Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH
Dosen Pengampu : Ayuk Wahdanfiari Adibah, S.E.Sy., M.H.

Disusun Oleh Kelompok 08 :

Hesti Ovi Wulandari ( 126401202102 )


Bahrul Anam ( 126401203108 )
Riza Husna Silfiyya ( 126401203125 )
Ichwan Nanda Herwyna ( 126401203132 )

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan merupakan salah satu sektor
bisnis yang menerapkan manajemen risiko mengingat kegiatan yang dilakukan oleh bank
memiliki risiko yang tinggi. Risiko perbankan dapat mengancam kelangsungan hidup bank,
maka dari itu, bank wajib menerapkan manajemen risiko perbankan secara efektif. Manajemen
risiko perbankan merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk mengendalikan risiko
sehingga dapat meminimalisir kerugian

Implementasi manajemen risiko pada bank di Indonesia diarahkan sejalan dengan


standar baru secara global yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS)
dengan konsep permodalan baru dimana kerangka perhitungan modal lebih sensitif terhadap
risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas manajemen
risiko di bank atau yang lebih disebut dengan Basel II (penyempurnaan dari Basel I),
sebagaimana diadopsi oleh Bank Indonesia melalui peraturan Nomor 5/8/PBI/2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum agar perbankan Indonesia dapat beroperasi
secara lebih berhati-hati dan penerapannya disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran
dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank dalam hal keuangan, infrastruktur pendukung
maupun sumber daya manusia. Dengan ketentuan ini, bank diharapkan mampu melaksanakan
seluruh aktivitasnya secara terintegrasi dalam suatu sistem pengelolaan risiko yang akurat dan
komprehensif. Bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan return.
Secara spesifik, risiko-risiko yang akan dihadapi oleh perbankan syariah dalam kegiatannya
yaitu meliputi risiko likuiditas (liquidity risk), nisiko pembiayaan/kredit (credit risk), risiko
hukum (legal nsk), nisiko pasar (market risk), nisiko operasional (operational risk), risikop
reputasi (reputation risk), risiko kepatuhan (compliance risk), dan risiko modal (capital risk).
Perbankan syariah tidak akan berhadapan dengan risiko tingkat suku bunga secara langsung.
karena bank syariah tidak menggunakan instrumen bunga dalam operasionalnya Berdasarkan
pengertian dan unsur yang terkandung didalamnya, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut salah satunya yaitu tentang “Manajemen Risiko Kepatuhan”.
2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Manajemen Risiko Kepatuhan?
2. Bagaimana penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan?
3. Bagaimana penilaian risiko inheren untuk Risiko Kepatuhan?
4. Bagaimana kualitas penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Manajemen Risiko Kepatuhan
2. Mengetahui bagaimana penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan penjualan.
3. Mengetahui bagaimana penilaian risiko inheren untuk Risiko Kepatuhan
4. Mengetahui kualitas penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manajemen Risiko Kepatuhan


Dikutip dari Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 oktober 2011, risiko
kepatuhan adalah risiko yang terjadi akibat bank syariah tidak mematuhi dan atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan ketentuan yang berlaku serta tidak
melaksanakan prinsip syariah, oleh karena itu, dari pengertian tersebut dapat dinyatakan
bahwa sumber terjadinya risiko kepatuhan adalah terjadinya pelanggaran terhadap
peraturan perundangan dan atau prinsip syariah. Sementara itu, manajemen risiko
kepatuhan berarti kemampuan bank syariah mengelola risiko kepatuhan, sehingga berbagi
indikator pelaksanaan terhadap perundangan dapat terpenuhi dan implementasi prinsip
syariah dalam bisnis perbankan dapat berjalan dengan baik.

Risiko kepatuhan bertujuan untuk menentukan tingkat dan kecenderungan risiko


kepatuhan (PBI no. 5/8/PBI/2003). tidak hanya itu risiko juga memiliki fungsi, fungsi
kepatuhan tersebut ialah serangkaian tindakan publik ini.atau langkah-langkah yang
bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan
prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk sesuai dengan
Prinsip Syariah (bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah), serta memastikan
kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia dan
otoritas pengawas lain yang berwenang

Risiko kepatuhan ini dapat bersumber dari perilaku hukum, berupa perilaku
aktivitas bank yang menyimpang atau melanggar dari ketentuan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku, 4 dan Perilaku organisasi, berupa perilaku atau aktivitas bank
yang menyimpang atau bertentangan dengan standar yang berlaku secara umum. 5 Bentuk
risiko ini di antaranya ketidakmampuan suatu bank syariah untuk memenuhi dan
melaksanakan aturan supervisor tentang ketentuan perundang-undangan yang berlaku
diantaranya tertera pada ketentuan:

a. KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum), merupakan ketentunan


untuk mengembalikan kondisi permodalan bank sesuai dengan standart
internasional sebagaimana keadaan sebelum terjadi krisis perbankan. Dengan

4
begitu ketika bank mengalami kerugian atau hal-hal yang membuat bank itu harus
tutup dapat mengantisipasinya ada cadangan modal yang telah di siapkan
sebelumnya
b. KAP (Kantor Akuntan Publik), merupakan sebuah badan usaha berfungsi sebagai
tempat akuntan publik dalam menjalannkan tugasnya. Semua bank, lembaga
keuangan atau kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan transaksi atau
perputan uang maka harus melakukan pelaporan dan semuanya akan tergabung di
kantor akuntan
c. LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan ketentuan dalam penentu rasio keuangan
perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas atau bank
tersebut tidak memenuhi supervisor lainnya.
d. PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat),
merupakan upaya kebijaksanaan atas risiko kerugian kredit yang timbul akibat
kolektibilitas yang merupakan klasifikasi status pembayaran angsuran atau
pinjaman beserta bunganya dalam artian nyata
e. BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) , merupakan persentase maksimal
realisasi penyediaan dana terhadap modal BPR yang mencakup kredit dan
penempatan dana BPR di bank lain, kecuali giro.
f. PDN (Posisi Devisa Neto), kententuan selisih bersih antara Aktiva dan Pasiva
dalam neraca (on balance sheet.)
g. RKAT (Rencana Kerja Anggaran Tahunan), pada RKAT ini bagaimana
memilih strategi yang tepat. Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) bisa dikatakan sebagai strategi yang tepat dalam hal ini. Karena untuk
mengukur, melihat dan juga sebagai bahan evaluasi sejauh mana kekuatan yang
dimiliki pada sebuah lembaga, apa saja peluang untuk mengembangkan lembaga
tersebut, apa yang menjadi kelemahan hingga menjadi sebuah ancaman untul
lembaga itu semua harus diperhatikan karena menyangkut keberlangsungan sebuah
lembaga,
h. GWM (Giro Wajib Minimum) merupakan dana atau simpanan minimum yang
harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro yang ditempatkan di
Bank Indonesia. 13 Besaran pada GWM ini titetapkan oleh bank sentaral sebesar
presentase tertentu sesuai dari dana pihak ketiga dan biasanya GWM ini ditetapkan
dalam bentuk giro pada bank sentral.

5
2.2. Profil Risiko Kepatuhan
Bank melakukan identifikasi dan analisis terhadap beberapa faktor yang dapat
meningkatkan eksposur risiko kepatuhan dan berpengaruh secara kuantitatif kepada rugi
laba dan permo dalan bank, seperti:

1. Aktivitas usaha bank, yaitu jenis dan kompleksitas usaha bank, termasuk
produk dan aktivitas baru.
2. Ketidakpatuhan bank, yaitu jumlah (volume) dan materialitas
ketidakpatuhan bank terhadap kebijakan dan prosedur internal, peraturan
perundangundangan dan ketentuan yang berlaku, praktik dan standar etika
bisnis yang sehat.
3. Litigasi, yaitu jumlah dan materialitas dari tuntutan litigasi dan keluhan
nasabah.

2.3. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan


Pengelolaan manajemen risiko kepatuhan melalui proses penerapan manajemen
risiko. Dalam pengelolaan manajemen risiko kepatuhan, bank terlebih dahulu harus
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan eksposur kredit. Bank harus
mengukur risiko kepatuhan menggunakan indikator/parameter berupa jenis, signifikansi
dan frekuensi pelanggaran terhadap ketentuan atau standar yang berlaku. Setelah itu, bank
juga wajib me-monitoring dan mengendalikan risiko kepatuhan dengan memastikan
bahwa bank memiliki tingkat kepatuhan yang memadai terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Penerapan pada manajemen risiko, khususnya pada manajemen risiko kepatuhan


di lembaga keuangan syariah atau bank syariah setidaknya mencakup hal-hal sebagai
berikut :

A. Pengawas Aktif Dewan Komisaris,Direksi,dan DPS


Dalam melakukan pengawas Bank Syariah wajib melakukan penerapan
manajemen resiko melalui pengawasan aktif dewan komisaris,direksi,dan DPS
dalam penanganan risiko kepatuhan. Selain itu, dewan komisaris, direksi, dan DPS
juga harus memahami resiko kepatuhan yang memberikan arahan yang jelas supaya

6
ketika terjadi pelanggaran dapat di indetifikasi secara jelas. Selain itu dengan
melakukan pengawasan dan mitigasi secara aktif serta mengembangkan budaya
manajemen risiko di bank syariah. Dewan komisaris dan direksi harus memastikan
struktur organisasi memadai, menetapkan tugas, dan tanggung jawab yang jelas pada
masing-masing unit serta memastikan kecukupan kuantitas dan kualitas sumber daya
insani (SDI) yang merupakan salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak
dapat dilepaskan dari sebuah kegiatan baik Lembaga keuangan syariah maupun
dalam sebuah perusahaan.
B. Kebijakan,prosedur,dan penetapan limit
Bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal untuk tiap aspek
dalam melaksanakan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit untuk risiko
kepatuhan. Agar dapat menguatkan kebijakan ataupun prosedur yang telah
ditetapkan, Selain melaksanakan aspek-aspek tersebut, bank syariah atau lembaga
keuangan syariah menerapkan langkah-langkah dalam penerapan aspek pada
tiaptiap kebijakan diantara tiap-tiap kebijkannya ialah sebagai berikut:
a. Strategi manajemen risiko Strategi manajemen risiko untuk risiko kepatuhan
merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari strategi manajemen
risiko bank syariah secara keseluruhan. Karena strategi ini merupakan
langkah awal agar dapat menimimalisir terjadinya sebuah risiko pada bank
terutama pada risiko kepatuhan.
b. Tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko Pada dasarnya bank
syariah harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik
tulisan maupun jiwa (spirit) dari ketentuan tersebut. Dengan begitu seseorang
tidak akan berani ketika akan berniat untuk melanggar ketentuan perundang-
undangan yang telah di tetapkan. Hal ini menyebabkan bank syariah
seharusnya tidak memiliki toleransi sama sekali atas risiko kepatuhan dan
mengambil langkah-langkah secara cepat dan tepat dalam menangani risiko
ini apabila terjadi.
c. Kebijakan dan prosedur Kebijakan dan prosedur didalamnya meliputi:
1. Bank syariah wajib memiliki rencana kerja kepatuhan yang memadai.
Dengan adanya rencana kerja maka semuanya akan terarah dengan baik.
2. Bank syariah harus memastikan efektivitas penerapan manajemen risiko
untuk risiko kepatuhan, dengan begitu penerapan manajemen risiko
tersebut lebih terkonsep dengan baik, terutama dalam rangka penyusunan
7
kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan standar yang berlaku secara
umum
C. Proses identifikasi,pengukuran,pemantauan dan pengendalian risiko serta
sistem informasi Manajemen Risiko Kepatuhan
Secara spesifik bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam
melakukan penerapan beberapa hal dalam melakukan penerapan manajemen risiko
melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko serta
SIM atau biasa disebut sistem informasi manajemen pada risiko yang merupakan
bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan Bank, dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif

Dengan begitu ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh perbankan dalam
tiap proses yang dimaksud ialah sebagai berikut :

1. Identifikasi risiko kepatuhan Bank syariah harus melakukan identifikasi dan


analisis terlebih dahulu agar dapat diperhatikan secara detail terhadap beberapa
faktor yang dapat meningkatkan eksposur, yang merupakan resiko timbul dari
sumber daya internal seperti para pekerja atau berasal dari sumber daya eksternal
risiko kepatuhan, seperti:
a. Jenis dan kompleksitas kegiatan usaha bank syariah, termasuk produk dan
aktivitas baru. Oleh karena itu perlu adanya pembaruan-pembaruan dalam
kegiatan usaha bank syariah agar lebih berinovasi.
b. Jumlah (volume) dan materialitas ketidakpatuhan bank syariah terhadap
kebijakan dan prosedur internal, peraturan perundang-undangan, dan
ketentuan yang berlaku serta praktik dan standar etika bisnis yang sehat.
Dalam hal ini dapat di katakan bahwa adanya pengukuran yang dilakukan
terhadap kebijakan dan prosedur bank syariah.
2. Pengukuran risiko kepatuhan
Bank syariah dapat menggunakan indikator atau parameter dalam Pengukuran
risiko kepatuhan yang berupa jenis, signifikansi, dan Frekuensi pelanggaran
terhadap ketentuan yang berlaku atau rekam jejak kepatuhan bank syariah,
perilaku yang mendasari pelanggaran, dan pelanggaran terhadap standar yang
berlaku secara umum. Indikator tersebut dapat dijadikan sembagai acuan dalam

8
pengururan resiko kepatuhan pada bank syariah atau lembaga keuangan bank
syariah.
a. Pemantauan risiko kepatuhan Merupakan satuan atau unit kerja yang
melaksanakan fungsi manajemen risiko untuk risiko kepatuhan wajib untuk
memantau dan melaporkan risiko kepatuhan yang terjadi kepada direksi bank
syariah, baik sewaktuwaktu pada saat terjadinya risiko kepatuhan maupun
secara berkala.
b. Pengendalian risiko kepatuhan Bank syariah harus memastikan-dalam hal
bank syariah memiliki kantor cabang di luar negeri bahwa bank syariah
memiliki tingkat kepatuhan yang memadai terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku di negara di mana kantor cabang bank syariah berada.
Dengan begitu bank harus memastikan bahwa bank memiliki tingkat
kepatuhan yang memadai terhadap peraturan perundangundangan yang
berlaku di sebuah negara dimana kantor cabang bank tersebut berada.
c. Sistem informasi Manajemen Risiko Kepatuhan Pelaksanaan sistem
informasi manajemen risiko kepatuhan merupakan bagian dari sistem
informasi manajemen yang harus dimiliki pada sebuah perbank dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di suatu bank dalam rangka
penerapan manajemen risiko yang efektif. Pada sistem informasi manajemen
risiko bank digunakan untuk mendukung pada pelaksanaan proses
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. Sistem
informasi manajemen risiko aspek risiko kepatuhan setidaknya mencakup
laporan atau informasi mengenai :
1. eksposur risiko kepatuhan pada laporan atau informasi eksposur risiko
kepatuhan yang mencakup pada eksposur kuantitatif yaitu nilai yang
terkandung dan kualitatif yang merupakan hasil dari secara keseluruhan.
2. kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur serta penetapan limit dimana
kebijakan tersebut harus di patuhi dan dilaksan agar dapat mengurangi
tingkat risiko kepatuhan di sebuah bank.
3. realisasi pelaksanaan manajemen risiko aspek risiko kepatuhan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan, dengan adanya
perbandingan tersebut agar dapat diukur secara nyata tingkap
pelaksanaan manajemen risiko kepatuhan pada sebuah bank syariah.

9
2.4. Penilaian Risiko Inheren Untuk Risiko Kepatuhan
Pada dasarnya Risiko inheren merupakan risiko yang melekat pada kegiatan bisnis
bank syariah, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi
memengaruhi posisi keuangan bank syariah, pada intinya resiko inheren ini dapat
membantu sebuah bank atau lembaga keuangan dalam menyeimbangkan kelangsungan
kinerja sistem sebuah bank atau lembanga keuangan. Penetapan tingkat risiko inheren atas
masing-masing jenis risiko mengacu pada prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan
Perusahaan. Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter
atau indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perusahaan menilai risiko
inheren untuk risiko kepatuhan dengan menggunakan parameter atau indikator risiko
inheren sebagaimana tercantum dalam tabel II.G.1 Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Tabel II.G.1: Parameter atau Indikator Penilaian Risiko Inheren untuk Risiko Kepatuhan
Parameter atau Indikator Keterangan
1. Jenis dan a. Jenis pelanggaran atau Cakupan pelanggaran
Signifikansi ketidakpatuhan yang merupakan pelanggaran
Pelanggaran dilakukan oleh Perusahaan terhadap ketentuan yang
yang b. Jumlah sanksi denda yang berlaku dan komitmen
Dilakukan dikenakan kepada Perusahaan kepada Otoritas Jasa
dari otoritas. Keuangan termasuk sanksi
c. Perilaku yang mendasari yang dikenakan atas
pelanggaran pelanggaran
d. Jenis pelanggaran atau yang dilakukan oleh
ketidakpatuhan atas penerapan Perusahaan. Pelanggaran
prinsip syariah yang dilakukan atau ketidakpatuhan atas
oleh bank baik berdasarkan penerapan prinsip syariah di
temuan DPS maupun otoritas. antaranya adalah
pelanggaran atas fatwa yang
diterbitkan oleh DSN
ataupun standar-standar
lainnya yang berlaku secara
umum pada sektor keuangan
syariah.

10
2. Frekuensi a. Jenis dan frekuensi Frekuensi lebih bersifat
pelanggaraan pelanggaran yang sama yang historis dengan melihat tren
(termasuk ditemukan setiap tahunnya kepatuhan Perusahaan
sanksi) dalam 3 (tiga) tahun terakhir. selama 3 (tiga) tahun
atau track b. Signifikansi temuan terakhir untuk mengetahui
record pelanggaran tersebut apakah jenis pelanggaran
kepatuhan yang dilakukan berulang
Perusahaan ataukah
memang atas kesalahan
tersebut tidak dilakukan
perbaikan signifikan oleh
Perusahaan.

3. Pelanggaran Frekuensi pelanggaran atas ketentuan Sebagai contoh adalah


terhadap pada transaksi keuangan tertentu pelanggaran terhadap antara
ketentuan karena tidak sesuai dengan ketentuan lain: ketentuan perpajakan,
atau standar atau standar yang berlaku umum. standar akuntansi, kode etik,
bisnis ataupun
yang berlaku standar lainnya yang berlaku
umum secara umum pada sektor
keuangan.

4. Tindak lanjut Tindak lanjut atas pelanggaran Tindak lanjut atas


atas ketentuan termasuk pemenuhan atas pelanggaran ketentuan
pelanggaran rencana tindak (action plan) yang termasuk pemenuhan atas
disampaikan kepada OJK dan otoritas rencana tindak (action plan)
lainnya. yang disampaikan kepada
OJK dan otoritas lainnya.
Perusahaan menetapkan tingkat risiko inheren untuk risiko kepatuhan dalam 5 (lima)
peringkat, yaitu:
a. Peringkat 1 (rendah)

11
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Perusahaan, kemungkinan
kerugian yang dihadapi Perusahaan dari risiko kepatuhan tergolong sangat rendah
selama periode waktu tertentu pada masa datang. Contoh karakteristik Perusahaan yang
termasuk dalam peringkat 1 (rendah) antara lain sebagai berikut:
1. tidak terdapat pelanggaran ketentuan
2. rekam jejak kepatuhan Perusahaan selama ini sangat baik
3. Perusahaan telah menerapkan seluruh standar keuangan dan kode etik yang berlaku
4. tidak terdapat pelanggaran prinsip syariah atas operasional penyaluran pembiayaan
syariah dan aktivitas pendanaan Perusahaan.
b. Peringkat 2 (sedang rendah)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Perusahaan, kemungkinan
kerugian yang dihadapi Perusahaan pembiayaan dari risiko kepatuhan tergolong rendah
selama periode waktu tertentu pada masa datang. Contoh karakteristik Perusahaan yang
termasuk dalam peringkat 2 (sedang rendah) antara lain sebagai berikut:
1. terdapat pelanggaran ketentuan yang relatif minor dan dapat segera diperbaiki oleh
Perusahaan
2. rekam jejak kepatuhan Perusahaan selama ini baik
3. Perusahaan telah menerapkan hampir seluruh standar keuangan dan kode etik yang
berlaku
4. terdapat pelanggaran prinsip syariah yang relatif minor atas operasional penyaluran
pembiayaan syariah dan aktivitas pendanaan Perusahaan.
c. Peringkat 3 (sedang)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang Perusahaan, kemungkinan kerugian
yang dihadapi Perusahaan dari Risiko Kepatuhan tergolong cukup tinggi selama
periode waktu tertentu pada masa datang. Contoh karakteristik Perusahaan yang
termasuk dalam peringkat 3 (sedang) antara lain sebagai berikut:
1. terdapat pelanggaran ketentuan yang cukup signifikan dan membutuhkan perhatian
manajemen
2. rekam jejak kepatuhan Perusahaan selama ini cukup baik
3. terdapat pelanggaran minor pada standar keuangan dan kode etik yang berlaku
4. terdapat pelanggaran prinsip syariah yang cukup signifikan atas operasional
penyaluran pembiayaan syariah dan aktivitas pendanaan perusahaan
d. Peringkat 4 (sedang tinggi)

12
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Perusahaan, kemungkinan
kerugian yang dihadapi Perusahaan dari risiko kepatuhan tergolong tinggi selama
periode waktu tertentu pada masa datang. Contoh karakteristik Perusahaan yang
termasuk dalam peringkat 4 (sedang tinggi) antara lain sebagai berikut:
1. terdapat pelanggaran ketentuan yang signifikan dan membutuhkan tindakan
perbaikan segera
2. rekam jejak kepatuhan Perusahaan selama ini kurang baik
3. terdapat pelanggaran signifikan pada standar keuangan dan kode etik yang berlaku
4. terdapat pelanggaran prinsip syariah yang signifikan atas operasional penyaluran
pembiayaan syariah dan aktivitas pendanaan Perusahaan.
e. Peringkat 5 (tinggi)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Perusahaan, kemungkinan
kerugian yang dihadapi Perusahaan dari risiko kepatuhan tergolong sangat tinggi
selama periode waktu tertentu pada masa datang. Contoh karakteristik Perusahaan yang
termasuk dalam peringkat 5 (tinggi) antara lain sebagai berikut:
1. terdapat pelanggaran ketentuan yang sangat signifikan dan memerlukan perbaikan
segera
2. rekam jejak kepatuhan Perusahaan selama ini tidak baik
3. terdapat pelanggaran sangat signifikan pada standar keuangan dan kode etik yang
berlaku
4. terdapat pelanggaran prinsip syariah yang sangat signifikan atas operasional
penyaluran pembiayaan syariah dan aktivitas pendanaan Perusahaan.

2.5. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan


Penerapan manajemen resiko, Bank perlu mengendalikan risiko dimaksud
sehingga kualitas penerapan manajemen risiko di bank menjadi semakin meningkat.
Upaya peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko tidak hanya ditujukan bagi
kepentingan bank tetapi juga bagi kepentingan nasabah. Salah satu aspek penting
dalam melindungi kepentingan nasabah dan dalam rangka pengendalian risiko
adalah transparansi informasi terkait produk atau aktivitas Bank. Selain itu
peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko diharapkan akan mendukung
efektivitas kerangka pengawasan bank berbasis risiko yang dilakukan oleh Bank
Indonesia. penerapan manajemen resiko dapat meningkatkan share holder value,

13
memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank
dimasa mendatang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusanyang
sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi,yang digunakan sebagai dasar
pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank, serta menciptakan infrastruktur
manajemen resiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.

Manajemen Kepatuhan memberikan tugas kepada bank syariah agar usaha yang
dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-udangan dan juga dengan prinsip syariah.
Dengan adanya manajemen kepatuhan pada bank syariah, ada beberapa hal yang harus
dijalankan:

1. Memiliki satuan unit kerja disertai wewenang dan tugas yang jelas untuk
melaksanakan fungsi manajemen risiko kepatuhan
2. Bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal untuk tiap aspek dalam
melaksanakan kebijakan, prosedur.
3. Mengidentifikasi risiko kepatuhan.
4. Mengukur risiko kepatuhan.
5. Melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah atau strategi yang telah dilakukan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang terjadi akibat bank syariah tidak mematuhi dan
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan ketentuan yang berlaku serta tidak
melaksanakan prinsip syariah, oleh karena itu, dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa
sumber terjadinya risiko kepatuhan adalah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan
perundangan dan atau prinsip syariah. Sementara itu, manajemen risiko kepatuhan berarti
kemampuan bank syariah mengelola risiko kepatuhan, sehingga berbagi indikator pelaksanaan
terhadap perundangan dapat terpenuhi dan implementasi prinsip syariah dalam bisnis
perbankan dapat berjalan dengan baik.

Pengelolaan manajemen risiko kepatuhan melalui proses penerapan manajemen


risiko. Dalam pengelolaan manajemen risiko kepatuhan, bank terlebih dahulu harus
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan eksposur kredit. Bank harus
mengukur risiko kepatuhan menggunakan indikator/parameter berupa jenis, signifikansi dan
frekuensi pelanggaran terhadap ketentuan atau standar yang berlaku. Setelah itu, bank juga
wajib me-monitoring dan mengendalikan risiko kepatuhan dengan memastikan bahwa bank
memiliki tingkat kepatuhan yang memadai terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3.2. Saran
Semoga makalah “Manajemen Risiko Kepatuhan” ini dapat menambah wawasan
pembaca serta dapat dijadikan referensi pengetahuan bagi para pembaca, penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannya, kami ucapkan
terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Riduwan dan Gita Danu Pranata 2022. Manajemen Risiko Bank Syariah di Indonesia
Yogjakarta: UAD PRESS
Kartika Lisa. 2019. Penerapan manajemn risiko perbankan di indonesia Universita Negeri
Surabaya
Novita, Diana. 2019. Manajemen Risiko Kepatuhan Pada Perbankan Syariah. (STIE
Syariah Indonesia Purwakarta: EKSISBANK) Vol. 3 No. 1
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor /SEOJK.05/2019 Penilaian Tingkat Kesehatan
Perusahaan Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan Syariah. 2019. Jakarta.
Modul Sertifikasi Manajemen Risiko Tingkat II. Manajemen Risiko 2. Edisi 1. Jakarta
Pusat : PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.

16

Anda mungkin juga menyukai