(RISIKO OPERASIONAL)
KELOMPOK 4
MANAJEMEN C 2017
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga, penulis dapat
menyelesaikan tugas Manajemen Risiko ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian atau peluang
terjadi sesuatu yang bad outcame.
Setiap organisasi perusahaan selalu menanggung risiko. Risiko, bisnis,
kecelakaan kerja, bencana alam, perampokan, dan pencurian, kebangkrutan
adalah beberapa contoh dari risiko yang lazim terjadi di berbagai perusahaan.
Terutama perusahaan yang tidak melakukan tindakan apa-apa, bahkan tindakan
preventif pun tidak dilakukan. Perusahaan ini tidak melakukan tindakan untuk
pencegahan risiko yang akan timbul nantinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa devinisi risiko operasional ?
2. Bagaimanaa karakteristik risiko operasional ?
3. Bagaimana bentuk rissiko operasional ?
4. Bagaimana pristiwa risiko operasional ?
5. Bagaimana pengukurangan risiko operasional operasional ?
6. Bagaimana biaya risiko operasional ?
7. Bagaimana hubungan risiko operasional dan modal kerja ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
oprasional yang cukup besar tapi tidak fatal juga dapat mempengaruhi reputasi
dan dapat membawa dampak lanjutan pada keruntuhan bisnis dan kegagalan
organisasi.
Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya
kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang
melekat (inherent) pada setiap aktivitas fungsional, seperti kegiatan perkreditan
(penyediaan dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan
sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Risiko operasional bukanlah hal baru walaupun disadari merupakan
risiko yang paling akhir terdefinisikan dalam Basel II. Definisi risiko
operasional dalam Basel II adalah termasuk risiko hukum, namun tidak
mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi.
B. KARAKTERISTIK RISIKO OPERASIONAL
Berbagai bentuk risiko operasional, seperti penipuan, telah dikelola
secara aktif melalui teknologi, pengendalian dan sistem keamanan yang
digunakan pada sebagian perusahaan. Dalam Basel II ditambah mengenai
manajemen risiko operasional, dimana suatu perusahaan disyaratkan untuk
mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasi modal untuk menutupi risiko
operasional sebagaimana halnya risiko kredit dan risiko pasar.
Risiko operasional dulu dikelola secara informal, sebagai bagian dari
pekerjaan sehari-hari seorang manajer, yang tak pernah memikirkan bahwa
sebetulnya pekerjaannya merupakan praktek dari manajemen risiko. Selain itu,
pengelolaan risiko operasional umumnya dilakukan oleh bidang audit dan
kepatuhan. Namun seringkali risiko operasional ini terlambat diidentifikasikan,
karena audit menilai berdasarkan past performance.
Oleh sebab itu, masalah risiko operasional harus dikelola sebagai
bagian manajemen risiko perusahaan. Risiko operasional seringkali terkait
dengan risiko kredit dan risiko pasar, kegagalan risiko operasional dalam
kondisi pasar yang tertekan mempunyai potensi menimbulkan kerugian yang
4
besar. Jika risiko operasional tidak dikelola sebagai disiplin risiko yang
berbeda, dapat mengabaikan masalah risiko yang penting, serta bisa dalam
mengukur kinerja, yang berakibat pada risiko keputusan manajemen yang
kurang tepat, karena informasi yang tidak akurat.
Unit kerja operasional, seharusnya merupakan unit yang paling
memahami risiko yang akan dihadapi. Unit operasional harus aktif dan secara
langsung melakukan identifikasi, menilai dan mengukur risiko yang ada,
mengendalikan risiko, serta mematuhi limit yang telah ditetapkan oleh Unit
Kerja Manajemen Risiko. Unit kerja operasional juga harus melaporkan kepada
atasan langsung setiap ditemukan pelanggaran yang terjadi.
Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi
dan dampak, yaitu :
5
C. BENTUK-BENTUK RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional ini tentu saja tidak muncul secara sendirinya tanpa ada
faktor yang dapat mempengaruhinya. Adapun faktor yang membentuk risiko
oprasional yaitu :
6
2. Kerusakan Maintenance Pabrik
3. Kecelakaan Kerja
7
4. Kesalahan dalam Pembukuan Secara Manual (manual risk)
a. Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat dikertas akan cepat rusak.
b. Jika kesalahan dalam pencatatan secara manual maka penyelesaian dan
pencarian sumber masalah dilakukan secara manual.
c. Proses penyusunan pembukuan berlangsung dengan waktu yang lama
sehingga pekerjaan tidak efisien dan efektif.
a. Bila barang yang dibeli untuk dijual kembali tidak laku dijual
perusahaan akan menggalami kerugian.
b. Bila ada barang sisa yang tidak dapat ditukar dengan yang baru, maka
memaksa perusahaan menjual dengan harga murah. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kerusakan barang bila terlalu lama disimpan.
c. Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya.
6. Pegawai Outsourcing
8
Alasan Perusahaan menerapkan sistem Outsourcing yaitu :
Ada beberapa risiko yang harus ditanggung perusahaan ketika menerima pegawai
outsourcing :
9
1. Resiko proses internal
2. Risiko Sumber daya Manusia
3. Risiko sistem
4. Risiko Eksternal
5. Risiko Hukum
Risiko yang terkait dengan kegagalan dari suatu proses atau prosedur seperti :
10
a. Keruksakan dan kehilangan data
b. Kesalahan dalam proses memasukan data
c. Ketidakcukupan dalam pengawasan perubahan sistem
d. Ketidakcukupan pengawasan pekerjaan yang terkait dengan sistem
e. Kesalahan dalam proses program
f. Ketergantungan pada teknologi dan kepercayaan terhadap sistem internal
tanpa adanya evaluasi
g. Ganguan pelayanan akibat kegagalan sistem, baik sebagian atau
keseluruhan
h. Masalah sistem keamanan
i. Ketidaksesuaian sistem
j. Penggunaan teknologi baru yang belum teruji
11
E. PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL
Pada gambar diatas dapat dilihat hubungan antara E(R) dan σ. Dimana
setiap titik-titik dan wilayah menjelaskan :
1. Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan σ juga
berada diposisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan
pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko. Dengan
kata lain E(R) bersifat searah (linier) dengan risiko yang diterima.
2. Posisi II adalah dimana E(R) pada rendah dan σ pada posisi tinggi atau
dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (nonlinier).
3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada
pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah
(linier).
12
4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada
posisi rendah atau E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier).
5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik optimal untuk kondisi
E(R) dan σ.
1. Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi.
2. Menghitung berapa biaya yang harus di alokasikan menyangkut
pengelolahan risiko.
3. Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan
untuk mengelola resiko.
4. Memutuskan dari mana sumber dana yang akan dialokasikan untuk
mendukung penyelesaian risiko operasional.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
4. Low Frequency/High Impact (LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya
sangat besar.Sangat sulit untuk diantisipasi dan diprediksi serta memiliki
potensi untuk menyebabkan kerugian yang besar.
B. Saran
Kami selaku penulis sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatas nya kemampuan kami.
Oleh karena itu kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah
ini sangat bermanfaat khususnya dan pembaca pada umunya.
15
DAFTAR PUSTAKA