BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Tujuan
1. Untuk mengerti definisi dari kelelahan akibat kerja.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kelelahan akibat kerja.
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kelelahan akibat kerja.
4. Untuk mengetahui cara pengukuran kelelahan akibat kerja.
5. Untuk mengetahui hasil pengukuran kelelahan akibat kerja.
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
a. Dapat mengetahui definisikelelahan kerja dan jenis-jenisnya.
b. Dapat mengetahui klasifikasi dari kelelahan akibat kerja.
c. Dapat mengetahui faktor yang menyebabkan kelelahan akibat kerja.
d. Dapat mengetahui cara pengukuran kelelahan akibat kerja.
e. Dapat mengetahui hasil pengukuran kelelahan akibat kerja.
2. Bagi D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Dapat menambah pengetahuan bagi seluruh mahasiswa D.4 Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tentang kelelahan kerja.
b. Dapat mendidik mahasiswanya menjadi mahasiswa yang bermutu,
berdaya saing, dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
c. Mendapatkan status atau akreditasi yang baik karena meluluskan
mahasiswa-mahasiswanya yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
d. Dapat memberikan gambaran mengenai kelelahan kerja dan cara
mengatasinya di lingkungan kerja.
e. Dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga kerja dari lulusan Diploma
4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f. Dapat memberikan kemampuan hard skill, soft skill dalam bidang K3
untuk menunjang dalam dunia kerja.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kelelahan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kelelahan berasal dari kata
lelah yang berarti penat, letih, payah, lesu, dan tidak bertenaga. Kelelahan
adalah perihal (keadaan) lelah, kepenatan, kepayahan. Kelelahan
emosional adalah kelelahan yang diekspresikan dalam bentuk perasaan
frustasi, putus asa, merasa terjebak, tidak berdaya, tertekan, dan merasa
sedih atau apatis terhadap pekerjaan. Kelelahan fisik adalah kelelahan
yang ditandai oleh adanya keletihan, kejenuhan, ketegangan otot,
perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur, serta secara umum tingkat
energinya rendah (Departemen Pendidikan nasional, 2002: 653).
Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat
subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi
dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme
perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut,
sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Sumamur, 1996: 67).
Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya
efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik
tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Sritomo
Wignjosoebroto, 2003:283). Kelelahan adalah proses yang
mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai
akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012)
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja
merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga
individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain,
kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang
4
fatigue. Dengan kelelahan fisik otot kita tidak dapat melakukan kegiatan
apapun semudah seperti sebelumnya. Dengan kelelahan mental kita tidak
dapat memusatkan pikiran seperti dulu.
Pada survey di USA, kelelahan merupakan masalah yang besar.
Ditemukan sebanyak 24% dari seluruh orang dewasa yang datang ke
poliklinik menderita kelelahan kronik (Hardi, 2006). Data yang hampir
sama terlihat dalam komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggeris
yang menyebutkan bahwa 25% wanita dan 20% pria selalu mengeluh
lelah. Penelitian lain yang mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan
menunjukan bahwa 64% kasus kelelahan disebabkan karena faktor psikis,
3% karena faktor fisik dan 33% karena kedua faktor tersebut (Setyawati,
1996)
Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu menit pada keadaan
istirahat. Frekuensi melambat selama tidur dan dipercepat oleh emosi,
olahraga, demam dan rangsang lain. Berbagai macam kondisi kerja dapat
menaikkan denyut jantung seperti bekerja dengan temperatur yang tinggi,
tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot yang terlibat
dalam suatu kondisi kerja.
a) Penyakit Jantung
Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika
kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri
jantung sehingga paru-paru akan mengalami bendungan
dan penderita akan mengalami sesak napas sehingga
akan mengalami kelelahan.
b) Penyakit gangguan ginjal
Pada penderita gangguan ginjal, system
pengeluaran sisa metabolisme akan terganggu sehingga
tertimbun dalam darah (uremi). Penimbunan sisa
metabolisme menyebabkan kelelahan.
c) Penyakit asma
Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan
saluran udara bronkus kecil bronkiolus. Proses
transportasi oksigen dan karbondioksida terganggu
sehingga terjadi akumulasi karbondioksida dalam tubuh
yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses
tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang.
d) Tekanan darah rendah
Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung
untuk memompa darah ke bagian tubuh yang
membutuhkan kurang maksimal dan lambat sehingga
kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi, akibatnya proses
kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada
penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2
terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme
yang menjadi penyebab kelelahan.[
e) Tekanan darah tinggi
Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah
tinggi akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih
kuat sehingga jantung membesar. Pada saat jantung
13
d) Faktor Ergonomi
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan
kelelahan kerja. Ergonomi juga berperan dalam
memaksimalkan kenyamanan, keamanan dan efisiensi
pekerja
4. Penyebab Kelelahan
Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang
terakumulasi dari berbagai faktor penyebab yang mendatangkan
ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia
(Wignjosoebroto,2000). Green (1992) dan Sumamur (1994) dari
proceeding mengemukakan faktor yang mempengaruhi kelelahan ada
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor
internal antara lain : faktor somatis atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin,
usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan yang termasuk
faktor eksternal adalah keadaab fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu,
pencahayaan, faktor kimia (zat beracun), faktor biologis (bakteri, jamur),
faktor ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau
peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau
kedudukan.
Menurut Grandjean (1988). Faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan: sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi),
intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. Lingkungan kerja
misalnya kebisingan, pencahayaan & cuaca kerja.Faktor psikologis
misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik
yang kronis/ menahun, status kesehatan dan status gizi.
Menurut Siswanto yang di kutip dari Ambar (2006), faktor
penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan:
a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi,
variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi
dengan pekerjaan.
18
B. Perundang-Undangan
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal
3 ayat 1 yang berbunyi, mencegah dan mengendalikan timbulnya
penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan
penularan.
2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86
ayat 2 yang berbunyi, Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No : PER 05/MEN/1996 tentang SMK3.Pasal 4 ayat 1 d
yang berbunyi Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan
dan pencegahan.
6. Permenakertrans Nomor PER. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja. Pasal 5 ayat 4 yang berbunyi
26
BAB III
HASIL
2. Cara Kerja
a. Periksa baterai alat dengan memasang adaptor pada stop kontak atau
dengan mengalirkan aliran arus listrik pada alat, lalu alat di On kan.
b. Pastikan angka pada display menunjukan 000,0 jika belum tekan
tombol reset.
c. Untuk menilai dengan sensor cahaya, maka tekan tombol untuk sensor
cahaya.
d. Untuk menilai dengan suara maka tekan tombol untuk sensor suara.
e. Cara pemeriksaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara sensor
cahaya, hanya saja probandus siap untuk mendengar suara dari alat.
f. Pemeriksaan di lakukan sebanyak 20 kali, dengan catatan pemeriksaan
nomor 1 - 5 dan nomor 16 - 20 dihilangkan karena 1 - 5 adalah dalam
taraf penyesuaian alat dan nomor 16 - 20 dianggap tingkat kejenuhan
mulai muncul, sedangkan pengukuran diambil data dari percobaan
nomor 6 15.
3. Prosedur Pengukuran
a. Berpasangan dengan 3 orang, sebagai probandus, sebagai paraktikan
dan sebagai pencatat waktu.
b. Probandus membuat daftar angka dari 1 - 20.
c. Probandus melakukan praktikum kelelahan menggunakan sensor
bunyi atau suara.
29
2. Perhitungan
Perhitungan Daya Tangkap cahaya menurut hasil pengukuran sebagai
berikut :
Rumus Perhitungan :
Reaksi cahaya = jumlah hasil percobaan ke-6 sampai ke-15
10
Dalam perhitungan, nilai yang digunakan adalah nilai ke 6 sampai
nilai ke 15.Hal ini dimaksudkan karena nilai ke-1 sampai nilai ke-5
dianggap sebagai tahapan adaptasi probandus dan nilai ke-16 sampai
dengan nilai ke-20 dianggap sebagai tahapan kejenuhan. Maka diperoleh
perhitungan sebagai berikut :
31
a. Ilham Akbar
6-15= 210.2 176.4 214.9 223.9 262.4 207.3 194.8 157.3 221.5 175.7
10
g. M. Osaegi
6-15= 311.2 176.6 163.2 227.5 216.4 178.3 186.1 186.7 212.9 180.3
10
6-15= 251.3 152.9 164.8 156.2 192.1 144.6 161.5 156.2 153.5 140.8
10
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat.
2. Kelelahan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses,
waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
3. Faktor yang menyebabkan kelelahan antara lain: Faktor dari dalam
individu dan faktor dari luar
4. Untuk melakukan pengukuran akibat kelelahan kerja dapat menggunakan
alat Uji psiko-motor (psychomotor test),
5. Hasil pengukuran rata-rata probandus diantaranya adalah 303.65 ; 262.95
; 241.35 ; 266.48 ; 223.14 ; 138.08 ; 203.92 ;180.77 ;215.17 milidetik.
6. Bila dibandingkan dengan ketentuan waktu reaksi kelelahan terdapat 4
probandus yang termasuk kelelahan kerja ringan dan sisanya termasuk
dalam kategori normal.
B. Saran
1. Dalam melakukan praktikum seharusnya praktikan lebih serius &
konsentrasi.
2. Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, praktikan telah memahami
dengan jelas cara kerja maupun hal hal yang berkaitan dengan
percobaan yang dilakukan. Sehingga dapat memudahkan dalam
melakukan percobaan tersebut.
3. Apabila melakukan pengukuran di tempat kerja di harapkan mahasiswa
dapat melakukan dengan benar dan dapat menghitung atau menciptakn
ruang kerja yang nyaman. Sebaiknya praktikan sungguh-sungguh dalam
melakukan praktikum, agar hasil yang didapat valid.
36
DAFTAR PUSTAKA
USU.2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24541/4/Chapter%20II
.pdf(15 Desember 2014)
UNIMUS.2011.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-
sitiuntari-5652-2-babii_.pdf(15 Desember 2014)
Sumamur PK. 1989. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, , Jakarta; CV.
Haji Massagung.
Tim Penyusun. 2012. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III.
Program D IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS.
Surakarta