Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aplikasi Teknologi yang semakin modern terlihat dari bertambahnya
penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang di
gerakkan oleh motor penggerak. Mesin-mesin tersebut merupakan salah satu
faktor penunjang utama pada proses produksi. Sangat banyak peralatan
mekanis dan mesin yang digunakan dalam berbagai industri antara lain industri
logam, industri kayu, pertambangan, pertanian, industri bangunan dan industri
angkutan. Paparan getaran terhadap pekerja dalam berbagai sektor industri
merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus sebab akan
berakibat menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja.
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada kehidupan
manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 ditetapkan
tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan kesehatan dalam
kategori mengganggu, tidak nyaman dan menyakitkan. Baku tingkat getaran
mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik
yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan ganggguan pada kenyamanan, kesehatan serta keutuhan
bangunan.
Pada banyak kasus getaran tidak diingnkan karena dapat membuang
energi, menimbulkan ketidaknymanan, menghasilkan bunyi atau bising dan
bahkan dapat menyebabkan kerusakan. Selain dapat terjadi pada sistem
mekanik dan elektrik yang pada dasarnya berskala kecil, getaran juga dapat
terjadi pada struktur dengan skala yang sangat besar, seperti jembatan suspensi,
gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang angkasa. Dewasa ini
pembangunan struktur berskala besar dengan bobot kecil menjadi tren baru
karena dapat mengurangi biaya dan energi . Akan tetapi efek terhadap
kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
Tenaga Kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktivitas, gangguan kesehatan kerja tersebut dapat
timbul akibat pekerjaannya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan
ukuran struktur tersebut akan mengakibatkan struktur lebih lentur sehingga
menjadi sangat sensitif terhadap masalah getaran . Maka dari itu perlu
diketahui pula cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kerja akibat
getaran , agar produktivitas kerja tetap meningkat.

B. Tujuan
1. Mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis
2. Mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis
3. Mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis
4. Mengetahui Efek Getaran Mekanis
5. Mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis
6. Mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis
2. Dapat mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis
3. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis
4. Dapat mengetahui Efek Getaran Mekanis
5. Dapat mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis
6. Dapat mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Getaran Mekanis


Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya.( PER.13/MEN/X/2011).
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003). Vibrasi adalah
getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis,
misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran ialah gerakan osilasi
disekitar sebuah titik (J.M.Harrington, 1996). Getaran merupakan efek suatu
sumber yang memakai satuan hertz (Depkes, 2003). Getaran mekanis adalah
salah satu faktor berbahaya di tempat kerja yang disebabkan oleh peralatan
atau mesin yang sedang dioperasikan (Depnaker, 1996). Getaran (vibrasi)
adalah suatu faktor fisik yang menjalar ketubuh manusia, mulai dari tangan
samapi keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan
mekanis yang digunakan dalam tempat kerja (Emil Salim, 2002)
1. Jenis Getaran Mekanis
Getaran mekanis dikelompokkan kembali menjadi 2 yaitu :
a. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
Getaran seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu
terjadinya getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau
sedang berdiri dimana landasannya yang menimbulkan getaran..
Biasanya frekuensi getaranini adalah sebesar 5-20 Hz (Emil Salim,
2002).
Getaran seluruh badan terutama pada alat angkut dalam kegiatan
industri, traktor pertanian dan perlengkapan lainya untuk mengerjakan
tanah. Selain getaran seluruh badan oleh alat angkut tersebut,
seseluruhan badan dapat ikut bergetar oleh beroprasinya alat-alat berat
yang memindahkan getaran mekanis dari alat berat dimaksud ke
suluruh badan tenaga kerja lewat getaran lantai melalui kaki.

