KELELAHAN KERJA
Oleh :
KELOMPOK 2
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
2019
RINGKASAN
Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang timbul
karena aktivitas individu, sehingga individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakan
aktivitas atau tugasnya lagi. Dengan kata lain, kelelahan kerja dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan
kesalahan kerja dan berujung terjadinya kecelakaan kerja ( Nurmianto, 2004).
Faktor yang berhubungan dengan kelelahan yaitu ada factor individu, jam
kerja, lingkungan kerja, dan proses kerja. Difaktor individu memiliki karakteristik
umur, masa kerja, status gizi, status kesehatan, status perkawinan. jam kerja
menurut undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu
lamanya seseorang bekerja dalam sehari adalah 8jam ataupun 40 jam dalam
seminggu.
A. Latar belakang
Manusia dalam keseharian selau melakukan pergerakan, semua
pergerakan yang di lakukan manusia mempunyai tujuan sendiri, seperti
bergerak untuk pergi ke sekolah, olahraga, bekerja dan bepergian. Apanila
tubuh sering melakukan pergerakan yang berelebihan dan di lakukan
secara terus menerus maka tubuh akan merasakan kelelahan. Kelelahan
sendiri merupakan berkurangnya kapasitas bekerja, kelelahan dengan
turunnya efisiensi ketahanan dalam bekerja tanpa melihat apapun
penyebabnya, seperti : kelelaha visual, kelelahan fisik umum, kelelahan
mental, kelelahan oleh lingkungan yang monoton dan kelelahan kerja
kronis terus menerus dan menetap. Kelelahan sangat erat kaitannya
dengan seseorang yang bekerja dan di hadapi setiap hari, dimana hal itu
bsangat berpengaru pada produktivitas kerja seseorang yang akan
menimbulkan suatu kecelakaan kerja dan perkerjaan yang tidak maksimal.
Kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan
terasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena
munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah bekerja baik
secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ‘ngantuk’
(Budiono dkk, 2003).
Dari hasil penelitian bahwa dari 80% human error, yaitu 50%nya di
sebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Kata kelelahan sendiri
menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berkaitan
dengan pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan kerja. Terdapat 2
jenis kelelahan yaitu : kelelahan umum dan kelelahan otot. Kelelahan otot
dapat ditandai dengan perasaan nyeri dan tremor yang terdapat pada otot,
sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan
untuk bekerja/bergerak yang sebabnya adalah persyarafan atau psikis,
kelelahan juga dapat di tandai dengan kurangnya kemampuan dalam
bekerja yang menyebabkan penurunan angka produktivitas saat pekerja
mengalami penurunan psikis, hal ini juga di pengaruhi dengan keadaan
lingkungan seperti penerangan ruang kerja yang tidak memedai, keadaan
ruang kerja yang panas, serta mempunyai kebisingan yang tinggi.
B. Tujuan
Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar
(external signs). Ini dikarenakan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya
ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu.
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik
untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologi dan gejala
yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga
pada semakin rendahnya gerakan.
b. Kelelahan Umum
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa
dan terasa tidak biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat
karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk
bekerja baik secara fisik maupun psikis, semuanya terasa berat. Timbulnya
gejala kelelahan seperti ini dapat diatasi dengan menyediakan waktu khusus
untuk beristirahat dan bersikap lebih santai. Perasaan letih seperti rasa haus,
lapar, dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami
sebagai indikator bahwa kondisi fisik dan psikis seseorang sedang dalam
keadaan menurun.
C. Uji Psikomotor
Uji psikomotor dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi,
interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer
untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari
pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau
dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu,
denting suara, sentuhan kulit dan goyangan badan. Terjadinya pemanjanagan
reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan
otot. Di Indonesia sendiri telah berkembang alat ukur waktu reaksi dengan
menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, yaitu reaction
timer. Dalam penelitian ini menggunakan alat reaction timer agar hasil
pengukuran tingkat kelelahan terhadap responden bernilai kuantitatif. Berikut
ini merupakan kriterian kelelahan menurut Balai Hiperkes (2004):
a. Keadaan monoton
b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.
c. Keadaan lingkungan kerja, seperti cuaca kerja, penerangan dan
kebisingan di tempat kerja.
d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau
konflik.
e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi. (Suma’mur, 2009)
BAB III
METODE PENGUKURAN
C. Cara Kerja
a Hubungkan alat dengan sumber tenaga ( Listrik / baterry).
b Hidupkan alat dengan menekan tombol " On / Off " pada On (hidup).
c Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka " 0,000 " dengan
menekan tombol " Nol ".
d Pilih rangsang suara atau cahaya yang dikehendaki dengan menekan
tombol “Suara” atau “Cahaya ".
e Subyek yang akan diperiksa diminta menekan tombol subyek ( kabel hitam
) dan diminta secepatnya menekan tombol setelah melihat cahaya atau
mendengar bunyi dari sumber rangsang.
f Untuk memberikan rangsang, pemeriksa menekan tombol pemeriksa (
kabel biru ).
g Setelah diberi rangsang subyek menekan tombol maka pada layar kecil
akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan "satuan milli detik".
h Pemeriksaan diulangi sampai 20 kali baik rangsang suara maupun cahaya.
i Data yang dianalisa ( diambil rata-rata ) yaitu skor hasil 10 kali pengukuran
ditengah ( 5 kali pengukuran awal dan akhir dibuang ).
j Catat keseluruhan hasil pada formulir.
k Setelah selesai pemeriksaan matikan alat dengan menekan tombol "On /
Off" pada Off dan lepaskan alat dari sumber tenaga.
BAB IV
HASIL PENGUKURAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan,
dapat di simpulkan bahwa:
1. Hasil pengukuran kelelahan kerja pada semua praktikum adalah
kelelahan berat dengan hasil antara 786 – 1.163 mili detik.
2. Faktor-faktor seperti kebisingan, keadaan psikis praktikan, beban
kerja, dan ketetapan alat reaction timer dapat mempengaruhi
pengukuran kelelahan kerja.
3. Aktivitas, kondisi fisik, dan kondisi psikis pada sebelum dan sesaat
pengukuran sangat berpengaruh pada hasil pengukuran kelelahan
kerja.
4. Gejala-gejala dari kelelahan adalah mengantuk, kurangnya
konsentrasi, gugup, serta badan terasa lelah dan capek.
B. SARAN
1. Untuk Peneliti
Pada saat melakukan pengukuran sebaiknya mengontrol
lingkungan agar tidak terlalu bising sehingga tidak mengganggu
konsentrasi peneliti saat melakukan praktikum.
2. Untuk Praktikan
a Pastikan agar alat yang digunakan berfungsi dengan baik
agar saat melakukan praktikum mendapatkan hasil yang
sesuai dan tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
b Pada saat melakukan pengukuran akan lebih baik jika
praktikan mengurangi aktivitas-aktivitas yang dapat
membuat lelah dan menurunkan konsentrasi.
Daftar Pustaka
Tulisan K3LH. Kelelahan Kerja [Internet]. 2011. [cited 23 Maret 2019]. Available
from: http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/11/kelelahan-kerja.html
Chalid, Aulia. Kelelahan Kerja [Internet]. Universitas Sebelas Maret. 2016. [cited
23 Maret 2019]. Available from:
https://civitas.uns.ac.id/aulliachalid/2016/12/15/kelelahan-kerja/