Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“NILAI-NILAI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA”

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Perilaku Organisasi


PBS F
Semester 6

Disusun Oleh :
1. Cindra (18 0402 0192)
2. Asdita (18 0402 0223)
3. Nurul Fadila Fadli (18 0402 0197)
4. Aidil Wahyuddin (18 0402 0209)
5. Nurpaisah (18 0402 0216)

Dosen Pembimbing : Ahmad Syawal M.M

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2020/2021
KATA PENGANTAR

‫بِ ۡس ِم ه‬
ِ ‫ٱَّللِ ٱلر ۡهح َٰم ِن ٱلر‬
‫هحي ِم‬

Assalamualaikum. wr.wb

Puji syukur kita hanturkan kepada Allah Swt. Semoga kita semua selalu
dalam lindungan-Nya, dan selalu diberi hidayah oleh Allah Swt. Tak lupa pula
kita panjatkan shalawat seerta salam kepada junjungan Nabi besar kita Nabi
Muhammad Saw. Melalui makalah yang berjudul “Nilai-Nilai Manusia”
semoga kita dapat memetik ilmu dan bermanfaat bagi kita semua.

Dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan beberapa sumber


diantaranya buku dan artikel, oleh sebab itu jika pembaca menmukan kesalahan
dalam penulisan bahasa, kami selaku penulis memihon maaf, karena kami
masih dalam tahap pembelajaran

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah yang berjudul“Nilai-Nilai


Manusia” dapat diterima oleh kalangan akademisi dan umum.Sekian dan
terima kasih.

Wassalamualaikum.wr. wb

Palopo, 7 April 2021

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................... 1
C. