Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM HIPERKES

LINGKUNGAN KERJA

Oleh :

KELOMPOK 2

1. Ines Dyah P D11.2016.02157


2. Husna Amalia D11.2016.02166
3. Muhammad Iqbal D11.2016.02183
4. Putri Rahayu D11.2016.02195
5. Theresia Intyas D11.2016.02200
6. Vio Anifa D11.2016.02213

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
2019
RINGKASAN

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja
yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat
menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan
produktivitas kerja (Subaris, dkk, 2008).

Lingkungan kerja fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ialah


pencahayaan (lux meter), kebisingan (dB), temperature (0C), dan getaran (m/s). Lux
meter dingunakan untuk mengukur pencahayaan suatu ruangan, Sound Level
Meter digunakan untuk mengukur kebisingan, termometer digunakan untuk
mengukur suhu ruangan, sedangkan vibration meter digunakan untuk mengukur
gataran yang muncul.

Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 240C – 260C. suhu yang
lebih dingin mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya
koordinasi otot dan suhu panas sendiri akan berakibat menurunkan prestasi kerja
berfikir. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan
memperlambat waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja
otak, mengganggu koordinasi saraf perasa motoris, serta memudahkan emosi
untuk dirangsang, maka dari itu bekerja pada lingkungan kerja yang tinggi dapat
membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja sehingga perlu upaya
penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan perlindungan yang tepat
(Suma’mur, 2014).

Berdasarkan hasil analisis faktor lingkungan kerja yang telah dilakukan


produktivitas kerja individu dipengaruhi oleh pencahayaan, kebisingan,
temperature, dan getaran. Jadi diketahui bahwa tekanan fisik dengan level sedang
dapat meningkatkan produktivitas kerja individu. Apabila level tekanan fisik lebih
rendah dan lebih tinggi dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 70 Tahun 2016 yang
menyatakan bahwa NAB kebisingan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85
dBA dan NAB getaran tangan dan lengan untuk 8 jam kerja per hari adalah
sebesar 5 m/s.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam


perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan
tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan
sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat
erat. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia
dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.
Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang
lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat
menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung
diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2001:12).

Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca
kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat
menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan
produktivitas kerja (Subaris, dkk, 2008).

Dengan demikian hubungan antara iklim kerja dengan kejadian penyakit


bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Efek langsung pemanasan
lingkungan pada kesehatan manusia misalnya adalah stress akibat kepanasan
yang banyak menimpa bayi, orang lanjut usia dan buruh-buruh yang melakukan
pekerjaan berat secara fisik. Selain itu kenaikan temperatur lingkungan juga
memperparah dampak polusi udara diperkotaan dan meningkatkan
kelembapan udara yang berpengaruh terhadap 3 individu dengan penyakit-
penyakit kronis seperti penyakit jantung, asma dan lain sebagainya (Umar
Fahmi ,2008). Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan
dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung
dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh core temperature.
Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya,
lawan dari core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot,
tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukan variasi tertentu
(Nurmianto, 2003).

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penggunaan alat lingkungan


kerja.
2. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan pengukuran lingkungan kerja.
3. Mahasiswa dapat menganalisis hasil pengukuran
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengaruh
lingkungan kerja terhadap suatu pekerjaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencahayaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah
lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai
Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No.
1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang


menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari
cahaya alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat
dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk
menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu penerangan yang
memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan.

Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi


pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan)
kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada karena
berhubungan denganfungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi
produktifitas bagi tenagakerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja,
standar pencahayaan untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan
pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 500 - 1000 Lux.

B. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No 48. tahun
1996).
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound
Level meter. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh
alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk.

Nilai Ambang Batas kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang


tekanan bising rata-rata atau level kebisingan berdasarkan durasi pajanan
bising yang mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan bising
berulang-ulang tanpa menimbulkan gangguan pendengaran dan memahami
pembicaraan normal. NAB kebisingan yang diatur dalam peraturan ini tidak
berlaku untuk bising yang bersifat impulsive atau dentuman yang lamanya <3
detik. NAB kebisingan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85 dBA.
Sedangkan NAB pajanan kebisingan untuk durasi pajanan tertentu dapat
dilihat pada table dibawah :

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan


Satuan Durasi Pejanan Level Kebisingan
Kebisisngan per Hari (dBA)
24 80
16 82
8 85
Jam 4 88
2 91
1 94

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti


gangguan fisiologis, gangguan psikologis,gangguan komunikasi dan
ketulian,atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan
auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non
auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.

