Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelelahan kerja merupakan masalah yang umum kita dapati di tempat


kerja yang sering dialami oleh tenaga kerja . Menurut beberapa peneliti
kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat
menurunkan produktivitas tenaga kerja. Kelelahan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja .
Seirama dengan lajunya pembagunan, maka semakin pesat pula
perkembangan di berbagai sektor kegiatan ekonomi. Pembangunan nacional
yang kita laksanakan sekarang ini pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia.
Disamping dampak positif akibat tumbuh kembangnya semua sektor
tersebut, tidak jarang pula timbul akibat yang merugikan baik seluruh aset
produksi maupun pada para pekerja. Oleh karena pembangunan hasilnya
untuk manusia dan diselenggarakan oleh manusia, maka unsur tenaga kerja
dan lingkungan kerja hendaknya jangan sampai dikorbankan atau
dikesampingkan dalam pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Maka perlu
adanya upaya perlindungan dan pengamanan bagi tenaga kerja sebagai
sumber daya manusia untuk pembangunan (Sumamur, 1996)
Karena hal tersebut maka perlu dilakukan adanya pengukuran tingkat
kelelahan terhadap pekerja agar dapat diketahui bagaimana keadaan pekerja
dilapangan sehingga dapat meminimalisir dampak-dampak dari kelelahan
kerja yang dapat merugikan pekerja dan pengusaaha.

1
2

B. Tujuan
1. Untuk mengerti definisi dari kelelahan akibat kerja.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kelelahan akibat kerja.
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kelelahan akibat kerja.
4. Untuk mengetahui cara pengukuran kelelahan akibat kerja.
5. Untuk mengetahui hasil pengukuran kelelahan akibat kerja.

C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
a. Dapat mengetahui definisikelelahan kerja dan jenis-jenisnya.
b. Dapat mengetahui klasifikasi dari kelelahan akibat kerja.
c. Dapat mengetahui faktor yang menyebabkan kelelahan akibat kerja.
d. Dapat mengetahui cara pengukuran kelelahan akibat kerja.
e. Dapat mengetahui hasil pengukuran kelelahan akibat kerja.
2. Bagi D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Dapat menambah pengetahuan bagi seluruh mahasiswa D.4 Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tentang kelelahan kerja.
b. Dapat mendidik mahasiswanya menjadi mahasiswa yang bermutu,
berdaya saing, dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
c. Mendapatkan status atau akreditasi yang baik karena meluluskan
mahasiswa-mahasiswanya yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
d. Dapat memberikan gambaran mengenai kelelahan kerja dan cara
mengatasinya di lingkungan kerja.
e. Dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga kerja dari lulusan Diploma
4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f. Dapat memberikan kemampuan hard skill, soft skill dalam bidang K3
untuk menunjang dalam dunia kerja.
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kelelahan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kelelahan berasal dari kata
lelah yang berarti penat, letih, payah, lesu, dan tidak bertenaga. Kelelahan
adalah perihal (keadaan) lelah, kepenatan, kepayahan. Kelelahan
emosional adalah kelelahan yang diekspresikan dalam bentuk perasaan
frustasi, putus asa, merasa terjebak, tidak berdaya, tertekan, dan merasa
sedih atau apatis terhadap pekerjaan. Kelelahan fisik adalah kelelahan
yang ditandai oleh adanya keletihan, kejenuhan, ketegangan otot,
perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur, serta secara umum tingkat
energinya rendah (Departemen Pendidikan nasional, 2002: 653).
Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat
subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi
dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme
perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut,
sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Sumamur, 1996: 67).
Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya
efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik
tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Sritomo
Wignjosoebroto, 2003:283). Kelelahan adalah proses yang
mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai
akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012)
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja
merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga
individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain,
kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang
4

berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan


kerja (Nurmianto, 2004).
Kelelahan merupan kondisi yang ditandai dengan perasaan lelah dan
menurunkan kesiagaan serta berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Kelelahan kerja dalam suatu industri berkaitan pada tiga gejala yang
saling berhubungan yaitu perasaan lelah, penurunan fisiologis dalam
tubuh dan menurunnya kapasitas kerja. Menurut Grandjean (1993)
kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah
dan penurunan kesiagaan. Berdasarkan beberapa defenisi disimpulkan
kelelahan atau fatigue menunjukkan keadaan yang berbeda-beda , tetapi
dari semua keadaan kelelahan berakibat pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh. Secara konseptual keadaan lelah meliputi aspek
fisiologis maupun aspek psikologis dan bersifat subjektif dimana ditandai
dengan penurunan kinerja fisik, perasaan lelah, penurunan motivasi, dan
penurunan produktivitas kerja.
Kelelahan diklasiflkasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan
kelelahan umum.Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot atau
perasaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai
dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh
karena monotom, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan,sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi
(Grandjean, 1993 cit Tarwaka, 2004).
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan
sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya
terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata - rata beban kerja melebihi 30-
40% dari tenaga aerobik maksimal (Astrand & Rodahl, 1977 dan Pulat,
1992 cit Tarwaka, 2004).
Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala.
Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian
kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental
5

fatigue. Dengan kelelahan fisik otot kita tidak dapat melakukan kegiatan
apapun semudah seperti sebelumnya. Dengan kelelahan mental kita tidak
dapat memusatkan pikiran seperti dulu.
Pada survey di USA, kelelahan merupakan masalah yang besar.
Ditemukan sebanyak 24% dari seluruh orang dewasa yang datang ke
poliklinik menderita kelelahan kronik (Hardi, 2006). Data yang hampir
sama terlihat dalam komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggeris
yang menyebutkan bahwa 25% wanita dan 20% pria selalu mengeluh
lelah. Penelitian lain yang mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan
menunjukan bahwa 64% kasus kelelahan disebabkan karena faktor psikis,
3% karena faktor fisik dan 33% karena kedua faktor tersebut (Setyawati,
1996)
Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu menit pada keadaan
istirahat. Frekuensi melambat selama tidur dan dipercepat oleh emosi,
olahraga, demam dan rangsang lain. Berbagai macam kondisi kerja dapat
menaikkan denyut jantung seperti bekerja dengan temperatur yang tinggi,
tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot yang terlibat
dalam suatu kondisi kerja.

2. Jenis-Jenis Kelelahan Kerja.


Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.
Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot,
sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan
untuk bekerja yang sebabnya adalah persyaratan atau psikis. Sebab-sebab
kelelahan umum adalah monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton),
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan,sebab-sebab
mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran, dan konflik serta penyakit-
panyakit. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul di dalam tubuh
manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktivitas) seperti halnya kelelahan
fisiologis berakibatkan tidur. Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat.
6

Tetapi jika dipaksakan terus kelelahan akan bertambah dan sangat


mengganggu. Kelelahan sama halnya dengan keadaan lapar dan haus
sebagai suatu mekanisme untuk mendukung kehidupan. Istirahat sebagai
usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu
sebentar sampai dengan tidur malam hari (Sumamur, 1996).
Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya
kerja fisik, keadaan dirumah, sebab- sebab mental, status kesehatan dan
keadaan gizi (Tarwaka, 2004: 107).
Menurut Poppy Anjelisa Z., Hsb, M.Si, Apt, dalam sebuah artikel
mengenai kelelahan tahun 2009, kelelahan dapat diklasifikasikan dalam
tujuh bagian yaitu :
a. Kelelahan visual, yaitu kelelahan yang terjadi pada mata
b. Kelelahan tubuh, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan
c. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pikiran dan
perasaan
d. Kelelahan saraf, yaitu kelelahan yang disebabkan tekanan yang
berlebihan pada salah satu bagian sistim psikomotor
e. Pekerjaan yang bersifat monoton
f. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka
panjang
g. Kelelahan sirkadian, yaitu kelelahan yang terjadi akibat irama
sirkadian misalnya ritme siang-malam, pagi-sore.
Kelelahan menurut Sumamur (2009) dan Tarwaka (2014), kelelahan
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan proses Kelelahan otot, merupakan kelelahan yang
ditandai dengan kondisi tremor atau perasaan nyeri pada otot.
Kelelahan ini terjadi karena penurunan kapasitas otot dalam bekerja
akibat dari kontraksi yang berulang, baik karena gerakan yang statis
maupun dinamis. Sehingga seseorang tampak kehilangan
kekuatannya untuk melakukan pekerjaan, meliputi :
7

1) Kelelahan otot (muscular fatigue)


Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang
luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi.
Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak
dari luar (external signs). Pada percobaan dengan
menggunakan seekor katak, apabila sebagian otot katak
tersebut dialiri listrik, ternyata terjadi kontraksi dan
berkurangnya kemampuan kerja otot dalam hal melakukan
aktivitas pembebanan. Dalam beberapa detik kemudian akan
terlihat beberapa hal sebagai berikut :
a) Menurunnya ketinggian beban yang mampu di angkat
b) Merendahnya kontraksi dan relaksasi
c) Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih
lama
2) Kelelahan Umum, Merupakan kelelahan yang ditandai dengan
berkurangnya kemauan untuk bekerja karena pekerjaan yang
monoton, intensitas, lama kerja, kondisi lingkungan, sesuatu
yang mempengaruhi mental, status gizi, dan status kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardiani (2011) juga
membuktikan bahwa sebesar 60% pekerja buruh angkut dengan
sikap kerja yang tidak baik mengalami kelelahan secara umum.
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena motoni;
intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-
sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean
1993). Gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih
yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi
terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan
terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik
maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.
8

b. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, meliputi :


1) Kelelahan akut, merupakan kelelahan yang ditandai dengan
kehabisan tenaga fisik dalam melakukan aktivitas, serta akibat
beban mental yang diterima saat bekerja. Kelelahan ini muncul
secara tiba-tiba karena organ tubuh bekerja secara berlebihan.
2) Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik
terhadap perpanjangan stress. juga disebut dengan kelelahan
klinis yaitu kelelahan yang diterima secara terus-menerus karena
faktor atau kegiatan yang dilakukan berlangsung lama dan
sering. Kelelahan ini sering terjadi sepanjang hari dalam jangka
waktu yang lama, serta kadang muncul sebelum melakukan
pekerjaan dan menimbulkan keluhan seperti sakit kepala, sulit
tidur, hingga masalah pencernaan.

