PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah memelihara
faktor-faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan
sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja
dapat menikmati derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Karena hal tersebut
maka perlu dilakukan adanya pengukuran tingkat kelelahan terhadap pekerja agar
dapat diketahui bagaimana keadaan pekerja dilapangan sehingga dapat
meminimalisir dampak-dampak dari kelelahan kerja yang dapat merugikan
pekerja dan pengusaha.
B. Tujuan
1. Untuk mengerti definisi dari kelelahan kerja
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kelelahan kerja
3. Untuk mengetahui gejala dari kelelahan kerja
4. Untuk mengetahui penyebab dan faktor kelelahan kerja
5. Untuk mengetahui proses terjadinya kelelahan kerja
6. Untuk mengetahui cara pengukuran kelelahan kerja
7. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan kelelahan kerja
8. Untuk mengetahui hasil pengukuran kelelahan kerja dan
menginterpretasikannya
BAB II
DASAR TEORI
A. Kelelahan
Banyak definisi yang diberikan pada kelelahan ini tetapi secara garis
besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul
pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah
tidak sanggup lagi untuk melakukan aktifitasnya. Pada dasarnya pola ini
ditimbulkan oleh dua hal, yaitu akibat kelelahan fisiologis (fisik dan kimia) dan
akibat kelelahan psikologis (Mental dan fungsionil). Hal ini bisa bersifat obyektif
(akibat perubahan performance) dan bisa bersifat subyektif (akibat perubahan
dalam perasaan dan kesadaran).
c) Tekanan Panas
Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya kelelahan pada pekerja.
Salah satu faktor lingkungan ditempat kerja adalah
tekanan panas. Jika pekerja terpapar panas akan
organ tubuh akan bekerja lebih keras untuk
mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh, sehingga
beban fisik yang diterima pekerja akan lebih besar
dan pekerja akan mengalami kelelahan yang lebih
cepat (Marif, 2013).
d) Penerangan
Kondisi kerja dengan intensitas penerangan kurang
pada umumnya tenaga kerja berupaya untuk dapat
melihat pekerjaan dengan sebaik-baiknya dapat
mengakibatkan ketegangan mata, terjadi
ketegangan otot dan saraf yang dapat menimbulkan
kelelahan mata, kelelahan mental, sakit kepala,
penurunan konsentrasi dan kecepatan berpikir,
demikian juga kemampuan intelektual juga
mengalami penurunan. Penyebaran cahaya yang
berlebihan dapat menyebabkan kesilauan yang
mengakibatkan retina mata terlalu peka terhadap
cahaya yang berlebih sehingga timbul kelelahan
(Setyowati, 2014).
e) Kebisingan
Kebisingan merupakan faktor yang menyebabkan
kelelahan kerja. Semakin tinggi intensitas
kebisingan maka harus diperhatikan kelelahannya
karena mempengaruhi kinerja dari kapasitas fisik
seseorang. Pengendalian untuk mengurangi
kelelahan pekerja yaitu dengan diberlakukannya
rotasi kerja dan penggunaan alat pelindung telinga
(ear plug) (Purbaningrum, 2015).
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori kimia
dan teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi
dan meningkatnya metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang
perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan
pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan
penunjang proses.
Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa
berkurangnya kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan lelah
sebenarnya bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan lapar. Hadirnya
perasaan lelah berarti menyuruh kita untuk menghindari ketegangan lebih lanjut
dan memberi kesempatan lebih lanjut untuk segera kembali.
METODE PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA
Grandjean, E. 1985. Fitting The Task To The Man. London: Taylor & Francis
Ltd.