Disusun oleh :
Kelompok 3
Ita Fitriana 16840054
Elsha Qarinamira 17108040018
Azizah Suci Handayani 17108040041
Fitri Rahmawati 17108040060
Mia Khoirunisa 17108040083
ii
KARAKTERISTIK MANAJEMEN RISIKO YANG BAIK
Manajemen risiko yang baik mencakup elemen-elemen berikut ini :
1. Memahami bisnis perusahaan
Memahami bisnis perusahaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
manajemen risiko perusahaan. Tanggung jawab tersebut tidak hanya ada
dipundak direksi atau menejer, tetapi juga semua anggota organisasi.
Semuanya harus menyadari bahwa pekerjaan akan berpengaruh terhadap risiko
organisasi, dan pekerjaannya berkaitannya dengan fungsi lainnya dalam suatu
organisasi. Pemahaman mendalam terhadap bisnis perusahaan dan
keunikannya akan menghasilkan pelaksanaan menejemen resiko yang berbeda
dari satu perusahaan keprusahaan lain.
3
c) Proses manajemen risiko : identifikasi, pengukuran dan pengelolaan risiko.
Disamping pengelolaan risiko secara formal resiko perlu dikelola secara integratif.
Berikut ini perbandingan antara paradigma manajemen risiko yang lama dengan
yang baru.
Paradigma Lama Paradigma Baru
Pengelola resiko dilakukan Terintegrasi : manajemen resiko
secara terpisah oleh masing- dikoordinasikan oleh eksekutif
masing departemen atau level puncak, setiap orang
fungsi. Perhatian lebih pada melihat manajemen risiko
akuntan dan audit. sebagai bagian dari pekerjaan
Ad-hoc: menejemen risiko mereka.
dilakukan jika menejer Terus menerus : manajemen
merasa perlu melakukannnya. resiko merupakan proses yang
Fokus yang lebih sempit : berkelanjutan.
terutama memfokuskan pada Focus luas: semua resiko bisnis.
risiko yang diasuransikan dan
risiko keuangan.
Focus pada paradigma baru lebih luas sehingga resiko bisa didefinisikan
sebagai kejadian atau tindakan yang bisa mempunyai dampak negative terhadap
kemampuan organisasi menjalankan strateginya dan mencapai tujuannya.
Manajemen risiko terintegrasi mempunyai keuntungan seperti lebih
menyeluruh (semua risiko dilihat), biaya pendanaan risiko lebih kecil (missal premi
asuransi menjadi lebih baik), dan menghilangkan ketidak konsistenan antar bagian
dalam organisasi.
Untuk mencapai manajemen resiko yang terintegrasi secara formal,
perusahaan bisa melakukan langkah berikut:
1. Mengidentifikasi semua risiko, merangking risiko tersebut (prioritasrisiko).
2. Beberapa perusahaan menggunkan sesi brainstorming gabungan antara
manajer perusahaan dengan konsultan untuk mengidentifikasi semua risiko.
Langkah berikutnya adalah merangkin risiko tersebut sehingga bisa dilihat
4
urutan prioritasnya. Manajer dalam hal ini bisa diminta untuk memberi
rangking risi-risiko yang diidentifikasi dengan menggunakan dimensi
tertentu (misal severity).
3. Menghitung probabilitas dan dampak resiko tersebut secara kuantitatif.
Pendapatan kuantitatif tersebut memungkinkan perusahaan menghitung
dampak tersebut lebih akurat, meskipun tidak semua risiko bisa
dikuantitatifkan.
4. Menggunakan ukuran resiko yang terintegrasikan dan mudah dipahami oleh
organisasi secara keseluruhan. Salah satu ukuran risiko semacam itu yang
cukup popular adalah VAR (Value At Risk).
5. Melihat ketidakkonsistenan antar bagian, melihat evek diversifikasi risiko-
risiko yang ada diperusahaan, sekaligus melihat kesemptan untuk
penghematan dalam pendanaan risiko.
5
MENETAPKAN MEKANISME KONTROL
Dengan tersedianya suatu sistem dan prosedur baku, manajemen risiko mamu
menjalankan fungsi pengendalian dengan baik, dimana mekanisme saling
mengontrol bisa terjadi. Dengan mekanisme tersebut tidak ada yang mempunyai
kekuasaan yang berlebihan untuk mengambil risiko atas nama perusahaan.
Logika semacam ini barangkali bisa disamakan dengan logika diversifikasi. Dalam
diversifikasi, aset didiversifikasi sehingga ada mekanisme saling mengonpensasi.
Jika ada satu aset mengalami kerugian, ada aset lain yang mengalami keuntungan,
sehingga kerugian pada suatu aset akan dikompensasi dari aet yang lainnya.
Konsentrasi yang terlalu berlebihan pada suatu aset tidak diinginkan karena
menghalangi efek diversifikasi tersebut.
Penetapan batas akan tergantung dari tipe risikonya. Sebagai contoh, untuk risiko
pasar, batas risiko barangkali VAR maksimum tertentu, pembatasan pada jenis
instrumen yang bisa diperdagangkan, kualifikasi trader, durasi, batas untuk stop-
loss (jika kerugian mencapai batas tertentu, maka harus dijual untuk mencegah
kerugian yang semakin membesar). Untuk risiko kredit, pembatasan mencakup
antara lain, konsentrasi kredit pada nasabah, sektor tertentu, atau negara tertentu,
tingkat risiko dari calon nasabah. Untuk risiko operasional, batas risiko mencakup
standar kualitas minimum untuk operasi, sistem, dan proses.
Disamping itu penetapan batas bisa diperluas untuk mengendalikan risiko bisnis.
Sebagai contoh, perusahaan bisa menetapkan prosedur dan mekanisme fungsi-
fungsi perusahaan, seperti menetapkan prosedur yang standar unuk rekruitmen ,
6
disclosure produk, hukuman dan kompensasi jika pegawai perusahaan melakukan
pelanggaran atau patuh menerapkan manajemen resiko. Pelanggaran batas bisa
menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan, untuk itu perlunya menerapkan
manajemen risiko dengan efisien.
7
karyawan, karena telah bekerja melebihi target yang ditentukan oleh perusahaan.
Insentif merupakan suatu alat motivasi untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Dengan diberikannya insentif diharapkan karyawan termotivasi untuk bekerja lebih
baik lagi untuk mendapatkan hasil yang optimal yang akhirnya dapat berpengaruh
pada kinerja karyawan. Jika pemberian insentif tepat maka kinerja karyawan akan
meningkat, sebaliknya jika pemberian insentif tidak tepat maka kinerja karyawan
tidak akan sebaik yang diharapkan. Sistem insentif juga bisa digunakan untuk
mengubah perilaku seseorang agar menjadi lebih sadar risiko. Sistem insentif yang
tidak tepat merupakan akar permasalahan dari banyak kasus manajemen risiko.
8
5. Mendorong perilaku yang mendukung manajemen risiko melalui evaluasi
dan sistem insentif lainnya.
Beda halnya jika telah melalui proses sekuritisasi, bank mengumpulkan kredit
tersebut lalu menerbitkan obligasi sebagai jaminannya. Kemudian obligasi tersebut
dijual di pasar keuangan. Dengan kondisi tersebut bank memperoleh dana segar.
9
Daftar Pustaka
Hanafi, M. (2014). Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
10