Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Manajemen Risiko Perbankan

Seiring dengan semakin kompleksnya produk dan aktivitas perbankan semakin meningkat pula
risiko yang dihadapi perbankan sehingga diperlukan manajemen risiko yang memadai untuk itu
otoritas jasa keuangan mewajibkan adanya manajemen risiko yang sebagaimana diatur dalam
peraturan otoritas jasa keuangan POJK NOMOR 13/POJK.03/2015 tentang penerapan
manajemen risiko bagi perbankan

Manajemen resiko dalam perbankan seringkali masih menjadi persoalan mendasar dalam dunia
perbankan Indonesia maupun perbankan internasional, bahkan dalam konteks perbankan syariah
sekalipun.

Perbankan sekalipun memang kadang dipandang sebagai suatu bisnis yang aman, tetapi banyak
pula resiko yang mengancam sehingga segala resiko pun harus diolah dan dibuat segala
manajemen resiko yang terkait sehingga dapat mengurangi resiko perbankan yang ada.

Resiko yang dimaksudkan disini adalah resiko yang memang dapat menimbulkan kerugian di
masa yang akan datang, sehingga resiko yang bisa saja paling mengancam adalah resiko kredit
dimana akan diatasi dengan analisis kredit.

Sedangkan pada prakteknya sendiri, untuk menciptakan suatu pengawasan perbankan yang stabil
juga diperlukan beberapa faktor pendukung, antara lain infrastruktur yang baik, contohnya
adalah akuntan publik yang independen, peraturan perbankan yang memadai, penyelesaian
permasalahan perbankan dengan baik, dan banyak hal lain yang mempengaruhi

Risiko perbankan adalah risiko yang dialami sektor bisnis perbankan sebagai bentuk dari
berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang seperti keputusan penyaluran kredit,
penerbitan kartu kredit, valuta asing, dimana itu telah menimbulkan kerugian bagi perbankan
tersebut dalam bentuk finansial
Pentingnya manajemen resiko bisnis

Tujuan mengelola risiko perbankan tersebut agar bank mampu menkalkulasi eksposur risiko
yang melekat pada kegiatan usahanya sehingga bank dapat memperkirakan dampaknya terhadap
permodalan yang seharusnya dipelihara dalam rangka mendukung kegiatan usaha yang dimaksud

Mengapa manajemen risiko diperlukan oleh dunia perbankan?

1. Semakin seringnya terjadi kerugian pada lembaga keuangan


2. Banyak produk dan jasa yang mirip satu dengan lainnya
3. Perkembangan layanan dengan menggunakan teknologi sering berpengaruh pada sistem
layanan

Risiko dalam dunia perbankan

1. Penyaluran dana yang salah sasaran


2. Kinerja sdm yang buruk
3. Kondisi perekonomian makro yang buruk
4. Persaingan antar lembaga semakin ketat
5. Perkembangan teknologi

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnnya risiko perbankan

1. Kemampuan manajemen bank untuk memprediksi pergerakan suku bunga, perubahan


yang terjadi di pasar
2. Risk appetite dari pengelola bank itu sendiri apakah cenderung bersifat tinggi atau rendah

Apa yang harus dilakukan dalam menerapkan manajemen risiko? terdapat empat pilar
yang harus dilakukan dalam menerapkan manajemen risiko

1. Pengawasan direksi dan dewan komisaris


Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas efektivitas penerapan
Manajemen Risiko. Dewan Komisaris dan Direksi memberikan arahan, melakukan
pengawasan, mitigasi secara aktif dan efektif serta secara berkesinambungan
meningkatkan dan mengembangkan budaya manajemen risiko.
2. Kebijakan prosedur dan limit risiko
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Bank dituangkan dalam Kebijakan
Manajemen Risiko yang disetujui oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Kerangka
kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta limit risiko ditetapkan secara jelas
sejalan dengan visi, misi dan strategi bisnis Bank. Penyusunan kebijakan dan prosedur
Manajemen Risiko dilakukan dengan memperhatikan kompleksitas kegiatan usaha, profil
risiko dan tingkat risiko yang akan diambil serta peraturan otoritas dan/atau praktek
perbankan yang sehat.
Setiap tahun kebijakan pengelolaan risiko dituangkan dalam Rencana Bisnis
Bank (RBB) yang disusun sesuai dengan visi, misi, strategi bisnis, kecukupan
permodalan, kemampuan SDM dan risk appetite yang akan diambil. Kaji ulang terhadap
kebijakan, prosedur dan limit dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan
perkembangan/perubahan yang terjadi, baik internal maupun eksternal serta
memperhitungkan dampaknya terhadap permodalan terutama pemenuhan Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
3. Proses Manejemen Risiko dan Sistem Informasi Manajemen Risiko
Sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian dari Sistem Informasi
Manajemen (SIM) Bank dan merupakan pendukung penting dalam pelaksanaan proses
identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Sistem informasi
manajemen risiko menginformasikan seluruh eksposur risiko secara akurat, informatif
dan tepat waktu antara lain untuk portofolio, limit risiko dan konsentrrasi eksposur dan
laporan-laporan kepada Direksi.
4. Sistem pengendalian intern
Sistem pengendalian internal dilakukan secara menyeluruh dan berbasis risiko
yang melekat pada kegiatan usaha Bank. Implementasi pengelolaan risiko dijalankan
secara efektif pada seluruh Unit Kerja dengan menerapkan kebijakan three line of
defense. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal atas fungsi Manajemen Risiko
merupakan tanggung jawab bersama baik pada first, second maupun third line of defense.
Seluruh manajemen/unit kerja dan karyawan memiliki peran dan tanggung jawab untuk
menerapkan dan mematuhi serta meningkatkan sistem pengendalian internal.

Jenis-jenis risiko perbankan

1. Risiko kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko Kredit, sesuai dengan aktivitas bisnis Bank,
bersumber pada aktifitas pemberian kredit, kepemilikan instrumen keuangan, transaksi
antar Bank, serta kewajiban komitmen dan kontigensi, dimana sumber utama pendapatan
Bank bersumber dari aktivitas penyaluran kredit.
Penerapan Manajemen Risiko Kredit dilakukan mulai dari proses inisiasi
pemberian kredit, analisis, pembuatan keputusan, pencairan, penatausahaan dan
administrasi sampai dengan proses penanganan kredit bermasalah. Tujuannya adalah
agar risiko kredit yang timbul dapat dijaga dan dikendalikan dalam batas toleransi dan
kemampuan modal Bank serta mengoptimumkan tingkat recovery kredit bermasalah
sehingga kerugian yang timbul dapat diminimalkan.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar. Penerapan Manajemen Risiko pasar
meliputi Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar yang dapat berasal dari posisi trading book
maupun banking book. Cakupan posisi trading book dan banking book mengacu pada
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank.
Manajemen Risiko Likuiditas merupakan kemampuan manajemen bank dalam
menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya setiap saat, kewajiban
dimaksud termasuk penarikan yang tidak dapat diduga seperti commitment loan maupun
penarikan-penarikan tidak terduga lainnya.
4. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank, yang dapat bersumber
antara lain dari Sumber Daya Manusia (SDM), proses internal, sistem dan infrastruktur
serta kejadian eksternal.
Penerapan Manajemen Risiko operasional merupakan upaya untuk meminimalkan
dampak negatif dari tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem dan/atau terjadinya kejadian-kejadian eksternal yang dapat mempengaruhi
operasional Bank. Untuk mengendalikan risiko operasional, Bank senantiasa berupaya
menumbuhkan kesadaran risiko (risk awareness) setiap karyawan, meningkatkan kualitas
SDM dan tanggung jawab dalam setiap pelaksanaan operasional serta perbaikan
infrastruktur disesuaikan dengan kebutuhan dan kompleksitas usaha Bank.
5. Risiko Strategik
Risiko Strategik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengatisipasi perubahan
lingkungan bisnis. Risiko Strategik bersumber dari ketidaktepatan dalam perumusan
strategi, sistem informasi manajemen yang kurang memadai, hasil analisa lingkungan
internal dan eksternal yang kurang memadai, penetapan tujuan strategik yang terlalu
agresif, ketidaktepatan dalam implementasi stategi, dan kegagalan mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
6. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/ atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Risiko
kepatuhan bersumber dari perilaku hukum yakni perilaku/aktivitas Bank yang
menyimpang atau melanggar dari ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Penerapan manajemen risiko kepatuhan dilakukan untuk menjaga agar setiap
aktivitas Bank senantiasa patuh kepada peraturan perundang-undangan, ketentuan dan
standar yang berlaku umum. Secara rutin Bank telah melakukan sosialisasi peraturan-
peraturan keseluruh unit kerja terkait agar dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik
serta untuk menumbuhkan kesadaran karyawan akan pentingnya kepatuhan terhadap
ketentuan dan peraturan.

7. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
yuridis yang antara lain disebabkan ketiadaan dan/atau perubahan peraturan perudang-
undangan, kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak atau
pengikatan agunan yang tidak sempurna, dan proses litigasi.
Penerapan menajamen risiko hukum dilakukan untuk memitigasi kemungkinan
dampak negatif dari kelemahan yuridis, dan Bank telah melakukan review secara berkala
setiap kontrak dan perjanjian antara Bank dengan pihak lain serta menatausahakan dan
mengadministrasikan setiap kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko hukum selain
untuk menilai tingkat risiko hukum yang dihadapi Bank juga sebagai pembelajaran atas
setiap kasus hukum yang terjadi untuk mengantisipasi kemungkinan adanya tuntutan.
8. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku
kepetingan (stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank atas
aktivitas bisnis dijalankannya.
Penerapan manajemen risiko reputasi dilaksanakan dengan melakukan upaya
mencegah dan meminimalkan terjadinya kejadian-kejadian yang dapat menurunkan
reputasi Bank antara lain dengan menjaga kualitas produk dan layanan, menjaga etika
bisnis dalam pelaksanaan transaksi baik dengan nasabah maupun transaksi di pasar uang,
keterbukaan informasi, komunikasi rutin dengan pemangku kepentingan dan pelaksanaan
program Corporate Social Responsibility (CSR).

Anda mungkin juga menyukai