C. Getaran
Getaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan.
Kesetimbangan di sini maksudnya adalah keadaan di mana suatu benda
berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda
tersebut. Getaran mempunyai amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik
tengah) yang sama.

Jenis pajanan getar yang dapat diterima pekerja dapat berupa getaran
tangan dan lengan serta getaran seluruh tubuh.

1) NAB Getaran Tangan dan Lengan


Nilai Ambang Batas pajanan getaran pada tangan dan lengan
sebagaimana tercantum pada tabel merupakan nilai rata-rata akselerasi
pada frekuensi dominan (meter/detik2) berdasarkan durasi pajanan 8
jam per hari kerja yang mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja
terpajan getaranberulang-ulang tanpa menimbulkan gangguan
kesehatan atau penyakit. Pekerja dapat terpajan getaran tangan dan
lengan pada saat menggunakan alat kerja seperti gergaji listrik,
gerinda,jack hammer dan lain-lain.

Menurut PMK No. 70 Tahun 2016, NAB getaran tangan dan


lengan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 5 meter/detik2.
Sedangkan NAB getaran tangan dan lengan untuk durasi pajanan
tertentu dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Getaran Tangan dan Lengan


Durasi pajanan per hari Nilai akselerasi pada frekuensi
kerja dominan (meter/detik2)
8 jam 5
4 jam 7
2 jam 10
1 jam 14

Nilai Ambang Batas untuk durasi pajanan getaran tangan dan


lengan selain yang tercantum pada Tabel 5, dapat dihitung dengan
rumus:

Keterangan:

t = durasi pajanan dalam jam


a = nilai hasil pengukuran akselerasi getaran tangan dan lengan
(meter/detik2)

2) Getaran Seluruh Tubuh


Getaran yang diterima seluruh tubuh harus dievaluasi pada masing-
masing aksis (x, y dan z) dan resultan dari 3 aksis.

Getaran dapat menimbulkan gangguan pada jaringan secara mekanik


dan gangguan rangsangan reseptor saraf di dalam jaringan. Pada efek
mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak atau terganggu metabolismenya.
Pada rangsangan reseptor, gangguan melalui saraf sentral atau pada sistem
otonom (keduanya terjadi bersamaan) (International Labour Organization,
2013).

Bentuk pemaparan dibagi dalam dua kategori, yaitu pemaparan seluruh


tubuh/whole-body vibration dan pemaparan bersifat segmental (hanya bagian
tubuh tertentu) / hand-arm vibration. Gejala yang ditemukan akibat getaran
mekanis pada lengan adalah kelainan pada peredaran darah dan persarafan
serta kerusakan pada persendian dan tulang (International Labour
Organization, 2013).

D. Suhu
Suhu (temperatur) merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya
suatu zat atau benda. Alat yang dirancang untuk mengukur suhu suatu zat
disebut termometer. Ada beberapa jenis termometer, yang prinsip kerjanya
bergantung pada beberapa sifat materi yang berubah terhadap suhu. Sebagian
besar termometer umumnya bergantung pada pemuaian materi terhadap
naiknya suhu.

Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja merupakan batas


pajanan iklim lingkungan kerja atau pajanan panas (heat stress) yang tidak
boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana tercantum pada
tabel NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celsius Indeks
Suhu Basah dan Bola (0C ISBB).
Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Iklim Lingkungan Kerja Industri

Alokasi Waktu & NAB (0C ISBB)


Istirahat Ringan Sedang Berat Sangat Berat
75 - 100% 31,0 28.0 * *
50 – 75% 31,0 29,0 27,5 *
25 – 50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0 – 25% 32,5 31,5 30,0 30,0

Catatan :
1. ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature) merupakan indikator iklim lingkungan kerja.
2. ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu
Kering
3. ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3
(*) tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis
NAB iklim lingkungan kerja ditentukan berdasarkan alokasi waktu kerja
dan istirahat dalam satu siklus kerja (8 jam per hari) sertarata-rata laju
metabolik pekerja. Tekanan panas berlebih di tubuh baik akibat proses
metabolisme tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat
menimbulkan masalah kesehatan (heat strain) dari yang sangat ringan
seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion hingga yang
serius yaitu heat stroke.
BAB III
METODE PENGUKURAN

