SYARIAH
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Hamida, S.E.Sy.,M.E.Sy
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Resiko Investasi bank Syariah.
Makalah ini dibuat dengan berbagai referensi buku dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar isi......................................................................................................................... ii
Bab I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 7
Daftar Pustaka............................................................................................................... 8
ii
Bab I
Pendahuluan
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola
semestinya. Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik yang dapat
diperkirakan (anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak
negatif pada pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari
namun dapat dikelola dan dikendalikan. Risiko ini haruslah dimanaj sedemikian rupa untuk
dapat diminimalisir potensi terjadinya.
Setiap perbankan bukan hanya di bank konvensional tapi juga di perbankan syariah akan
selalu berhadapan dengan berbagai macam risiko baik itu risiko eksternal maupun risiko internal
yang melekat pada perusahaan, risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari melaingkan bisa
dikelola dan dikendalikan sehingga tidak memberikan efek yang besar bagi perusahaan.
Seperti juga perbankan pada umumnya, maka bank syariah juga memerlukan prosedur
dan tata kelola yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha yang dilakukannya, yang disebut sebagai
manajemen risiko.
Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh
kegiatan usaha bank.
iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Agar pembaca dapat mengetahui karakter manajemen risiko dalam bank syariah
3. Agar pembaca dapat mengetahui jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-
bank yang beroperasi secara syariah. dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam
dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada apa
yang dinilai.[1] Adapun karakter manajemen risiko pada bank Islam adalah :
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai
risiko yang ada pada banl-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi risiko yang khas hanya
ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, keunikan bank
islam terletak pada enam hal:
b. Proses manajemen.
d. Teknologi.
e. Lingkunga eksternal.
f. Kerusakan.
2. Penilaian Risiko
Dalam penilaian risiko, keunikan bank islam terlihat pada hubungan antara probability
dan impact, atau yang biasa dikenal sebagai Qualitative Approach.
3. Antisipasi Risiko
1
a. Preventive. Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan DPS untuk
mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. di samping itu, bank islam juga
memerlukan opini bahkan fatwa DSN bila Bank Indonesia memandang persetujuan DPS belum
memadai atau berada di luar kewenangannya.
b. Detective. Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek
perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS.
c. Recovery. Koreksi atas suatu permasalahan dapat melibatkan Bank Indonesia untuk
aspek perbankan dan DSN untuk aspek syariah.
4. Monitoring Risiko
Aktivitas dalam bank Islam tidak hanya meliputi manajemen bank Islam, tetapi juga
melibatkan Dewan Pengawas Syariah.[2]
Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap awal bank syariah harus
secara tepat mengenal dan memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada
maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank. Selanjutnya, secara berturut-turut,
bank syariah perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. proses ini terus
berkesinambungan sehingga menjadi sebuah lifecycle.[3]
a. evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang
digunakan untuk mengukur risiko,
2
b. penyempurnaan terhadap system pengukuran risiko apabila terdapat perubahan
kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat material.
Tujuan Peraturan Bank Indonesia ini untuk mengakomodasi karakteristik kegiatan usaha
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang tidak sepenuhnya sama dengan
perbankan konvensional dan dalam rangka memenuhi amanah pasal 38 UU no. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
Penerapan manajemen risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan
bank umum syariah dan unit usaha syariah.[5]
Agar dapat menerapkan manajemen risiko di perbankan maka perlu diketahui jenis-jenis
risiko yang dihadapi oleh perbankan. Adapun jenis risiko yang wajib dikelola bank adalah:
Risiko kredit diartikan sebagai risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty) memenuhi kewajibannya atau risiko kerugian yang berhubungan dengan
3
kemungkinan bahwa suatu counterparty akan gagal untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya
ketika jatuh tempo.
Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan
(penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan; yang tercatat dalam
banking book maupun trading book.
Risiko yang muncul yang disebabkan oleh adanya pergerakan variable pasar (adverse
movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar
dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar
tersebut yaitu perubahan harga option.
Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional bank seperti kegiatan treasury
dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga
keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis), dan kegiatan pendanaan dan
penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem
eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional melekat pada setiap aktivitas
fungsional bank, seperti kegiatan perkreditan, treasury dan investasi, operasional dan jasa,
pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan
sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia.
Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang
telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:
a. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu
melakukan o_setting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang
tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption).
4
b. Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu
mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.
Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis
antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan
yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan
pengikatan agunan yang tidak sempurna.
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha bank atau persepsi negatif dari masyarakat terhadap bank.
Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang
tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank
terhadap perubahan eksternal.
Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam prakteknya risiko kepatuhan
melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan.[6]
Unsur lain yang berhubungan dengan perbankan adalah risiko modal (capital risk). Salah
satu fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap kerugian yang terjadi pada
bank. jumlah modal yang dibutuhkan untuk melindungi para penyimpan dana berhubungan
dengan kualitas dan risiko dari asset bank.
Risiko modal berkaitan dengan kualitas asset. Bank yang menggunakan sebagian besar
dananya untuk mendanai asset yang berisiko perlu perlu memiliki modal penyangga yang besar
5
untuk sandaran bila kinerja asset-aset itu tidak baik. tingkat modal itu juga penting untuk
menyangga risiko likuiditas.
Sumber-sumber risiko yang berkaitan dengan perbankan juga dapat dijumpai akibat
kehilangan karena pencurian, perampokan, penipuan dan kecurangan. Sehubungan dengan itu
manaajemen harus mengasuransikan beberapa jenis risiko tertentu guna menerapkan system
pengawasan untuk melindungi kerugian-kerugian tersebut.[7]
6
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Risiko adalah suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat
menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya.
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-
bank yang beroperasi secara syariah. Adapun karakter manajemen risiko pada bank Islam
adalah : Identifikasi Risiko, Penilaian Risiko, Antisipasi Risiko dan Monitoring Risiko.
Selain karakter yang terdapat pada manajemen risiko, terdapat pula jenis-jenis risiko,
diantaranya adalah : Risiko Kredit atau Pembiayaan, Risiko Pasar (Market Risk), Risiko
Operasional (Operational Risk), Risiko Likuiditas (Liquidity Risk), Risiko Hukum (Legal Risk),
Risiko Reputasi (Reputation Risk), Risiko Strategik (Strategic Risk), Risiko Kepatuhan
(Compliance Risk), Risiko Modal (Capital Risk).
7
Daftar Pustaka
A. Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet. 3. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006.
http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/381-
penerapanmanajemenrisikobagibankumumsyariahdanunitusahasyariah
Khan, Tariqullah. Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syari’ah (terj.) Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Edisi Revisi, Cet. Kedua. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2011.
Rivai, Veithzal. dkk, Bank and Financial Institution (terj). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2007.
www.ifsb.org
[1]Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet. 3, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006)
[2] Ibid,
[3] Ibid,
[4] Ibid,
[5] http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/381-
penerapanmanajemenrisikobagibankumumsyariahdanunitusahasyariah. 03 Mei 2012
[6] Veithzal Rivai dkk, Bank and Financial Institution,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007)
[7] Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Edisi Revisi, Cet. Kedua, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2011)
[8] Komite Basel (The Basel Committee) untuk pengawasan perbankan dicetuskan pada tahun
1974 yang diprakarsai oleh para gubernur Bank Sentral. Basel adalah sebuah kota di Swiss
8
tempat para gubernur bank sentral tersebut berkumpul. kesepakatan basel telah menjadi tolak
ukur bagi bank sentral seluruh dunia dalam merancang regulasi MANAJEMEN RISIKO
PERBANKAN yang berlaku di Negara masing-masing termasuk Indonesia.
[10] Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syari’ah (terj.),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
[11] Ibid.