Tiga jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan
kurs :
1. Eksposur Transaksi
Eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu, yang
kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap
perubahan kurs.
2. Ekposur Akuntansi
Eksposur yang terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu
dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain yang rentan terhadap
perubahan kurs.
3. Eksposur Operasi
Eksposur yang terjadi karena operasi perusahaan yang rentan terrhadap
perubahan kurs.
B. Risiko Teknologi
Di samping rasio keuangan, perusahaan juga bisa menggunakan anggaran kas atau peramalan kas
untuk melihat potensi risiko likuiditas, Bank biasanya menghadapi risiko likuiditas yang lebih
besar. Risiko likuiditas bank bersumber dari sisi aset dan sisi pasiva.
Sisi aset : jika bank memberikan jaminan atau komitmen untuk memeberikan hutang sejumlah
tertentu di masa mendatang ( misal tiga bulan ).
Misalkan tiga bulan mendatang calon debitur datang ke bank untuk memanfaatkan janji bank
tersebut, maka bank harus bisa menyediakan sejumlah uang yang telah dijanjikan. Jika gagal
memberikan sejumlah uang tersebut, maka bank mengalami risiko likuiditas.
Sisi pasiva : sumber dana sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga dalam
bentuk tabungan dan deposito. Tabungan praktis bisa ditarik setiap saat. Deposito
mempunyai jangka waktu yang biasanya cukup pendek ( 1 bulan sampai 1 tahun ). Jika
penarikan dana masyarakat terjadi lebih besar dari yang diperkirakan, maka bank
tersebut bisa menghadapi krisis likuiditas. Jika krisis likuiditas tidak ditangani ,
perusahaan bisa terancam kelangsungannya. Misalnya masyarakat menjadi panik
karena tidak bisa mengambil tabungannya, atau muncul rumor tertentu yang tidak
baik, masyarakat bisa mengambil krisis kepercayaan terhadap bank tersebut. Sebagai
akibatnya, masyarakat akan menarik danaya secara bersamaan dari bank tersebut.
Bank bisa jatuh karena sumber dan menghilang, ditarik masyarakat secara bersamaan.
2. Risiko Lainnya
Jika perusahaan merupakan perusahaanmultinasional yang beroperasi
dibanyak negara, maka perusahaan akan menghadapi risiko politik. Risiko politik
merupakan kejadian di negara tujuan investasi ( host ) yang bisa menggangu aliran kas
perusahaan multinasional. Risiko politik merupakan garis kontinum dari paling ringan
sampai ke paling paling berat. Perubahan peraturan barangkali termasuk ringan.
Kerusuhan sosial cenderung lebih serius, apalagi jika disertai dengan gangguan fisik (
misal pabrik dibakar ) atau gangguan lain yang lebih serius ( misal mogok karyawan ).
Kejadian yang paling berat adalah jika pabrik diambil alih oleh negara lokal (
diekspropriasi ). Jika pabrik diambil alih oleh negara lokal, biasanya perusahaan tidak
bisa berbuat apa-apa. Salah satu indikator untuk melihat risiko politik di suatu negara
adalah risiko negara ( country risk ). Beberapa lembaga menerbitkan risiko negara –
negara di dunia, mulai dari negara dengan risiko rendah tinggi sampai terlarang.
Perusahaan multinasional akan memeperhatikan risiko negara jika mereka
memutuskan untuk melakukan investasi di negara tersebut.
Study Kasus
Kasus Continental Illions
pada tanggal 17 Mei 1984, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan bantuan
miliaran dolar untuk membantu Bank of Continental Illions (BCI), yang mengalami
kebangkrutan. BCI adalah bank terbesar di Chicago, masuk dalam 10 bank terbesar di AS
FDIC (Federal Deposit Corporation, sama seperti LPS atau Lembaga Penjaminan
Simpanan) menjamin simpanan di bank tersebut. Keputusan too big to fail tersebut
merupakan keputusan yang controversial, bahkan sampai 20 tahun kemudian.
Apa yang terjadi dengan Bank of Continental Illions? Sama seperti bank lainnya,
BCI mempunyai neraca yang khas perbankan, yaitu kredit pada sisi aset, dan deposito pada
sisi pasiva. Pada tahun 1970-an, BCI menggenjot pertumbuhan kredit. Kredit bisa tumbuh
pesat, meningkatkan keuntungan BCI, dan membuat harga saham BCI naik hampi dua kali
lipat. Pada akhir tahun 1970-an, BCI mulai memfokuskan pada kredit sektor energi, dimana
mereka merasa punya keahlian. Ekspansi ke sektor energi dilakukan melalui kerjasama
dengan bank dari Oklahoma, yaitu Pen Square , bank dengan aset sebesar $436 juta, dan
mempunyai spesialis pada sektor minyak dan gas. Bank Penn Square memberikan
pinjaman, kemudian BCI membeli kredit tersebut. Pada akhirnya aset BCI pada kredit dari
Penn Square Bank mencapai ratusan juta dolar. Di samping itu, BCI juga aktif memberikan
pinjaman kepadaNegara Amerika Latin.
Masalah mulai muncul pada tahun 1981-an. Harga energi yang turun menyebabkan kredit
sektor energi mulai mancet. Penn Square Bank bangkrut, yang kemudian disusul dengan
macetnya kredit dari Meksiko pada tahun 1982. BCI mengalami kerugian yang serius.
Masalah profabilitas barangkali tidak akan membangkrutkan BCI. Masalah lain yang lebih
serius adalah struktur pasiva BCI. Sumber pendanaan BCI sangat bergantung dengan
deposan besar (bukan ritel). Hanya 20% sumber pendanaan BCI dari deposan ritel. Ketika
mereka mengetahui kerugian yang dialami BCI, deposan besar menarik danannya, atau
tidak mau lagi menaruh danannya di BCI. Akibatnya BCI mengalami krisis likuiditas,
karena terjadi bank run terhadap BCI. Jika bank run dimasa lalu dilakukan melalui puluhan
deposan yang mengantri di depan bank sambil berteriak-teriak marah, maka bank run
terhadap BCI dilakukan secara elektronik, dana transfer keluar dari BCI. Pada tanggal 26
September 1984, pemerintah AS memutuskan untuk mengambil alih BCI, dalam move ‘too
big to fail’ yang kontroversial, bahkan sampai saat ini.