Anda di halaman 1dari 20

METODE PENGUKURAN RISIKO PASAR DAN

MANAJEMEN RISIKO PASAR

DOSEN PENGAMPU :
DR. IDA BAGUS ANOM PURBAWANGSA, S.E., M.M.

OLEH :
KELOMPOK IV

NI KADEK ASTRI WIINANTI (1807531001) / 08

NI KOMANG INDIRA TRISNAYANTI (1807531002) / 09

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
1. Definisi dan Ilustrasi Risiko Pasar
Risiko pasar dapat muncul dikarenakan terjadinya pergerakan
harga pasar kearah yang merugikan suatu organisasi. Contoh, suatu
perusahaan yang mempunyai portofolio sekuritas saham dengan
pembelian seharga Rp 1,5 miliar. Misalkan harga saham tersebut
jatuh, sehingga nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 1 miliar.
Perusahaan tersebut tentu mengalami kerugian karena nilai portofolio
sahamnya turun sebesar Rp 500 juta. Kerugian tersebut disebabkan
karena harga saham yang bergerak kearah yang kurang
menguntungkan (turun).
Berkaitan dengan ilustrasi diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa risiko pasar merupakan suatu kondisi yang dialami
oleh suatu perusahaan yang disebabkan karena perubahan kondisi
dan situasi pasar diluar dari kendali perusahaan sehingga mengalami
kerugaian nilai investasi akibat aktivitas trading (melakukan pembelian
dan penjualan instrument keuangan secara terus menerus) di pasar
dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Hal ini dapat timbul sebagai
akibat tindakan bank yang secara sengaja membuat suatu posisi yang
berisiko dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan dari posisi
risiko yang telah diambilnya (high risk high return).
Risiko pasar (market risk) merupakan suatu risiko yang timbul
karena menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan faktor –
faktor pasar. Adapun empat faktor standar risiko pasar adalah risiko
modal, risiko suku bunga, risiko mata uang, dan risiko komoditas.
Risiko pasar sering disebut juga sebagai risiko menyeluruh, karena
memiliki sifat menyeluruh dan dialami oleh seluruh perusahaan.
Contohnya : krisis ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi
Indonesia 1997 dan 1998, coupd’tat yang terjadi di Filiphina pada saat
presiden Marcos di ambil alih oleh kekuatan People Power hingga
Corazon Aquino menjadi presiden, Amerika Serikat pada kasus
Subrime Mortgage 2007, Thailand pada saat Bank Sentral Thailand
melakukan devaluasi Bath yang menyebabkan terjadinya

1
kegoncangan pada ekonomi Thailand secara keseluruhan, perang
Teluk yang menyebabkan beberapa Negara di kawasan Timur
Tengah seperti Irak dan Kuwait mengalami kegoncangan ekonomi,
dan berbagai kasus yang menyeluruh lainnya.

2. Jenis – Jenis Risiko Pasar


Setelah mengetahui definisi beserta ilustrasi dari risiko pasar
selanjutnya perlu diketahui terkait jenis – jenis risiko pasar, secara
umum risiko pasar dapat dibagi menjadi 2 bentuk yakni:
1) Risiko Pasar secara Umum (General Market Risk)

Risiko ini dialami oleh seluruh perusahaan dalam suatu keadaan


tertentu yang disebabkan oleh kebijakan yang dilakukan oleh
lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu
memberikan pengaruh bagi seluruh sektor bisnis. Contohnya pada
saat bank sentral suatu Negara melakukan kebijakan tight money
policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai instrumennya
seperti menaikkan suku bunga BI rate. Dimana kebijakan
menaikkan BI rate ini akan membawa pengaruh secara
menyeluruh pada seluruh sektor bisnis yang berhubungan dengan
interest rate related instrument (berbagai instrument yang
berhubungan dengan suku bunga). Bahwa salah satu pihak yang
saling berkepentingan dianggap langsung berhubungan dekat
dengan interest rate related instrument adalah perbankan.
Dengan begitu mereka mengambil kredit dan mendepositokan
sejumlah uangnya ke bank. Contohnya: pada saat bank sentral
suatu Negara melakukan kebijakan tight money policy (kebijakan
uang ketat) dengan berbagai instrumennya seperti menaikkan
suku bunga BI rate. Dimana kebijakan menaikkan BI rate ini akan
membawa pengaruh secara menyeluruh pada seluruh sektor
bisnis yang berhubungan dengan interest rate related instrument
(berbagai instrument yang berhubungan dengan suku bunga).
Dengan begitu mereka mengambil kredit dan mendepositokan

2
sejumlah uangnya ke bank. Ketika BI rate dinaikkan maka suku
bunga kredit diperbankan akan mengikuti kondisi tersebut yaitu
turut menaikkan suku bunga kredit, terutama jika perbankan
tersebut menerapkan perhitungan bunga secara sliding rate.
Sliding rate merupakan hitungan pada pembebanan bunga
terhadap nilai pokok pinjaman akan mengalami penurunan dari
setiap bulan ke bulan berikutnya, yang mana ini disesuaikan
dengan menurunnya besar nilai dari pokok pinjaman sebagai efek
dari adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman yang dilakukan
oleh seorang debitur. General Market dapat terjadi karena
disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

a. Foreign exchange risk


Secara umum dalam ilmu keuangan dikenal dua bentuk pasar
yaitu pasar modal (capital market) dan pasar uang (money
market). Kedua bentuk pasar ini pada prinsipnya saling
memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Di Negara Indonesia
pasar modal berada dalam pengawasan menteri keuangan
dalam hal ini melalui BAPEPAM-LK (Badan Pengawasan
Pasar Modal dam Lembaga Keuangan), sedangkan pasar
uang berada di bawah pengawasan Gubernur Bank Indonesia
(BI). Kedua jenis pasar ini saling membahu bekerjasama
dalam usahanya menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif
dan dinamis sehingga dengan harapan nantinya akan mampu
untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Negara yang
bersangkutan secara sistematis. Independent. Bank Indonesia
dalam menetapkan berbagai kebijakannya dijamin oleh
pemerintah walapun kita menyadari secara penuh kalau
berbagai kebijakan tersebut belum tentu baik dan tepat.
Karena hasil pengalaman menyebutkan tidak seluruh
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah merupakan bentuk
manifestasi keinginan para pebisnis. Mungkin saja keputusan
tersebut lahir karena sebab–sebab tertentu seperti misalnya

3
tarik ulur politik antar berbagai elit politik di dalam negeri atau
bahkan tekanan dari dunia internasional yang menginginkan
agar dilakukannya pengkajian terhadap keputusan yang telah
dijalankan selama ini. Pasar keuangan (financial Market)
merupakan tempat dimana dilaksanakan berbagai aktivitas
keuangan baik dalam bentuk penjualan surat berharga yang
dilakukan oleh pasar modal dan juga penjualan mata uang
(currency) seperti yang dilakukan di pasar uang.
Foreign exchange risk merupakan bagian dari pasar keuangan
(money market), dimana aktivitas jual beli valas ini
memberikan keuntungan dengan menggunakan konsep pada
perolehan angka selisih pada saat harga beli dan harga jual.
Pada pasar valas ini dapat terjadi penggabungan mata uang
dalam dua bentuk kategori, yaitu:
(a) Hard currencies
Hard currencies (mata uang keras) mencakup mata uang
yang berasal dari negara-negara yang memiliki tingkat
kestabilan moneter tinggi atau biasanya berasal dari
Negara maju dan sering berbagai pihak menjadikan mata
uang negara tersebut sebagai ukuran dalam
mengkonversikan dengan mata uang negaranya.
Contohnya USD/JPY atau dollar Amerika dengan Yen
Jepang, USD/EUR atau dollar Amerika dengan Euro, dan
sebagainya.
(b) Soft curriencies
Soft curriencies (mata uang yang lembut) merupakan jenis
mata uang yang diterbitkan oleh suatu Negara namun
jarang dipakai sebagai standar acuan dalam transaksi
pasar bisnis internasional, dengan alasan dianggap belum
memiliki nilai kelayakan.
Pasar keuangan sangat bebas dari berbagai intervensi
dimana berbagai regulator didunia baik otoritas moneter

