunyai durasi sebesar 5. Tingkat bunga saat ini
adalah 10%. Kemudian kita mengasumsikan pergerakan tingkat bunga mengikuti distribusi
normal. Analisis lebih lanjut, berdasarkan data historis dan pertimbanganpertimbagan,
menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga harian yang diharapkan adalah 0%, dengan
deviasi standar perubahan tingkat bunga adalah 1%. Distribusi perubahan tingkat bunga
tersebut bisa digambarkan pada bagan berikut ini :

Bagan Distribusi Perubahan Tingkat Bunga

17
Pertama, kita bisa menghitung perubahan harga akibat kenaikan tingkat bunga, sebagai berikut
ini,

dP/P = – D [ dR / (1 + R) ] = – 5 [ 0,0165 / (1 + 0,1) ] = – 0,075

Jika tingkat bunga meningkat sebesar 1,65%, maka portofolio kita akan turun nilainya sebesar
7,5%.

Jika portofolio kita mempunyai nilai sebesar Rp1 milyar, maka 95% VAR portofolio kita
adalah:

VAR 95% = -0,075 x Rp1 milyar = Rp75 juta

Dengan hasil tersebut, kita bisa mengatakan bahwa ada kemungkinan sebesar 5% kerugian
portofolio obligasi kita sebesar Rp75 juta atau lebih.

VAR untuk Periode yang Lebih Panjang

Dalam beberapa situasi, kita ingin menghitung VAR untuk periode yang lebih panjang.
Misal, untuk melikuidasi posisi portofolio, waktu satu hari tidak cukup. Kita memerlukan
waktu, misal 5 hari. Padahal kita menghitung VAR dengan menggunakan periode harian.
Dalam situasi tersebut, VAR harian harus dikonversi menjadi VAR 5-hari. Konversi tersebut
bisa dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut ini.

VAR(n) = VAR(harian) x n

Kembali ke contoh di atas dimana 95%-VAR harian untuk portofolio obligasi kita adalah Rp75
juta, 95%-VAR 5 hari bisa dihitung sebagai berikut ini.

VAR (5 hari) = Rp75 juta x 5

= Rp167,71 juta

Dengan demikian 95% VAR-5hari adalah Rp167,71 juta.

Stress-Testing

VAR menjawab beberapa besar kerugian yang bisa dialami dan berapa besar
kemungkinan, tetapi VAR tidak bisa mendektesi peristiwa ekstrim karena probabilitas sangat
kecil.

Stress-testing berusaha mengakomodasi kejadian ekstrim tersebut. Yang ingin dijawab


oleh stress-testing adalah pertanyaan sebagai berikut ini, ‘Jika peristiwa ekstrim terjadi,

18
bagaimana pengaruhnya terhadap organisasi, atau portofolio kita?’ Sebagai contoh, ‘Jika Rusia
default, bagaimana efeknya terhadap portofolio kita?’ Untuk melakukan stresstesting, manajer
akan memilih parameter tertentu, kemudian melihat (mengukur dan mensimulasikan)
bagaimana pengaruh perubahan parameter tersebut yang ekstrim terhadap organisasi atau
portofolio organisasi. Parameter tersebut bisa bervariasi mulai dari kenaikan tingkat bunga
yang ekstrim (misal naik 30% dalam satu hari), penurunan harga saham yang ekstrim (misal
20% dalam satu hari), negara tertentu default (tidak bisa membayar hutangnya), kejadian alam
tertentu (misal tsunami).

Secara spesifik, langkah – langkah stress-testing :

1. Mengidentifikasi dan memilih parameter yang diperkirakan akan berubah


2. Menentukan seberapa besar parameter tersebut akan dirubah ( Di-stress )
3. Melihat pengaruh stress-testing tersebut terhadap nilai portopolio 4.
4. Melihat asumsi yang digunakan, merubah asumsi tersebut jika diperlukan ( misal dalam
situasi krisis, asumsi yang biasa berlaku barangkali tidak jalan lagi ) Tabel Contoh hasil
strees – Testing

Tabel diatas menunjukkan efek perubahan beberapa parameter terhadap porofolio senilai $ 1
juta. Sebagai contoh, jika yield atau tingkat bunga meningkat 1%, maka portofolio mengalami
kerugian sebesar - $0,209 juta. Jika tingkat bunga turun 1% , maka portofolio menghasilkan
keuntungan sebesar $1,129 juta.