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kelelahan Kerja.


Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang
menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara
lain:
a. Faktor dari dalam individu
1) Usia
Usia atau umur merupakan waktu atau masa hidup
seseorang selama masih hidup didunia yang dihitung mu lai
dari manusia dilahirkan. Umur adalah variabel yang selalu
diperlihatkan di dalam penyeledikan-penyeledikan
epidemiologi. Pada umumnya usia yang telah lanjut
kemampuan fisiknya juga menurun. Proses menjadi tua akan
disertai kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-
perubahan pada fungsi-fungsi tubuh, sistem kardiovaskuler
dan hormonal (Sumamur, 1992).
Semakin tua umur seseorang, maka kebutuhan energi
semakin menurun. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya
9

perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, seperti sistem


kardiovaskuler, dan sistem hormonal tubuh. Pada umumnya
pada usia lanjut, kemampuan kerja otot semakin menurun
terutama pada pekerja berat. Pada umumnya diketahui bahwa
beberapa kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan
kecepatan reaksi menurun sesudah usia 40 tahun. Makin tua
usia, makin sukar seseorang untuk beradaptasi dan makin cepat
menjadi lelah, demikian pula makin pendek waktu tidurnya
makin sukar untuk tidur (Sumamur, 1994).
2) Stress
Gibson et al (dalam Yani Suci Indah, 2000:9)
mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari
beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus- stres
sebagai respon stres sebagai stimulus respon. Stres sebagai
stimulus merupakan pendekatan yang menitik beratkan pada
lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai
sesuatu yang menekan individu untuk memberikan tanggapan
terhadap stresor.
Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata
sepakat dan kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron
dan Greeberg, mendefinisikan stres sebgai reaksi-reaksi
emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi di mana
tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya. Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang
dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari
kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu
terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang pimpinan yang
menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan merupakan beberapa contoh dari kondisi kerja
yang menyebabkan timbulnya stres dalam bekerja.
10

Menurut Newstrom (1993:201) Stres dapat membantu atau


fungsional, tetapi juga dapat berperan salah (dysfunctional)
atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana, hal ini berarti
bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau
mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar
tingkat stres. Bila tidak ada stres, tantangan-tantangan kerja
juga tidak ada, dan prestasi kerja cenderung rendah. Sejalan
dengan meningkatya stres, prestasi kerja cenderung naik,
karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala
sumber daya dalam memenuhi berbagai persyaratan atau
kebutuhan pekerjaan. Bila stres telah mencapai mencapai
puncak yang dicerminkan kemampuan pelaksanaan kerja
harian karyawan, maka stres tambahan akan cenderung tidak
menghasilkan perbaikan kerja.
Akhir menurut Newstrom (1993:201) bila stres menjadi
terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun, karena stres
menggangu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan akan mulai
kehilangan kemampuannya untuk mengendalikannya dan
menjadi tidak mampu mengambil keputusan. Akibatnya adalah
prestasi kerja menjadi nol, dan karyawan mengalami
gangguan, menjadi sakit dan tidak kuat lagi bekerja
(mengalami kelelahan kerja).
3) Jenis Kelamin
Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap
bulan didalam mekanisme tubuhnya sehingga akan
mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini
akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar
dari pada tingkat kelelahan pria.
4) StatusGizi
Nilai IMT dihitung menurut ilmu berat badan (dalam
kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter).Status
11

gizi umum spesifik zat gizi, melainkan lebih erat kaitannya


dengan energy dan protein dapat diukur dengan antropometri.
Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat
memberi gambaran status energy dan protein seseorang,
karenanya antropometri sering digunakan sebagai indicator
status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energy
protein.
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan
tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari
makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel
dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk
bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya
pekerjan (Sumamur, 2009).
Menurut hasil riset Oentoro (2004) menunjukkan bahwa
secara klinis terdapat hubungan antara status gizi seseorang
dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada
dalam kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intake
makanan dalam tubuh kurang maupun berlebih dari normal
maka akan lebih mudah mengalami kelelahan kerja.
Standart IMT untuk orang Indonesia batas ambangn yang

telah dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis sebagai


berikut :
5) Status Kesehatan
Adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi
kelelahan, penyakit tersebut antara lain :
12

a) Penyakit Jantung
Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika
kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri
jantung sehingga paru-paru akan mengalami bendungan
dan penderita akan mengalami sesak napas sehingga
akan mengalami kelelahan.
b) Penyakit gangguan ginjal
Pada penderita gangguan ginjal, system
pengeluaran sisa metabolisme akan terganggu sehingga
tertimbun dalam darah (uremi). Penimbunan sisa
metabolisme menyebabkan kelelahan.
c) Penyakit asma
Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan
saluran udara bronkus kecil bronkiolus. Proses
transportasi oksigen dan karbondioksida terganggu
sehingga terjadi akumulasi karbondioksida dalam tubuh
yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses
tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang.
d) Tekanan darah rendah
Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung
untuk memompa darah ke bagian tubuh yang
membutuhkan kurang maksimal dan lambat sehingga
kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi, akibatnya proses
kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada
penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2
terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme
yang menjadi penyebab kelelahan.[
e) Tekanan darah tinggi
Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah
tinggi akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih
kuat sehingga jantung membesar. Pada saat jantung
13