4
berbagai negara maupun lembaga keuangan internasonal
tidak memiliki kekuatan maksimal untuk melakukan interval
secara mutlak. Kondisi ini terjadi karena berbagai sebab:
a) Berbagai pihak dapat dengan mudah mengakses
seluruh data dan informasi tentang keuangan dan non
keuangan. Dipakainya internet sebagai salah satu
sarana penghubung menyebabkan dunia ini berada
dalam kondisi borndholders atau tanpa batas.
b) Masuknya berbagai investor dari berbagai negara untuk
ikut bermain valas dengan jumlah kepemilikan yang
besar dan berbagai sarana prasarana yang dimiliki
seperti perangkat teknologi dan para karyawan yang
memiliki kualitas dan kompetensi yang tinggi.
c) Berbagai pihak baik analisis ekonomi dan non ekonomi
serta para pelaku pasar dan juga pemerintah sebagai
regulator tidak pernah mengetahui dengan pasti dimana
“equilibrium point” itu berada. Titik equilibrium bisa saja
setiap saat berpindah-pindah sesuai dengan berbagai
situasi dan kondisi yang terjadi.
d) Setiap pihak memiliki berbagai bentuk data dan
informasi. Namun seluruh data dan informasi tersebut
bersifat masa lalu, dan tidak ada satu pihak pun yang
bisa memperoleh data masa depan. Karena itu sering
sekali data masa lalu itu hanya bisa dijadikan sebagai
alat prediksi untuk mengetahui apa yang terjadi di masa
depan.
b. Interest rate risk (Risiko suku bunga)
Merupakan risiko yang terjadi akibat adanya perubahan suku
bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberikan
pengaruh bagi pendapatan perusahaan.
c. Commodity position risk (Risiko perubahan nilai komoditi)

5
Merupakan situasi dan kondisi dimana terjadinya kerugian
akibat perubahan harga barang komoditi di pasar yang
disebabkan oleh faktor – faktor tertentu, kondisi ini semakin
parah ketika barang komoditi tersebut telah terikat kontrak
dalam suatu kontrak perjanjian (commodity contrack) serta
informasi yang telah sampai ke pasar.
Adapun pengertian commodity position risk dalam perspektif
perbankan menurut Masyhud Ali yang mengatakan bahwa
Commodity position risk adalah risiko terjadinya potensial
kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang
memberi pengaruh buruk dari commodity price terhadap posisi
bank yang terkait dengan kontrak komoditas. Lebih jauh
Masyud Ali memberi contoh pada perbankan adalah “dimana
kerugian yang diderita oleh investment bank yang melakukan
trading atau commodity derivative product sebagai akibat dari
terjadinya volatility atas harga dari suatu commodity tertentu.
Jual beli di bursa komoditi bersifat fluktuatif, naik dan turun
terjadi dalam waktu yang cepat. Kondisi ini sering dijadikan
keuntungan oleh pihak spekulan yaitu dengan cara membeli
pada saat harga rendah dan menjual pada saat harga tinggi,
dimana jarak ini dilihat sebagai capital gain yaitu keuntungan
yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual. Kasus di
lapangan sering sekali para spekulan melakukan aksi ambil
untung dengan informasi yang tidak lengkap. Kondisi informasi
yang tidak lengkap menciptakan pasar yang tidak efisien.
Kondisi pasar tidak efisien ini memiliki ruang besar untuk
melakukan spekulasi (speculation). Dan spekulasi ini tidak
selamanya kita memperoleh kondisi seperti yang kita
perkirakan. Ada waktu dimana itu benar-benar di luar kendali
dari rencana yang dibuat.
d. Equity position risk (Risiko perubahan kekayaan)