Meskipun stress test nampaknya mudah, tetapi stress-test menggunakan banyak


pertimbangan subyektif. Parameter apa yang harus distress test dan berapa besar perubahannya,
merupakan pertanyaan yang bersifat subyektif. Idealnya parameter tersebut adalah parameter
yang relevan dengan organisasi, karena parameter yang tidak relevan hanya akan
mengakibatkan kelebihan informasi (information overload). Stress-test juga tidak
menggunakan probabilitas. Stress-test hanya menyajikan angka seberapa besar keuntungan
atau kerugian akibat peristiwa tertentu. Karena peristiwa yang di-stress biasanya jarang terjadi,

19
maka informasi histories mengenai peristiwa tersebut masih jarang (terbatas). Disamping itu,
seperti disinggung di atas, hubungan yang normal dalam situasi normal bisa berubah menjadi
tidak normal dalam situasi ekstrim (situasi stress-test). Manajer risiko harus berhati-hati
terhadap kemungkinan semacam itu.

Backtesting

Backtesting adalah istilah untuk proses pengecekan apakah model yang kita gunakan
sudah sesuai dengan realitas yang ada. Sebagai contoh, jika kita menghitung 99%VAR-1 hari,
dan memperoleh angka Rp500 juta. Back testing akan melihat seberapa sering kerugian yang
dialami perusahaan di masa lalu yang melebihi Rp500 juta. Jika kita menemukan bahwa
kerugian di atas Rp500 juta adalah sekitar 1% atau kurang, maka kita bisa mengatakan bahwa
model kita cukup bagus, sesuai dengan kenyataan yang ada. Tetapi jika kita menemukan bahwa
kerugian di atas Rp500 juta mencapai 10% dari total observasi, maka model VAR kita
barangkali perlu diragukan. Model tersebut barangkali tidak sesuai dengan realitas yang ada,
dan perlu diperbaiki.

2.5 Contoh Kasus Resiko Pasar

Studi kasus: Bank Syariah (Bank indonesia membekukan kegiatan usaha PT. Bank Global)
Sejak 14 Desember 2004, Bank Indonesia (BI) membekukan kegiatan usaha (BKU) PT Bank
Global Tbk. Sekitar 8.000 nasabah yang tercatat di 13 kantor cabang terpaksa kerepotan
mengurus danannya. Bukan hanya itu, ratusan insvestor publik pemegang saham juga menjadi
tidak jelas investasinya. Belum lagi bank dan pihak lain yang memiliki tagihan. Nasib ratusan
karyawan pun tak menentu ditengah sulitnya lapangan kerja. Apa jadinya apabila mereka di
PHK? Jelas, akan menambah deretan panjang pengangguran.semua itu tentu akan menambah
beban pemerintah dalam memulihkan roda perekonomian, terutama sektor real.

Empat alasan ditutupnya Bank Global

Pertama, terus memburuknya kondisi keuangan bank global.

Kedua, tidak menyetorkan tambahan modal yang diminta BI sejak bank tersebut masuk
pengawasan khusus (special surveillance unif) pada 27 oktober hingga 13 desember 2004.

Ketiga, direksi Bank Global tidak menunjukkan iktikad baik untuk patuh pada aturan. Bahksan,
dalam pengawasan BI dan kepolisian ada upaya secara sengaja dari pihak bank tersebut untuk
memusnahkan dan menghilangkan barang bukti.

20
Keempat, direksi, pejabat eksekutif, dan beberapa karyawan bank publik itu diduga telah
melakukan tindak pidana perbankan dengan merusak dan menghilangkan dokumen-dokumen
penting bank.