tidak mampu mendorong darah beredar keseluruh tubuh


dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti
tungkai dan paru. Selanjutn ya terjadi sesak napas bila
ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi
kebutuhan oksigenn ya akibatnya pertukaran darah
terhambat. Pada tungkai terjadi penumpukan sisa
metabolisme yang menyebabkan kelelahan.[
b. Faktor dari luar
1) Lamanya waktu kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan
produktifitasnya. Lamanya seseorang bekerja sehari-hari
secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16-18 jam,
dipergunakan untuk kehidupan keluarga dan masyarakat,
istrahat tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih
dari kemampuan tersebut biasanya disertai dengan penurunan
produktifitas serta kecenderung untuk timbulnya kelelahan,
penyakit serta kecelakaan. Dalam seminggu seseorng biasanya
dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu
biasanya terlihat kecenderungan tumbuhnya hal-hal yang
negatif. Makin panjang waktu kerja makin besar kemungkinan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan (Sumamur , 1994).
Sumamur (2009:363) mengemukakan pada suatu
pekerjaan, tidak berat atau ringan, produktifitas mulai menurun
sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan dengan
menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk mengatasi hal
ini, perlu dilakukan istrahat dan diberikan kesempatan untuk
makan yang meninggikan kembali kadar gula darah sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan energi tubuh bagi keperluan
melakukan pekerjaan. Maka dari itu, istirahat setelah 4 jam
bekerja terus-menerus sangat penting artinya.
14

Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja no. 25 tahun 1997


pasal 100 ayat 2 bahwa waktu kerja yang dipersyaratkan
adalah :
Waktu kerja siang
7 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja
dalam seminggu
8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja
dalam seminggu
Waktu kerja malam hari
6 jam sehari atau 35 jam seminggu untuk 6 hari kerja
dalam seminggu
7 jam sehari atau 35 jam seminggu untuk 5 hari kerja
dalam seminggu
2) Beban Kerja dan Masa Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas
pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi
pelakunya, beban tersebut tergantung bagaimana orang
tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja. Jadi definisi
beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima
pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang baik
terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban
dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik
dapat berupa berat beban pekerjaan seperti pada saat
mengangkat, mengangkut, dan mendorong yang dinyatakan
dalam kilogram. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa
sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki
individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000, Prihartini,
2007).
15

Seseorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri


dalam hubungan dengan beban kerja,mungkin diantara mereka
lebih cocok untuk beban fisik, atau mental atau sosial. Namun
sebagai persamaan yang umum , mereka hanya mampu
memikul beban pada suatu berat tertentu bahkan ada beban
yang dirasa optimalbagi seseorang. Inilah maksud penempatan
seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang
tepat.derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,
pengalaman, keterampilan, motivasi dan lain sebagainya
(Sumamur P.K, 1996:48).
Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat
bekerja tanpa mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada
pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat
pula kelelahan kerja seseorang. Nadi kerja merupakan
petunjuk besar kecilnya beban kerja.
Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada
suatu instansi atau tempat kerja. Pada masa kerja ini dapat
berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis,
semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan
kerja yang kurang nyaman dan menyenangkan maka kelelahan
pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke
waktu.
3) Lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan
antara lain penerangan, kebisingan dan iklim kerja:
a) Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja
melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan
yang memadai memberikan kesan pemandangan yang
16

lebih baik dan keadaan linkungan yang menyegarkan


(Sumamur, 2009).
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan
kelelahan maya dengan berkurangnya daya dan efisiensi
kerja, keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala,
kerusakan indera mata, kelelahan mental dan menimbulkan
terjadinya kecelakaan (Budiono dkk, 2003).
b) Iklim Kerja / Tekanan
Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan
kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan
suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan
akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan
tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ
pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi
keringat meningkat (Inta, 2012).
Pengukuran tekanan panas pada suatu tempat salah
satunya adalah dengan mengukur ISBB atau indeks suhu
basah dan bola, anatara lain:
1. Untuk pekerja di luar gedung ISBB =
0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu
kering.
2. Untuk pekerja di dalam gedung ISBB =
0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi.
c) Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak
dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu
dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat
pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh
seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan
bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot
sehingga mempercepat kelelahan (Setiarto, 2002).
17

d) Faktor Ergonomi
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan
kelelahan kerja. Ergonomi juga berperan dalam
memaksimalkan kenyamanan, keamanan dan efisiensi
pekerja

4. Penyebab Kelelahan
Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang
terakumulasi dari berbagai faktor penyebab yang mendatangkan
ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia
(Wignjosoebroto,2000). Green (1992) dan Sumamur (1994) dari
proceeding mengemukakan faktor yang mempengaruhi kelelahan ada
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor
internal antara lain : faktor somatis atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin,
usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan yang termasuk
faktor eksternal adalah keadaab fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu,
pencahayaan, faktor kimia (zat beracun), faktor biologis (bakteri, jamur),
faktor ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau
peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau
kedudukan.
Menurut Grandjean (1988). Faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan: sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi),
intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. Lingkungan kerja
misalnya kebisingan, pencahayaan & cuaca kerja.Faktor psikologis
misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik
yang kronis/ menahun, status kesehatan dan status gizi.
Menurut Siswanto yang di kutip dari Ambar (2006), faktor
penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan:
a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi,
variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi
dengan pekerjaan.
18

b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang


berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.
c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak
menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)
Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi
periode istirahat dan waktu berhenti kerja juga dapat memberikan
penyegaran.
Menurut Setyawati (1994), faktor individu seperti umur juga
dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga kerja.
Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan
ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibanding tenaga
kerja yang berumur muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan
pekerjaan.

5. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja.


Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu
teori kimia dan teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia
secara umum menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya metabolisme sebagai
penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang perubahan arus listrik pada
otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf
pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang
proses.
Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya
rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai
kelelahan. menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan
sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang.
Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi
19

lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan


menunjukkan semakin lemah kondisi otot seseorang.
Kelelahan setempat terjadi pada waktu ketahanan (endurance
time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah
tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga
maksimum yang dapat dicapai oleh otot.
Bedasarkan proses yang terjadi di dalam otot, kelelahan
disebabkan menjadi kelelahan otot secara umum, kelelahan otot secara
umum ditandai dengan : Kemampuan otot kurang (kurang otot menjadi
pendek), Waktu kontraksi dan relaksasi semakin bertambah (waktu
meregang dan mengendur semakin lama), dan Memanjangkan tegangan
waktu antara datangnya rangsangan dengan diawalinya peregangan.
Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa
berkurangnya kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan
lelah sebenarnya bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan
lapar. Hadirnya perasaan lelah berarti menyuruh kita untuk menghindari
ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan lebih lanjut untuk
segera kembali.

6. Akibat Kelelahan Kerja


Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis, kerja fisik
yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan
konsentrasi terus menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologi yang
disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor
psikis atau kelelahan psikologi yang amenyebabkan perasaan lelah.
Kelelahan yang dialami terus menerus setiap hari berakibat kepada
kelelahan kronis. Perasaan kelelahan tidak saja terjadi pada sore hari
sesudah bekerja, tetapi selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum
bekerja.
Gejala kelelahan berikut ini merupakan gejala yang jelas terlihat dan
dirasakan yaitu menurunkan perhatian, lamban, gangguan persepsi,
20

pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja turun, ketelitian menurun,


dan kesalahan meningkat.
Kelelahan merupakan komponen fisik dan psikis seseorang. Kelelahan
yang terjadi secara terus-menerus akan berakibat kepada kelelahan kronis
(Sumamur, 2009). Menurut Tarwaka (2014) kerja fisik yang memerlukan
konsentrasi yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis
hingga terjadi perubahan faal dan penurunan keinginan untuk melakukan
suatu aktivitas kerja yang dikarenakan oleh kelelahan psikis. Semakin
berat beban kerja seseorang maka akan semakin pendek waktu kerja yang
dijalankan untuk bekerja tanpa mengalami kelelahan dan gangguan
fisiologi lain. Namun apabila beban kerja yang diterima seseorang
melebihi kapasitasnya, maka akan menimbulkan kelelahan dan gangguan
fisiologis seperti gangguan pada sistem kardiovaskular (Tarwaka, 2014).
Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga
bisa dirasakan sebelum melakukan pekerjaan dan saat melakukan
pekerjaan. Kelelahan akibat kerja dapat ditanggulangi dengan
menyediakan sarana istirahat, memberi waktu libur, penerapan ergonomi,
lingkungan kerja yang sehat dan nyaman (Eraliesa, 2009).

7. Pengukuran Kelelahan Kerja.


Hingga saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan
secara langsung dan akurat. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian-
penelitian sebelumnya menjadi indikator yang menunjukkan terjadinya
kelelahan kerja.
Banyak parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja
antara
lain : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Test
(WBRT), Uji ketuk jari (Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji
Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala kelelahan IFFRC
(Industrial Fatique Rating Comite), Skala Fatique Rating (FR Skala),
Ekresi Katikolamin, Stroop Test.(Sumamur, 1995)
21

Menurut Tarwaka,dkk (2004), pengukuran kelelahan dapat dilakukan


dengan berbagai cara, yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah
proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses
operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian
banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; target
produksi; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja.
Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk)
atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya
kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal
factor (Tarwaka, 2004)
Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang
dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan
waktu.Sedangkan kualitas kerja didapat dengan menilai kualitas
pekerjaan seperti jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan
material, dan lain-lain.
b. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja.
Yaitu dengan caraKuesioner. Subjective Self Rating Test dari
Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang,
merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur
tingkat kelelahan subjektif.
Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri
dari:
1) Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:
a) Perasaan berat di kepala.
b) Lelah di seluruh badan.
c) Berat di kaki.
d) Menguap.
e) Pikiran kacau.
f) Mengantuk.
22

g) Ada beban pada mata.


h) Gerakan canggung dan kaku.
i) Berdiri tidak stabil.
j) Ingin berbaring
2) Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:
a) Susah berfikir.
b) Lelah untuk bicara.
c) Gugup.
d) Tidak berkonsentrasi.
e) Sulit untuk memusatkan perhatian.
f) Mudah lupa.
g) Kepercayaan diri berkurang.
h) Merasa cemas.
i) Sulit mengontrol sikap.
j) Tidak tekun dalam pekerjaan.
3) Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik :
a) Sakit dikepala.
b) Kaku di bahu.
c) Nyeri di punggung.
d) Sesak nafas.
e) Haus.
f) Suara serak.
g) Merasa pening.
h) Spasme di kelopak mata.
i) Tremor pada anggota badan.
j) Merasa kurang sehat.
Pengukuran Kelelahan, Sampai saat ini belum ada cara
untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran
pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya
berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat
kerja. Grandjean (1993) dalam Tarwaka et al (2004)
23

mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa


kelompok, yaitu:
1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
2. Uji psikomotor
3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
4. Perasaan kelelahan secara subjektif
5. Uji mental
Menurut Sumamur PK Untuk mengetahui kelelahan dapat diukur
dengan:
1. Waktu reaksi (Reaksi sederhana atas rangsang tuggal atau
reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi).
2. Konsentrasi (Pemeriksaan Bourdon Wiersma, UJi KLT).
3. Uji Flicker fision.
4. EEG.
a. Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).
Menurut Setyawati KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan
Kelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan
kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja
dengan perasaan yang tidak menyenangkan.Keluhan-keluhan yang
dialami pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan
kronis.(Hotmatua, 2009).
c. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan
Electroenchepalography (EEG).
d. Uji psiko-motor (psychomotor test), dapat dilakukan dengan cara
melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan
menggunakan alat digital reaction timer untuk mengukur waktu
reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu
rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan
kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu,
denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya
24

pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya


perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.
e. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan
kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman
test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan
biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena
beberapa faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja
yang tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja yang
tidak ergonomik, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang
tidak tepat. Sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian
tersebut.

8. Pengendalian Kelelahan Kerja.


a. Penyebab kelelahan kerja harus diimbangi dengan :
Kepemimpinan, yang menimbulkan motivasi dan semangat
kelompok serta efisiensi yang tinggi atas dasar kemampuan, keahlian
dan keterampilan.
b. Manajemen yang meningkatkan keserasian individu dan seluruh
masyarakat tenaga kerja.
c. Perhatian terhadap keluarga tenaga kerja untuk mengurangi
permasalahan yang mungkin timbul.
d. Pengorganisasian kerja yang menjamin istirahat, rekreasi, variasi
kerja, dan volume kerja yang serasi dengan keperluan kerja.
e. Peningkatan kesejahteraan dan kesehatan tenaga kerja termasuk
upah dan gizi kerja.
25

9. Nilai Ambang Batas Kelelahan


Menurut Herry (2005) tingkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan
berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reactiontimer yaitu:
1. Normal (N) : waktu reaksi 150,0 - 240,0 milidetik
2. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi 240,0 < X < 410,0
milidetik
3. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 X < 580.0
milidetik
4. Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi 580.0 milidetik

B. Perundang-Undangan
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal
3 ayat 1 yang berbunyi, mencegah dan mengendalikan timbulnya
penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan
penularan.
2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86
ayat 2 yang berbunyi, Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No : PER 05/MEN/1996 tentang SMK3.Pasal 4 ayat 1 d
yang berbunyi Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan
dan pencegahan.
6. Permenakertrans Nomor PER. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja. Pasal 5 ayat 4 yang berbunyi
26

Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakan


semua syarat-syarat pencegahan penyakit akibat kerja.
27

BAB III
HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran


1. Gambar Alat Reaction Timer Lakassidaya
Gambar Keterangan
a. Reaction Timer 1) Kabel power
Fungsi : menghubungkan alat
dengan sumber listrik.
2) Kabel penghubung mouse
Fungsi : menghubungkan alat
dengan mouse.
3) Tombol on/off
Fungsi : menghidupkan alat.
4) Tombol reset
Fungsi : mengubah angka display
menjadi nol.
5) Display
Fungsi : menampilkan perolehan
waktu reaksi hasil praktikum.
6) Tombol sensor cahaya
Fungsi : memilih sensor cahaya.
7) Tombol sensor suara
Fungsi : memilih sensor suara.
8) Tombol mulai atau start
Fungsi : memulai operasi.
9) Sensor cahaya
Fungsi : menampilkan sumber
rangsang berupa cahaya
28

b. Mouse Fungsi : menghentikan waktu reaksi


setelah probandus mendapatkan
rangsangan.
c. Alat tulis 1) Kertas
Fungsi : mencatat hasil
praktikum.
2) Bolpoin
Fungsi : mencatat hasil
praktikum.