A. Alat dan Bahan


a. Lux meter
b. Sound Level meter
c. Termometer
d. Sumber suara bising
e. Pendingin ruangan (AC)
f. Penerangan
g. Speaker
h. Seperangkat computer
i. Resistor
j. Papan resistor

B. Lokasi
Praktikum lingkungan kerja dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Teknik Gedung B Lantai 4 Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

C. Waktu
Hari : Selasa, 12 Maret 2019
Pukul : 09.30 - 12.30 WIB

D. Cara Kerja
a. Mengatur suhu, getaran, penerangan, dan sumber suara di ruang
Laboratorium Lingkungan
a. Tiga orang praktikan masuk ke dalam ruangan praktikum dan melakukan
uji lingkungan kerja fisik dengan memasang resistor pada papan resistor
sesuai dengan warna yang ditentukan dari level tinggi, sedang, dan rendah.
b. Masing-masing anak melakukan praktikum selama 10 menit.
c. Di dalam ruangan praktikum seorang praktikan duduk dikursi dan merakit
resistor secara utuh.
d. Pada masing-masing level tersebut dengan disertai factor lingkungan kerja
yaitu suhu, penerangan, sumber suara, dan getaran.
e. Pada masing-masing level faktor tersebut diatur berbeda.
f. Setelah 10 menit praktikan keluar dan dihitung jumlah resistor yang dirakit
dengan benar dan data diolah serta dianalisis.
BAB IV
HASIL PENGUKURAN

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Iklim Kerja Fisik


No Nama/ NIM Rendah Sedang Tinggi
1. Vio Anifa/ 9 4 9
D11.2016.02213

2. Theresia Intyas/ 6 12 9
D11.2016.02200
3. Ines Diyah P/ 10 5 10
D11.2016.02157

4. Muhammad Iqbal/ 7 4 7
D11.2016.02183
5. Husna Amaliya/ 11 19 12
D11.2016.02166

6. Putri Rahayu/ 6 9 1
D11.2016.02195

Tabel 4.2 Ketentuan Pengukuran Iklim Kerja Fisik


Pencahayaan Kebisingan Temperature Vibrasi
(Lux) (dB) (0C) (m/s)

Level 50 60 18-20 2
Rendah
Level Sedang 80 80 20-26 5
Level Tinggi 155 100 30 6
BAB V
PEMBAHASAN

Lingkungan kerja fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ialah


pencahayaan (lux meter), kebisingan (dB), temperature (0C), dan getaran (m/s). Lux
meter dingunakan untuk mengukur pencahayaan suatu ruangan, Sound Level
Meter digunakan untuk mengukur kebisingan, termometer digunakan untuk
mengukur suhu ruangan, sedangkan vibration meter digunakan untuk mengukur
gataran yang muncul.

Praktikum Lingkungan Kerja dilakukan pada tanggal 12 Maret 2019 di


Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Praktikum
lingkungan kerja fisik diikuti oleh enam praktikan dengan masing-masing individu
merakit resistor selama 10 menit pada setiap levelnya. Pengukuran tekanan fisik
dilakukan sebanyak 3 kali terdiri dari level rendah, level sedang, dan level tinggi
yang telah diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pada level rendah pencahayaan dari lampu yang diberikan sebesar 50 Lux,
pencahyaan yang dihasilkan sedikit redup. Kebisingan dari speaker yang diberikan
sebesar 60 dB, kebisingan tidak terlalu keras. Temperatur dari pendingin ruangan
(AC) yang diberikan sebesar 180C - 200C sehingga suhu yang dihasilkan cukup
dingin. Pada vibrasi atau getaran yang diberikan sebesar 2 m/s sehingga gerakan
yang dihasilkan tidak terlalu kencang. Pada level ini jumlah resistor yang berhasil
dirakit oleh praktikan cukup tinggi yaitu sebanyak 49 rakitan resistor.