3
Percepatan getaran mekanis pada alat angkutan, biasanya berfrekuensi
1-20 Hz, walaupun kadang-kadamg frekuensinya dapat meningkat
menjadi beberapa ratus Hz, berkisarantara 0,1 – 0,3 g (g=9,81
meter/detik2), sedangkan pada getaran mekanis pekerjaan konstruksi
bangunan dan juga pada traktor pertanian percepatannya sering
melebihi 1 g. Getaran mekanis demikian jauh dari bentuk senusoid,
melainkan terdiri dari komponen tidak teratur dengan puncak
percepatan maksimumnya, (Suma’mur, 2014).
b. Getaran lengan tangan (hans arm vibration)
Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan
akibat pemakaian peralatatan yang bergetar, frekuensinya biasanya
antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128
Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini
berbahaya pada pekerjaan seperti: Supir bajarj, operator gergaji rantai,
tukang potong rumput, gerinda, penempa palu dsb.(Emil Salim, 2002)
Berbagai pekerjaan dalam industri manufaktur, perkebunan,
kehutanan, konstruksi dan pertambagan secara terus menerus
menggunakan mesi atau peralatan bergetar. Dalam pertambangan alat
demikian adalah tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor; yang
dinegara maju telah diganti deng mesin. Di pengeboran dan pengecoran
logam, biasanya dipakai gerinda mesin sehingga pekerjaan
menggerinda dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Tukul mekanis
sering diganti dengan mesin kempa, yang beroprasi secara otomatis.
Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji mesin yang menimbulkan
getaran-getaran tangan kepada operatornya. Demiklian pula mesin
pengeras jalan yang digunakan pada pekerjaan konstruksi dan
pemeliharaan jalan.(Suma’mur, 2014)
B. Sumber Getaran Mekanis
Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalm industri
logam, perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan dan
pekrjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah bor
pneumartik, alat-alat ini menghasilkan getaran mekanis dengan ciri fisik
dan efek merugikan yang berbeda. (C.Wijaya, 1995).
Pada perum perhutani sumber getaran yag ada pada peralatan seperti band
resaw, cross cut, low band saw, planer, band saw, double cross cut dan
spindle moulder.
C. Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis
Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka
perlu diketahui nilai ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui
nilai ambang batas dilakukan dengan mengukur getaran yang ada kemudian
dibandingkan dengan NAB yang diizinkan.
Menurut Canadian Government Specification CDA/MS/NVSH 107
Vibration Limited Maintenance untuk mesin-mesin jenis elektrik motor
yang kondisinya tidak baru, jika getaran yang ditimbulkan telah melampaui
130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka mesin tersebut perlu dilakukan
pengcekan. Dan jika getaran yang ditimbilkan telah melampaui 135 dB
atau 5,6 mm/detik (velocity) maka kondisi mesin harus diperbarui. Saat ini
Indonesia dipakai nilai ambang batas getran berdasarkan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011.
Berikut ini NAB getaran berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.13/MEN/X/2011 mengenai Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan Dan
Tangan

Nilai percepatan pada frekuensi dominan


Jumlah waktu pemajanan
Per hari kerja Gram (1 gram :
(m/det2)
9,81 m/det2)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
Catatan:
1 Gravitasi = 9,81 m/det2
Selain itu, disebutkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
danTransmigrasi bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) getaran alat kerja
yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga
kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2). Sedangkan
NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh
tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik kuadrat (m/det2)

Nilai ambang batas Whole Body Vibration dihitung berdasarkan


bagian penopang tubuh tebaga kerja, Apabila tenaga kerja duduk maka
yang diukur adalah getaran dari alas duduk dan sandarannya. Dan apabila
pekerja berdiri maka yang diukur adalah getaran pada lantai atau
penopang kaki.
Peraturan ISO terhadap getaran mekanis lebih menekankan pada
kenyamanan dan keamanan pekerja di tempat kerja. Tenaga kerja yang
terpajan getaran melampaui nilai ambang batas (NAB) secara kontinyu
akan merasakan kelelahan (fatique) sehingga mempengaruhi
produktivitas kerja, Aturan ISO memberikan hubungan antara frekuensi
dan besarnya amplitudo getaran yang diijinkan untuk lama pemaparan 8
jam dalam satu hari kerja.
Menurut ISO tubuh akan merasa sangat tidak nyaman ketika
NAB getaran mekanis diatas 0,8m/det2 .
Tabel 2.2. Tabel mengenai level kenyamanan tubuh ketika terpapar
getaran mekanis menurut ISO 2631-1 (1997)
Skala Nilai Percepatan (m/dt2)
Sangat tidak nyaman ekstrim Lebih dari 2,0
Sangat tidak nyaman 1,6 – 2,0
Tidak ny 1,0 – 1,6
Agak tidak nyaman 0,63 – 1,0
Sedikit kurang nyman 0,315 – 0,63
Nyaman Kurang dari 0,315

D. Baku Tingkat Getaran Mekanis


bersambung

Batas maksimum tingkat getaran Mekanik yang diizinkan dari


satuatu kegiantan pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan
kenyamanan dan keutuhan bangunan. Berikut merupakan baku tingkat
getaran yang diperkenenkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran.
Tabel 2.3. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan
Nilai Tingkat getaran, dalam mikron (10 - 6 meter)
Frekuensi
Tidak Tidak
(Hz) Mengganggu Menyakitkan
Mengganggu Nyaman
4 < 100 100 – 500 > 500 – 1000 > 1000
5 < 80 80 – 350 > 350 – 1000 > 1000
6,3 < 70 70 – 275 > 275 – 1000 > 1000
8 < 50 50 – 160 > 160 – 500 > 500
10 < 37 37 – 120 > 120 – 300 > 300
12,5 < 32 32 – 90 > 90 – 220 > 220
16 < 25 25 – 60 > 60 – 120 > 120
20 < 20 20 – 40 > 40 – 85 > 85
25 < 17 17 – 30 > 30 – 50 > 50
31,5 < 12 12 – 20 > 20 – 30 > 30
40 <9 9 – 15 > 15 – 20 > 20
50 <8 8 – 12 > 12 – 15 > 15
Konversi :
Percepatan = (2πf)2 x simpangan
Kecepatan = 2πf x simpangan
π = 3.14
E. Efek Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat menyebabkan beberapa efek terhadap manusia,
anatara lain:
a. Efek mekanis terhadap jaringan.
b. Rangsangan reseptor syaraf didalam jaringan.
Pada gangguan mekanik sel-sel jaringan rusak atau metabolismenya
terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui
syaraf sentral atau langsung pada syaraf autonom. Kedua mekanisme ini
terjadi secara bersama-sama. Untuk maksud praktis, dibedakan tiga tingkat
efek getaran mekanik adalah sebagai berikut :
a. Gangguan kenikmatan kerja, dalam hal ini efek getaran hanya terbatas
pada terganggunya nikmat kerja.
b. Terganggunya tugas yang terjadi bersama-sama dengan cepatnya
kelelahan.
c. Bahaya terhadap kesehatan.
Mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada
frekuensi sampai 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran-getaran antara
kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah tidak dapat
mengikuti lagi. Maka pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat terganggu.
Gangguan kerja oleh getaran adalah akibat gangguan menggerakkan tangan
dan menurunnya ketajaman penglihatan.
Getaran mekanik dapat ditimbulkan oleh banyak sekali faktor,
antara lain:
a. Peralatan atau mesin yang sedang dioperasikan.
b. Peralatan atau mesin yang tidak bergerak.
Dampak getaran terhadap tubuh manusia sangat tergantung pada sifat
pemaparan, yaitu bagian tubuh yang kontak dengan sumber getaran. Bentuk
pemaparan dapat dibagi dalam 2 katagori sebagai berikut :
a. Pemaparan seluruh tubuh (Whole body vibration) 
Getaran seluruh tubuh terutama terjadi pada alat pengangkut,
misalnya truk, alat - alat berat dapat pula dipindahkan ke seluruh tubuh
lewat getaran lantai melalui kaki. Getaran yang penting adalah getaran
dari tempat duduk dan topangan kaki, karena diteruskan ke tubuh.
Dalam keadaan duduk, seluruh tubuh dapat dianggap satu kesatuan
massa terhadap getaran. Pada posisi tubuh yang berbeda-beda dengan
arah getaran, penghantaran getaran dapat berbeda-beda. Isi perut pada
segala sikap tubuh dapat dianggap sebagai satu kesatuan terhadap getaran
sampai dengan 9 Hz. Namun pada frekuensi yang lebih besar, alat-alat
yang ada akan mengikuti getarannya sendiri-sendiri.
Efek getaran dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini
didapatkan pada frekuensi alami, yaitu 3-9 Hz untuk kesatuan getaran
pada bagian tubuh seperti dada dan perut. Frekuensi lebih tinggi dapat
mempengaruhi alat-alat dengan frekeunsi alami yang lebih tinggi pula.
Leher, kepala, dan pinggul, beresonansi baik terhadap getaran pada
frekuensi 10 Hz. Getaran-getaran kuat dapat menyebabkan rasa nyeri
yang luar biasa.
Mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada
frekuensi samapi 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran-getaran
antara kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah
tidak dapat mengikuti lagi. Pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat
terganggu. Gangguan kerja oleh getaran adalah akibat gangguan
menggerakkan tangan dan menurunnya ketajaman penglihatan (Anies,
2005).
Pada pemaparan jangka pendek atau akut menyebabkan :
1) Motion sickness/mabuk perjalanan (mual dan lelah)
2) Pandangan kabur
3) Pusing
4) Tidak nyaman
5) Nyeri dada
6) Hilang keseimbangan
7) Perubahan suara
8) Nafas pendek
9) Tidak bisa bekerja secara presisi
Pada pemaparan jangka panjang atau kronis dapat menyebabkan :
1) Kerusakan permanen pada tulang dan persendian.
2) Gangguan pencernaan.
3) Efek pada tekanan darah yang dapat menimbulkan masalah pada
jantung dan pembuluh darah.
4) Efek pada system syaraf, misal : sakit kepala, gangguan tidur, lemah,
lelah dan lesu.
5) Ganggun fungsi reproduksi wanita.
6) Hernia
b. Hand Arm Vibration
Ada pekerjaan – pekerjaan dalam industri, pertambangan maupun
kehutanan, yang menggunakan alat-alat bergetar secara terus menerus.
Misalnya pengebor kempa di pertambangan, gerinda pada pabrik baju,
atau gergaji listrik pada pekerjaan di kehutanan, dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan akibat getaran mekanis pada lengan.
Gangguan-gangguan tersebut antara lain kelainan dalam
peredaran darah dan persarafan, serta kerusakan pada persendian dan
tulang. Gejala kelainan pada peredaran darah dan persarafan sangat mirip
dengan fenomena Raynaud. Gejala-gejala awal adalah pucat dan
kekakuan pada ujung-ujung jari yang terjadi berulang secara tidak
teratur. Mula-mula pada sebelah tangan kemudian dapat meluas pada
kedua tangan secara asimetris. Serangan berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam, dengan tingkatan yang berbeda dalam hal
intensitas nyeri, kehilangan daya pegang dan pengendalian otot (Anies,
2005).
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih
memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun
pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas
kerja terganggudan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari
sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya di banding dengan
hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagai
semestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan kanan
yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang berputar.
Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot-
otot interossea, dan fleksin dari jari-jari (Suma’mur, 2014).

F. Pengendalian Getaran Mekanis


a. Pengendalian secara umum
Internasional Organization For Standarization Mengeluarkan
(ISO 2631- 1974) Pedoman Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja untuk Pengurangan Pemaparan Terhadap Getaran Kerja.
1) Isolasi sumber getar
2) Isolasi pekerja atau operator dengan
penagturan istirahat dan shift
3) Mengurangi waktu pemaparan
4) Bila mungkin dilakukan dengan
remote control.
5) Memperbaiki desain ergonomis
6) Melangkapi perawtan yang dapat
menahan atau menyerap getaran
7) Merawat mesin sebaik-baiknya
8) Pemeriksaan kesehatan awal
9) Pemeriksaan kesehatan berkala.
Secara garis besar ada 3 pendekatan yang digunakan untuk
mengendalikan getaran, yaitu:
1) Mencegah atau
mengurangi pemaparan getaran sesuai dengan nilai ambang batas
NAB, misalnya dengan memperbaiki desain dari sistem suspensi
kendaraan/ mesin/ peralatan dan melakukan perawatan
mesin/peralatan secara teratur.
2) Isolasi terhadap
getaran, misalnya menjauhkan tenaga kerja dari sumber getaran
mekanis, menggunakan penyekat atau bantalan peredam,
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan.
3) Mengurangi
waktu pemaparan dengan rotasi kerja, istirahat kerja 10-15 menit
tiap 1 jam kerja)
Secara umum, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
pemaparan getaran mekanis yang melebihi NAB adalah :
1) Mengisolasi sumber getaran dan pekerja dari sumber getaran.
2) Mengurangi pemaparan terhadap getaran.
3) Melengkapi peralatan mekanis dengan penahan atau penyerap
getaran.
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala.
5) Para pekerja dianjurkan untuk memakai peralatan yang cukup untuk
mempertahankan suhu badan dan memakai sarung tangan.
6) Sebelum bekerja harus diadakan pemanasan, tidak memegang
peralatan yang bergetar terlalu erat serta mengoperasikan alat yang
bergetar tidak sampai kapasitas penuh.
7) Jika pekerja merasakan tanda tanda kesemutan, kaku, jari-jari
memutih atau membiru harus segera memeriksakan ke dokter.
b. Pengendalian Getaran pada Industri
Pengendalian getaran pada industri ada beberapa cara, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1) Pengendalian Teknis
a) Memakai peralatan kerja yang rendah
intensitas getarannya (dilengkapi dengan peredam).
b) Menambah peredam di antara tangan dan
alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
c) Merawat peralatan dengan teratur dengan
mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
d) Meletakkan peralatan dengan teratur alat
yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat
menimbulkan getaran di sekelilingnya.
e) Menggunakan remote control, tenaga kerja
tidak terkena paparan getaran karena dikendalikan dari jauh.
2) Pengendalian Administrasi
a) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu
pada NAB yang ada, paparangetaran tidak sepenuhnya
mengenai salah seorang tetapi bergantian, dari A, B, dan C.
b) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai
dengan NAB yang berlaku.
3) Pengendalian Medis
Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5
tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval
yang diambil adalah 2 – 3 tahun sekali.
4) Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar
(busa). Pada kebanyakan tenaga kerja masih dapat bekerja dengan
alat-alat yang menimbulkan getaran. Namun, bila penyakit semakin
memburuk, kapasitas kerja akan terganggu sekali. Serangan akan
hilang jika peredaran darah kembali normal. Maka beberapa upaya
yang dapat dilakukan antara lain :
a) Pemanasan tangan ke dalam air panas.
b) Pemijatan sebaiknya dilakukan secara lembut, untuk
memperlancar peredaran darah.
c) Meniupkan udara panas ke tangan serta menggerakkan tangan
secara berputar.
c. Pengendalian getaran pada sepeda motor
Kita juga dapat mengukur getaran pada sepeda motor.
Keadaan motor yang dalam keadaan baik salah satu cirinya yaitu saat
menaiki motor tidak merasakan getaran. Apabila motor bergetar saat
digunakan, paling sering terjadi pada mesinnya hal ini bersumber dari
putaran kruk as yang tidak balance. Cara mengatasinya tidak ada cara
lain selain membalancing ulang crankshaft (kruk as) ke tukang bubut.
Namun sebelum menuding kruk as sebagai biang keladinya, ada cara
lain yang perlu diselidiki terlebih dahulu, yaitu :

1) Sebaiknya periksa terlebih dulu beberapa bagian motor. Karena bisa


saja penyebabnya bukan kruk as dan membalancing ulang kruk as,
pastinya membelah mesin terlebih dulu yang membutuhkan dana
tidak sedikit.
2) Memeriksa dulu baut-baut pegangan mesinnya yang kemungkinan
mesin tersebut bautnya kendur atau tidak kencang hal ini
menyebabkan sasis tidak dapat meredam getaran mesin dengan baik.
Jika ternyata itu penyebabnya, segera kencangkan baut-baut
pegangan mesin tersebut.
3) Memeriksa juga baut-baut bodi, poros lengan ayun, as roda, mur
komstir, dan sebagainya.
Bila semuanya baik-baik saja, namun permasalahan belum
juga hilang, maka perlu memeriksa putaran kedua roda. Pelek yang
tidak presisi juga dapat menyebabkan sepeda motor bergetar. Cara
mengetahuinya :
1) Sepeda motor diparkir menggunakan standar tengah. Posisikan roda
yang hendak diperiksa pada keadaan mengambang (depan maupun
belakang). Kemudian roda tersebut diputar. Perhatikan apakah
putarannya center (lurus) atau speleng (bergoyang).
2) Jika memang putarannya tidak presisi akibat pelek bengkok, segera
setel ulang jari-jarinya. Apabila kerusakan peleknya parah, pres
ulang atau ganti dengan yang baru.
3) Begitu pula untuk pelek model racing. Jika ternyata putaran rodanya
bagus, baut pegangan mesin, bodi, lengan ayun serta as roda juga
mantaf, namun getaran mesin tidak lenyap juga, baru bisa dipastikan
akibat putaran kruk as tidak balance.
Maka dari itu getaran mekanis yang berlebih harus dicegah atau
dikurangi agar tidak mempengaruhi kesehatan tenaga kerja yang dapat
menurunkan produktivitas kerja.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono Z, dkk, 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan
Ergonomi (HIPERKES) dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit
Universitas diponegoro.
Permana, Budi. Pebruari 2007. Inspeksi Kecelakaan Kerja. Majalah Hiperkes
XII/2007. Surakarta : CV. Maju Mundur.
Suma’mur, 1994. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.
Gunung Agung.
Suma’mur, 2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Sagung
Seto.
Sumardiyono, S.Km, M.Kes. 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester
III.Surakarta : UNS.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Tim Penyusun.2013. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta: Program
D.IV Kesehatan Kerja FK UNS.
Tim penyusun, 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta :
Program D.IV Kesehatan Kerja.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai