BPJS KETENAGAKERJAAN
Oleh:
Drs. SUWARTONO, M.Pd.
DINAS SOSIAL KABUPATEN WONOGIRI
LATAR BELAKANG
• KEGOTONG-ROYONGAN
• NIRLABA
• KETERBUKAAN
• KEHATI-HATIAN
• AKUNTABILITAS
• KEPESERTAAN BERSIFAT WAJIB
TUJUAN :
JAMINAN
KECELAKAAN JAMINAN
KERJA (JKK) JAMINAN PENSIUN
HARI TUA
(JHT) JAMINAN JAMINAN
KEMATIAN KESEHATAN
(JK)
A. BPJS KESEHATAN :
BADAN HUKUM PUBLIK YG BERTANGGUNG JAWAB KEPADA PRESIDEN DAN
DIBENTUK UNTUK MENYELENGGARAKAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL (JKN)
B. BPJS KETENAGAKERJAAN :
BADAN HUKUM PUBLIK YG BERTANGGUNG JAWAB KEPADA PRESIDEN
DAN DIBENTUK UNTUK MENYELENGGARAKAN PROGRAM JAMINAN
KECELAKAAN KERJA, JAMINAN HARI TUA, JAMINAN PENSIUN DAN
JAMINAN KEMATIAN
Ukuran Kriteria
Usaha Aset Omset
Maksimal 300
Usaha Mikro Maksimal 50 juta
juta
>300 juta – 2,5
Usaha Kecil > 50 juta – 500 juta
Milyar
> 2,5 Milyar – 50
Usaha Menengah > 500 juta – 10 milyar
Milyar
Besar > 10 Milyar > 50 Milyar
JAMINAN KECELAKAAN KERJA
Berdasarkan PP No. 44/2015 dan
Permenaker No. 26/2015
IURAN JKK :
BAGI PESERTA PENERIMA UPAH YG BEKERJA PADA PEMBERI KERJA
SELAIN PENYELENGGARA NEGARA, DIDASARKAN PADA 5(LIMA)
KELOMPOK TINGKAT RESIKO LINGKUNGAN KERJA, MELIPUTI :
1. RESIKO SANGAT RENDAH 0,24% X UPAH SEBULAN
2. RESIKO RENDAH 0,54% X UPAH SEBULAN
3. RESIKO SEDANG 0,89% X UPAH SEBULAN
4. RESIKO TINGGI 1,27% X UPAH SEBULAN
5. RESIKO SANGAT TINGGI 1,74% X UPAH SEBULAN
15 2/17/2020
Jaminan Kecelakaan Kerja
Di tempat kerja
Berangkat kerja
& pulang
(jalur yang wajar dilalui)
Saat dinas
Termasuk penyakit akibat kerja :
PENGERTIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA/PAK
(Occupational Diseases)
• ILO, 1996 :
Occupational Disease/PAK : Penyakit yang diderita
sebagai akibat pemajanan faktor-faktor yang timbul
dari kegiatan pekerjaan.
1. BIAYA PENGANGKUTAN :
- ANGKUTAN DARAT Rp.1.000.000.
- ANGKUTAN LAUT Rp.1.500.000.
- ANGKUTAN UDARA Rp.2.500.000.
3. SANTUNAN CACAT :
CACAT ANATOMIS = % SESUAI TABEL X 80 X US
CACAT FUNGSI = % BERKURANG FUNGSI X % TABEL X 80 X US
CACAT TOTAL TETAP = 70% X 80 X US
MANFAAT JKK...........
