PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aplikasi Teknologi yang semakin modern terlihat dari bertambahnya
penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang di
gerakkan oleh motor penggerak. Mesin-mesin tersebut merupakan salah satu
faktor penunjang utama pada proses produksi. Sangat banyak peralatan
mekanis dan mesin yang digunakan dalam berbagai industri antara lain industri
logam, industri kayu, pertambangan, pertanian, industri bangunan dan industri
angkutan. Paparan getaran terhadap pekerja dalam berbagai sektor industri
merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus sebab akan
berakibat menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja.
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada kehidupan
manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 ditetapkan
tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan kesehatan dalam
kategori mengganggu, tidak nyaman dan menyakitkan. Baku tingkat getaran
mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik
yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan ganggguan pada kenyamanan, kesehatan serta keutuhan
bangunan.
Pada banyak kasus getaran tidak diingnkan karena dapat membuang
energi, menimbulkan ketidaknymanan, menghasilkan bunyi atau bising dan
bahkan dapat menyebabkan kerusakan. Selain dapat terjadi pada sistem
mekanik dan elektrik yang pada dasarnya berskala kecil, getaran juga dapat
terjadi pada struktur dengan skala yang sangat besar, seperti jembatan suspensi,
gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang angkasa. Dewasa ini
pembangunan struktur berskala besar dengan bobot kecil menjadi tren baru
karena dapat mengurangi biaya dan energi . Akan tetapi efek terhadap
kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
Tenaga Kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktivitas, gangguan kesehatan kerja tersebut dapat
timbul akibat pekerjaannya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan
ukuran struktur tersebut akan mengakibatkan struktur lebih lentur sehingga
menjadi sangat sensitif terhadap masalah getaran . Maka dari itu perlu
diketahui pula cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kerja akibat
getaran , agar produktivitas kerja tetap meningkat.
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis
2. Mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis
3. Mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis
4. Mengetahui Efek Getaran Mekanis
5. Mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis
6. Mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis
2. Dapat mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis
3. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis
4. Dapat mengetahui Efek Getaran Mekanis
5. Dapat mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis
6. Dapat mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
BAB II
DASAR TEORI
3
Percepatan getaran mekanis pada alat angkutan, biasanya berfrekuensi
1-20 Hz, walaupun kadang-kadamg frekuensinya dapat meningkat
menjadi beberapa ratus Hz, berkisarantara 0,1 – 0,3 g (g=9,81
meter/detik2), sedangkan pada getaran mekanis pekerjaan konstruksi
bangunan dan juga pada traktor pertanian percepatannya sering
melebihi 1 g. Getaran mekanis demikian jauh dari bentuk senusoid,
melainkan terdiri dari komponen tidak teratur dengan puncak
percepatan maksimumnya, (Suma’mur, 2014).
b. Getaran lengan tangan (hans arm vibration)
Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan
akibat pemakaian peralatatan yang bergetar, frekuensinya biasanya
antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128
Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini
berbahaya pada pekerjaan seperti: Supir bajarj, operator gergaji rantai,
tukang potong rumput, gerinda, penempa palu dsb.(Emil Salim, 2002)
Berbagai pekerjaan dalam industri manufaktur, perkebunan,
kehutanan, konstruksi dan pertambagan secara terus menerus
menggunakan mesi atau peralatan bergetar. Dalam pertambangan alat
demikian adalah tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor; yang
dinegara maju telah diganti deng mesin. Di pengeboran dan pengecoran
logam, biasanya dipakai gerinda mesin sehingga pekerjaan
menggerinda dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Tukul mekanis
sering diganti dengan mesin kempa, yang beroprasi secara otomatis.
Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji mesin yang menimbulkan
getaran-getaran tangan kepada operatornya. Demiklian pula mesin
pengeras jalan yang digunakan pada pekerjaan konstruksi dan
pemeliharaan jalan.(Suma’mur, 2014)
B. Sumber Getaran Mekanis
Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalm industri
logam, perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan dan
pekrjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah bor
pneumartik, alat-alat ini menghasilkan getaran mekanis dengan ciri fisik
dan efek merugikan yang berbeda. (C.Wijaya, 1995).
Pada perum perhutani sumber getaran yag ada pada peralatan seperti band
resaw, cross cut, low band saw, planer, band saw, double cross cut dan
spindle moulder.
C. Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis
Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka
perlu diketahui nilai ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui
nilai ambang batas dilakukan dengan mengukur getaran yang ada kemudian
dibandingkan dengan NAB yang diizinkan.
Menurut Canadian Government Specification CDA/MS/NVSH 107
Vibration Limited Maintenance untuk mesin-mesin jenis elektrik motor
yang kondisinya tidak baru, jika getaran yang ditimbulkan telah melampaui
130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka mesin tersebut perlu dilakukan
pengcekan. Dan jika getaran yang ditimbilkan telah melampaui 135 dB
atau 5,6 mm/detik (velocity) maka kondisi mesin harus diperbarui. Saat ini
Indonesia dipakai nilai ambang batas getran berdasarkan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011.
Berikut ini NAB getaran berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.13/MEN/X/2011 mengenai Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan Dan
Tangan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono Z, dkk, 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan
Ergonomi (HIPERKES) dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit
Universitas diponegoro.
Permana, Budi. Pebruari 2007. Inspeksi Kecelakaan Kerja. Majalah Hiperkes
XII/2007. Surakarta : CV. Maju Mundur.
Suma’mur, 1994. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.
Gunung Agung.
Suma’mur, 2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Sagung
Seto.
Sumardiyono, S.Km, M.Kes. 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester
III.Surakarta : UNS.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Tim Penyusun.2013. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta: Program
D.IV Kesehatan Kerja FK UNS.
Tim penyusun, 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta :
Program D.IV Kesehatan Kerja.
LAMPIRAN