Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peran sumber daya manusia (SDM) dalam menentukan keberhasilan


perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Menurut Pfeffer yang dikutip oleh
Sutrisno (2012) sumber daya manusia merupakan sumber keunggulan daya saing
yang mampu menghadapi berbagai tantangan. Hal ini juga di dukung oleh Gomez
(1997), yang mengatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan
penting dan menentukan keberhasilan suatu perusahaan (Sutrisno, 2012).

Perkembangan teknologi semakin pesat dan penggunaan mesin-mesin


dalam pekerjaan semakin banyak. Namun, manusia sebagai komponen paling
penting tetap menjadi hal yang paling utama dalam pekerjaan. Maka dari itu,
keselamatan dan kesehatan manusia dalam sebuah pekerjaan harus di perhatikan.
Gangguan-gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja fisik dapat berakibat
buruk bagi kesehatan juga dapat mengakibatkan kelelahan kerja.

Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering


dijumpai pada tenaga kerja. Menurut Setyawati (2010), bahwa kelelahan kerja
terjadi akibat penumpukan asam laktat. Pada saat bekerja tubuh membutuhkan
energi. Energi tersebut diperoleh dari hasil pemecahan glikogen. Selain energi,
asam laktat merupakan salah satu hasil dari pemecahan glikogen. Saat otot
berkontraksi, maka akan terjadi penumpukan asam laktat. Asam laktat ini
menghambat kerja otot dan menyebabkan rasa lelah. Menurut beberapa peneliti,
kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat
menurunkan produktivitas.

Menurut Cameron (1973) dalam Setyawati (2010), bahwa kelelahan kerja


menyangkut penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi,
dan penurunan produktivitas kerja. Menurut Suma’mur (2009), bahwa kelelahan
merupakan penurunan ketahanan dan daya tubuh untuk melakukan pekerjaan.
Menurut Setyawati (2010), kelelahan kerja tidak dapat
didefinisikan tetapi dapat dirasakan sehingga penentuan kelelahan kerja dapat
diketahui secara subjektif berdasarkan perasaan yang dialami tenaga kerja.
Menurut Suma’mur (2009), bahwa kelelahan kerja tidak hanya terjadi pada akhir
waktu kerja, namun juga dapat terjadi sebelum bekerja.

Apabila kelelahan kerja tidak segera ditangani dan segera beristirahat,


maka akan terjadi akumulasi kelelahan dalam sehari, sehingga dapat berdampak
lebih parah terhadap kesehatan. Risiko dari kelelahan kerja yaitu: motivasi kerja
menurun, performansi rendah, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan,
produktivitas kerja rendah, stress akibat kerja, penyakit akibat kerja, cedera, dan
terjadi kecelakaan kerja (Tarwaka, 2010). Data dari ILO menyebutkan bahwa
setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari 58115
sampel, 32,8% diantaranya atau sekitar 18828 sampel menderita kelelahan.
Menurut Depnakertrans, data mengenai kecelakaan kerja pada tahun 2004, di
Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan
kelelahan yang cukup tinggi, lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat.

Salah satu upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah memelihara
faktor-faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan
sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja
dapat menikmati derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Karena hal tersebut
maka perlu dilakukan adanya pengukuran tingkat kelelahan terhadap pekerja agar
dapat diketahui bagaimana keadaan pekerja dilapangan sehingga dapat
meminimalisir dampak-dampak dari kelelahan kerja yang dapat merugikan
pekerja dan pengusaha.

B. Tujuan
1. Untuk mengerti definisi dari kelelahan kerja
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kelelahan kerja
3. Untuk mengetahui gejala dari kelelahan kerja
4. Untuk mengetahui penyebab dan faktor kelelahan kerja
5. Untuk mengetahui proses terjadinya kelelahan kerja
6. Untuk mengetahui cara pengukuran kelelahan kerja
7. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan kelelahan kerja
8. Untuk mengetahui hasil pengukuran kelelahan kerja dan
menginterpretasikannya
BAB II

DASAR TEORI

A. Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh


terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat
sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah
kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,
tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu
kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor
pada otot/perasaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai
dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena
monotoni; intensitas lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab
mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993)

Kelelahan di sini adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efesiensi


dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya
penurunan kesiagaan (Grandjean, 1985). Lelah seperti itu mempunyai arti yang
lebih luas dari pada kelelahan otot yang dirasakan sebagai sakit atau nyeri pada
otot- otot, kelelahan seperti itu adalah kelelahan yang bersifat umum.

Banyak definisi yang diberikan pada kelelahan ini tetapi secara garis
besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul
pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah
tidak sanggup lagi untuk melakukan aktifitasnya. Pada dasarnya pola ini
ditimbulkan oleh dua hal, yaitu akibat kelelahan fisiologis (fisik dan kimia) dan
akibat kelelahan psikologis (Mental dan fungsionil). Hal ini bisa bersifat obyektif
(akibat perubahan performance) dan bisa bersifat subyektif (akibat perubahan
dalam perasaan dan kesadaran).

Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2


yaitu:
1) Kelelahan Akut adalah kelelahan yang terjadi dengan cepat yang pada
umumnya disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh yang
berlebihan.
2) Kelelahan Kronis adalah kelelahan yang terjadi bila kelelahan berlangsung
setiap hari dan berkepanjangan (Grandjean dan Kogi, 1971).

B. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Budiono dkk (2003), kelelahan kerja memiliki gejala kelelahan


secara subjektif dan objektif antara lain:
a. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing,
b. Tidak atau kurang mampu berkonsentrasi,
c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan,
d. Persepsi yang buruk dan lambat,
e. Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja,
f. Menurunya kinerja jasmani dan rohani.
Menurut Nurmianto (2004) perasaan adanya kelelahan kerja ditandai
dengan berbagai kondisi antara lain:
a. Kelelahan visual (indera penglihatan),
b. Kelelahan seluruh tubuh,
c. Kelelahan mental,
d. Kelelahan urat syaraf,
e. Stres atau pikiran tegang,
f. Rasa malas bekerja.

C. Penyebab Dan Faktor Kelelahan Kerja

1. Penyebab Kelelahan Kerja


Menurut Grandjean (1995) penyebab terjadinya kelelahan kerja adalah
sebagai berikut :
1) Intensitas dan lama kerja mental dan fisik,
2) Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll,
3) Circadian rhythm
4) Problem fisik : tanggung jawab, kekhawatiran konflik,
5) Kenyerian dan kondisi kesehatan
6) Nutrisi
Menurut Setyawati (2010) penyebab kelelahan kerja umumnya
berkaitan dengan:
1) Sifat pekerjaan yang monoton
2) Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik
yang tinggi
3) Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan
kebisingan serta lingkungan kerja lain yang tidak
memadai
4) Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan-
ketegangan dan konflik-konflik
5) Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi
6) Cicardian rhyt

2. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja


Menurut Atiqoh dkk (2014), terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kelelahan kerja, antara lain :
1) Faktor dari Dalam Individu (Faktor Internal)
(a) Usia
Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas
kerja seseorang yang berakibat pada kelelahan.
Salah satu indikator dari kapasitas kerja adalah
kekuatan otot seseorang. Semakin tua usia
seseorang, maka semakin menurun kekuatan
ototnya. Kekuatan otot yang dipengaruhi oleh umur
akan berakibat pada kemampuan fisik tenaga kerja
untuk melakukan pekerjaannya. Laki-laki maupun
wanita pada umur sekitar 20 tahun merupakan
puncak dari kekuatan otot seseorang, dan pada
umur sekitar 50 – 60 tahun kekuatan otot mulai
menurun sekitar 15 – 25% (Setyowati dkk, 2014).
(b) Jenis Kelamin
Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita
dan laki- laki terletak pada ukuran tubuh dan
kekuatan ototnya.

Kekuatan otot wanita relatif kurang jika


dibandingkan dengan kekuatan otot laki-laki.
Kekuatan otot ini akan mempengaruhi kemampuan
kerja seseorang yang merupakan penentu dari
terjadinya kelelahan. Permasalahan wanita lebih
kompleks dibandingkan laki-laki, salah satunya
adalah haid. Wanita yang sedang mengalami haid
cenderung cepat lelah dibandingkan wanita yang
tidak mengalami haid (Suma’mur, 2009).
(c) Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu penyebab
kelelahan. Seorang pekerja dengan status gizi yang
baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas
kerja yang lebih baik, sedangkan seorang pekerja
dengan status gizi yang tidak baik akan memiliki
ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang tidak
baik juga (Budiono, 2003).
2) Faktor dari Luar Individu (Faktor Eksternal)
a) Sikap Kerja
Hasil perbandingan antara kerja otot statis dan
dinamis pada kondisi yang hampir sama, dihasilkan
bahwa kerja otot statis mempunyai konsumsi energi
lebih tinggi, denyut nadi meningkat, dan diperlukan
waktu istirahat yang lebih lama (Atiqoh dkk, 2014).
b) Beban Kerja
Semakin meningkatnya beban kerja, maka
konsumsi oksigen akan meningkat secara
proporsional sampai didapat kondisi
maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang
tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik,
disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak
mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya
adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan
meningkatrnya kandungan asam laktat (Nurmianto,
2004).

c) Tekanan Panas
Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya kelelahan pada pekerja.
Salah satu faktor lingkungan ditempat kerja adalah
tekanan panas. Jika pekerja terpapar panas akan
organ tubuh akan bekerja lebih keras untuk
mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh, sehingga
beban fisik yang diterima pekerja akan lebih besar
dan pekerja akan mengalami kelelahan yang lebih
cepat (Marif, 2013).
d) Penerangan
Kondisi kerja dengan intensitas penerangan kurang
pada umumnya tenaga kerja berupaya untuk dapat
melihat pekerjaan dengan sebaik-baiknya dapat
mengakibatkan ketegangan mata, terjadi
ketegangan otot dan saraf yang dapat menimbulkan
kelelahan mata, kelelahan mental, sakit kepala,
penurunan konsentrasi dan kecepatan berpikir,
demikian juga kemampuan intelektual juga
mengalami penurunan. Penyebaran cahaya yang
berlebihan dapat menyebabkan kesilauan yang
mengakibatkan retina mata terlalu peka terhadap
cahaya yang berlebih sehingga timbul kelelahan
(Setyowati, 2014).
e) Kebisingan
Kebisingan merupakan faktor yang menyebabkan
kelelahan kerja. Semakin tinggi intensitas
kebisingan maka harus diperhatikan kelelahannya
karena mempengaruhi kinerja dari kapasitas fisik
seseorang. Pengendalian untuk mengurangi
kelelahan pekerja yaitu dengan diberlakukannya
rotasi kerja dan penggunaan alat pelindung telinga
(ear plug) (Purbaningrum, 2015).

D. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori kimia
dan teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi
dan meningkatnya metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang
perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan
pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan
penunjang proses.

Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya rangsangan


syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan.
Menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi
potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi
tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan
atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan
seseorang akan menunjukkan semakin lemah kondisi otot seseorang.

Kelelahan setempat terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot


terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang
dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum yang dapat
dicapai oleh otot.

Bedasarkan proses yang terjadi di dalam otot, kelelahan disebabkan


menjadi kelelahan otot secara umum, kelelahan otot secara umum ditandai dengan
memampuan otot kurang (kurang otot menjadi pendek), waktu kontraksi dan
relaksasi semakin bertambah (waktu meregang dan mengendur semakin lama),
dan memanjangkan tegangan waktu antara datangnya rangsangan dengan
diawalinya peregangan.

Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa
berkurangnya kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan lelah
sebenarnya bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan lapar. Hadirnya
perasaan lelah berarti menyuruh kita untuk menghindari ketegangan lebih lanjut
dan memberi kesempatan lebih lanjut untuk segera kembali.

E. Pencegahan Dan Penanggulangan Kelelahan Kerja

Menurut Budiono dkk (2003) untuk mencegah dan mengatasi


memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja
disarankan agar :
a. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman
bagi tenaga kerja.

b. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik


untuk mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini dan menemukan
solusi yang tepat.
c. Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan
manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.
Menurut Setyawati (2010) kelelahan dapat dikurangi melalui program
penanggulangan kelelahan kerja dengan kegiatan promosi kesehatan,
pencegahan kelelahan kerja, pengobatan kelelahan kerja dan rehabilitasi
kelelahan kerja, yang meliputi :
a.Primer
Promosi kesehatan dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama
dengan berbagai pihak misalnya departemen tenaga kerja, deprtemen
kesehatan, departemen perindustrian dan pihak-pihak lain baik dalam
pemerintahan maupun pihak swasta seperti media masa dan organisasi
pekerja. Promosi kesehatan dalam program penanggulangan kelelahan
ini dapat dilakukan dengan penyuluhan kepada tenaga kerja. Materi
penyuluhan tentang kelelahan kerja, faktor-faktor penyebabnya,
dampak dan cara pencegahan terjadinya kelelahan (Setyawati, 2010).
b. Sekunder
Pencegahan kelelahan dapat dilakukan dengan cara menciptakan
suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi tenaga kerja,
tidak menciptakan dan menghindarkan stres buatan manusia (Budiono
dkk, 2003).
c. Tersier
Pengobatan kelelahan kerja dapat dilakukan dengan meminum
vitamin atau obat-obatan yang berfungsi untuk memulihkan tenaga
seseorang, perbaikan lingkungan kerja, mengupayakan sikap kerja dan
menggunakan alat kerja yang ergonomis, penyuluhan mental dan
bimbingan mental (Setyawati, 2010).

Penanggulangan terhadap kelelahan kerja dilakukan dari


lingkungan kerja yang baik, pemberian waktu istirahat, pemberian gizi
yang baik, beban kerja tidak terlalu lama, tempat tinggal diusahakan
sedekat mungkin dengan tempat kerja dan diberikan perhatian khusus
pada kelompok terentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan
menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru
pindahan (Hasibuan, 2010).
Menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara
masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab
kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses
pemulihan. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain
memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal atau
terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat
ketegangan kerja. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang
ditunjukkan kepada umum dan lingkungan fisik tepat kerja. Misalnya,
banyak hal yang dapat dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan
istirahat, masa-masa libur atau rekreasi, dll (Roshadi, 2014).
BAB III

METODE PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA

Sjarifah,Ipop. 2015. Buku Panduan Praktikum Ergonomi. fk.uns.id

Atiqoh, J, I. Wahyuni, and D. Lestantyo. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka
Garment Gunung Pati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Budiono, A. M. Sugeng, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Grandjean, E. 1985. Fitting The Task To The Man. London: Taylor & Francis

Ltd.

Grandjean, E. 1993. Fitting The Task To The Man, An Ergonomic Approach.


London: Taylor & Francis Ltd.

Hasibuan, Y. 2010. Hubungan Kelelahan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan


Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr. Tengku
Mansyur Tangjungbalai Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Setyawati, L. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara


Books.
Roshadi dan Ridlo. 2014. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas
Kerja Karyawan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Suma’mur, P.K. 1989. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PT. Toko Gunung Agung.

Suma’mur, P.K. 1995. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.


Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai