Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

(RISIKO OPERASIONAL)

KELOMPOK 4

NOVIANA SANTI 1793142030


NURUL AQIDAH 1793142032
JIRINA ANJANI Z.A 1793142047
NURUL MUTMAINNAH 1793142049
MARHUMASITA 1793142059
RAMLAH HASAN 1793142061
HELMIYANTI 1793142043

MANAJEMEN C 2017
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga, penulis dapat
menyelesaikan tugas Manajemen Risiko ini.

Penulisan ini adalah untuk menyelesaikan tugas Manajemen Risiko. Dengan


pembuatan tugas ini penulis mendapat ilmu berguna untuk kedepannya sebagai
pembelajaran , untuk itu penulis menyusun tugas ini dengan semaksimal mungkin.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu nurhaeda selaku dosen


matakuliah ini. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari ibu. Semoga tugas ini
dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Makassar, 12 februari 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ i


Daftar isi .................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian risiko operasional ..................................................................................... 3
B. Karakteristik risiko operisonal ................................................................................... 4
C. Bentuk-bentuk risiko operasional............................................................................... 6
D. Pristiwa risiko operasional ......................................................................................... 9
E. Pengukuran risiko operasional ................................................................................. 12
F. Biaya risiko operasional ........................................................................................... 13
G. Hubungan risiko operasional dan modal kerja ......................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
B. Saran ......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam


menjalankan bisnis perusahaan karena semakin berkembangnya dunia
perusahaan serta meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan
mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Sasaran
utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi perusahaan
terhadap kerugian yang mungkin timbul. Lembaga perusahaan mengelola
risiko dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis dengan pengelolaan
risikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil optimal dari
operasionalnya.
Kita harus bisa menemukan kerugian potensial yang mungkin terjadi
dan mencari cara untuk menangani risiko tersebut. Dunia bisnis pun tak luput
dari ketidakpastian. Ketidakpastian dalam dunia bisnis akan menyebabkan
terjadinya risiko bisnis. Perusahaan merencanakan untuk menggencarkan
promosi produknya dengan harapan penjualanya dapat meningkat. Dengan
analisis yang mendalam diperkirakan penjualan setelah adanya promosi besar-
besaran tersebut dapat meningkat sebanyak 20%. Tetapi kenyataanya penjualan
hanya dapat meningkat 10%. Ini merupakan salah satu bentuk risiko yang
terjadi dalam dunia bisnis. Risiko dalam bisnis tidak bisa diabaikan begitu saja.
Perusahaan perlu menganalisis kemungkinan kerugian potensi dalam bisnisnya
tersebut kemudian mengevaluasi dan mencari cara untuk menanggulanginya.
Dengan demikian diharapkan bisnis yang dijalaninya dapat sukses meraih
tujuan dengan mudah. Risiko merupakan sesuatu yang pasti akan terjadi ketika
kita melakukan suatu tindakan. Risiko adalah berbagai kemungkinan yang
terjadi pada periode tertentu. Risiko sering dikaitkan dengan kerugian. Jadi

1
risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian atau peluang
terjadi sesuatu yang bad outcame.
Setiap organisasi perusahaan selalu menanggung risiko. Risiko, bisnis,
kecelakaan kerja, bencana alam, perampokan, dan pencurian, kebangkrutan
adalah beberapa contoh dari risiko yang lazim terjadi di berbagai perusahaan.
Terutama perusahaan yang tidak melakukan tindakan apa-apa, bahkan tindakan
preventif pun tidak dilakukan. Perusahaan ini tidak melakukan tindakan untuk
pencegahan risiko yang akan timbul nantinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa devinisi risiko operasional ?
2. Bagaimanaa karakteristik risiko operasional ?
3. Bagaimana bentuk rissiko operasional ?
4. Bagaimana pristiwa risiko operasional ?
5. Bagaimana pengukurangan risiko operasional operasional ?
6. Bagaimana biaya risiko operasional ?
7. Bagaimana hubungan risiko operasional dan modal kerja ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI RISIKO OPERASIONAL

Setiap hari perusahaan menghadapi berbagai macam risiko. Risiko-


risiko yang dihadapi seperti, barang yang diproduksi tidak dapat dijual karena
tidak diminati oleh konsumen, harga bahan baku yang tiba-tiba meningkat
sehingga perusahaan harus membayar lebih mahal dari yang diperkirakan,
piutang-piutang perusahaan yang tidak dapat tertagih, kecolongan keuangan
karena karyawan yang tidak jujur, produksi yang macet karena mesin rusak,
barang yang diproduksi tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan, dan lain-
lain kejadian yang dapat merugikan perusahaan.
Risiko perusahaan bahkan menjadi semakin besar dengan semakin
beraneka ragam barang yang diproduksi perusahaan dan semakin kompleks
pekerjaan yang dilakukan, atau semakin banyak transaksi yang terjadi. Dengan
kata lain, semakin kompleks aktivitas yang dilakukan, semakin besar risiko
oprasional yang dihadapi.
Risiko oprasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari
masalah internal perusahaan. Risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya
sistem kontrol manajemen yang dilakukan oleh internal perusahaan.
Basel II Capital Accord mendefinisikan risiko operasional sebagai
risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak berjalannya proses
internal, manusia dan sistem, serta sebagai akibat dari kejadian eksternal dan
hukum. Walaupun risiko ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi
bisnis, keterkaitan utamanya adalah pada bidang perbankan yang regulatornya
bertanggung jawab untuk menciptakan pengamanan sebagai perlindungan
tehadap kegagalan sistem perbankan dan ekonomi. Risiko oprasional
mencakup pula risiko hukum tapi mengecualikan risiko strategi yaitu risiko
kerugian karena buruknya keputusan strategi bisnis. Definisi ini juga
mengecualikan risiko reputasi walaupun disadari bahwa suatu kerugian

3
oprasional yang cukup besar tapi tidak fatal juga dapat mempengaruhi reputasi
dan dapat membawa dampak lanjutan pada keruntuhan bisnis dan kegagalan
organisasi.
Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya
kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang
melekat (inherent) pada setiap aktivitas fungsional, seperti kegiatan perkreditan
(penyediaan dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan
sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Risiko operasional bukanlah hal baru walaupun disadari merupakan
risiko yang paling akhir terdefinisikan dalam Basel II. Definisi risiko
operasional dalam Basel II adalah termasuk risiko hukum, namun tidak
mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi.
B. KARAKTERISTIK RISIKO OPERASIONAL
Berbagai bentuk risiko operasional, seperti penipuan, telah dikelola
secara aktif melalui teknologi, pengendalian dan sistem keamanan yang
digunakan pada sebagian perusahaan. Dalam Basel II ditambah mengenai
manajemen risiko operasional, dimana suatu perusahaan disyaratkan untuk
mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasi modal untuk menutupi risiko
operasional sebagaimana halnya risiko kredit dan risiko pasar.
Risiko operasional dulu dikelola secara informal, sebagai bagian dari
pekerjaan sehari-hari seorang manajer, yang tak pernah memikirkan bahwa
sebetulnya pekerjaannya merupakan praktek dari manajemen risiko. Selain itu,
pengelolaan risiko operasional umumnya dilakukan oleh bidang audit dan
kepatuhan. Namun seringkali risiko operasional ini terlambat diidentifikasikan,
karena audit menilai berdasarkan past performance.
Oleh sebab itu, masalah risiko operasional harus dikelola sebagai
bagian manajemen risiko perusahaan. Risiko operasional seringkali terkait
dengan risiko kredit dan risiko pasar, kegagalan risiko operasional dalam
kondisi pasar yang tertekan mempunyai potensi menimbulkan kerugian yang

4
besar. Jika risiko operasional tidak dikelola sebagai disiplin risiko yang
berbeda, dapat mengabaikan masalah risiko yang penting, serta bisa dalam
mengukur kinerja, yang berakibat pada risiko keputusan manajemen yang
kurang tepat, karena informasi yang tidak akurat.
Unit kerja operasional, seharusnya merupakan unit yang paling
memahami risiko yang akan dihadapi. Unit operasional harus aktif dan secara
langsung melakukan identifikasi, menilai dan mengukur risiko yang ada,
mengendalikan risiko, serta mematuhi limit yang telah ditetapkan oleh Unit
Kerja Manajemen Risiko. Unit kerja operasional juga harus melaporkan kepada
atasan langsung setiap ditemukan pelanggaran yang terjadi.
Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi
dan dampak, yaitu :

1. Low Frequency/Low Impact (LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya


rendah.
2. Low Frequency/High Impact (LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya
sangat besar.Sangat sulit untuk diantisipasi dan diprediksi serta memiliki
potensi untuk menyebabkan kerugian yang besar.

3. High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya


rendah. Jenis risiko ini dikelola untuk meningkatkan efisiensi kegiatan
usaha yang pada umumnya sudah diantisipasi dan dianggap sebagai biaya
pelaksanaan kegiatan usaha.

4. High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya


sangat besar.

Secara umum manajemen risiko operasional memfokuskan kepada dua


jenis kejadian, yaitu :

1. Low frequency/high impact (LF/HI)


2. High frequency/low impact (HF/LI)

5
C. BENTUK-BENTUK RISIKO OPERASIONAL

Risiko operasional ini tentu saja tidak muncul secara sendirinya tanpa ada
faktor yang dapat mempengaruhinya. Adapun faktor yang membentuk risiko
oprasional yaitu :

1. Risiko pada Komputer

Risiko pada bidang komputer bisa terjadi karena berbagai faktor


seperti faktor masuknya virus yang disebabkan oleh proteksi software
yang tidak memadai. Komputer yang dalam praktiknya menggunakan
jaringan internet paling rentan terhaadap risiko ini. Tidak hanya itu, faktor
human error juga turut melatarbelakangi risiko ini seperti kesalahan
pemakaian dan tidak stabilnya tegangan listrik. Oleh karena hal tersebut,
maka dalam suatu perusahaan perlu seorang ahli IT yang tangguh dan
berkualitas sehingga bilamana risiko ini timbul perusahaan dapat
menanggulanginya.
Risiko-risiko yang timbul dalam bidang komputer :

a. Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor terserang oleh


virus. Solusinya, untuk setiap komputer perlu adanya backup data yang
dianggap penting dan memproteksi komputer dari hardware asing.
b. Komputer adalah tehnologi yang selalu mengalami perubahan terutama
program yang ditawarkan maka perlu personel yang memiliki kualitas IT
tinggi agar bisa menghindari risiko dikemudian hari.
c. Komputer adalah masuk dalam kategori IT yang memiliki nilai pasar yang
tinggi, sehingga setiap pergantian perangkat komputer dan biaya tenaga
ahlinya akan membutuh biaya yang tinggi.

6
2. Kerusakan Maintenance Pabrik

Perusahaan yang memiliki mesin sangat mengandalkan pada


kualitas peralatannya dalam menunjang produksi, maka biaya pada
pemeliharaan dan perawatan dan penggantian peralatan pabrik bersifat
rutin. Disisi lain kehadiran teknisi yang alhi dalam mengoprasikan dan
cukup mengerti mengenai mesin tersebut sangat dibutuhkan.
Risiko yang ditanggung saat timbulnya kerusakan maintenance pabrik :

a. Terhentinya aktivitas produksi selama beberapa saat. Solusinya, bahwa


setiap perusahaan disarankan untuk selalu menyediakan mesin cadangan
beserta suku cadangnya agar aktifitas produksi tidak terbuang percuma.
b. Biaya service dengan mendatangkan tenaga ahli, jika perusahaan tidak
memilikinya.
c. Biaya penggantian dalam bentuk pembelian baru beberapa peralatan
pabrik.

3. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja terjadi pada saat perusahaan tidak menerapkan dan


memberlakukan suatu konsep keselamatan dan jaminan bekerja sesuai dengan
aturan dan ketentuan yang berlaku.
Bentuk Risiko kecelakaan yang akan dialami perusahaan :

a. Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang telah


diterapkan karena dianggap tidak efektif.
b. Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan dapat sorotan pers maka akan
berakibat turunnya reputasi perusahaan dimata konsumen dan mitra bisnis.
c. Bila perusahaan tidak menerapkan keselamatan kerja maka saat
mengajukan pinjaman ke perbankan akan mengalami kendala.

7
4. Kesalahan dalam Pembukuan Secara Manual (manual risk)

Risiko dalam bidang pembukuan secara manual terjadi karena


beberapa sebab :

a. Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat dikertas akan cepat rusak.
b. Jika kesalahan dalam pencatatan secara manual maka penyelesaian dan
pencarian sumber masalah dilakukan secara manual.
c. Proses penyusunan pembukuan berlangsung dengan waktu yang lama
sehingga pekerjaan tidak efisien dan efektif.

5. Kesalahan Pembelian Barang dan Tidak ada Kesepakatan Barang Ditukat


Kembali

Risiko ini timbul karena tidak adanya kesepakatan mengenai syarat


dan ketentuan dalam hal jual-beli barang, seperti ketentuan dalam hal retur
barang serta kesepakatan lainnya. Adapun risiko kerugian yang akan
ditanggung perusahaan sebagai berikut :

a. Bila barang yang dibeli untuk dijual kembali tidak laku dijual
perusahaan akan menggalami kerugian.
b. Bila ada barang sisa yang tidak dapat ditukar dengan yang baru, maka
memaksa perusahaan menjual dengan harga murah. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kerusakan barang bila terlalu lama disimpan.
c. Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya.

6. Pegawai Outsourcing

Pegawai outsourcing adalah pegawai yang disediakan oleh suatu


lembaga penyedia pegawai yang kemudian oleh lembaga penyedia
pegawai akan ditawarkan ke perusahaan untuk diperkerjakan dengan
kontrak.

8
Alasan Perusahaan menerapkan sistem Outsourcing yaitu :

a. Biaya yang dikeluarkan lebih murah karena tinggal menghubungi lembaga


penyalur kerja.
b. Pegawai outsourcing lebih siap kerja karena sudah dipersiapkan.
c. Perusahaan hanya bertanggung jawab kepada lembaga penyalur tenaga
kerja sesuai kesepakatan.
d. Tidak ada biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan seperti uang
pension dan pesangon.
e. Perusahaan dengan mudah mengganti karyawan setelah habis kontrak.

Ada beberapa risiko yang harus ditanggung perusahaan ketika menerima pegawai
outsourcing :

a. Tidak punya rasa tanggung psikologis untuk menjaga perusahaan karena


pegawai tersebut lebih bertanggung jawab pada penyalur.
b. Rahasia perusahaan selama ia bekerja mungkin diketahui publik bila ia
tidak lagi bekerja diperusahaan.

7. Globalisasi dalam Konsep dan Produk

Era globalisasi telah memberikan perubahan bagi konsep bisnis pada


seluruh sektor bisnis, baik financial dan non financial sehingga penciptaan
konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan globalisasi tersebut,
jika tidak artinya produk tersebut tidak akan laku di pasaran secara baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan
bagi para karyawan agar mengetahui konsep dan cara berfikir global yang
kemudian akan tertuang dalam bentuk hasil produk.

D. PERISTIWA RISIKO OPERASIONAL

Basel II mengelompokkan peristiwa dalam risiko oprasional ke dalam 5


kelompok, yaitu :

9
1. Resiko proses internal
2. Risiko Sumber daya Manusia
3. Risiko sistem
4. Risiko Eksternal
5. Risiko Hukum

1. Risiko Proses Internal (Internal Process Risk)

Risiko yang terkait dengan kegagalan dari suatu proses atau prosedur seperti :

a. Kesalahan, ketidaklengkapan dan ketidaktepatan dokumentasi


b. Kurang pengawasan
c. Kesalahan pemasaran
d. Kesalahan penjualan
e. Praktek pencucian uang
f. Kesalahan atau ketidaktepatan pelaporan
g. Prosedur yang tidak sesuai dengan regulasi
h. Kesalahan transaksi

2. Risiko Sumber Daya Manusia (People Risk)

Suatu risiko yang berhubungan dengan karyawan atau lebih tepatnya


dapat dikatakan sebagai oknum karyawan. Sebab terjadinya risiko ini yaitu :
kesalahan manusia, pegawai yang tidak kompeten, adanya niat jahat,
kehilangan karyawan kunci, dan penipuan.

3. Risiko Sistem (Systems Risk)

Suatu risiko yang berhubungan dengan penggunaan sistem dan


teknologi perusahaan sangat tergantung pada sistem dan teknologi yang
digunakan untuk membantu kegiatan sehari-hari. Penyebab munculnya risiko
system yaitu :

10
a. Keruksakan dan kehilangan data
b. Kesalahan dalam proses memasukan data
c. Ketidakcukupan dalam pengawasan perubahan sistem
d. Ketidakcukupan pengawasan pekerjaan yang terkait dengan sistem
e. Kesalahan dalam proses program
f. Ketergantungan pada teknologi dan kepercayaan terhadap sistem internal
tanpa adanya evaluasi
g. Ganguan pelayanan akibat kegagalan sistem, baik sebagian atau
keseluruhan
h. Masalah sistem keamanan
i. Ketidaksesuaian sistem
j. Penggunaan teknologi baru yang belum teruji

4. Resiko Eksternal (Eksternal Risk)

Risiko yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi yang berada


diluar kekuasaaan langsung dari perusahaan seperti bencana alam,
terorisme,pemogokan masal, unjuk rasa dan kerusuhan, resesi dan krisis
ekonomi, krisis politik, sengketa antar negara dan perang.

5. Resiko Hukum (Legal Risk)

Risiko hukum berasal dari ketidakpastian tindakan hukum atau


ketidakpastian dalam menginterpretasikan atau mengaplikasikan kontrak,
hukum dan peraturan. Risiko hukum memilki dua aspek, yaitu ketidakpastian
yang bersumber pada tuntutan hukum yang dilakukan oleh stakeholder dan
ketidakpastian legislasi, interprestasi dan proses pengadilan.

11
E. PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL

Pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menepatkan


tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko
maka semakin tinggi kemungkinana untuk memperoleh return yang diharapkan
(actual return), dengan asumsi risiko dan return bersifat linear.

Hubungan Expected Return dan Standar Deviasi dalam Perspektif Risiko


Oprasional
Keterangan :
E(R) = Expected return atau keuntungan yang diharapkan
= Standar deviasi atau simpangan baku.
Simpangan baku di sini sering diartikan dengan tingkat risiko, yaitu semakin besar
simpangan bakunya maka semakin besar risiko yang akan terjadi.

Pada gambar diatas dapat dilihat hubungan antara E(R) dan σ. Dimana
setiap titik-titik dan wilayah menjelaskan :

1. Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan σ juga
berada diposisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan
pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko. Dengan
kata lain E(R) bersifat searah (linier) dengan risiko yang diterima.
2. Posisi II adalah dimana E(R) pada rendah dan σ pada posisi tinggi atau
dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (nonlinier).
3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada
pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah
(linier).

12
4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada
posisi rendah atau E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier).
5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik optimal untuk kondisi
E(R) dan σ.

F. BIAYA RISIKO OPERASIONAL

Untuk mengatasi risiko operasional perusahaan membuat analisa yang


mencakup :

1. Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi.
2. Menghitung berapa biaya yang harus di alokasikan menyangkut
pengelolahan risiko.
3. Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan
untuk mengelola resiko.
4. Memutuskan dari mana sumber dana yang akan dialokasikan untuk
mendukung penyelesaian risiko operasional.

G. RISIKO OPERASIONAL DAN MODAL KERJA

Pemahaman risiko operasional berhubungan dengan modal kerja yang


dikeluarkan oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan pembukuan dengan
tujuan :

1. Dapat dijadikan sebagai laporan pertanggung jawaban pada pimpinan.


2. Dapat dijadikan sebagai alat prediksi dalam memperkirakan berbagai
kebutuhan perusahaan untuk jangka panjang.
3. Sebagai pedoman bagi berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat
kondisi perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya.
4. Sebagai bahan rekomendasi seorang investor dalam mengambil keputusan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Basel II Capital Accord mendefinisikan risiko operasional sebagai


risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak berjalannya proses
internal, manusia dan sistem, serta sebagai akibat dari kejadian eksternal dan
hukum. Walaupun risiko ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi
bisnis, keterkaitan utamanya adalah pada bidang perbankan yang regulatornya
bertanggung jawab untuk menciptakan pengamanan sebagai perlindungan
tehadap kegagalan sistem perbankan dan ekonomi. Risiko oprasional
mencakup pula risiko hukum tapi mengecualikan risiko strategi yaitu risiko
kerugian karena buruknya keputusan strategi bisnis. Definisi ini juga
mengecualikan risiko reputasi walaupun disadari bahwa suatu kerugian
oprasional yang cukup besar tapi tidak fatal juga dapat mempengaruhi reputasi
dan dapat membawa dampak lanjutan pada keruntuhan bisnis dan kegagalan
organisasi.
Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya
kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang
melekat (inherent) pada setiap aktivitas fungsional, seperti kegiatan perkreditan
(penyediaan dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan
sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan
frekuensi dan dampak, yaitu :

3. Low Frequency/Low Impact (LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya


rendah.

14
4. Low Frequency/High Impact (LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya
sangat besar.Sangat sulit untuk diantisipasi dan diprediksi serta memiliki
potensi untuk menyebabkan kerugian yang besar.

4. High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya


rendah. Jenis risiko ini dikelola untuk meningkatkan efisiensi kegiatan
usaha yang pada umumnya sudah diantisipasi dan dianggap sebagai biaya
pelaksanaan kegiatan usaha.

5. High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya


sangat besar.

B. Saran

Kami selaku penulis sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatas nya kemampuan kami.
Oleh karena itu kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah
ini sangat bermanfaat khususnya dan pembaca pada umunya.

15
DAFTAR PUSTAKA

andrie,dend. Risiko operasional.


http://kamarbacaku .blogspot.com /2014/11/risiko-oprasional.html. diakses
pada 20 februari 2019

Haeriah,titi. Risiko operasional.


http://fhayluzhia.blogspot.com/2015/06/risiko-operasional.html diakses
pada 22 februari 2019

thawonk,nawir. Risiko Operasional.


http://thawonk.blogspot.com/2016/11/risiko-operasional.html diakses pada
23 februari 2019

syaifinnuha. Makalah manajemen risiko operasional.


http://syaifinjapara.blogspot.com/2017/10/makalah-manajemen-risiko-
operasional.html diakses pada 23 februari 2019

Anda mungkin juga menyukai