Solusi :

Pertama, sebagai perushaan terbuka, semestinya Bank Global transparan dan menerapkan
dengan seksama asas good corporate governance.

Kedua, seperti dilansir Investor Daily Online (14/12/2004), bahwa kehancuran bank global
sangat boleh jadi disebabkan oleh sebuah kolusi antara pengelola bank global dengan prudence
asset management (PAM).

Ketiga, kasus Bank Global menarik diikuti karena kasus ini mencoreng citra reksadana, sebuah
instrumen pasar modal yang mengalami pertumbuhan pesat selama dua tahun terakhir.

Keempat, kasus Bank Global mencerminkan lemahnya pengawasan BI dan Bappepam.

Uraian/Penjelasan

General market risk merupakan resiko yang disebabkan oleh suatu kebijakan yang
dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi
seluruh sektor bisnis (Agus Sucipto: Manajemen Resiko). Sehatnya sebuah bank tidak hanya
berpatokan pada aset (modal) semata, tetapi juga harus memperhitungkan faktor manajemen
risiko yang meliputi delapan faktor, yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko hukum, risiko strategi, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Tidak sedikit
para bankir yang tidak bisa mengelola manajemen risiko dengan baik, sehingga menjadi
pelanggaran prinsip kehati-hatian bank. Yang terpenting dari kasus-kasus pembekuan bank
adalah pembelajaran bagi pemilik maupun pengurus bank untuk bercermin diri dalam
pengelolaan keuangan dan manajemen perbankan agar todak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang ada, serta diharuskan menerapkan prudent banking. Lebih khusus lagi, bagi
para nasabah agar tidak gegabah dan senantiasa berhati-hati jika ingin menempatkan dananya
pada lembaga perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.

2.6 Penyelesaian Masalah Risiko Pasar

Cara memperlakukan risiko :


1. Dihindari, apabila risiko tersebut masih dalam pertimbangan untuk diambil,
misalnya karena tidak termasuk dalam kategori risiko yang diinginkan oleh

21
perusahaan atau karena kemungkinan jauh lebih besar dibandingkan keuntungan
yang lebih besar.
2. Diterima dan dipertahankan,apabila risiko berada pada tingkat yang paling
ekonomis.
3. Dinaikkan, diturunkan atau dihilangkan, apabila risiko yang ada dapat
dikendalikan dengan tata kelola yang baik, atau melalui pengoperasian exit
strategy.
4. Dipagari, apabila risiko dapat dilindungi secara atificial, misalnya risiko
dinetralisir sampai batas tertentu dengan instrumen derivatif.
5. Pengurangan risiko (risk reduction)

Dengan metode ini, perusahaan dengan sadar memasuki dan menanggung suatu
risiko. Yang terpenting bagi perusahaan adalah apa dan bagaimana perusahaan
bertindak supaya perusahaan dapat menekan besar kecilnya risiko bila menjadi
kenyataan.
Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan 3 cara:
 Metode Pencegahan
Dengan metode pencegahan, perusahaan berusaha mengidentifikasi
penyebab terjadinya peril (risiko yang menjadi kenyataan) dan kemudian
mengambil tindakan supaya penyebab tersebut tidak terjadi.
 Metode Diversifikasi
Metode diversifikasi dilakukan dengan menggunakan berbagai instrument
sehingga saling berkompensasi. Metode ini banyak diterapkan dalam
mengatasi risiko keuangan, pasar, dan strategis.
 Metode lindung nilai alamiah (natural hedging)
Perusahaan membuat penyeimbang antara transaksi yang berdampak arus
kas masuk dan transaksi yang berdampak arus kas keluar sama besarnya
sehingga aksposur menjadi nol (atau sekecil mungkin). Atau perusahaan
membuat penyeimbang antara kewajiban dengan sisi kekayaan.
6. Penghindaran Risiko (risk avoidance)
Penghindaran Risiko adalah tindakan perusahaan untuk tidak melakukan bisnis
atau kegiatan tertentu yang memungkinkan risiko yang tidak di inginkan. Pada
dasarnya tidak ada manusia di dunia ini yang bisa menghindari semua risiko.
Demikian juga dengan perusahaan,secara alamiah memasuki dunia usaha berarti

