Anda di halaman 1dari 22

EKSISBANK Vol. 3 No.

1 Juni 2019

MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN PADA


PERBANKAN SYARIAH
Diana Novita
Prodi Perbankan Syariah STIE Syariah Indonesia Purwakarta
Jln. Veteran no 150-152 Purwakarta 41118 Jawa Barat INDONESIA
novitadiana973@gmail.com

Intisari— Kepatuhan sudah menjadi suatu keharusan dalam bisnis perbankan. Bahkan dapat
menjadi sebuah isu global saat ini atupun dimasa yang akan datang maka dari itu bank harus
memenejemen dengan baik karena manajemen risiko ini merupakan upaya penting yang harus
dilakukan oleh setiap lembaga keuangan atau bank, sebagai upaya meminimalisir kerugian akibat
risiko yang terjadi. Upaya yang harus dilakukan oleh bank Islam dalam menyalurkan pembiayaan
tersebut adalah manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan upaya yang dilakukan oleh
orang atau lembaga dalam mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang bisa saja timbul
dalam suatu pekerjaan atau bisnis. Manajemen risiko di bank syariah telah diatur oleh bank
Indonesia dalam rangka menjaga eksistensi dan meningkatkan kualitas bank syariah. Strategi
SWOT yang dapat ditempuh adalah dengan memperkuat regulasi internal bank, merekrut
karyawan yang kompeten, revitalisasi yang maksimal dan ketat, membangun sistem
manajemen risiko yag handal, mengutamakan pembiayaan di sektor UMKM/SME, melakukan
emosional servis, meningkatkan kemampuan FRM, penerapan office channeling, memperkuat
klausul perjanjian.
Kata kunci— bank syariah, manajemen, kepatuhan, tanggung jawab, risiko

Abstract— Compliance has become a necessity in the banking business. It can even become a global
issue at the moment or in the future, therefore banks must manage well because this risk
management is an important effort that must be done by every financial institution or bank, in an
effort to minimize losses due to the risks that occur. The effort that must be made by Islamic banks
in channeling the financing is risk management. Risk management is an effort made by people or
institutions in anticipating problems that could arise in a job or business. Risk management in
Islamic banks has been regulated by Indonesian banks in order to maintain the existence and
improve the quality of Islamic banks. The SWOT strategy that can be pursued is by strengthening
bank internal regulations, recruiting competent employees, maximizing and strict revitalization,
building a reliable risk management system, prioritizing financing in the MSME / SME sector,
carrying out emotional services, improving FRM capabilities, implementing channeling offices,
strengthen the agreement clause
Keywords— islamic banking, management, responsible, risk

I. PENDAHULUAN Bahkan jika kita cermati secara mendalam, bank


Bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu syariah merupakan bank yang rentan dengan sebuah
berhadapan dengan risiko dan return.1 Bank syariah risiko. Karena dalam menjalankan aktivitasnya
adalah salah satu unit bisnis dalam pengelolaan banyak berhubungan dengan produk-produk bank
dana. Dengan demikian, bank syariah juga akan yang mengandung banyak risiko seperti produk
menghadapi risiko manajemen bank itu sendiri. mudharabah, musyarakah, dan sebagainya. Oleh
karenanya sebuah perbankan/lembaga keuangan
syariah harus dapat mengendalikan risiko
1
Juan Junardi, “Manajemen Risiko Perbankan dan seminimal mungkin dalam rangka untuk
Asuransi Syariah”, diakses dari website (http:// juan- memperoleh keuntungan yang optimum dan juga
antend.blogspot.com/2015/06/risiko-kepatuhan.html?m=1),
pada tanggal 14/12/2018. risiko dalam perbankan merupakan suatu kejadian

1
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
potensial, baik yang dapat diperkirakan (Jakarta,PT Granmedia Pustaka Utama), 362.
(anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap
pendapatan dan permodalan bank
Secara spesifik, ada 11 risiko-risiko yang akan
dihadapi oleh perbankan syariah dalam kegiatanya
salah satu risiko yang akan di hadapi oleh bank
syariah adalah resiko kepatuhan (compliance risk),
yang merupakan timbulnya kerugian baik langsung
maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh tidak
dipatuhinya atau tidak dilaksanakannya peraturan
perundangan dan ketentuan lainnya yang berlaku
Perbankan syariah. Dan juga tidak akan berhadapan
dengan risiko tingkat suku bunga secara langsung,
karena bank syariah tidak menggunakan instrumen
bunga dalam operasionalnya
II. TELAAH/KRITIK TERHADAP
FENOMENA MANAJEMEN
RISIKO
KEPATUHAN
Resiko kepatuhan adalah resiko yang harus di
terima oleh bank syariah karena tidak mematuhi
dan tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan, ketentuan-ketentuan serta prinsi-prinsip
syariah.2 Bank Indonesia pun memberikan pe-
ngertian terkait risiko kepatuhan sebagai risiko
akibat bank tidak mematuhi dan tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku semestinya. Sementara itu
ada juga yang memberikan pengertian bahwa
Risiko kepatuhan merupakan risiko yang
disebabkan karena tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan perturan perundang-undangan dan
ketetapan lain yang berlaku,3 karena dalam praktek-
nya, risiko kepatuhan melekat pada risiko bank
yang terkait dengan peraturan perundang-undangan.
Resiko kepatuhan merupakan timbulnya kerugian
baik langsung maupun tidak langsung yang
diakibatkan oleh tidak dipatuhinya atau tidak di-
laksanakannya peraturan perundangan dan
ketentuan lainnya yang berlaku. Dari beberapa
pengertian di atas pada dasarnya menejemen risiko
kepatuhan merupakan sebuah risiko bank baik bank
konvensional ataupun syariah karena tidak
melakukan atau tidak patuh terhadap peraturan
perundang-undangan atau ketentuan-ketentuan
bahkan prinsip-prinsip syariah yang telah di
tetapkan, dengan adanya manajemen risiko ini
dapat mengatasi atau mengantisipasi terjadinya
risiko tersebut.

2
Bambang Rianto Rustam, ”Manajemen Risiko perbankan
syariah di Indonesia”.(Jakarta: Salemba Empat, 2013), 233.
3
Ikatan Bankir Indonesia,”Memahami Bisnis Syariah”,

2
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
Risiko kepatuhan ini dapat bersumber dari
perilaku hukum, berupa perilaku aktivitas bank
yang menyimpang atau melanggar dari ketentuan
atau peraturan perundang-undangan yang berlaku,4
dan Perilaku organisasi, berupa perilaku atau
aktivitas bank yang menyimpang atau bertentangan
dengan standar yang berlaku secara umum.5
Bentuk risiko ini di antaranya ketidakmampuan
suatu bank syariah untuk memenuhi dan
melaksanakan aturan supervisor tentang ketentuan
perundang-undangan yang berlaku diantaranya
tertera pada ketentuan:
a. KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum), merupakan ketentunan untuk
mengembalikan kondisi permodalan bank
sesuai dengan standart internasional
sebagaimana keadaan sebelum terjadi krisis
perbankan.6 Dengan begitu ketika bank
mengalami kerugian atau hal-hal yang
membuat bank itu harus tutup dapat
mengantisipasinya ada cadangan modal yang
telah di siapkan sebelumnya
b. KAP (Kantor Akuntan Publik), merupakan
sebuah badan usaha berfungsi sebagai tempat
akuntan publik dalam menjalannkan
tugasnya.7 Semua bank, lembaga keuangan
atau kegiatan-kegiatan lain yang
berhubungan dengan transaksi atau perputan
uang maka harus melakukan pelaporan dan
semuanya akan tergabung di kantor akuntan
c. LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan
ketentuan dalam penentu rasio keuangan
perusahaan perbankan yang berhubungan
dengan aspek likuiditas atau bank tersebut
tidak memenuhi supervisor lainnya.8
d. PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Bank Perkreditan Rakyat),
merupakan upaya kebijaksanaan atas risiko
kerugian kredit yang timbul akibat
kolektibilitas yang merupakan klasifikasi
status pembayaran angsuran atau pinjaman
beserta bunganya dalam artian nyata.9
4
Bambang Rianto, ”Manajemen Risiko Perbankan
Syariah”, 233.
5
Ikatan Bankir, ”Memahami Bisnis Syariah”, 362.
6
Donis Risatawan, ”Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) bagi Bank Umum”, diakes dari website
(http://managing-people-for
improvement.blogspot.com/2013/ 06/kewajiban-penyediaan-
modal-minimum-kpmm.html), pada tanggal 5/1/2019.
7
Wikipedia Ensiklopedia Bebas,” Kantor akuntan publik”,
diakses dari website (https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_
akuntan_publik), pada tanggal 5/1/2019.
8
Arlan Widiantara, ”pengertian Loan to Deposit Ratio”,
diakses dari website (http://arlan-widiantara-blogspot.com/
2013/ 04/pengertian-loan-to-deposit-ratio-ldr.html), pada
tanggal 5/1/2019.
9
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, ”Penyisihan Peng-
hapusan Aktiva Produktif” diakses dari website (https:/

3
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
e. BMPK (Batas Maksimum Pemberian resiko-kepatuhan-compliance.html), pada tanggal 31/1/2019
Kredit) , merupakan persentase maksimal
realisasi penyediaan dana terhadap modal
BPR yang mencakup kredit dan penempatan
dana BPR di bank lain, kecuali giro10.
f. PDN (Posisi Devisa Neto), kententuan selisih
bersih antara Aktiva dan Pasiva dalam neraca
(on balance sheet.)11
g. RKAT (Rencana Kerja Anggaran Tahunan),
pada RKAT ini bagaimana memilih strategi
yang tepat. Analisa SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) bisa
dikatakan sebagai strategi yang tepat dalam
hal ini.12 Karena untuk mengukur, melihat
dan juga sebagai bahan evaluasi sejauh mana
kekuatan yang dimiliki pada sebuah lembaga,
apa saja peluang untuk mengembangkan
lembaga tersebut, apa yang menjadi
kelemahan hingga menjadi sebuah ancaman
untul lembaga itu semua harus diperhatikan
karena menyangkut keberlangsungan sebuah
lembaga,
h. GWM (Giro Wajib Minimum) merupakan
dana atau simpanan minimum yang harus
dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo
rekening giro yang ditempatkan di Bank
Indonesia.13 Besaran pada GWM ini
titetapkan oleh bank sentaral sebesar
presentase tertentu sesuai dari dana pihak
ketiga dan biasanya GWM ini ditetapkan
dalam bentuk giro pada bank sentral.
Risiko kepatuhan bertujuan untuk menentukan
tingkat dan kecenderungan risiko kepatuhan (PBI
no. 5/8/PBI/2003).14 tidak hanya itu risiko juga
memiliki fungsi, fungsi kepatuhan tersebut ialah
serangkaian tindakan publik ini.atau langkah-
langkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk
memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem,
dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan

/id.wikipedia.org/wiki/Penyisihan_Penghapusan_Aktiva_Prod
uktif), pada tanggal 5/1/2019.
10
Bank Indonesia, ”perbankan”, diakses dari website
(https://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/pbi_1113
09.aspx), pada tanggal 5/1/2019.
11
Purna Ismail, ”Posisi Devisa Neto” diakses dari website
(http://deipoonx.blogspot.com/2012/06/posisi--devisa--neto--
pdn.html), pada tanggal 5/1/2019.
12
Zinsari, ”Rahasia Membuat Rencana Kerja Tahunan
Bank Perkreditan Rakyat”, diakses dari website (https://
zinsari.wordpress.com/2013/10/24/rahasia-membuat-rencana-
kerja-tahunan-bank-perkreditan-rakyat/), pada tanggal
1/5/2019.
13
Otoritas Jasa Keuangan, “Giro Wajib Minimum: Instru-
men Moneter Untuk Atur Uang Bereda”, diakses dari
website (https:// sikapiuangmu.ojk.go.id/ FrontEnd/ CMS/
Article
/333), pada tanggal 5/1/2019.
14
Tatang Turhanum, “Risiko Kepatuhan”, di akses dari
website (http://gubuktatang.blogspot.com/2016/05/makalah-

5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank 28/12/2018.
Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk sesuai dengan Prinsip Syariah
(bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah), serta memastikan kepatuhan Bank
terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada
Bank Indonesia dan otoritas pengawas lain yang
berwenang. Pokok pokok pengaturan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) dalam Pelaksanaan Fungsi
Kepatuhan15 Pada Bank Umum adalah:
a. Fungsi kepatuhan merupakan bagian dari
pelaksanaan framework manajemen risiko.
Fungsi kepatuhan melakukan pengelolaan
risiko kepatuhan melalui koordinasi dengan
kerterkait. Dapat ditarik garis bahwa inti
dari fungsi kepatuhan disini ialah adanya
koordinasi.
b. Pelaksanaan fungsi kepatuhan menekankan
pada peran aktif dari seluruh elemen
organisasi kepatuhan yang terdiri dari
Direktur yang membawahkan Fungsi Ke-
patuhan, Kepala unit kepatuhan dan satuan
kerja kepatuhan untuk mengelola risiko
kepatuhan, jadi semua yang saling
keterkaitan mempunyai perannya masing-
masing
c. Menekankan pada terwujudnya budaya
kepatuhan dalam rangka mengelola risiko
kepatuhan, karena tak jarang orang lupa
kepada budaya kepatuhan yang sudah ada.
d. Kepatuhan merupakan tanggung jawab
personil seluruh bagian dari bank terhadap
tone from the top, dengan cara memberikan
prioritas yang tinggi kepada manjemen
resiko, kepatuhan kepada kebijakan dan
regulasi dan standar perilaku yang beretika
tinggi pada seluruh jajaran.
e. Status independensi yang disandang dari
elemen organisasi fungsi kepatuhan
dimaksudkan untuk meningkatkan
efektifitas pelaksanaan tugas dan meng-
hindari konflik kepentingan (conflict of in-
terest), agar semuanya terlaksana dengan
teratur dan terarah.
Kepatuhan terhadap hukum, norma-norma dan
aturan-aturan membantu memelihara reputasi
bank- bank, sehingga sesuai dengan harapan dari
para nasabah, pasar dan masyarakat secara
keseluruhan. Bank yang lalai menjalankan peran
dan fungsi kepatuhan akan berhadapan langsung
dengan apa yang dikenal dengan compliance risk
yang didefinisikan oleh Basel Commitee on
Banking

15
Tatang, ”Resiko Kepatuhan”, diakses dari website
(http:// gubuk-tatang.blogspot.com/2016/05/makalah-resiko-
kepatuh- an-compliance.html?m=1), pada tanggal
5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
Supervision sebagai risiko hukum atau sanksi- diperlukan untuk melaksanakan fungsi kepatuhan
sanksi hukum, kerugian keuangan/materi atau perbankan sebagaimana yang dijelaskan sebagai
tercermarnya reputasi bank sebagai akibat dari berikut:
pelanggaran terhadap hukum, regulasi-regulasi, a. BoD Bank bertanggung jawab mengatur
aturan-aturan, dihubungkan dengan norma-norma manajemen risiko kepatuhan bank. Dengan
organisasi yang menjadi aturan internal suatu begitu risiko-risiko terhadap kepatuhan
bank.16 Secara lebih luas lagi, ketidak patuhan seauatu bank akan sedikit berkurang
perbankan nasional berpengaruh secara signifikan b. Pejabat Eksekutif bank bertanggungjawab
terhadap stabilitas perekonomian nasional karena terhadap pengelolaan risiko kepatuhan bank
bank tempat perputaran uang di dalam sebuah yang efektif.
negara dan juga bisa dikatakan sebagai oksigennya
c. Pejabat Eksekutif bank bertanggungjawab
perekonomia, salah satu Kisruh krisis multidimensi
untuk mengembangkan dan
yang melanda Indonesia yeiut bermulai pada
mengkomunikasikan kebijakan kepatuhan
pertengahan tahun 1997 beberapa tahun lampau
untuk memastikan bahwa hal tersebut sudah
yang merupakan bukti nyata. Pakar perbankan
dipantau dan dievaluasi serta dilaporkan
menjelaskan bahwa kelalaian perbankan nasional
kepada BoD sebagai suatu upaya untuk
dalam menjalankan peran dan fungsi kepatuhan
yang inheren dengan sistem perbankan nasional mengelola risiko kepatuhan bank.
saat itu, seperti: d. Pejabat eksekutif bank bertanggungjawab
a. Pengawasan Intern yang kurang memadai, untuk membuat fungsi kepatuhan secara
ada banyak faktor-faktor pendukung dalam efektif dan permanen sebagai bagian dari
pengawasan ini dan kemungkinan faktor kebijakan kepatuhan bank.
pendukung tersebut kurang sehingga tidaak e. Fungsi kepatuhan bank harus independen
terkontrol dengan baik dalam pengawasannya f. Fungsi kepatuhan bank harus memiliki
b. Pelanggaran oleh pemilik/manajemen bank, sumber daya yang memadai untuk
salah satu saja yang melakukan pelanggaran menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
di dalam sebuah lembaga akan berdampak secara efektif.
besar terhadap keberlangsungan suatau g. Tanggungjawab fungsi kepatuhan bank harus
lembaga keungan atau perbankan dapat membantu pejabat eksekutif dalam
c. Kurangnya ketaatan terhadap ketentuan mengelola risiko kepatuhan secara efektif
kehati-hatian, maka dari itu ketaatan terhadap yang dihadapi oleh bank. Jika terdapat
kententuan harus dengan kehati-hatian dalam beberapa tanggung jawab yang harus di-
artian harus seteliti mungkin dan harus lakukan oleh pegawai yang berbeda divisi,
bertanggung jawab pembagian tanggung jawab setiap divisi harus
d. Kecerobohan dalam mengelola bisnis, dalam jelas.
pengelolaan agar tidak terjadi hal-hal yang h. Hubungan antara internal audit yang harus
tidak di inginkan maka dalam pengelolaan memperhatikan ruang lingkup yang luas dari
harus di manajemen sebaik mungkin sedetail aktifitas fungsi kepatuhan sehingga harus
mungkin sehingga kecerobohan tersebut menjadi subjek review secara periodik yang
setidaknya dapat diminimalisir dengan baik. dilakukan oleh fungsi internal audit.
e. Berbagai penyimpangan yang disengaja, i. Isu lintas negara, dimana Bank harus patuh
biasanya hal ini terjadi karena adanya oknum terhadap pelaksanaan hukum dan regulasi-
atau orang-orang yang hanya menginginkan regulasi dalam semua area yuridiksi dimana
sebuah keuntungan dan melupakan akan bisnis dijalankan dan organisasi, struktur
tanggung jawab yang sesungguhnya. fungsi kepatuhan, dan semua tanggung
semua itu memberikan dampak yang sangat besar jawabnya haruslah konsisten dengan semua
terhadap kehancuran perekonomian nasional secara hukum lokal dan persyaratan regulator.
keseluruhan. Berikut ada sepuluh Prinsip j. Terkait dengan outsourching maka fungsi
Kepatuhan Menurut BASEL Committee17 yang kepatuhan harus selaras dengan aktivitas
manajemen risiko bank.
16
Ikatan Bankir, “Memahami Bisnis Syariah”, 363. Tugas spesifik dari fungsi kepatuhan dapat di
17
Tatang, ”Resiko Kepatuhan”, diakses dari website (http:
//gubuk-tatang.blogspot.com/2016/05/makalah-resiko-kepatu-
outsourchingkan, tetapi harus berkenaan dengan
han-compliance.html?m=1), pada tanggal 28/12/2018. hal-hal yang dapat diawasi oleh kepala divisi

5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
kepatuhan. Dalam perbankan, reputasi menjadi Dan orang-orang yang memelihara amanat-
bagian yang sangat penting untuk menjamin amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-
peningkatan kinerja secara berkesinambungan. Ma’arij: 32)
Reputasi suatu bank yang baik dapat terbangun, jika Lalu, ditegaskan pula oleh allah pada dua surat
bank tersebut mampu menjalankan peran dan fungsi yang memiliki ayat yang sama bahwa allah benar-
kepatuhan dengan baik pula islam sendiri benar menegaskan kepada manusia untuk selalu
mempunyai konsep yang lengkap dan komprehenst amanat, karena amanat ini berhubungan dengan
yaitu akhlaqul karimah dan ketakwaan pada Allah sebuah kepercayaan orang lain terhadap kita ,
Swt. yang menjadi pendorong utama bagi ketika kita di beri sebuah amanat maka kita harus
penganutnya untuk bertindak jujur dan menerima menjaga amanat itu, tidak melanggarnya atau
amanah serta patuh terhadap aturan. Sebagaimana sampe lupa terhadap amanat tersebut atau bahkan
dinyatakan dalam hadits Rasulullah saw. yang melanggar ketentuan-kentetuan dari amanat itu
diriwayatkan oleh Aisya ra. yang artinya, sendiri.
"Sesungguhnya Allah menyukai apabila seseorang
melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik’’ dalam III. TELAAH/KRITIK TERHADAP FENOMENA
hadist tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa RISIKO
allah lebih menyukai seseorag yang melakukan INHEREN
perkerjaan dengan baik sesuai prosedur yang telah Pada dasarnya Risiko inheren merupakan risiko
di tetapkan, tidak hanya itu dalam al-quran surat yang melekat pada kegiatan bisnis bank syariah,
‫وَأِطي ع و ا‬ayat‫ل َّه‬59,
An-Nissa ‫ ال‬allah ‫يا َأي ه ا ال َِّذي ن آم ن و ا َأ‬
‫ِطي ع و ا‬berfirman ُّ
baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang
tidak, yang berpotensi memengaruhi posisi
keuangan bank syariah, pada intinya resiko inheren
ُ َ َ ُ َ َ َ َ ini dapat membantu sebuah bank atau lembaga
‫رسو وُألو ا ْأَلمرِ ِنأ ُك ۖ َفإِن ت َن ا ز عت م ِ ف‬ ‫ال َّ َل‬ keuangan dalam menyeimbangkan kelangsungan
‫أ‬ ‫م م‬
‫ِ ََ أ‬ ‫أ‬
‫َّرسأووالل إن ُأت ُكن‬ ‫َيُشء ف ََُّردوه لإ‬
kinerja sistem sebuah bank atau lembanga
‫م‬ ‫أ‬ ‫َ ال ل ه‬
keuangan. Dalam hal ini ِ terdapat beberapa
‫ت ُ أ أِؤ من ُنو‬ َ
َ
‫وَأحسن‬ ُ َ ِ ‫ِ َّ ِ أ ُ ُِ لأ‬ indikator atau parameter penting yang berkaitan
dengan risiko kepatuhan18 dintarnya ialah:
‫أ‬
‫بال ل ه وال أي و م ا ر ِخ ۖ ذََٰل ِ َك خي ر‬
َ ‫َ أ َ أ‬ َ َ a. Jenis dan signifikasi pelanggakaran yang
dilakukan
˚ ‫أ‬ ‫َتأأ ِوي‬ Resiko inheren yang berkaitan dengan jenis dan
‫ًل‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah syariah. Tidak hanya itu di jelaskan pula pada QS.
dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara Al-muminum: 8 yang sama bunyinya dengan QS.
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat Al-Ma’arij: 32, Allah berfirman:

‫َ وال َِّذي َن ُ ه أم ِْ َلَما ن َا ِِِت أم َ وَع أهد ِ ِه أم‬


tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) ‫َراع ُو َن‬
dan lebih baik akibatnya. (QS.An-nissa:59)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa allah tidak
hanya memerintahkan untuk taat kepada-NYA dan
kepada Rasullul tetapi juga harus taat kepada setiap
pemimpin yang di dunia baikdalam pemimpin
negara maupun dalam pemimpin di sebuah
lemabaga kita harus taat dan patuh atas peraturan
atau ketentuan apa yang telah di tetapkan di dalam
sebuah lembaga terutama di lembaga keuangan

5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
signifikasi pelanggaran yang dilakukan pada
bank dapat dilihat dari jumlah sanksi denda
kewajiban membayar yang dikenakan kepada
bank syariah dari otoritas. Selain itu juga dilihat
dari jenis pelanggaran atau ketidakpatuhan yang
dilakukan oleh Bank syariah. Cangkupan
pelanggaran ini merupakan pelanggaran
terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen
kepada Bank Indonesia, termasuk sanksi yang
dikenakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh
bank syariah, agar bank dapat bekerja sesuai
dengan ketentuan atau peraturan-peraturan yang
telah di tetapkan.
b. Frekuansi pelanggaran atau rekam jejak
Pada frekuensi pelanggaran yang dilakukan oleh
bank syariah atau rekam jejak kepatuhan bank
syariah dalam penentuannya dapat dilihat dari
jenisan frekuensi yang sama yang ditemukan
pada setiap tahunnya dalam tiga tahun terakhir
dan juga signifikasi tindak lanjut bank
syariah

18
Bambang Rianto, “Manajemen Risiko Perbankan
Sya- riah di indonesia” 234

5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
atas temuan tersebut. Frekuensi ini bersifat perusahaan, untuk mendukung penerapan
historis dengan melihat tren kepatuhan bank
syariah selama tiga tahun terakhir untuk
mengetahui jenis penggaran apakah yang
dilakukan berulang ataukah memang atas
kesalahan tersebut tidak dilakukan perbaikan
signifikan oleh bank syariah. Oleh karena itu
sangat penting sekali suatu perbankan untuk
melakukan rekam jejak agar jika terjadi sesuatu
mudah untuk di analisa.
c. Pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi
keuangan tertentu
Pada resiko inheren yang berkaitan dengan
pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi
keuangan tertentu. Pada bank syariah dapat
dilihat dari frekuensi pelanggaran atas ketentuan
pada transaksi keuangan tertentu, karena
dikhawatirkan tidak sesuai dengan standar yang
berlaku pada umum. Maka dari itu bank harus
ada frekuensi pelanggaran dalam transaksi
keuangan. Sebagai contoh adalah pelanggaran
terhadap UCP, ISDA, ICC, ataupun pada standar
lainnya yang berlaku secara umum pada sektor
keuangan .
IV. TELAAH/KRITIK TERHADAP
FENOMENA PENERAPAN
MANAJEMEN RISIKO
Penerapan pada manajemen risiko, khususnya
pada manajemen risiko kepatuhan di lembaga
keuangan syariah atau bank syariah setidaknya
mencakup hal-hal sebagai berikut.
A. Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi, dan
DPS.
Bank syariah wajib melakukan penerapan
manajemen risiko melalui pengawasan aktif dewan
komisaris, direksi, dan DPS dalam penanganan
risiko kepatuhan. Selain itu, dewan komisaris,
direksi, dan DPS harus juga memahami risiko
kepatuhan yang dihadapi dan memberikan arahan
yang jelas, agar suatu saat jika terjadi pelanggaran
dapat di indefikasi secara jelas, selain itu juga
dengan melakukan pengawasan, dan mitigasi secara
aktif serta mengembangkan budaya manajemen
risiko di bank syariah. Dewan komisaris dan direksi
harus memastikan struktur organisasi memadai,
menetapkan tugas, dan tanggung jawab yang jelas
pada masing-masing unit serta memastikan
kecukupan kuantitas dan kualitas sumber daya
insani (SDI) yang merupakan salah satu faktor
yang sangat penting bahkan tidak dapat
dilepaskan dari sebuah kegiatan baik Lembaga
keuangan syariah maupun dalam sebuah

5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni 19
manajemen risiko efektif juga merupakan kunci Bambang, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
yang menentukan perkembangan pada sebuah Indonesia”, 235.
lembaga syaiah. Sesuai dengan regulasi berikut ini,
ada hal-hal spesifik yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan pengawasan aktif dewan komisaris,
direksi, dan DPS yang mencakup hal-hal sebagai
berikut.
1. Kewenangan dan tanggung jawab dewan
komisaris dan direksi serta DPS (Dewan
Pengawas Syariah)
a. Dewan komisaris dan direksi harus
memastikan bahwa manajemen risiko
untuk risiko kepatuhan dilakukan secara
terintegrasi dengan manajemen risiko
lainnya yang dapat berdampak pada profil
risiko kepatuhan bank syariah. Dengan
begitu akan adanya kontroling dengan
jelas.
b. Dewan komisaris dan direksi harus
memastikan bahwa setiap permasalahan
kepatuhan yang timbul dapat diselesaikan
secara efektif oleh satuan kerja terkait dan
dilakukan monitoring atas tindakan
perbaikan oleh satuan kerja kepatuhan
untuk menghidari adanya ketidak
efektifan sehingga akan berdampak pada
semuanya.
c. Direktur yang membawahi fungsi
kepatuhan memiliki peranan penting
dalam manajemen risiko untuk risiko
kepatuhan dengan tanggung jawab
sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
berlaku mengenai pelaksanaan fungsi
kepatuhan bank umum,19 antara lain
sebagai berikut.
1) Merumuskan strategi guna mendorong
terciptanya budaya kepatuhan. Dengan
adanya strategi untuk memudahkan
dalam menyusun budaya kepatuhan
dengan memperhatikan tingkat risiko
yang akan diambil dan toleransi risiko
yang ditetapkan, serta menghitung
dampak risiko terhadap kecukupan
permodalan
2) Mengusulkan kebijakan kepatuhan atau
prinsip-prinsip kepatuhan yang akan
ditetapkan oleh direksi. Jadi semua
berpendapat mengenai kebijakan apa
saja yang akan tetapkan.
3) Menetapkan sistem dan prosedur
kepatuhan yang akan digunakan untuk
menyusun ketentuan dan pedoman

5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
internal bank syariah. Dengan adanya terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah.
sistem diharapkan seua dapat me- Dalam pengevaluasian ini semua terlibat
laksanakan sesuai dengan prosedur ke- dalam pengawasan syariah karena
patuhan yang telah ditetapkan. penerapan manajemen risiko adalah
4) Memastikan bahwa seluruh kebijakan, tanggung jawab semua pihak, tak
ketentuan, sistem, dan prosedur serta terkecuali Dewan Komisaris dan Direksi.
kegiatan usaha yang dilakukan bank Oleh karena Karena itu Dewan Komisaris
syariah telah sesuai dengan peraturan dan Direksi bertanggung jawab terhadap
perundang-undangan yang berlaku. efektivitas penerapan manajemen risiko.
Dengan begitu dapat meminimalkan 2. Sumber daya insani
risiko kepatuhan bank syariah, dan juga Pejabat dan staf di satuan kerja kepatuhan
diberlakukannya kontroling atau dilarang untuk ditempatkan pada posisi ketika
penecekan bertahap. harus menghadapi konflik kepentingan dalam
5) Melakukan tindakan pencegahan agar melaksanakan tanggung jawab fungsi
kebijakan dan atau keputusan yang kepatuhan20 karena dikhawatirkan jika terjadi
diambil direksi bank syariah atau sesuatu akan lepas dari tanggung jawab maka
pemimpin kantor cabang bank syariah dari itu pejabat dan staf tidak di tetapkan pada
asing tidak menyimpang dari ketentuan posis untuk menghadapi konflik kepentingan.
otoritas dan peraturan perundang- Karena Pejabat dan staff yang ditempatkan
undangan yang berlaku. Jika terlihat pada masing-masing satuan kerja tersebut
akan adanya penyimpangan maka harus memiliki pemahaman mengenai risiko yang
langsung melakukan tindakan melekat pada setiap produk dan aktivitas
pencegahan agar penyimpangan perusahaan, paham mengenai faktor-faktor
tersebut tidak semakin banyak risiko yang relevan dan kondisi pasar yang
6) Melakukan tugas-tugas lainnya yang mempengaruhi produk dan aktivitas
terkait dengan fungsi kepatuhan perusahaan, serta mampu mengestimasi
d. Direktur yang membawahi fungsi dampak dari perubahan faktor-faktor tersebut
kepatuhan harus independen dan terhadap kelangsungan usaha perusahaan.21
menyampaikan laporan pelaksanaan 3. Organisasi Manajemen Risiko Kepatuhan
tugasnya kepada otoritas sesuai dengan ke- Dalam mengelola Manajemen Risiko
tentuan yang berlaku mengenai Kepatuhan diperlukan adanya organisasi yang
pelaksanaan fungsi kepatuhan baik pada meliputi pada:
bank konvensional maupun bank syariah a. Bank syariah harus memiliki fungsi
dan ketentuan-ketentuan lain yang terkait. manajemen risiko untuk risiko kepatuhan
Dapat kita simpulkan bahwa memberikan yang memadai dengan wewenang dan
kebebasan dalam pelaporan tidak dibatasi tanggung jawab yang jelas untuk masing-
namun kebebasan disini tetap masing satuan atau unit kerja yang
memperhatikan ketentuan-ketentuanya melaksanakan fungsi manajemen risiko
e. Dewan Pengawas Syariah harus untuk risiko kepatuhan. Oleh karena itu
melakukan evaluasi (review) atas sangat penting bagi perbankan dalam
kebijakan manajemen risiko khususnya menerapkan wewenang dan tanggung
aspek kepatuhan yang terkait dengan jawab yang jelas kepada satuan unit kerja.
pemenuhan Prinsip Syariah. Dengan begitu b. Bank syariah harus memiliki satuan kerja
akan terlihat apa saja yang memang perlu kepatuhan yang independen yang memiliki
di perhatikan, tidak hanya pada pelaksanaa tugas, kewenangan, dan tanggung jawab
kegiatan kebijakan saja dan memberikan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
arahan perbaikan atas pelaksanaan
kebijakan manajemen risiko secara 20
Bambang, “Manajemen Risiko Perbankan syariah di
berkala. Indonesia”, 236.
f. Dewan Pengawas Syariah harus 21
Fakhruroji Hasan, “Peran Dewan Komisaris dan Direksi
mengevaluasi pertanggungjawaban direksi Dalam Manajemen Risiko”, diaksen dari website, (https://
fakhrurrojihasan.wordpress.com/2016/02/03/peran-dewan-
atas pelaksanaan kebijakan manajemen komisaris-dan-direksi-dalam-manajemen-risiko/),pada tanggal
risiko khususnya aspek kepatuhan yang 29/1/2019.
5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
berlaku mengenai pelaksanan fungsi fungsi keputahan memilki banyak
kepatuhan bank umum yang mencakup tugas-tugas maka dari itu tugas-tugas itu
hal-hal sebagai berikut: harus di kerjakan.
1) Membuat langkah-langkah dalam B. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit.
rangka mendukung terciptanya budaya Bank syariah perlu menambahkan penerapan
kepatuhan pada seluruh kegiatan usaha beberapa hal untuk tiap aspek dalam melaksanakan
bank syariah pada setiap jenjang kebijakan, prosedur, dan penetapan limit untuk
organisasi. Pembuatan langkah-langkah risiko kepatuhan.22 Agar dapat menguatkan
ini cukup penting agar kebijakan ataupun prosedur yang telah ditetapkan,
semuanyaterstruktur dengan rapih. Selain melaksanakan aspek-aspek tersebut, bank
2) Memiliki program kerja tertulis dan syariah atau lembaga keuangan syariah menerapkan
melakukan identifikasi, pengukuran, langkah-langkah dalam penerapan aspek pada tiap-
monitoring, dan pengendalian terkait tiap kebijakan diantara tiap-tiap kebijkannya ialah
dengan manajemen risiko untuk risiko sebagai berikut:
kepatuhan. Ini bertujuan agar program a. Strategi manajemen risiko
kerja dapat terlaksana dengan baik Strategi manajemen risiko untuk risiko
sehingga risiko kepatuhan dapat kepatuhan merupakan bagian integral yang
terkendali. tidak terpisahkan dari strategi manajemen
3) Menilai dan mengevaluasi secara risiko bank syariah secara keseluruhan.
efektifivitas, kecukupan, dan kesesuaian
Karena strategi ini merupakan langkah awal
kebijakan, sistem, dan prosedur yang
agar dapat menimimalisir terjadinya sebuah
dimiliki bank dengan peraturan
risiko pada bank terutama pada risiko
perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karerna itu mengevaluasi dan kepatuhan.
b. tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi
menilai secara efektivitas diperlukan
pada sebuah perrbankan untuk risiko
mengetahui sebera besar kebijakan- Pada dasarnya bank syariah harus mematuhi
kebijan atau peraturan perundang- peraturan perundang-undangan yang berlaku,
undagan di laksanakan. baik tulisan maupun jiwa (spirit) dari
4) Melakukan pengkajian ulang ketentuan tersebut.23 Dengan begitu seseorang
merekomendasikan pemutakhiran dan tidak akan berani ketika akan berniat untuk
penyempurnaan kebijakan, ketentuan, malnggar ketentuan perundang-undangan
sistem, maupun prosedur yang dimiliki yang telah di tetapkan. Hal ini menyebabkan
oleh bank syariah agar sesuai dengan bank syariah seharusnya tidak memiliki
ketentuan otoritas dan peraturan toleransi sama sekali atas risiko kepatuhan
perundang-undangan yang berlaku dan mengambil langkah-langkah secara cepat
sebelum di tetapkan atau disahkan dan tepat dalam menangani risiko ini apabila
kebijakan tersebut. Pengkajian ulang ini terjadi.
sangat penting dilakukan jika tidak me- c. Kebijakan dan prosedur
lalui proses pengkajian ulang Kebijakan dan prosedur didalamnya meliputi:
dikhawatirkan ada kebijakan-kebijakan a. Bank syariah wajib memiliki rencana kerja
yang tidak sesuai. kepatuhan yang memadai. Dengan adanya
5) Melakukan upaya-upaya untuk rencana kerja maka semuanya akan terarah
memastikan bahwa kebijakan, dengan baik.
ketentuan, sistem, dan prosedur serta b. Bank syariah harus memastikan efektivitas
kegiatan usaha bank syariah telah sesuai penerapan manajemen risiko untuk risiko
dengan ketentuan otoritas dan peraturan kepatuhan, dengan begitu penerapan
perundang-undangan yang berlaku, manajemen risiko tersebut lebih terkonsep
dengan begitu ketentuan peraturan dengan baik, terutama dalam rangka
perundang-undangan dapat 22
Bambang, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
dilaksanakan atau dapat ditetapkan. Indonesia”, 236.
6) Melakukan tugas-tugas lainnya yang 23
Bambang, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
terkait dengan fungsi kepatuhan. Karena Indonesia”, 237.

5
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
penyusunan kebijakan dan prosedur telah Secara spesifik bank syariah perlu menambahkan
sesuai dengan standar yang berlaku secara penerapan beberapa hal dalam melakukan
umum, ketentuan, dan atau peraturan penerapan manajemen risiko melalui proses
perundang-undangan yang berlaku, antara identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
lain yang berkaitan dengan: pengendalian risiko serta SIM atau biasa disebut
1) ketepatan penetapan limit, pada sistem informasi manajemen pada risiko yang
penetapan Limit harus terkait dengan merupakan bagian dari sistem informasi manajemen
risiko, artinya penggunaan limit yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai
mencerminkan risiko yang diambil dengan kebutuhan Bank, dalam rangka penerapan
bank. Limit juga harus memberikan manajemen risiko yang efektif. Dengan begitu ada
ruang cukup bagi unit bisnis dalam beberapa hal yang perlu dilakukan oleh perbankan
melakukan aktivitas dan memanfaatkan dalam tiap proses yang dimaksud ialah sebagai
peluang-peluang yang tersedia tanpa berikut.
terlalu terikat secara kaku oleh sistem 1. Identifikasi risiko kepatuhan Bank syariah
limit. harus melakukan identifikasi dan analisis
2) kebijakan untuk mengecualikan terlebih dahulu agar dapat diperhatikan secara
pelaksanaan transaksi yang melampaui detail terhadap beberapa faktor yang dapat
limit, maka dari itu tidak boleh meningkatkan eksposur, yang merupakan
melampaui limit yang telah ditetapkan, resiko timbul dari sumber daya internal
namun jika melampaui limit maka harus seperti para pekerja atau berasal dari sumber
mendapat perhatian pada Satuan Kerja daya eksternal risiko kepatuhan, seperti:
Manajemen Risiko, Komite Manajemen a. jenis dan kompleksitas kegiatan usaha
Risiko dan Direksi. bank syariah, termasuk produk dan
3) penerapan kebijakan pengecekan aktivitas baru. Oleh karena itu perlu
kepatuhan melalui prosedur secara adanya pembaruan-pembaruan dalam
berkala dalam artian pengecekan kegiatan usaha bank syariah agar lebih
dilakukan secara bertahap. berinovasi.
4) ketepatan waktu mengomunikasikan b. jumlah (volume) dan materialitas
kebijakan kepada seluruh pegawai pada ketidakpatuhan bank syariah terhadap
setiap jenjang organisasi, karena akn kebijakan dan prosedur internal, peraturan
berpengaruh terhapad pelaporan perundang-undangan, dan ketentuan yang
berikutnya. berlaku serta praktik dan standar etika
5) kecukupan pengendalian terhadap bisnis yang sehat. Dalam hal ini dapat di
pengembangan produk baru, agar katakan bahwa adanya pengukuran yang
produk baru tersebut dapat berkembang dilakukan terhadap kebijakan dan prosedur
dengan baik. bank syariah.
2. Pengukuran risiko kepatuhan
6) kecukupan laporan dan sistem data
Bank syariah dapat menggunakan indikator
terutama dalam rangka pengendalian
atau parameter dalam Pengukuran risiko
terhadap akurasi, kelengkapan, dan
kepatuhan yang berupa jenis, signifikansi, dan
integritas data, data tersebut sangat
Frekuensi pelanggaran terhadap ketentuan
dibutuhkan oleh karena itu dalam pem-
yang berlaku atau rekam jejak kepatuhan
buatan data harus secar rinci dan jelas
bank syariah, perilaku yang mendasari
data dan bukti harus sesuai. pelanggaran, dan pelanggaran terhadap
d. Limit
standar yang berlaku secara umum.24
Penetapan limit untuk risiko kepatuhan Indikator tersebut dapat dijadikan sembagai
mengacu pada cakupan penerapan secara acuan dalam pengururan resiko kepatuhan
umum yang ditetapkan bank syariah. Maka pada bank syariah atau lembaga keuangan
dari itu setiap bank memiliki limit masing- bank syariah
masing tergantung kebutuhan bank tersebut. 3. Pemantauan risiko kepatuhan
C. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, Merupakan satuan atau unit kerja yang
dan pengendalian risiko serta sistem melaksanakan fungsi manajemen risiko untuk
informasi Manajemen Risiko Kepatuhan.
24
Bambang, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah”, 238.

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
risiko kepatuhan wajib untuk memantau dan a. eksposur risiko kepatuhan pada laporan
melaporkan risiko kepatuhan yang terjadi atau informasi eksposur risiko kepatuhan
kepada direksi bank syariah, baik sewaktu- yang mencakup pada eksposur kuantitatif
waktu pada saat terjadinya risiko kepatuhan yaitu nilai yang terkandung dan kualitatif
maupun secara berkala. Dengan ungkapan yang merupakan hasil dari secara
lain dapat dikatakan bahwa unit kerja yang keseluruhan.
melaksanakan fungsi Manajemen Risiko b. kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur
kepatuhan wajib untuk memantau dan serta penetapan limit dimana kebijakan
melaporkan risiko kepatuhan yang terjadi tersebut harus di patuhi dan dilaksan agar
kepada direksi Bank, baik sewaktu-waktu
dapat mengurangi tingkat risiko kepatuhan
pada saat terjadinya risiko kepatuhan maupun
di sebuah bank.
secara berkala. Suatu bank dapat membuat
c. realisasi pelaksanaan manajemen risiko
laporan hasil pemantauan risiko kepatuhan
aspek risiko kepatuhan dibandingkan
setiap bulan dan disampaikan kepada pim-
dengan target yang ditetapkan, dengan
pinan unit kerja terkait dan direktur
adanya perbandingan tersebut agar dapat
kepatuhan untuk dapat ditindaklanjuti dengan
diukur secara nyata tingkap pelaksanaan
baik.25 Dapat disimpulkan bahwa pemantaun
disini merupakan pemantauan terhadap manajemen risiko kepatuhan pada sebuah
fungsi-fungsi kepatuhan risiko pada perb- bank syariah.
ankan syariah. V. TELAAH/KRITIK TERHADAP FENOMENA
4. Pengendalian risiko kepatuhan SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
Bank syariah harus memastikan-dalam hal Sistem pengendalian intern merupakan suatu
bank syariah memiliki kantor cabang di luar perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan
negeri bahwa bank syariah memiliki tingkat semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan
kepatuhan yang memadai terhadap peraturan yang digunakan di dalam sebuah perusahaan atau di
perundang-undangan yang berlaku di negara dalam lembaga keuangan syariah dengan tujuan
di mana kantor cabang bank syariah berada. untuk menjaga keamanan harta milik perbankan,
Dengan begitu bank harus memastikan bahwa memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
bank memiliki tingkat kepatuhan yang mendorong efisiensi, dan membantu mendorong
memadai terhadap peraturan perundang- dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah
undangan yang berlaku di sebuah negara ditetapkan.26
dimana kantor cabang bank tersebut berada. Bank syariah perlu memiliki sistem
5. Sistem informasi Manajemen Risiko pengendalian internal dalam melakukan penerapan
Kepatuhan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan yang
Pelaksanaan sistem informasi manajemen bertujuan untuk memastikan tingkat responsif bank
risiko kepatuhan merupakan bagian dari syariah terhadap penyimpangan standar yang
sistem informasi manajemen yang harus berlaku secara umum, seperti ketentuan, atau
dimiliki pada sebuah perbank dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.27
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di Adapun tujuan dari sistem pengendalian internal
suatu bank dalam rangka penerapan meliputi:
manajemen risiko yang efektif. Pada sistem a. Menjaga kekayaan organisasi. karena
informasi manajemen risiko bank digunakan kekayaan ini bukan kekayaan pribadi akan
untuk mendukung pada pelaksanaan proses tetapi kekayan semua yang terlibat di
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan dalamnya.
pengendalian risiko. Sistem informasi b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data
manajemen risiko aspek risiko kepatuhan akuntansi. Jika tidak diteliti dikhawatirkan
setidaknya mencakup laporan atau informasi akan ada kesalahan dalam pembuatnya.
mengenai:
26
Kurniawan Budi Raharjo, “Pemahaman SPI”, di akses
25
dari website (https:// kurniawanbudi04.wordpress.com /2013
Tatang Turhanum, “Resiko Kepatuhan (Compliance )”, /01/14/pemahaman-spi-sistem-pengendalian-intern/),pada
di akses dari website, (http://gubuktatang.blogspot.com tanggal 31/1/2019.
/2016/05/makalah-resiko-kepatuhan compliance. html), pada 27
Bambang Rianto, “Manajemen Risiko Perbankan Sya-
tanggal 31/1/2019. riah di Indonesia” 238.

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
c. Mendorong efisiensi. Bertujuan untuk dan biaya audit. Dengan begitu semunya akan
mempermudah atau meminimalisir terhadap berjalan sesuai yang telah ditetapkan.
pengendalian internal Lingkungan Pengendalian Adalah kondisi
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan lingkungan organisasi yang sehat untuk mendukung
manajemen.jika tidak ada dorongan yang kuat penerapan Sistem Pengendalian Internal,28 yang
kebijkan ini tidak akan dipatuhi. komponennya terdiri dari:
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem a. Integritas dan nilai-nilai etika yang tertanam
pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu: dalam budaya organisasi, yang harus tetap
a. Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive dijaga.
Controls) b. Komitmen terhadap kompetensi, dan juga
Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk harus menjaga komitmen itu agar dapat
mencegah terjadinya inefisiensi yang dipercaya
tujuannya adalah untuk menjaga kekayaan c. Peran dan pengaruh dewan komisaris serta
perusahaan dan memeriksa keakuratan data komite audit juga terlibat dalam peran serta
akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi pengendalian inten.
dan tanggung jawab antar unit organisasi. Hal d. Filosofi manajemen dan gaya operasi
ini sangat diperlukan karena mengantisipasi organisasi, dengan adanya filosofi manajemen
terjadinya kesalahan-kesalahan pada dapan menjadikan sebuah perbandingan
perbankan. terhadap manajemen terdahulu dan
b. Pengendalian Intern Administratif (Feedback manajemen saat ini yang dilaksanakan.
Controls). e. Struktur organisasi yang mampu memberikan
Pengendalian Administratif dibuat untuk kejelasan wewenang dan tanggung jawab
mendorong dilakukannya efisiensi dan dengan baik, ini sangat enting sekali dalam
mendorong dipatuhinya kebijakkan kejelasan pada struktur organisasi.
manajemen yang berlaku dan dikerjakan f. Budaya dan aturan yang sehat dalam
setelah adanya pengendalian akuntansi, mekanisme penetapan otoritas dan
Contoh: pemeriksaan laporan untuk mencari tanggungjawab, hal ini harus sangat
penyimpangan yang ada, untuk kemudian diperhatikan karena saat ini kebanyakan
diambil tindakan. Karena pengendalian orang sudah tidak sehat dalam melaksanakan
administrasi juga sangat penting seperti hal- aturan yang berlaku.
nya pengendalian intern akuntasi yang harus g. Kebijakan dan praktik yang sehat di bidang
melauli proses pengecekan atau pemeriksaan. sumber daya manusia. Dengan begitu
Selain itu juga sistem pengendalian internal kebijakan tersebut akan terlaksana dengan
mempunyai peran, peran tersebut meliputi: baik tidak akan ada kendala.
a. Membantu manajemen dalam mengendalikan Dalam sistem pengendalian internal juga ada
dan memastikan keberhasilan kegiatan pengaruh faktor-faktor eksteren organisasi meliputi
organisasi. Karena dalam menegendalikan pada Prosedur Pmahaman sistem pengenalan, Pada
sebuah organisasi dibutuhkanya saling Pemahaman sistem pengenalan ini mencakup pada
kerjasama antar satu pihak degan pihak lain. memahami lingkungan pengendalian, Memahami
b. Menciptakan pengawasan melekat, menutupi disain kebijakan-kebijakan dan prosedur pada
kelemahan dan keterbatasan personel, serta masing-masing komponen sistem pengendalian
mengurangi kemungkinan terjadinya internal dan mengevaluasi penerapan kebijakan
kesalahan dan kecurangan. Menutupi disini dan prosedur. Mengevaluasi merupakan sangat
dalam artian bukan untik melakukan suatu penting dalam segala hal terutama dalam
kebohongan akan tetapi untuk meminimalisir manajemen evaluasi ini harus dilaksanakan karena
tingakn kemungkinan-kemungkinan yang untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan
akan terjadi. itu tercapai. Pemahaman tersebut dapat dilakukan
c. Membantu auditor dalam menentukan ukuran dengan cara:
sampel dan pendekatan audit yang akan
diterapkan pada perbankan.
d. Membantu auditor dalam memastikan 28
Kurniawan, “pemahaman SPI”, di akses dari website
efektifitas audit, dengan keterbatasan waktu (https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/pemaha
man-spi-sistem-pengendalian-intern/),pada tanggal 29/1/2019.

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
a. Review atau mengulang pengalaman dengan membatasi aktivitas transaksi hanya pada
klien dalam penugasan audit sebelumnya. orang-orang yang terpilih jadi tidak pada
b. Wawancara dengan manajemen, staff, serta sebarang orang. Otorisasi juga mencegah
personel pelaksana.
terjadinya penyelewengan transaksi kepada
c. Inspeksi dokumen dan catatan. Inspeksi disini
merupakan sebuah tindakan untuk melihat orang lain.
sesuatu yang dekat guna untuk mempelajari 2) Pembagian tugas.
sesuatu hal secara lebih lanjut dan untuk Pembagian tugas ini sangat penting untuk
menemuan berbagai masalah yang ada. memisahkan fungsi operasi dan
d. Observasi aktivitas dan operasi perusahaan. penyimpanan dari fungsi akuntansi
Diberlakukannya observasi dan operasi (pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh
tersebut untuk melihat atau memantau melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
aktivitas apa saja yang terjadi ada perusahaan Dengan pemisahakn fungsi operasi dan pe-
atau pada lembaga keuangan. nyimpanan dari fungsi pencatatan
Pada sistem pengendalian internal juga terdapat diharapkan catatan akuntansi yang
elemen-elemen,29 elemen-elemen tersebut meliputi: disiapkan dapat mencerminkan transaksi
a. Lingkungan Pengendalian
yang sesungguhnya terjadi pada fungsi
Lingkungan Pengendalian dari suatu
operasi dan fungsi penyimpanan dan tidak
organisasi menekankan pada berbagai macam
faktor yang secara bersamaan mempengaruhi ada unsru yang tidak jelas. Jika semua
kebijakan dan prosedur pengendalian. fungsi disatukan, akan membuka
b. Sistem Akuntansi kemungkinan terjadinya pencatatan
Sistem akuntansi ini tidak hanya digunakan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi,
untuk menghasilkan laporan keuangan saja, sehingga informasi akuntansi yang
tetapi juga menghasilkan pengendalian dihasilkan tidak dapat dipercaya
manajemen. Agar semua pengeluaran dan kebenarannya, dan sebagai akibatnya
pemasukan terdata dengan rapih. kekayaan organisasi tidak terjamin
c. Prosedur Pengendalian keamanannya.
Prosedur pengendalian merupakan kebijakan
3) Pembuatan dan penggunaan dokumen dan
dan aturan mengenai kelakuan karyawan
catatan yang memadai.
yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan
Prosedur harus mencakup perancangan dan
pengendalian manajemen dapat tercapai.
penggunaan dokumen dan catatan yang
Secara umum prosedur pengendalian yang
memadai untuk membantu meyakinkan
baik terdiri dari:
adanya pencatatan transaksi dan kejadian
1) Penggunaan wewenang secara tepat untuk
secara memadai. Selanjutnya dokumen dan
melakukan suatu kegiatan atau transaksi.
catatan yang memadai akan menghasilkan
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya
informasi yang teliti dan dapat dipercaya
terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan
yang memiliki wewenang untuk
biaya suatu organisasi, biasanya dilakukan
menyetujui terjadinya transaksi tersebut.
berdampingan dengan penggunaan
Oleh karena itu dalam organisasi harus di-
wewenang secara tepat. Kegiatan ini me-
buat sistem yang mengatur pembagian
rupakan kegiatan umum dimana tidak
atas wewenang untuk otorisasi agar
hanya di perbankan saja namun di
terlaksananya setiap transaksi yang
kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan
dijalani. Dengan adanya pembagian
dengan sebuah manajemen akan me-
wewenang ini akan mempermudah jika
lakukan hal yang sama seperti keterangan
akan dilakukan audit trail, karena otorisasi
di atas.
4) Keamanan yang memadai terhadap aset
29
Kurniawan, “Pemahaman SPI”, di akses dari website dan catatan pada perbankan.
(https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/pemaha
man-spi-sistem-pengendalian-intern/),pada tanggal 31/1/2019.

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
Keamanan yang memadai meliputi Manajemen dapat menggunakan informasi
pembatasan pada akses ke tempat jenis ini untuk menilai standar eksternal.
penyimpanan aset dan catatan perusahaan Hukum, peristiwa dan kondisi yang
untuk menghindari terjadinya pencurian berpengaruh pada pengambilan keputusan dan
aset dan data-data informasi perusahaan. pelaporan eksternal.
Keamanan memang sangat di butuhkan
sekali terutama dalam kemanan yang VI. TELAAH/KRITIK TERHADAP
mencakup data-data penting karena data FENOMENA KASUS RESIKO
KEPATUHAN
tersebut merupakan kunci
keberlangsungannya sebuah bank. Fenomena kasus resiko kepatuhan ini kita
5) Pengecekan independen terhadap kinerja. contohkan pada bank Syariah Rania yang memiliki
Semua catatan mengenai aktiva yang ada gross income atau biasa disebut penghasilan kotor
harus dibandingkan (dicek) secara periodik yang belum di potong oleh pajak dan laian-lain
dengan aktiva yang ada secara fisik. sebesar artinya penghasilan kotor pada bank rania
Pengecekkan ini harus dilakukan oleh syariah adalah Rp5 miliar. Bank syariah ini
suatu unit organisasi yang independen menerapkan model internal. Komite Manajemen
(selain unit fungsi penyimpanan, unit Risiko telah menetapkan loss given event (LGE)
fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan) yaitu perkiraan kerugian yang akan diderita oleh
untuk menjaga objektivitas pemeriksaan. bank sebagai akibat terjadinya default30 sebesar
Jadi harus ada pengecekan secara berkala 15%. Kebijakan exposure indicator ditetapkan
agar data dengan fakta itu sesuai dan seperti yang terlihat pada Tabel 11.2
akurat.
d. Penilaian Resiko (Risk Assesment) Tabel 11.2
Semua organisasi memiliki risiko, dalam Risiko, Nominal, dan Dasar Exposure Indicator
kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada
dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang Dasar
Bentuk Resiko Nominal Exposure
berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit) Indicator
maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di Ketikamampuan memenuhi 2M Maksimum
identifikasi dapat di analisis dan evaluasi ketentuan GWM denda BI
sehingga dapat di perkirakan intensitas dan Ketidakmampuan memenuhi 2M Maksimum
ketentuan KPMM denda BI
tindakan yang dapat meminimalkannya dan
Ketidakmampuan memenuhi 2M Maksimum
jika memang risiko itu terjadi kita ketentuan KAP dan PPAP denda BI
mengendalikannya dengan baik sehingga
Ketidakmampuan memenuhi 2M Maksimum
mencegah risiko-risiko berikutnya. ketentuan BMPK denda BI
e. Informasi dan komunikasi Ketidakmampuan memenuhi 2M Maksimum
Informasi dan komunikasi merupakan ketentuan PDN denda BI
elemen-elemen yang penting dari Ketidakmampuan memenuhi 2M Maksimum
ketentuan RKAT denda BI
pengendalian intern perusahaan. Informasi
Ketidakmampuan memenuhi 2M Maksimum
tentang lingkungan pengendalian, penilaian ketentuan LDR denda BI
risiko, prosedur pengendalian dan monitoring Ketidakmampuan memenuhi 2M Maksimum
diperlukan oleh manajemen Winnebago ketentuan lain BI denda BI
pedoman operasional dan menjamin ketaatan Ketidakpatuhan unit opera- 2M Gross
dengan pelaporan hukum dan peraturan- sional terhadap kebijakan ma- Income
najemen
peraturan yang berlaku pada perusahaan,
karena sebuah masalahpun bisa timbul dari
Exposure indicator adalah nilai atau volume dari
sebuah informasi yang tidak akurat dan
suatu aktivitas tertentu yang mewakili volume atau
komunikasi yang tidak sejalan. Informasi juga
diperlukan dari pihak luar perusahaan. 30
Ratni,”istilah dalam menejemen risiko”, diakses dari
website, (http://ratni itp.staff.ipb.ac.id//2012/06/06/istilah-

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
dalam-manajemen-resiko/), pada tanggal 28/1/2019.

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
nilai keseluruhan aktivitas operasional bank syariah Exposure Expec
dan nilai ini diperoleh pada akhir hari pengukuran N Risiko Proba LGE Indiator ted
risiko kepatuhan. o. bilitas (juta) Loss
(ribu)
Besaran probabilitas risiko kepatuhan biasanya uan memenuhi
didefinisikan sebagai berikut. dan 0.05 0,15 2.000 15
melaksanakan
BMPK
Tabel 11.3 4. Ketidakmamp
Probabilitas Risiko Kepatuhan uan memenuhi
dan 0.05 0,15 2.000 15
Peluang Pesentase melaksanakan
PDN
Sangat Rendah < 1,25% 5 Ketidakmamp
Rendah 1,25-2,5% uan
Sedang 2,5-10% memenuihi 0.05 0,15 2.000 15
dan
Tinggi 10-20% melaksanakan
Sangat Tinggi > 20% RKAT
6 Ketidakmamp
uan memenuhi
Jadi pada probabilitas risiko bank syariah
dan 0.05 0,15 2.000 15
bermacam-macam peluang dari peuang sangat melaksanakan
rendah hingga sangat rendah tergantung pada GWM
kondisi suatu bank dan juga presntase tersebut 7 Ketidakmamp
uan memenuhi
tergantung peluang yang di terima oleh bank dan 0.05 0,15 2.000 15
tersebut. melaksanakan
Probabilitas risiko Bank Syariah Rania ditetapkan LDR
8 Ketidak
0,05. Hitunglah expected loss-nya dan total risiko mampuan
kepatuhannya? memenuhi dan
Jawab: Expected 055 adalah perkalian average melaksanakan 0.05 0,15 2.000 15
ketentuan BI
probability atau resiko konsumen dengan perkiraan 9 Ketidakpatu-
kerugian atau biasa di sebut LGE dan nilai pada han unit ope-r-
suatu aktifitas atau biasa di perbankan disebut asional ter- 0.05 0,15 2.000 15
hadap ke-
dengan exposure indicator. Pada kasuss tersebut bijakan
Expected ditetapkan seperti yang terlihat pada manajemen
Tabel 11.4. berikut ini. Jumlah 135.000.000
Risiko kepatuhan Dibagi 9 15.000.000
Risiko kepatuhan 15.00 Dibagi 5 miliar 0,3%
Tabel 11.4
0.000 9
Penentuan risiko kepatuhan Bank Rania Gross Income 5.000.000.000

Exposure Expec Dapat ditarik kesimpulan dari tabel diatas bahwa


N Risiko Proba LGE Indiator ted risiko kepatuhan Bank Syariah pada bank syariah
o. bilitas (juta) Loss
(ribu) Rania sebesar Rp 15.000.000 atau jika kita dirubah
1 Ketidakmamp kedalam bentuk prsentase ada sekitar 0,30% dari
uan memenuhi pendapatan kotor yang diterima oleh bank syariah
dan 0.05 0.15 2.000 15
melaksanakan raniya. Pendapatan kotor disini senilai Rp
KPMM 5.000.000.000. Dengan demikian, risiko kepatuhan
2 Ketidakmamp yang terjadi pada Bank Syariah Rania dapat
uan memenuhi
dan 0.05 0,15 2.000 15 dikategorikan sangat rendah (low) Karena tidak
melaksanakan mencapai 1,25%
KAP dan Dengan demikian Kriteria risiko pada bank
PPAP
3. Ketidakmamp syariah ditampilkan sebagai berikut.

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
Tabel 11.5 ketidakmampuan suatu bank syariah untuk
KriteriaRisiko Kepatuhan memenuhi dan melaksanakan aturan supervisor
tentang ketentuan perundang-undangan yang
Kriteria predikat Predikat berlaku diantaranya tertera pada ketentuan yang
Di bawah atau meliputi: KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal
sama dengan Low Sangat rendah Minimum), KAP (Kantor Akuntan Publik), LDR
2,5 % dari gross
(Loan to Deposit Ratio), PPAP (Penyisihan
income
Di antara, 2,5% Low to Moderate Rendah
Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan
dari gross income Rakyat), BMPK (Batas Maksimum Pemberian
Di antar 5% - Kredit), PDN (Posisi Devisa Neto), RKAT
7,5% dari gross Moderate Cukup Tinggi (Rencana Kerja Anggaran Tahunan), GWM (Giro
income Wajib Minimum). Selain itu manajemen kepatuhan
Di antara 7,5% Moderate to High Tinggi meliki fungsi ialah serangkaian tindakan publik
dari gross income ini.atau langkah-langkah yang bersifat ex-ante
Di atas 10% dari High Sangat Tinggi (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan,
gross income ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan
usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai
Pemeringkatan tersebut sesuai Peraturan Bank dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
Indonesia (PBI) Nomor 13/23/ PBI/2011 tanggal 2 perundang-undangan yang berlaku, termasuk sesuai
November 2011 tentang Penerapan Manajemen dengan Prinsip Syariah (bagi Bank Umum Syariah
Risiko Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit dan Unit Usaha Syariah), serta memastikan
Usaha Syariah (UUS) Pasal 10 Ayat (d) bahwa kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha oleh Bank kepada Bank Indonesia dan otoritas
Syariah (UUS) harus menetapkan peringkat risiko pengawas lain yang berwenang.
karena pada penetapan penilaian peringkat risiko di Dalam manajemen risiko kepatuhan di suatu
bank syariah merupakan dasar bagi bank untuk perbankan tidak akan pernah lepas dengan risiko
mengkategorikan peringkat risiko bank. Peringkat inheren maka dari itu terdapat beberapa indikator
risiko ini dapat bagi menjadi beberopa kategorikan atau parameter penting yang berkaitan dengan
diantaranya ialah, low, low to moderate, moderate risiko kepatuhan dantarnya: Jenis dan signifikasi
moderate to high, dan yang terakhir yaitu high. pelanggakaran yang dilakukan, Frekuansi
Selain melakukan penilaian tersebut, bank pelanggaran atau rekam jejak, Pelanggaran terhadap
biasanya juga menentukan limit risiko kepatuhan, ketentuan atas transaksi keuangan tertentu.
Untuk penentuan limit risiko kepatuhan, besaran Bank syariah wajib melakukan penerapan
nilai dapat ditetapkan maksimal 10 kali jumlah manajemen risiko melalui pengawasan aktif dewan
modal yang dialokasikan untuk risiko kepatuhan. komisaris, direksi, dan DPS dalam penanganan
Dengan begitu Besaran 10 kali ini dapat digunakan risiko kepatuhan, selanjutnya bank syariah perlu
untuk menyesuaikan dengan formula profil risiko menambahkan penerapan beberapa hal untuk tiap
yang menetapkan bahwa profil risiko tinggi adalah aspek dalam melaksanakan kebijakan, prosedur,
representasi dari kondisi nilai risiko kepatuhan dan penetapan limit untuk risiko kepatuhan. Agar
lebih bersar sekitar 10% dari maksimum nilai dapat menguatkan kebijakan ataupun prosedur yang
kerugian yang mungkin saja timbul jika bentuk- telah ditetapkan pada pelaksanakan aspek-aspek
bentuk risiko kepatuhan terjadi pada bank tersebut. tersebut, bank syariah harus menerapkan langkah-
langkah pada aspek setiap kebijakan. Adanya, lalu
VII. KESIMPULAN
dalam penerapan manajemen risiko harus adanya
Menejemen risiko kepatuhan merupakan sebuah Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
risiko bank baik bank konvensional ataupun syariah pengendalian risiko serta sistem informasi
karena tidak melakukan atau tidak patuh terhadap Manajemen Risiko Kepatuhan.
peraturan perundang-undangan atau ketentuan- Bank syariah perlu memiliki sistem pengendalian
ketentuan bahkan prinsip-prinsip syariah yang telah internal dalam melakukan penerapan manajemen
di tetapkan, dengan adanya manajemen risiko ini risiko untuk risiko kepatuhan yang bertujuan untuk
dapat mengatasi atau mengantisipasi terjadinya memastikan tingkat responsif bank syariah terhadap
risiko tersebut. Bentuk risiko ini di antaranya penyimpangan standar yang berlaku secara umum,
seperti ketentuan, atau peraturan perundang-
6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
undangan yang berlaku. Pada Pemahaman sistem membuat jurnal ini, terimakasih kepada pihak
pengenalan ini mencakup pada memahami kampus yang telah menyediakan tempat dan juga
lingkungan pengendalian, Memahami disain fasilitas lain untuk saya mengerjakan tugas jurnal
kebijakan-kebijakan dan prosedur pada masing- ini, semoga allah selalu memberikan keberkahan
masing komponen sistem pengen¬dalian internal
dalam hidup kita semua dan menjadikan kita semua
dan mengevaluasi penerapan kebijakan dan
tergolong kedalam orang-orang yang bertaqwa yang
prosedur. tidak hanya itu di dalam pengendalian
allah jaminkan untuk masuk syurga, aamiin.
intern juga elemen-elemen yang meliputi;
lingkungan Pengendalian, istem Akuntansi, REFERENSI
prosedur Pengendalian, penilaian resiko (Risk
.
Assesment), Informasi dan komunikasi, pada
[1] Rustam Rianto Bambang, Manajemen Risiko
elemen tersebut yang terpenting ialah elemen pada
perbankan syariah di Indonesia,Jakarta,
informasi dan komunikasi karena itu merupa suatu
Salemba Empat, 2013, 234.
hal penting di sebuah lembaga baik lembaga
[2] Indonesia Bankir Ikatan , Memahami Bisnis
keuangan.
Syariah, Jakarta, PT Granmedia Pustaka
Dalam studi kasus yang terdapat pada fenomena Utama, 362.
ke 6 dapat kita tarik kesimpula bahwa pada bank
[3] Ristawan Donis, Kewajiban Penyediaan Modal
syariah rania tersebut tingan resiko kepatuhan yang
Minimum (KPMM) bagi Bank Umum, diakes
d diterima masuk kedalam kategori sangat rendah
dari web http://managing-people-for
karena ketika di eriksa atau di hitung hasil yang
improvement.blogspot.com/2013/
keluar ialah sekitar 0,30 % itu artinya kurang dari
06/kewajiban-penyediaan-modal-minimum-
batas mnimul sejumlah 1,25% , bisa dikatakan bank
kpmm.html, pada tanggal 5/1/2019.
rania sudah mulai melakan pedoman manajemen
[4] Bebas Ensiklopedia Wikipedia, Kantor akuntan
resiko kepatuhan ini sesuai dengan yang seharusnya
publik, diakses dari web
perbankan lakukan yatu seperti ank harus
https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_
melakukan identifikasi dan analisis terhadap
akuntan_publik, pada tanggal 5/1/2019.
beberapa faktor yang dapat meningkatkan eksposur
[5] Widiantara Arlan, pengertian Loan to Deposit
risiko kepatuhan dan berpengaruh secara kuantitatif
Ratio, diakses dari web http://arlan-widiantara-
kepada rugi laba dan permodalan Bank, Bank harus
blogspot.com/ 2013/ 04/pengertian-loan-to-
memastikan efektivitas penerapan manajemen
deposit-ratio-ldr.html, pada tanggal 5/1/2019.
risikokepatuhan. Dan juga dalam alur proses
[6] Bebas Ensiklopedia Wikipedia, Penyisihan
manajemen resiko kepatuhan harus menerapkan
Penghapusan Aktiva Produktif, diakses dari
beberapa alur diantaranya yaitu: alur proses
web https://id.wikipedia.org/wiki/Penyisi-
manajem risiko kepatuhan, pengukuran risiko
han_Penghapusan_Aktiva_Produktif, pada
kepatuhan, pemantauan risiko kepatuhan,
tanggal 5/1/2019.
pengendalian resiko kepatuhan, sistem informasi
[7] Indonesia Bank, Perbankan, diakses dari web
manajemen risiko kepatuhan, dan sistem
https:// www.bi.go.id/id/
pengendalian internal.
peraturan/perbankan/Pages/pbi_111309.aspx,
UCAPAN TERIMA KASIH pada tanggal 5/1/2019
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan [8] Ismail Purna, Posisi Devisa Neto, diakses dari
web http://
kehadirat allah SWT yang tiada hentinya
deipoonx.blogspot.com/2012/06/posisi-devisa-
memberika nikmat yang begitu banyak kepada kita
neto-pdn.html, pada tanggal 5/1/2019.
semua, terimakasih kepada orang tua yang selalu [9] Zinsari, Rahasia Membuat Rencana Kerja
mensuport selalu mendukung dan mendoakan untuk Tahunan Bank Perkreditan Rakyat, diakses dari
kelancaran menempuh pendidikan ini, terimakasih web https:// zinsari.wordpress.com/2013/10/24/
kepada bapak Jalaludin.S.E., ME. yang telah rahasia-membuat-rencana-kerja-tahunan-bank-
membantu dan mengajarkan serta membimbing perkreditan-rakyat/, pada tanggal 1/5/2019.
kami dalam pengeditan ini merupakan ilmu yang [10] Keuangan Jasa Otoritas, Giro Wajib Minimum:
sangat bermanfaat sekali untuk saya pribadi, Instrumen Moneter Untuk Atur Uang Bereda,
terimakasih teman-teman semua yang selalu saling diakses dari web https://sikapi-
mendukung dan membantu dalam kelancaran

6
EKSISBANK Vol. 3 No. 1 Juni
uangmu.ojk.go.id/ FrontEnd/ CMS/ Article dewan-komisaris-dan-direksi-dalam-
/333, pada tanggal 5/1/2019. manajemen-risiko/, pada tanggal 29/1/2019
[11] Turhanum Tatang, Resiko Kepatuhan, [13] Ratni, Istilah Dalam Menejemen Risiko,
http://gubuk- diakses dari web,
tatang.blogspot.com/2016/05/makalah-resiko- http://ratni_itp.staff.ipb.ac.id/2012/06/06/istilah
kepatuhan-compliance.html?m=1, pada tanggal -dalam-manajemen-resiko/, pada tanggal
28/12/2018. 28/1/2019.
[12] Hasan Fakhruroji, Peran Dewan Komisaris dan [14] Raharjo Budi Kurniawan, Pemahaman SPI, di
Direksi Dalam Manajemen Risiko, diakses dari akses dari website https://
web, https://fakhrur-roji- kurniawanbudi04.wordpress.com /2013
hasan.wordpress.com/2016/02/03/peran- /01/14/pemahaman-spi-sistem-pengendalian-
intern/, pada tanggal 31/1/2019.

Anda mungkin juga menyukai