6
Merupakan kondisi dimana kekayaan perusahaan (stock and
share) mengalami perubahan dari biasanya sehingga
perubahan tersebut memberi dampak pada keuntungan dan
kerugian karyawan.
e. Politic risk (Stabilitas politik)
Stabilitas politik menjanjikan terciptanya pembangunan yang
berkelanjutan, namun jika pemimpin dan pihak terkait dalam
suatu negara tidak mampu menciptakan suasana yang
kondusif dalam bidang politik maka dapat diartikan seluruh
pemimpin beserta aparatur di negara tersebut tidak memiliki
semnagat kepemimpinan.
2) Risiko Pasar secara Spesifik (Spesific Market Risk)
Risiko pasar secara spesifik ini merupakan bentuk risiko yang
dialami secara khusus pada satu sektor atau sebagian bisnis saja
tanpa bersifat menyeluruh. Adapun contoh yang menunjukkan
gambaran dari specific market risk ini yaitu :
a. Sebuah peristiwa dimana suatu perusahaan memiliki pihak
manajemen atau komisaris perusahaan terlibat tindak kriminal
yang luar biasa dan diekspose oleh berbagai media. Sehingga
opini publik telah terbentuk bahwa perusahaan tersebut tidak
baik dan jelek.
b. Suatu produk makanan yang mengandung lemak babi. Secara
islam makanan yang mengandung lemak babi haram
hukumnya. Ketika hal itu diekspose oleh media massa baik
cetak maupun elektronik akan menyebabkan terjadinya
penurunan drastis pada penjualan produk perusahaan yang
berpengaruh pada laba perusahaan.
c. Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu lembaga penilai
dimana lembaga penilai tersebut memiliki reputasi yang baik
dan diakui oleh publik. Bahwa mereka mengumumkan PT.
ABC memiliki kinerja yang rendah dan memiliki utang yang
besar serta laporan yang dipublikasikan selama ini kepada

7
publik tidak sesuai dengan sebenarnya. Sehingga atas berita
tersebut saham dan obligasi perusahaan tersebut langsung
jatuh. Dan jatuhnya saham serta obligasi perusahaan tersebut
tidak diikuti oleh perusahaan lain.

3. Metode Pengukuran Risiko Pasar : Deviasi Standar dan VAR


1) Deviasi Standar
Deviasi standar adalah mengukur besarnya penyimpangan dari
nilai ekspektasinya. Semakin tinggi deviasi standar, semakin tinggi
ketidakpastian atau risiko semakin besar. Deviasi standar digunakan
untuk membandingkan penyebaran dan penyimpangan dua kelompok
data atau lebih. Bila deviasi standarnya kecil, maka menunjukkan nilai
sebaran data mengelompok disekitar nilai rata-rata hitungnya. Artinya
nilai data yang tersebar mempunyai kesamaan. Bila nilai deviasi
standarnya besar, maka penyebaran nilai tengah juga besar. Selain
itu, menunjukkan adanya perbedaan jauh diantara data-data yang
tersebar. Maka, nilai deviasi standar yang tinggi, akan dipandang
kurang baik. Sementara z-score digunakan untuk mengambil sampel
dalam satu set data atau untuk menentukan berapa jumlah deviasi
standar di atas atau di bawah mean. Untuk menghitung z-score harus
mencari selisih antara value sampel dan value mean lalu membaginya
dengan deviasi standar.
Dalam manajemen risiko, pengukuran risiko dengan nilai
standar atau z-score digunakan apabila :
a. Ada data historis.
b. Data dalam bentuk kontinus.
Suatu data disebut kontinus karena dapat tersaji dalam bentuk
desimal. Misalnya, risiko berat badan melebihi 100 Kg. disini berat
badan yag diukur dengan Kg bisa saja 100,5 Kg atau 100,2 Kg
dan/atau seterusnya.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung
kemungkinan risiko jika menggunakan metode nilai standar ini.

8
Adapun langkah-langkah perhitungannya, yaitu :
a. Menghitung Nilai Rata-Rata
Rata-rata diperoleh dengan cara sebagai berikut.

Dimana :

= Rata-rata
Xi = Nilai per data
N = Jumlah data
b. Menghitung Deviasi Standar

c. Menghitung Nilai Standar ( Z Score)

d. Mencari Probabilitas
Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z. carilah nilai z pada sisi
kiri untuk nilai persepuluhnya dan di bagian atas untuk
perseratusnya, pertemuan antara z pada isi tabel merupakan
probabilitas yang dicari.
Contoh Kasus :
Sebuah perusahaan yang memproduksi minuman energi yang
dikemas dalam botol dengan ukuran 100 ml ingin mengetahui
besarnya risiko memproduksi barang tidak sesuai dengan ukuran
standar. Dari data historis 5 botol yang diamati ternyata ukurannya
tidak semua tepat 100 ml, tetapi bervariasi sebagai berikut :

9
Botol 1 : 120 ml, botol 2 : 98 ml, botol 3 : 100 ml, botol 4 : 92,5 ml,
botol 5 : 103 ml. Variasi yang bisa ditolerir adalah +/- = 3 ml. jadi,
selama ukuran diantara 97 sampai dengan 103 dianggap memenuhi
standar. Perusahaan ingin mengetahui berapa besar risiko
kemungkinan memproduksi barang dengan ukuran produk barang dari
97 ml ?
Penyelesaian Perhitungan :
a. Menghitung Rata-Rata

= 102 + 98,5 + 100 + 92,5 + 103


5
= 99,2
b. Menghitung Deviasi Standar

c. Menghitung Z Score

Angka minus menunjukkan bahwa nilai 0,533 berada di sebelah


kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Jika hasil z-score nya
positif berarti nilai tersebut berada disebelah kanan dari nilai rata-rata

10
di kurva distribusi normal. Cara menggunakan tabel distribusi normal
adalah dengan melihat nilai z kemudian cari probabilitasya. Dari hasil
tersebut didapati bahwa nilai z = -0,533 menunjukkan bahwa nilai
tersebut berada disebelah kiri dari rata-rata di distribusi normal karena
nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama dengan
nol (0). Untuk z = 0,533 (atau jika dibulatkan dua digit setelah koma
sama dengan 0,53), lihat di tabel z. untuk angka 0,5 kemudian lihat
baris paling atas sejajar dengan huruf z untuk angka 0,03 (ini
menunjukkan nilai 0,53). Pertemuan antara kolom 0,5 dan baris 0,03
diperoleh angka 0,298. Angka ini menunjukkan daerah sebelah kanan
nilai z jika positif dan sebelah kiri nilai z jika negatif. Jika z negatif itu
berarti sebelah kiri nilai tersebut adalah daerah yang lebih kecil dari
nilai z negatif.

Pada contoh diatas x = 97 (atau jika nilai ini distandarkan


menjadi sama dengan 0,53). Jika ingin mengetahui probabilitas lebih
kecil dari 97 ml, berarti dicari nilai probabilitas yang lebih kecil dari z =
-0,53 (daerah disebelah kirinya) atau sama dengan 0,298
sebagaimana yang diperoleh dari tabel. Nilai 0,290 ini adalah
probabilitas x lebih kecil dari 97. Dengan kata lain kemungkinan atau
probabilitas ukuran minimum dalam kemasan lebih kecil dari 97 ml
sama dengan 0,298 atau 29,8%. Kalau ditanya berapa probabilitas
perusahaan memproduksi minum dalam kemasan yang tidak sesuai
standar yaitu ukuran lebih kecil dari 97 ml dan lebih besar 103 ml
maka perlu dicari nilai z unit. x = 97 dan nilai z unit = 103. Dengan
demikian akan dicari berapa probabilitas yang berada disebelah kiri
(karena lebih kecil) dari 97 probabilitas disebelah kanan (karena lebih

11
besar) dari 103 dari tabel z. Nilai z untuk x = 97 ml sudah diketahui
dari perhitungan diatas sama dengan 0,53.
Nilai z untuk x 103 adalah dari tabel didapati nilai probabilitas
yang sama dengan 0,179 atau sama dengan 17,9%. Dengan
demikian probabilitas lebih kecil dari 97 ditambah dengan probabilitas
lebih besar dari 103 atau 0,298 + 0,179 = 0,477 atau 47,7%. Ini
adalah kemungkinan atau probabilitas memproduksi minum dengan
kemasan kecil dari 97 ml dan lebih besar dari 103 ml adalah 47,7%.

2) Value At Risk (VAR)

Dalam ekonomi dan keuangan Value At Risk (VAR) adalah


kerugian maksimum yang akan dilewati untuk suatu probabilitas yang
didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan selama satu periode waktu
tertentu. VAR merupakan metode yang paling efektif digunakan untuk
mengukur dampak risiko. Penggunaan VAR dalam mengukur dampak

12
risiko hanya dapat dilakukan apabila ada data historis sebelumnya.
Jika tidak ada data historis, metode VAR tidak dapat digunakan.
Setiap kali terjadi risiko, akan memberikan dampak kerugian. Pada
umumnya, kerugian dapat dihitung dalam rupiah, sehingga jika terjadi
risiko, perusahaan akan mengetahui besar kerugian yang diderita
dalam rupiah. Apabila ada data tentang kerugian yang diderita di
waktu yang lalu, kita dapat menghitung besarnya kerugian yang akan
diderita jika risiko terjadi. Tentu besarnya kerugian yang diperkirakan
ini tidak persis sama dengan yang sesungguhnya terjadi jika risiko
terjadi. Namun, kita bisa tetapkan besarnya kerugian dengan suatu
tingkat keyakinan. Misalnya kita yakin 95% bahwa ruginya tidak akan
lebih besar dari Rp 50 juta. Penggunaan VAR dalam menghitung
dampak risiko mengakomodasi keadaan seperti ini, jadijika dikatakan
VAR Rp 10 juta at 5%. Artinya, kerugian yang diderita Rp 10 juta,
namun ada 5% kemungkinan kerugian lebih besar dari 10 juta. Atau
bisa juga dikatakan ada 95% kemungkinan kerugian tidak lebih besar
dari Rp 10 juta (tersirat ada 5% kemungkinan kerugian lebih besar
dari 10 juta).
Perhitungan dan Rumus VAR, yaitu :

Dimana
VaR = Value At Risk

= Rata-rata kejadian merugikan x


z = Nilai z yang diambil dari tabel Distribusi Normal
s = Deviasi standar yang diperoleh dari

n = Banyaknya kejadian merugikan.


Langkah-langkah dalam Menentukan VAR :

13
a. Tentukan risikonya
b. Kumpulkan data historis tentang besarnya kerugian dalam rupiah
yang diderita atas risiko tersebut.
c. Hitung rata-rata
d. Hitung deviasi standar (s)
e. Tentukan tingkat keyakinan yang diinginkan
f. Carilah nilai z sesuai dengan tingkat keyakinan yang telah
ditetapkan
g. Hitung VAR nya
Contoh Kasus :
Selama enam bulan terakhir terjadi tiga kali demo yang dilakukan oleh
karyawan perusahaan. Kerugian yang diderita akibat demo tersebut adalah :

Demo Kerugian
1 Rp 10 juta
2 Rp 15 juta
3 Rp 5 juta

Jika karyawan demo lagi, berapa maksimal kerugian yang akan


diderita perusahaan dengan tingkat keyakinan 95% ?
Perhitungan dengan Metode VAR, yaitu :
Menghitung rata-rata

Tingkat keyakinan yang diinginkan 95%. Nilai z dari tabel pada


tingkat keyakinan 95% atau pada tingkat signifikansi 5% atau 0,05
adalag 1,645. Nilai 1,645 diperoleh dengan :
a. Cari nilai di dalam tabel yang mendekati 0,05 lalu lihat z nya sama
dengan berapa.
b. Nilai z berada di kolom paling kiri dan di baris paling atas.

14
c. Perhatikan dari tabel, nilai yang paling dekat adalah 0,051 untuk z
= 1,64 dan 0,049 untuk z = 1,65.
d. Ini berarti jika 0,05, z berada diantara 1,64 dan 1,65 atau sama
dengan 1,645.
e. Itu sebabnya nilai z yang diperoleh adalah 1,645.

Dengan kata lain, dengan tingkat keyakinan 95% kerugian yang


diderita maksimal Rp 14,75 juta. Namun, ada 5% kemungkinan lebih
besar dari Rp 14,75 juta . hal ini dinyatakan sebagai berikut :
VAR Rp 14,75 juta at 5%. Hasil dari pengukuran dampak risiko ini
kemudian ditulis pada formulir status risiko.

4. Manajemen Risiko Pasar : Diversifikasi


Konsep diversifikasi pada dasarnya dilakukan untuk
mengurangi risiko yang terjadi dengan cara mengalokasikan modal
atau sumber daya keuangan pada berbagai unit usaha atau saham
sehingga terbentuk suatu portofolio.  Dengan terbentuknya suatu
portofolio dengan jumlah aset yang semakin banyak maka aspek

15
risiko yang mungkin terjadi semakin kecil atau bahkan nol untuk yang
tidak terhingga.

1)    Aset yang Independen

Misalnya portofolio dengan N aset yang independen satu


sama lain. Risiko aset diukur dengan standar deviasi, sehingga
tingkat keuntungan aset yang diharapkan dan risiko aset tersebut
adalah
Tingkat keuntungan yang diharapkan = E(Ri) = (R1),…,(RN)
Risiko aset = i      = 1,…,N
Risiko portofolio (diukur melalui variansnya) adalah varian
aset individual dibagi dengan jumlah aset (N) dalam portofolio.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika N menjadi semakin besar,
maka risiko portofolio akan semakin turun. Jika N mendekati tidak
terhingga (N → ∞), maka risiko portofolio akan menjadi nol.
Dengan kata lain, kita mempunyai portofolio dengan tingkat
keuntungan yang pasti (tidak ada kemungkinan penyimpangan).
2) Aset yang Tidak Independen
Kembali ke permasalahan di muka, yaitu kita mempunyai
portofolio yang terdiri dari N aset, tetapi aset tersebut berkaitan
(berkorelasi, atau tidak independen) satu sama lain. Kita ingin
melihat tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko dari
portofolio tersebut. Sama seperti sebelumnya, aset-aset tersebut
mempunyai ukuran yang sama, distribusi yang sama, dengan
risiko yang sama.
3) Tujuan Perusahaan Melakukan Diversifikasi
Berikut ini menurupakan tujuan perusahaan melakukan
diversifikasi, yaitu :
a. Pertumbuhan Nilai Tambah
Tujuan ini bisa dipenuhi pada saat investasi yang
dilakukan perusahaan memberikan laba atau keuntungan
untuk perusahaan. Misalnya mengakuisisi perusahaan yang

16
mempunyai sumber daya strategis seperti pemasok yang
memproduksi bahan baku utama perusahaan atau merupakan
distributor yang sudah mempunyai saluran distribusi yang
luas.
b. Meratakan Risiko
Tujuan ini bermaksud bahwa dengan adanya investasi
terhadap beberapa usaha maka risiko yang dimiliki satu usaha
tidak berpengaruh secara total pada perusahaan karena bisa
diimbangi oleh return dari usaha lainnya.
c. Mencapai Sinergi
Kombinasi antara segmen usaha diinginkan bisa
memiliki kemampuan untuk mencapai sesuatu, yang tidak
mungkin diraih jika usaha tersebut bekerja sendiri-sendiri.
d. Mengedalikan Pemasok dan Distributor
Mengendalikan disini mempunyai tujuan mempermudah
perusahaan dalam pengendalian harga dan mutu supaya bisa
bersaing.
4) Jenis-Jenis Diversifikasi Perusahaan
Jenis-jenis diversifikasi perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu diversifikasi vertikal dan diversifikasi horizontal.
Berikut ini penjelasan mengenai kedua jenis diversifikasi
perusahaan.
a. Diversifikasi Vertikal
Bentuk diversifikasi vertikal merupakan diversifikasi dari
atas ke bawah. Setiap perusahaan secara bebas memasarkan
produknya (tidak harus ke bawahnya). Misalnya perusahaan
peternakan tidak harus hanya menjual hasil ternaknya ke
perusahana kulit milik orang lain, dapat juga ke perusahaan
olahan kulit yang lainnya bahkan pesaing.
b. Diversifikasi Horizontal
Tidak sama dengan vertial, diversifikasi horizontal
merupakan membagi usaha baik konsentris dan konglomerasi

17
(masing-masing dijelaskan dibawah) kesamping. Yang artinya
bahwa masing-masing unit produksi atau usaha mempunyai
tingkatan dan derajat yang sama, yang menjadi pembeda
adalah target pasar dan kebutuhan calon pembeli.
5) Strategi Diversifikasi
Dalam manajemen risiko, strategi diversifikasi terdiri dari
dua, yaitu strategi diversifikasi konsentris dan strategi diversifikasi
konglomerasi. Berikut penjelasannya.
a. Strategi Diversifikasi Konsentris
Yakni suatu strategi menambahkan produk baru yang
masih ada hubungannya dalam hal kesamaan teknologi,
fasilitas bersama, atau jaringan pemasaran yang sama
dengan produk yang ada sekarang ini.
b. Strategi Diversifikasi Konglomerasi
Merupakan salah satu strategi menambahkan produk
baru yang dipasarkan pada pasar baru yang tidak
berhubungan dengan yang ada sekarang ini. Supaya berjalan
efektif, terdapat beberapa pedoman strategi diversifikasi
konglomerasi untuk diikuti, yakni sebagai berikut :
a) Terjadi penurunan penjualan dan keuntungan.
b) Kemampuan manajerial dan modal untuk berkompetisi
pada industri baru.
c) Tercipta sinergi yang finansial antar dua perusahaan
(yang mengakuisisi dan yang diakuisisi) untuk produk
sekarang ini yang telah jenuh.
d) Terdapat peluang untuk memperoleh bisnis baru yang
tidak berhubungan tetapi mempunyai peluang investasi
yang menarik.
e) Terdapat tindakan antitrust atas bisnis yang terkonsentrasi
pada bisnis tunggal.
Daftar Pustaka

18
Hanafi, Mamduh. 2016. Manajemen Risiko. Edisi Ketiga. Yogyakarta :
UPP STIM YKPN
Helmi, Andri. 2014. Risiko Pasar. https://andrihelmi.files.wordpress.
com/2014 /09/pertemuan-11-risiko-pasar.pdf (Diakses pada tanggal
27 September 2020)
Setiana, Rahma dan Dwi Rahayu. 2012. Resiko Pasar.
http://resikopasar.blog spot.com/2012/06/resiko-pasar.html (Diakses
pada tanggal 27 Septemb er 2020)

19

Anda mungkin juga menyukai