Anda di halaman 1dari 27

Modul Uji Kompetensi

Profesi Bankir
Bidang Manajemen Risiko
Level 1

Bab V
Risiko Operasional

4-1
Goals
BAB 4 – RISIKO OPERASIONAL

PEMAHAMAN
Peserta mampu memahami apa risiko
operasional, sumber-sumber dan
karakteristiknya.

PROSES MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL


Peserta memahami Proses Manajemen Risiko
Operasional

MENGENAL
• Perangkat pengendalian Risiko
Operasiona dengan RCSA, KRI dan
LED
• Metode perhitungan kebutuhan Modal
Risiko Operasional Bank dengan
Metode Pendekatan Indikator Dasar
(PID/BIA) dan mengetahui metode lain
seperti Metode Standar (SA) dan AMA
Bab IV Risiko Operasional

Risiko Operasional Proses Internal

Pemahaman Manusia

Sistem & Teknologi


Penyebab
Kejadian Eksternal
Karakteristik Kebijakan Manajemen
Prinsip Dasar
Identifikasi
Rerangka Proses
Penilaian/Pengukuran
RCSA Pemantauan
Perangkat KRI Pengendalian
LED Risk Acceptance
Hubungan RCSA, Risk Avoidance
Perhitungan KRI, LED
Modal Risk Transfer

BIA/PID SA/PSA AMA Risk Mitigation

4-3
IV.1 Pemahaman Risiko Operasional

Pemahaman Risiko Operasional


Risiko Operasional Peningkatan perhatian bank terhadap risiko
adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau operasional yang ditandai dengan:
tidak berfungsinya proses internal, • Peningkatan perhatian & kesadaran kepala unit
kesalahan manusia, kegagalan sistem, kerjaPe
terhadap isu risiko operasional
dan/atau adanya kejadian-kejadian • Pengembangan berbagai pendekatan untuk
eksternal yang mempengaruhi operasional mitigasi risiko operasional
Bank • Bank mengarahkan kemampuan mitigasi profil
risiko bank sebagai upaya peningkatan daya
Risiko operasional dapat menimbulkan : saing
• kerugian keuangan secara langsung maupun • Tekanan regulasi agar bank mengalokasikan
tidak langsung sebagian modal untuk menutup kerugian risiko
• kerugian potensial berupa kesempatan yang operasional (mendorong bank mengalokasikan
hilang untuk memperoleh keuntungan. sumber daya yang ada secara efisien dan
• kerugian yang tidak dapat atau sulit dihitung efektif)
dengan uang (contoh : nama baik /reputasi
yang rusak berakibat nasabah berpindah ke Bank menerapkan manajemen risiko yang lebih
bank lain) Loss
Expected Unexpected Loss komprehensif karena:
Dibebankan dalam • Dituntut menerapkan manajemen risiko
komponen pricing Diantisipasi operasional yang lebih sensitif terhadap risiko
aset dengan modal sehingga mampu secara dini mendeteksi
berbagai risiko operasional yang berpotensi
menimbulkan kerugian
• Tuntutan regulator agar bank mengelola risiko
Risiko operasional tidak dapat dieliminasi operasional dari waktu ke waktu secara proaktif
seluruhnya, namun pengelolaan risiko operasional • Ekspektasi pemegang saham agar bank
yang proaktif dan memadai dapat dimanfaatkan mampu meningkatkan nilai secara kontinyu
untuk memitigasi risiko operasional tertentu 4-4
Ref : IV-1
IV.2 Penyebab Risiko Operasional

Penyebab Risiko Operasional


Dalam dunia perbankan, risiko operasional melekat di setiap aktivitas
perkreditan, treasuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi
dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.

Risiko operasional yang dapat menyebabkan kerugian bank berasal


dari faktor :
1 2
Kegagalan
Faktor Manusia
Proses Internal

3 4
Kegagalan Kejadian
Sistem Eksternal

Ref : IV-1 4-5


IV.2 Penyebab Risiko Operasional

1 Kegagalan Proses Internal 2 Faktor Manusia


Contoh kegagalan proses internal yang Penyebab utama terjadinya risiko operasional,
meningkatkan potensi risiko operasional merupakan akibat kesalahan manusia
- Kesalahan pengiriman dokumen kepada
nasabah Penyebab utamanya:
- Kesalahan pembukaan rekening dan - Adanya tuntutan kompensasi dan perlakuan
transaksi nasabah diskriminatif, pelanggaran ketentuan jaminan
- Kerlambatan penyesuaian terhadap kesehatan dan keamanan pekerja serta
perubahan kebijakan pemogokan
- Kenaikan volume transaksi yang tidak terduga - Pelatihan dan manajemen yang tidak memadai,
- Produk yang beragam dan atau kegagalan kesalahan manusia, pemisahan tugas/
peluncuran aktivitas baru wewenang/tanggungjawab yang tidak jelas,
- Peningkatan permintaan nasabah yang tidak ketergantungan orang tertentu, integritas dan
dapat ditangani oleh system. kejujuran yang rendah

Sumber risiko yang dapat menyebabkan Kualitas pelatihan serta kontrol tidak memadai
kegagalan proses internal: ditambah dengan kualitas SDM buruk dan faktor
- Berkaitan dengan risiko kesalahan lainnya dapat meningkatkan risiko operasional
pembuatan model atau metodologi kesalahan
rancangan dan urutan kerja dengan tahapan Contoh risiko operasional yang disebabkan faktor
proses yang tidak jelas manusia (sengaja atau tidak sengaja):
- Kelemahan proses internal seperti tidak patuh - Kesalahan melaksanakan transaksi dan SOP p
terhadap ketentuan internal dan eksternal, - Fraud dan trading yang tidak sah atau diluar
kesalahan dalam produk, kesalahan dalam kewenangan
berhubungan dengan nasabah, proses - Perselisihan ketenagakerjaan, kekurangan
dokumentasi yang buruk dll pekerja, PHK, kecelakaan kerja dll

Ref : IV-1 4-6


IV.2 Penyebab Risiko Operasional

3 4 Kejadian Eksternal
Kegagalan Sistem

Ketergantungan pada teknologi informasi adalah Pengelolaan terhadap kejadian eksternal tetap perlu
sumber utama risiko operasional dan kegagalan data dilakukan oleh bank walaupun bank tidak memiliki
bank (sengaja atau tidak sengaja) merupakan penyebab kontrol terhadap kejadian eksternal. Namun bank
umum kesalahan operasional bank. dapat memperkuat infrastruktur dan kesiapan sumber
daya manusia untuk meminimalisir dampak kerugian
Contoh kasus risiko operasional: risiko operasional, yaitu dengan mengembangkan
- Kebangkrutan bank akibat transfer keluar yang Business Continuity Management (Manajemen
terbuku 2 kali Kelangsungan Usaha)
- Transaksi bank terganggu karena terjadi off-line
cukup lama Risiko operasional yang disebabkan oleh faktor
- Kelebihan pembayaran ke nasabah sebesar ratusan eksternal:
miliar akibat kesalahan pada program komputer - Perubahan undang-undang hak-hak konsumen
yang disebabkan kesalahan testing - Ancaman fisik seperti perampokan, serangan
teroris (contoh: serangan 11-9-11)
Contoh sumber risiko operasional terkait permasalahan - Bencana alam seperti tsunami (Aceh tahun 2004)
penggunaan teknologi informasi: dan gempa bumi (Jogja tahun 2006)
- Teknologi (Umum): kesalahan operasional terkait
teknologi, penggunaan teknologi oleh pihak yang Contoh kasus:
tidak berwenang dan penyalahgunaan teknologi. Menara Bank T yang mengalami kebakaran di bagian
- Hardware: kegagalan perlengkapan, basement akibat korsleting listrik, mengakibatkan
ketidakcukupan/ketidaktersediaan hardware server data bank dipindah ke tempat lain sehingga
- Security: hacking, kegagalan firewall, dan gangguan transaksi online/ATM dihentikan sementara. Kerugian
eksternal risiko operasional akibat kebakaran tersebut antara
- Software: virus dan bugs dalam programming lain kerugian finansial terbakarnya bangunan bank,
- Sistem: kegagalan sistem dan pemeliharaan sistem rusaknya jaringan data dan informasi, terganggunya
- Telekomunikasi: jaringan telepon, faksimili dan email pelayanan nasabah dan tidak dapat bekerjan

Ref : IV-1 4-7


IV.3 Karakteristik Risiko Operasional

Karakteristik Risiko Operasional


Alasan utama yang menyebabkan risiko operasional menjadi sangat diperhatikan:

- Penerapan program outsourcing, deregulasi & globalisasi, regulasi, merger & akuisisi, e-commerce,
inovasi teknologi dan serangan teroris.
- Penggunaan teknologi informasi dengan sistem otomasi modern diikuti pertumbuhan yang pesat dari
e-commerce dan dilakukannya merger dan akuisisi skala besar, menguji kemampuan sistem yang
terintegrasi.

Globalisasi dan teknologi internet merupakan dua pemicu utama yang membuat bank berhadapan
dengan jenis risiko operasional yang baru.

Risiko umumnya terjadi di unit yang memiliki volume atau perputaran transaksi tinggi, perubahan
struktural yang tinggi dan sistem yang kompleks.

Pengelompokkan risiko operasional berdasarkan kemungkinan dan dampak yang terjadi:

1 2 3
High Freq – Low Impact Low Freq – High Impact Catastrophic Loss

Sering terjadi namun Jarang terjadi namun Sangat jarang terjadi,


dampaknya rendah dampak kerugian tinggi dampak luar biasa

Ref : IV-1 4-8


V.4 Rerangka Risiko Operasional

a Prinsip Dasar b Proses Manajemen

Prinsip dasar pelaksanaan manajemen Kebijakan Manajemen Risiko Operasional


risiko operasional menurut Basel II:
• Bank harus menyusun kebijakan manajemen
• Pelaksanaan proses manajemen risiko risko operasional yang dengan jelas
• Penetapan strategi yang jelas dan menggambarkan rerangka manajemen risiko
terdokumentasi operasional.
• Pengawasan aktif Direksi dan Komisaris • Kebijakan tersebut harus disesuaikan dengan
• Budaya risiko operasional (operational risk misi, strategi bisnis, kecukupan modal dan
culture) yang terinternalisasi di organisasi kecukupan sumber daya manusia serta
• Penerapan sistem pengendalian internal eksposur dan profil risiko.
misalnya pemisahan fungsi & tanggung jawab, • Kebijakan manajemen risiko operasional
proses eskalasi permasalahan internal, sistem disusun oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko
pelaporan dan contingency plan dan disetujui oleh Direksi dan Komisaris.

Bank wajib mengelola risiko operasional terhadap Rerangka risiko operasional harus didasari oleh
setiap produk, aktivitas, proses dan sistem yang adanya definisi risiko operasional yang dicakup
digunakan dan harus meyakini bahwa hal-hal oleh bank secara jelas yang meliputi:
tersebut telah melalui prosedur identifikasi dan 1. Identifikasi risiko
pengukuran risiko inheren yang memadai 2. Penilaian/pengukuran risiko
3. Pemantauan risiko
4. Pengendalian risiko

Ref : IV-1 4-9


PROSES MANAJEMEN

Identifikasi Pengukuran
Tahapan dalam melakukan identifikasi risiko Faktoryang diukur::
operasional untuk setiap produk, aktivitas, proses • Risiko yang melekat pada suatu aktivitas
dan sistem: (inherent risk)
• Memahami proses bisnis dilakukan (mapping • Sistem pengendalian risiko (risk control system)
proses)
• Identifikasi terhadap faktor penyebab timbulnya Penilaian terhadap risiko inheren didasari pada
risiko operasional pada seluruh aktivitas yang pengamatan kejadian risiko operasional
berdampak negatif terhadap sasaran bank terutama :
• Frekuensi, yaitu seberapa sering terjadi di masa
Hasil identifikasi risiko digunakan untuk : lalu dan trend di masa depan
• Memperbaiki kualitas alur kerja • Dampak, yaitu seberapa besar kerugian yang
• Mengurangi kerugian karena kegagalan proses diderita (severity) ketika terjadi di masa lalu atau
• Mengubah budaya kerja di masa depan
• Menyediakan sistem peringatan dini terhadap frequency
gangguan sistem atau manajemen H

Hal utama melakukan identifikasi risiko operasional


L
adalah :
• Adanya kejadian (events) L H impact
• Terdapat penyebab timbulnya kejadian (cause)
• Terdapat dampak (impact) kerugian (loss) baik
keuangan maupun non keuangan
• Dapat diprediksi kejadian di kemudian hari Bila Sistem pengendalian risiko yang memadai, nilai
(frequency / probability) residual akan minimal
Bank mengumpulkan data kerugian operasional
untuk menghitung kebutuhan modal untuk menutup
risiko operasional 4 - 10
Ref : IV-1
V.4 Rerangka Risiko Operasional

Proses Manajemen – Pemantauan & Pengendalian


Pemantauan
• Harus dilakukan secara berkelanjutan terhadap seluruh eksposur risiko operasional serta
kerugian (loss events) yang dapat ditimbulkan oleh seluruh aktivitas fungsional (major
business line)
• Satuan Kerja Manajemen Risiko harus menyusun laporan kerugian risiko operasional
kepada Komite Manajemen Risiko dan Direksi
• Setiap aktivitas fungsional harus melakukan review terhadap faktor-faktor penyebab
timbulnya risiko oprasional serta dampak keuangan.

Pengendalian risiko yand dapat dilakukan:


• Tolerate / Risk Acceptance.
Harus diambil (kesempatan bisnis) tetapi risikonya harus dikontrol secara ketat
• Terminate / Risk Avoidance
Mencegah kerugian yang tidak dapat diterima (unacceptable). Dipilih apabila potensi
keuntungan tidak sesuai dengan eksposur risiko.
• Risk Transfer.
Risiko dialihkan ke pihak lain (asuransi, outsourcing)
• Treat Risk / Risk Mitigation.
Bertujuan untuk memperkecil kerugian misalnya penyediaan back up/alternatif

Ref : IV-1 4 - 11
IV.5 Perangkat Risiko Operasional

Perangkat Risiko Operasional

• Perangkat untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko operasional


1 (kualitatif dan prediktif) dengan menggunakan dimensi dampak dan
Risk and Control kemungkinan kejadian (probabilitas)
Self Assessment • Penilaian risiko menggunakan checklist yang berisi pertanyaan
(RCSA) mengenai evaluasi tingkat risiko (kemungkinan kejadian, besarnya
dampak dan tingkat efektifitas kontrol)
• Fokus pada risiko berdampak besar
• Pendekatan bottom-up dan top-down

2 • Perangkat untuk mengidentifikasi dan menganalisa risiko sejak


dini atas naik-turunnya indikator-indikator tingkat risiko
• Berguna untuk memantau dan memprediksi eksposur risiko,
Key Risk
Indicator (KRI) mengidentifikasi perubahan profil risiko dan sebagai masukan bagi
SKAI dalam penyusunan perencanaan audit
• Untuk mengefektifkan pengelolaan, data KRI harus dicatat dan
dipantau berkala (harian/mingguan/bulanan/tahunan) tergantung
ketersediaan data
• Hasil pemantauan dilaporkan ke pihak yang berkepentingan/
minimal kepada kepala unit bisnis yang membawahi

Ref : IV-1 4 - 12
IV.5 Perangkat Risiko Operasional

Perangkat Risiko Operasional


• Perangkat untuk mencatat/mengelola data kejadian/insiden yang
3
telah terjadi dalam operasional bank (dicatat dalam database yang
Loss Event terstruktur dan konsisten)
Database (LED) • Berguna untuk penyusunan model pengukuran risiko operasional
• Alat validasi setiap proses penilaian risiko atau prediksi risiko
• Untuk memastikan bahwa proses pengendalian internal telah
memadai

Hubungan RCSA, KRI dan LED

- Database dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengisian/penilaian risiko dalam
RCSA dan dapat digunakan untuk validasi keakuratan RCSA
- KRI memberikan indikator terhadap risiko utama dalam RCSA
- Peningkatan kecenderungan KRI menunjukkan peningkatan tingkat risiko (insiden) atau
penurunan efektifitas kontrol, demikian juga sebaliknya.
- Pergerakan kecenderungan KRI yang tidak sejalan dengan LED dapat mengindikasikan
bahwa batasan nilai wajar/normal KRI yang digunakan kurang tepat untuk
menunjukkan tingkat risiko atau efektifitas kontrol

Ref : IV-1 4 - 13
HUBUNGAN ANTARA RCSA, KRI dan LED

Masa lalu/Sudah terjadi


Sekarang/Sedang terjadi Yad / Prakiraan

Risk and Control


Loss Event Key Risk Self Assessment
Database (LED) Indicator (KRI) (RCSA)

Kewajaran
Batas Nilai Indikator Utama
Normal KRI

Data utk Menyusun RCSA

Validasi keakuratan RCSA

4 - 14
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Perhitungan Modal Risiko Operasional


Metode perhitungan kebutuhan modal minimum untuk risiko operasional
1 • Paling sederhana dan tidak sensitif terhadap risiko
Basic Indicator • Menghasilkan beban modal yang cenderung besar
Approach (BIA)/ • Cocok untuk bank kecil / aktivitas bisnis sederhana
Pendekatan Indikator • Bank yang aktif secara internasional dan memiliki risiko
Dasar (PID) operasional tinggi didorong untuk menggunakan
pendekatan yang lebih mendekati risiko sebenarnya

• PSA memberikan hasil yang lebih detail dibanding PID.


2 • Membagi bank menjadi 8 (delapan) standar lini bisnis.
Standardised Approach • Berdasarkan suatu persentase tetap dari Gross Income
(SA)/ Pendekatan setiap lini bisnis.
Standar (PSA) • Tergantung eksposure risiko operasional suatu lini
bisnis.
• Persentase lini bisnis sebagai faktor Beta (β)
3
Advanced • Dapat menggunakan sistem pengukuran risiko
Measurement operasional yang dimiliki bank
Approach (AMA) • Lebih kompleks dibandingkan metode lainnya

Ref : IV-1 4 - 15
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) / Pendekatan Indikator Dasar (PID)

PID dapat diaplikasikan oleh seluruh Bank tanpa memandang kompleksitas, namun perlu
mematuhi pedoman yang diatur dalam “Sound Practice for Management and Supervision of
Operational Risk”.

Perhitungan ATMR risiko operasional dalam KPMM dengan menggunakan BIA :

ATMR Risiko Operasional = 12,5 x beban modal Risiko Operasional

Beban Modal Risiko Operasional adalah rata-rata penjumlahan bruto (gross income) tahunan
yang menpunyai nilai positif 3 (tiga) tahun terakhir, dikalikan faktor alpha 15% (lima belas
persen)

[ ∑(GI 1...n * α)]


KPID =
n

• GI : Gross Income positif 3 (tiga) tahun terakhir.


• n : Jumlah tahun yang memiliki Gross Income positif
• Alpha (α) : 15 % (ditetapkan Komite Basel berdasarkan kebutuhan modal
pada skala industri)
• KPID : Beban modal Risiko Operasional menggunakan BIA

Ref : IV-1 4 - 16
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Pendapatan Pendapatan Non


Gross Income /
Bunga Bersih/ Bunga Bersih/
Pendapatan = Net Interest + Net Non Interest
Bruto
Income (NII) Income (NNII)

Pendapatan Bunga Bersih (NII) = Pendapatan Bunga - Beban Bunga

Pendapatan Non Bunga Bersih (NNII) = Pendapatan Non Bunga - Beban Non Bunga

Ref : IV-1 4 - 17
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Pendapatan Non Bunga Bersih :

• Pendapatan deviden, komisi/provisi/fee


• Keuntungan transaksi spot dan derivatif
• Peningkatan nilai wajar (MTM) kredit yang diberikan
• Peningkatan nilai wajar (MTM) aset keuangan lainnya.
• Keuntungan penjualan surat berharga dalam Trading - diperdagangkan.
• Keuntungan penjualan kredit dalam Trading – diperdagangkan.
• Keuntungan penjualan aset keuangan lain dalam Trading – diperdagangkan
• Pendapatan non bunga lain

Beban Non Bunga :

• Komisi/provisi/fee
• Kerugian transaksi spot dan derivatif
• Penurunan nilai wajar (MTM) surat berharga yang diberikan
• Penurunan nilai wajar (MTM) kredit yang diberikan
• Penurunan nilai wajar (MTM) aset keuangan lainnya.
• Kerugian penjualan surat berharga dalam Trading - diperdagangkan.
• Kerugian penjualan kredit dalam Trading – diperdagangkan.
• Kerugian penjualan aset keuangan lain dalam Trading – diperdagangkan

Ref : IV-1 4 - 18
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Bank A 2010 2009 2008 2007 2006


Pendapatan Bruto 750 3.000 2.250 1.750 2.500

ATMR Risiko Operasional tahun 2011 = 12,5 x beban modal Risiko Operasional
= 12,5 x [15 % x {(750+3.000+2.250)/3}]
= Rp. 3.750 juta

Perhitungan pendapatan bruto dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sbb :

• Pendapatan bruto adalah pendapatan bunga bersih ditambah pendapatan operasional non
bunga tertentu lainnya bersih yang dihitung secara kumulatif dari periode awal Januari
sampai dengan akhir Desember setiap tahun.
• Untuk Bank yang memiliki Unit Usaha Syariah, perhitungan pendapatan bruto
memperhitungkan pula pendapatan bruto dari Unit Usaha Syariah setelah dikonversi
sesuai karakteristik usaha Bank dan prinsip Syariah.
• Apabila berdasarkan hasil Laporan Keuangan setelah diaudit oleh KAP terdapat koreksi
atas besarnya pendapatan bruto, maka Bank harus melakukan koreksi ATMR Risiko
Operasional pada bulan berikutnya setelah laporan tersebut disampaikan oleh KAP
kepada Bank

Ref : IV-1 4 - 19
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Contoh
• Bank menghitung ATMR Risiko Operasional selama bulan Januari dan Februari
2011 berdasarkan pendapatan bruto 2008, 2009 dan 2010 (unaudited).
• Pada awal Maret 2011, Laporan Keuangan telah diaudit KAP dan telah
disampaikan kepada Bank. Bank menghitung ATMR Risiko Operasional bulan
Maret berdasarkan pendapatan bruto 2008, 2009 dan 2010 (audited)
• Apabila dalam menghitung rata-rata pendapatan bruto selama tiga tahun terakhir
terdapat satu atau dua tahun Bank mengalami pendapatan bruto negatif atau
nihil, maka perhitungan rata-rata pendapatan bruto tahunan Bank harus
mengeluarkan nilai pendapatan bruto negatif dari pembilang dan penyebut
Bank A 2011 2010 2009 2008 2007
Pendapatan Bruto 800 1.200 (750) (1.750) 3.000
ATMR Risiko Operasional tahun 2012 = 12,5 x beban modal Risiko Operasional
= 12,5 x [15 % x {(800+1.200)/2}]
= Rp. 1.875 juta
ATMR Risiko Operasional tahun 2011 = 12,5 x beban modal Risiko Operasional
= 12,5 x [15 % x {(1.200)/1}]
= Rp. 2.250 juta
Ref : IV-1 4 - 20
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Contoh
Apabila dalam tiga tahun terakhir Bank mengalami pendapatan bruto negatif atau
nihil, maka perhitungan rata-rata pendapatan bruto tahunan, Bank harus
menghitung beban modal Risiko Operasional menggunakan pendapatan bruto
tahunan terakhir yang positif

Bank A 2010 2009 2008 2007 2006


Pendapatan Bruto (1.250) (1.500) (750) 1.800 2.750

ATMR Risiko Operasional tahun 2011 = 12,5 x beban modal Risiko Operasional
= 12,5 x [15 % x {(1800)/1}]
= Rp. 3.375 juta

Ref : IV-1 4 - 21
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Contoh
Bagi Bank yang baru berdiri atau hasil merger atau konsolidasi, maka Bank tidak
wajib menghitung ATMR Risiko Operasional sampai akhir bulan Desember tahun
pendiriannya atau tahun Bank melakukan merger atau konsolidasi. Untuk tahun
berikutnya Bank wajib menghitung beban modal Risiko Operasional dengan
menggunakan pendapatan bruto selama tahun awal pendirian yang
disetahunkan

Beberapa bank merger menjadi Bank A efektif beroperasi 15 April 2010. Pada
akhir Desember 2010 total pendapatan bruto Bank A Rp. 750 juta. Sampai akhir
tahun pendirian (Desember 2010) Bank tidak wajib menghitung ATMR. Sejak
bulan Januari 2011 Bank A menghitung ATMR Risiko Operasional sbb :

ATMR Risiko Operasional tahun 2011 = 12,5 x beban modal Risiko Operasional
= 12,5 x [15 % x {750 x12/9}]
= Rp. 2.875 juta

Ref : IV-1 4 - 22
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

Contoh
Bank B didirikan dan mulai beroperasi 19 Desember 2010. Pada akhir Desember
2010 total pendapatan bruto Bank B Rp. 100 juta. Sampai akhir tahun pendirian
(Desember 2010) Bank tidak wajib menghitung ATMR.
ATMR Risiko Operasional tahun 2011 = 12,5 x beban modal Risiko Operasional
= 12,5 x [15 % x {100 x12/1}]
= Rp. 2.250 juta

Ref : IV-1 4 - 23
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Basic Indicator Approach (BIA) atau Pendekatan Indikator Dasar (PID)

• Mudah diimplementasikan
Kelebihan • Tidak membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar
PID • Cocok untuk bank yang sedang dalam tahap awal
melakukan implementasi Basel II, bank ukuran kecil dan
menengah

• Tidak memberikan perhatian khusus terhadap eksposur


dan pengendalian risiko operasional bank, struktur
Kelemahan aktivitas bisnis, peringkat kredit dan indikator lain
PID • Hasil perhitungan modelnya sering over estimate dari
kondisi sesungguhnya
• Tidak cocok diimplementasikan untuk Bank besar dan
aktif secara internasional

SEBI No : 11/3/DPNP, 27 Januari 2009 perihal Perhitungan Asset Tertimbang Menurut


Risiko (ATMR) untuk Risiko Operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator
Dasar (PID)

Ref : IV-1 4 - 24
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Standardised Approach (SA) atau Pendekatan Standar (PSA)


Karakteristik perhitungan modal risiko operasional menggunakan
pendekatan standar (PSA):
 Pendekatan PSA memberikan hasil yang lebih detail dari PID.
 Aktivitas bank dibagi kedalam 8 (delapan) lini bisnis.
 Perhitungan kebutuhan modal minimum dilakukan berdasarkan suatu
persentase tetap dari Gross Income setiap Lini Bisnis. Presentase
tersebut ditentukan (disebut faktor beta / β ) berbeda bagi lini bisnis
tergantung dari eksposur risiko operasional lini bisnis tersebut.

Ref : IV-1 4 - 25
IV.6 Perhitungan Modal Risiko Operasional

Advance Measurement Approach (AMA)

Dalam menggunakan AMA , bank diberi kesempatan untuk menggunakan hasil dari
sistem pengukuran Risiko Operasional yang dimiliki, namun tergantung pada
standar-standar kualitatif dan kuantitatif yang ditetapkan oleh regulator, untuk
menghitung kebutuhan modal minimum.

AMA merupakan pendekatan yang lebih komplek dibanding dengan dua


pendekatan sebelumnya, sehingga lebih mencerminkan kondisi risiko yang
sebenarnya (perhitungan kebutuhan modal untuk menutup risiko operasional lebih
sesuai)

Basic Advance
Standardized
Indicator Measurement
Approach
Approach Approach
(SA)
(BIA) (AMA)

Bank dianjurkan menggunakan cara yang lebih baik atas dasar profil risiko bank
dan kemampuan melaksanakan manajemen risiko dari Bank

Ref : IV-1 4 - 26
Terima kasih

Semoga Sukses

27

Anda mungkin juga menyukai