22
siap menyambut risiko tertentu. Setiap jenis perusahaan pasti menghadapi risiko
inti yang spesifik.
7. Penahanan Risiko (risk retention)
Alternative lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung sendiri
risiko yang muncul (menahan risiko tersebut atau risk retention). Jika risiko benar-
benar terjadi, perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung
risiko tersebut.
8. Pendananaan risiko yang ditahan
Risiko yang ditahan bisa di danai dan bisa juga tidak didanai. Jika perusahaan tidak
menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk menahan risiko tertentu, jika
risiko tersebut muncul, maka risiko tersebut tidak didanai.
9. Pemindahan Risiko (risk transfer)
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain
(mentransfer risiko ke pihak lain). Teknik pemindahan atau pengalihan risiko tidak
bertujuan untuk menghilangkan risiko. Yang dilakukan adalah memindahkan risiko
dari perusahaan ke pihak lain yang bersedia atau ke perusahaan yang membisniskan
risiko.
Akibat pemindahan risiko tentu saja adalah biaya. Ada dua macam biaya yang
di tanggung perusahaan akibat mengalihkan risiko ke pihak lain. Biaya pertama
adalah premi yang di bayarkan kepada mereka yang bersedia menanggung risiko.
Biaya kedua berupa hialngnya kesempatan (opportunity loss) untuk mendapatkan
keuntungan atau manfaat ekstra dengan menanggung risiko. Terdapat beberapa
teknik yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan pemindahan risiko
ini, yaitu:
a. Asuransi
Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum, khususnya
untuk risiko murni (pure risk). Asuransi adalah kontrak perjanjian antara
yang diasuransikan (insured) dan perusahaan asuransi (insurer), dimana
insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak
yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memeperoleh premi
asuransi sebagai balasannya.
b. Hedging

23
Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak
lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik, melalui transaksi instrumen
keuangan.
c. Incorporated
Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif
transfer risiko, karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas
hanya terbatas pada modal yang di setorkan. Kewajiban tersebut tidak
sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan di
transfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang saham).
Jika perusahaan tesebut bangkrut, maka pemegang saham dan pemegang
hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang
berbeda.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Risiko pasar adalah risiko terjadinya penurunan harga pasar sehingga kita akan
mengalami kerugian. Pengukuran risiko pasar bisa dilakukan dengan deviasi standar yang
praktis dan merupakan cikal bakal teknik berikutnya yaitu VAR (Value At Risk). VAR
merupakan teknik pengukuran risiko pasar yang semakin popular. Ada beberapa cara untuk
menghitung VAR data historis, analitik, dan simulasi. VAR mempunyai kelemahan karena
tidak bisa melihat kondisi ekstrim. Street-test bisa digunakan untuk melihat pengaruh
situasi ekstrim terhadap portofolio kita. Bentuk resiko pasar terbagi menjadi dua, yaitu
general market risk dan spesific market risk yang masing masing mempunyai sifat dan ciri
tersendiri, walaupun seperti itu semuanya berpengaruh pada pangsa pasar. Maka dari itu
setiap perusahaan harus mampu menganalis resiko pasar yang akan terjadi, termasuk
kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang, sehingga sebuah
perusahaan dapat meminimalisir resiko pasar yang akan terjadi dan akan lebih mudah
dalam kebijakan perusahaan.

25
DAFTAR PUSAKA
Hanafi, M. (2006). Manajemen Resiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Sunaryo, T. (2009). Manajemen resiko finansial. Jakarta: Salemba empat
Kasidi, Manajemen resiko(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) cet ke 2 hal 66

26

Anda mungkin juga menyukai