1. Santunan Sekaligus
60% x 80 bulan dasar Sembuh
upah
2.Santunan Sekaligus
sebesar Rp4.800.000,- Cacat Total Tetap
atau Berkala 1.Santunan Sekaligus
Rp 200.000 70% x 80 bln dasar upah
selama 24 bulan Meninggal 2.Santunan sekaligus
3.Biaya pemakaman sebesar Rp4.800.000,-
Cacat
Rp 3.000.000 Dunia atau berkala
4. Beasiswa pendidikan Rp.200.000 / bln Cacat Total Sebagian Cacat Fungsi
anak; Rp12.000.000,- selama 24 bulan - Santunan Sekaligus - % kurang fungsi x
3. Beasiswa pendidikan anak % tabel x 80 bulan upah % tabel x 80 bulan upah
sebesar Rp12.000.000,-
Lampiran :
PP No. 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program JKK dan JKM)
Persentase Santunan Cacat Tetap Sebagian & Cacat-cacat lainnya :
%x
Macam Cacat Tetap Sebagian Upah
1. Lengan kanan dr sendi bahu ke bwh 40
2. Lengan kiri dr sendi bahu ke bwh 35
3. Lengan kanan dr atau dr atas siku ke bwh 35
4. Lengan kiri dr atau dr atas siku ke bwh 30
5. Tangan kanan dr atau dr atas pergelangan ke bwh 32
6. Tangan kiri dr atau dr atas pergelangan ke bwh 28
7. Kedua belah kaki dr pangkal paha ke bwh 70
8. Sebelah kaki dr pangkal paha ke bwh 35
9. Kedua belah kaki dr mata kaki ke bwh 50
10. Sebelah kaki dr mata kaki ke bwh 25
11. Kedua belah mata 70
12. Sebelah mata atau diplopia pd penglihatan dekat 35
%x
Macam Cacad Tetap Sebagian Upah
13. Pendengaran pd kedua belah telinga 40
14. Pendengaran pd sebelah telinga 20
15. Ibu jari tangan kanan 15
16. Ibu jari tangan kiri 12
17. Telunjuk tangan kanan 9
18. Telunjuk tangan kiri 7
19. Salah satu jari lain tangan kanan 4
20. Salah satu jari lain tangan kiri 3
21. Ruas pertama telunjuk kanan 4,5
22. Ruas pertama telunjuk kiri 3,5
23. Ruas pertama jari lain tangan kanan 2
24. Ruas pertama jari lain tangan kiri 1,5
25. Salah satu ibu jari kaki 5
26. Salah satu jari telunjuk kaki 3
%x
Macam Cacad Tetap Sebagian Upah
27. Salah satu jari kaki lain 2
28. Terkelupasnya kulit kepala 10-30
29. Impotensi 30
30. Kaki memendek sebelah : Kurang dr 5 cm 10
5 – 7,5 cm 20
7,5 atau lebih 30
31. Penurunan daya dengar kedua belah telinga setiap 10 Db. 6
32. Penurunan daya dengar sebelah telinga stp 10 Db.
33. Kehilangan daun telinga sebelah 3
34. Kehilangan kedua belah daun telinga 5
35. Cacat hilangnya cuping hidup 10
36. Perforasi sekat rongga hidung 30
37. Kehilangan daya penciuman 15
10
%x
Macam Cacad Tetap Sebagian Upah
38. Hilangnya kemampuan kerja fisik
50% – 70% 40
25% – 50% 20
10% – 25% 5
39. Hilangnya kemampuan kerja mental tetap 70
40. Kehilangan sebgn fungsi penglihatan stp kehilangan 7
efisiensi tajam penglihatan 10%
41. Apabila efisiensi penglihatan kanan dan kiri berbeda, maka 7
efisiensi penglihatan binokuler dgn rumus kehilangan eff
penglihatan (3 x % eff penglihatan terbaik) + % eff penglht
terburuk. Setiap kehilangan eff tajam penglihatan 10%
42. Kehilangan penglihatan warna
43. Setiap kehilangan lapangan pandang 10% 10
7
BPJS KETENAGAKERJAAN WAJIB MEMBAYAR MANFAAT JKK PALING
LAMA 7 HARI KERJA SEJAK DIPENUHINYA PERSYARATAN ADMINISTRATIF
DAN TEKNIS
IURAN JHT :
BAGI PESERTA PENERIMA UPAH YG BEKERJA PADA
PEMBERI KERJA SELAIN PENYELENGGARA
NEGARA SEBESAR 5,7 % X UPAH SEBULAN
(PESERTA 2% ; PEMBERI KERJA 3,7%)
UPAH SEBAGAI DASAR PEMBAYARAN IURAN
TERDIRI DARI
UPAH POKOK + TUNJANGAN TETAP
MANFAAT JHT
IURAN JKM :
BAGI PESERTA PENERIMA UPAH YG
BEKERJA PADA PEMBERI KERJA SELAIN
PENYELENGGARA NEGARA SEBESAR
0,30% X UPAH SEBULAN
SELAIN
BERDASARKAN LAPORAN BPJS, INSTANSI YG BERTANGGUNG
JAWAB DIBIDANG KETENAGAKERJAAN, DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN
TERHADAP PEMBERI KERJA SELAIN PENYELENGGARA NEGARA YG
PELAKSANAANNYA DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG UNDANGAN
PERAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN
( BERDASARKAN PP NO.44 TAHUN 2015, PP NO.45 TAHUN 2015,
PP NO.46 TAHUN 2015 )
- DALAM HAL TERJADI PDS PROGRAM, SEHINGGA PEKERJA HANYA DIIKUTKAN PADA SEBAGIAN
PROGRAM SAJA, MAKA BILA TERJADI RESIKO TERHADAP PEKERJA, PEMBERI KERJA WAJIB
MEMBAYAR HAK2 NYA SESUAI PP INI.
A. Penghapusan :
1. Tidak lagi memenuhi kriteria sebagai Fakir Miskin dan Orang Tidak
Mampu dikarenakan hal sebagai berikut:
a) Peserta PBI Jaminan Kesehatan berubah status menjadi mampu;
dan
b) Peserta PBI Jaminan Kesehatan berubah menjadi pekerja
penerima upah.
2. Peserta PBI Jaminan Kesehatan yang telah meninggal dunia.
3. Peserta PBI Jaminan Kesehatan ganda:
a) peserta yang terdaftar lebih dari 1 (satu) kali berdasarkan variabel:
nama, NIK, tanggal lahir, alamat, dan jenis kelamin; dan
b) peserta yang terdaftar di luar PBI Jaminan Kesehatan.
B. Penggantian dan penambahan berasal dari Fakir Miskin dan
Orang Tidak Mampu:
1. yang belum masuk dalam data PBI Jaminan Kesehatan yang memenuhi
kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu;
• Kriteria fakir miskin dan orang • Fakir miskin dan orang tidak
tidak mampu yang teregister mampu yang belum
berdasarkan Basis Data Terpadu teregister, adalah orang atau
(BDT) hasil Pendataan Program keluarga miskin yang belum
Perlindungan Sosial masuk/belum tercatat dalam
Basis Data terpadu (BDT)
FAKIR MISKIN BELUM
TEREGISTER
a. gelandangan; h. perseorangan penerima manfaat
b. pengemis; Lembaga Kesejahteraan Sosial;
c. perseorangan dari Komunitas Adat i. penghuni Rumah Tahanan/Lembaga
Terpencil; Pemasyarakatan;
d. perempuan rawan sosial ekonomi; j. penderita Thalassaemia Mayor;dan
e. korban tindak kekerasan; k. penderita Kejadian Ikutan Paska
f. pekerja migran bermasalah sosial; Imunisasi (KIPI).
g. masyarakat miskin akibat bencana
alam dan sosial pasca tanggap darurat
sampai dengan 1 (satu) tahun setelah
kejadian bencana
Proses Mekanisme Perubahan
Fakir Miskin :
untuk gelandangan, pengemis, perseorangan penerima manfaat
Lembaga Kesejahteraan Sosial, perseorangan dari Komunitas
Adat Terpencil, perempuan rawan sosial ekonomi, korban
tindak kekerasan, dan pekerja migran bermasalah sosial dengan
surat rekomendasi dari Kementerian Sosial, dinas/intansi sosial
provinsi, dinas/intansi sosial kabupaten/kota, camat, kepala
desa/lurah, dan/atau Lembaga Kesejahteraan Sosial;
penghuni Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan,
dengan surat rekomendasi dari Kepala Lembaga
Pemasyarakatan/Kepala Rumah Tahanan setempat;
penderita Thalassaemia Mayor,berdasarkan kartu penderita
Thalassaemia yang diterbitkan oleh Yayasan Thalassaemia
Indonesia dan bagi penderita baru dengan menunjukan surat
keterangan dari Ketua Yayasan Thalassaemia Indonesia cabang,
direktur rumah sakit, dan/atau kepala Puskesmas dengan
keterangan bahwa yang bersangkutan menderita Thalassaemia
Mayor;
Lanjutan………