2. Cara Kerja
a. Periksa baterai alat dengan memasang adaptor pada stop kontak atau
dengan mengalirkan aliran arus listrik pada alat, lalu alat di On kan.
b. Pastikan angka pada display menunjukan 000,0 jika belum tekan
tombol reset.
c. Untuk menilai dengan sensor cahaya, maka tekan tombol untuk sensor
cahaya.
d. Untuk menilai dengan suara maka tekan tombol untuk sensor suara.
e. Cara pemeriksaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara sensor
cahaya, hanya saja probandus siap untuk mendengar suara dari alat.
f. Pemeriksaan di lakukan sebanyak 20 kali, dengan catatan pemeriksaan
nomor 1 - 5 dan nomor 16 - 20 dihilangkan karena 1 - 5 adalah dalam
taraf penyesuaian alat dan nomor 16 - 20 dianggap tingkat kejenuhan
mulai muncul, sedangkan pengukuran diambil data dari percobaan
nomor 6 15.
3. Prosedur Pengukuran
a. Berpasangan dengan 3 orang, sebagai probandus, sebagai paraktikan
dan sebagai pencatat waktu.
b. Probandus membuat daftar angka dari 1 - 20.
c. Probandus melakukan praktikum kelelahan menggunakan sensor
bunyi atau suara.
29

d. Probandus duduk memperhatikan sensor cahaya.


e. Praktikan siap untuk menekan saklar rangsang cahaya demikian juga
probandus siap melihat lampu pada alat atau apabila rangsangnya
suara probandus siap mendengarkan rangsang cahaya tersebut.
f. Praktikan menekan saklar sensor cahaya atau suara, probandus
secepatnya menekan saklar mouse, untuk sensor cahaya apabila
melihat cahaya lampu, untuk sensor suara, apabila mendengar
rangsang.
g. Jika operator menekan tombol mulai pada alat Reaction Timer, maka
probandus segera menekan saklar mouse dengan cepat setelah melihat
cahaya atau suara atau bunyi yang didengar dari alat tersebut.
h. Mencatat hasil pengukuran sesuai dengan yang tertera pada display
alat Reaction Timer dengan dibantu praktikan.
i. Untuk menghilangkan angka di display operator menekan tombol nol,
kemudian perlakuan tersebut dilakukan probandus sebanyak 20 kali
tetapi yang digunakan dalam perhitungan mulai dari hitungan ke 6
sampai 15.
j. Probandus menghitung hasil praktikum.
k. Mencatat hasil dan membuat laporan hasil praktikum.

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan


1. Hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran praktikum kelelahan diperoleh data berikut :
Hari dan tanggal : Selasa, 14 November 2017
Tempat : Lab D4 K3
Waktu : Pukul 10.00 -selesai
Alat : Reaction Timer
Sensor : Cahaya
30

No Hasil pengukuran (mili detik)


Ilham Evirisky Vina Rosa Rizka Reta Osaegi Nisya Berli
1 189,2 144,7 189,8 205,0 165,9 199,6 302,1 248,1 259,3
2 267,9 137,6 183,7 160,2 142,0 345,1 247,6 147,5 212,5
3 202,7 135,8 163,2 199,7 159,1 224,5 269,1 358,8 181,0
4 265,1 128,1 220,8 215,3 143,2 205,0 252,6 160,7 167,3
5 188,5 137,5 178,2 168,1 166,8 178,5 226,4 171,9 169,1
6 210,2 114,7 176,4 172,5 143,4 139,4 322,0 217,5 193,0
7 176,4 141,7 197,7 197,6 150,3 158,3 211,7 205,9 225,4
8 214,9 123,2 138,4 180,4 270,9 201,9 222,0 180,1 184,8
9 223,9 141,8 193,9 175,6 110,2 144,7 186,3 167,5 221,5
10 262,4 118,5 189,7 178,3 101,9 147,3 202,4 147,1 176,2
11 207,3 130,3 212,8 182,3 195,0 218,5 223,6 183,4 169,3
12 194,8 125,1 159,0 179,0 203,3 130,0 358,7 190,8 179,2
13 157,3 125,3 209,0 197,2 129,1 191,8 200,3 182,7 180,3
14 221,5 124,8 171,5 155,5 106,6 223,8 275,7 204,8 169,4
15 175,7 185,8 187,1 187,7 151,0 274,7 231,6 169,8 191,5
16 198,8 127,5 171,2 176,8 158,7 137,8 232,6 176,3 188,2
17 265,4 113,1 169,9 192,1 121,7 204,4 191,3 168,2 291,0
18 208,5 133,2 180,1 203,7 108,8 168,5 346,2 185,7 177,0
19 177,9 131,8 188,8 275,7 121,5 151,4 200,9 194,1 195,1
20 235,3 163,0 197,8 159,8 145,2 170,3 405,3 166,4 149,3
Rata
rata 212.185 134.175 183.95 188.125 149.73 190.775 255.42 191.365 194.02
ket Normal Normal Normal Normal Normal Normal KKR Normal Normal

2. Perhitungan
Perhitungan Daya Tangkap cahaya menurut hasil pengukuran sebagai
berikut :
Rumus Perhitungan :
Reaksi cahaya = jumlah hasil percobaan ke-6 sampai ke-15
10
Dalam perhitungan, nilai yang digunakan adalah nilai ke 6 sampai
nilai ke 15.Hal ini dimaksudkan karena nilai ke-1 sampai nilai ke-5
dianggap sebagai tahapan adaptasi probandus dan nilai ke-16 sampai
dengan nilai ke-20 dianggap sebagai tahapan kejenuhan. Maka diperoleh
perhitungan sebagai berikut :
31

a. Ilham Akbar

6-15= 210.2 176.4 214.9 223.9 262.4 207.3 194.8 157.3 221.5 175.7
10

= 204.44 milidetik (kelelahan kerja ringan)


b. Evirisky
6-15= 1331.2
10 = 133.12 milidetik (normal)
c. Vina A. R
6-15 = 144.7 150 245.6 214.1 316.2 196.4 388.8 170.6 398.3 188.8
10

= 241.35 milidetik (kelelahan kerja ringan)


d. Agustina Rosalia
6-15= 220.9 321.8 191.3 171.3 293.3 407.3 263.1 333.1 204.5 162.5
10

= 266.48 milidetik (kelelahan kerja ringan)


e. Rizka Diajeng
6-15= 153 456.2 260.1 227 169.3 145.9 177.7 330.9 178.9 132.4
10

= 223.14 milidetik (normal)


f. Margareta Rizki
6-15= 166.6 184.3 158.5 144.1 133.4 82.1 141.9 162.5 147.1 204.4
10

= 138.08 milidetik (normal)

g. M. Osaegi
6-15= 311.2 176.6 163.2 227.5 216.4 178.3 186.1 186.7 212.9 180.3
10

= 203.92 milidetik (normal)


h. Khoirun Nisya
32

6-15= 251.3 152.9 164.8 156.2 192.1 144.6 161.5 156.2 153.5 140.8
10

= 180.77 milidetik (normal)


i. Berliana
6-15= 145.7 162.3 174 173.4 164.3 528.9 199.9 192 220 192.5
10

= 215.17 milidetik (normal)


33

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari perhitungan yang dilakukan dan menurut Herry (2005), tingkat


kelelahan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur
dengan reaction timer yaitu:
5. Normal (N) : waktu reaksi 150,0 - 240,0 milidetik
6. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi 240,0 < X < 410,0 milidetik
7. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 X < 580.0 milidetik
8. Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi 580.0 milidetik
Maka dari hasil praktikum kelelahan kerja menggunakan alat ukur
reaction timer tersebut diperoleh hasil waktu reaksi probandus diantaranya
adalah 303.65 ; 262.95 ; 241.35 ; 266.48 ; 223.14 ; 138.08 ; 203.92 ;180.77
;215.17 milidetik. Apabila hasil tersebut dibandingkan dengan standart
tingkat kelelahan maka beberapa probandus dapat diklasifikasikan pada
tingkat normal dalam artian probandus tidak mengalami kelelahan, namun
ada 4 probandus yang memiliki hasil pengukuran termasuk dalam kategori
kelelahan kerja ringan.
Kelelahan kerja memperlambat waktu reaksi, merasa lelah ada
penurunan aktivitas dan kesulitan mengambil keputusan disamping gejala
lain. Semakin lama waktu reaksi yang dibutuhkan, maka semakin tinggi pula
tingkat kelelahan yang diderita, begitu juga sebaliknya. Pada saat tubuh masih
fit belum merasakan lelah, maka waktu reaksi yang dibutuhkan semakin lebih
cepat.
Namun hasil pengukuran belum tentu valid , dikarenakan saat
pengkuran mungkin probandus kurang konsentrasi atau diajak bicara oleh
orang lain sehingga probandus menjadi tidak fokus dan mempengaruhi hasil
pengukuran probandus.
Kelelahan kerja dapat ditanggulangi dengan melakukan hal - hal
sebagi berikut :
34

a. Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai


dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang
adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.
b. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.
c. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.
d. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan
beban kerja.
e. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.
f. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas
kerja dan kehidupannya.
g. Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat diolaksankan
secara baik.
h. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik - baiknya.
35

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat.
2. Kelelahan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses,
waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
3. Faktor yang menyebabkan kelelahan antara lain: Faktor dari dalam
individu dan faktor dari luar
4. Untuk melakukan pengukuran akibat kelelahan kerja dapat menggunakan
alat Uji psiko-motor (psychomotor test),
5. Hasil pengukuran rata-rata probandus diantaranya adalah 303.65 ; 262.95
; 241.35 ; 266.48 ; 223.14 ; 138.08 ; 203.92 ;180.77 ;215.17 milidetik.
6. Bila dibandingkan dengan ketentuan waktu reaksi kelelahan terdapat 4
probandus yang termasuk kelelahan kerja ringan dan sisanya termasuk
dalam kategori normal.
B. Saran
1. Dalam melakukan praktikum seharusnya praktikan lebih serius &
konsentrasi.
2. Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, praktikan telah memahami
dengan jelas cara kerja maupun hal hal yang berkaitan dengan
percobaan yang dilakukan. Sehingga dapat memudahkan dalam
melakukan percobaan tersebut.
3. Apabila melakukan pengukuran di tempat kerja di harapkan mahasiswa
dapat melakukan dengan benar dan dapat menghitung atau menciptakn
ruang kerja yang nyaman. Sebaiknya praktikan sungguh-sungguh dalam
melakukan praktikum, agar hasil yang didapat valid.
36

DAFTAR PUSTAKA

USU.2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24541/4/Chapter%20II
.pdf(15 Desember 2014)

UNIMUS.2011.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-
sitiuntari-5652-2-babii_.pdf(15 Desember 2014)

Sumamur PK. 1989. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, , Jakarta; CV.
Haji Massagung.

Tim Penyusun. 2012. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III.
Program D IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS.
Surakarta

Tarwaka, 2004.Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas.

Anda mungkin juga menyukai