Pada level sedang pencahayaan dari lampu yang diberikan sebesar 80


Lux, pencahyaan yang dihasilkan cukup terang. Kebisingan dari speaker yang
diberikan sebesar 80 dB, kebisingan yang dihasilkan lebih keras dibanding level
rendah. Temperatur dari pendingin ruangan (AC) yang diberikan sebesar 200C -
260C sehingga suhu yang dihasilkan cukup panas. Pada vibrasi atau getaran yang
diberikan sebesar 5 m/s sehingga gerakan yang dihasilkan cukup kencang. Pada
level ini semua faktor fisik yang diberikan lebih besar dibanding dengan level
rendah sehingga produktivitas praktikan dalam merakit resistor meningkat. Hal ini
dilihat dari hasil rakitan yang diperoleh pada level ini sebanyak 53 rakitan resistor.
Pada level tinggi pencahayaan dari lampu yang diberikan sebesar 155 Lux,
pencahyaan yang dihasilkan lebih terang dari level sebelumnya. Kebisingan dari
speaker yang diberikan sebesar 100 dB, kebisingan lebih keras dari level sedang.
Temperatur dari pendingin ruangan (AC) yang diberikan sebesar 300C sehingga
suhu yang dihasilkan lebih panas. Pada vibrasi atau getaran yang diberikan
sebesar 6 m/s sehingga gerakan yang dihasilkan sangat kencang. Pada level ini
semua faktor lingkungan kerja diberikan paling tinggi dari level yang lain,
pencahayaan di level ini sangat terang namun terjadi penurunan produktivitas
kerja akibat tekanan fisik yang lain tinggi. Jumlah total hasil rakitas hanya diperoleh
sebanyak 48 rakitan resistor, lebih rendah dibanding dengan level yang lainnya.

Berdasarkan hasil analisis faktor lingkungan kerja yang telah dilakukan


produktivitas kerja individu dipengaruhi oleh pencahayaan, kebisingan,
temperature, dan getaran. Jadi diketahui bahwa tekanan fisik dengan level sedang
dapat meningkatkan produktivitas kerja individu. Apabila level tekanan fisik lebih
rendah dan lebih tinggi dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 70 Tahun 2016 yang
menyatakan bahwa NAB kebisingan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85
dBA dan NAB getaran tangan dan lengan untuk 8 jam kerja per hari adalah
sebesar 5 m/s.
BAB VI
PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan, dapat


di simpulkan bahwa:
1. Faktor fisik di lingkungan kerja antaranya getaran, kebisingan,
penerangan atau pencahayaan dan suhu dapat mepengaruhi
produktivitas.
2. Pengukuran iklim kerja dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran yang terdiri
dari : kategori rendah, sedang, dan tinggi.
3. Tekanan fisik lebih mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja
mahasiswa dalam rangkaian resistor yaitu pencahayaan, kebisingan,
temperature, dan getaran dari pengukuran yang di dapatkan. Hasil yang
diperoleh pada saat pemasangan resistor kategori rendah dan tinggi lebih
sedikit dibandingkan iklim kerja dengan kategori sedang. Kategori pada
pengukuran iklim kerja sedang lebih berpengaruh terhadap produktivitas
kerja.

B. SARAN
a. Untuk peneliti
Sebelum pada saat melakukan pratikum hendaknya mengecek
semua alat yang akan digunakan.

b. Untuk praktikan
Sebelum praktikum akan lebih baiknya jika mengurangi aktivitas
yang menimbulkan kelelahan sehingga dapat mengurangi konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Buchari. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Universitas


Sumatera Utara. 2007.

Belinda, Y. Penyakit Kerja Akibat Getaran [Internet]. [cited 16 Maret 2019].


Availabel from:
https://www.academia.edu/18608346/Penyakit_kerja_ak_getaran

Dirhaja, I. PAPARAN PANAS, PAPARAN DINGIN, DAN TEKANAN TURUN.


[cited 16 Maret 2019]. Available from:
https://www.academia.edu/9324778/Hiperkes_PAPARAN_PANAS_PAPA
RAN_DINGIN_DAN_TEKANAN_TURUN

Fisiska Zone. Suhu (Temperatur) [Internet]. 2019. [cited 16 Maret 2019].


Available from: http://fisikazone.com/suhu-temperatur/

Kementerian Kesehatan RI. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA. MENTERI KESEHATAN RI. Kemenkes RI. 2016.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai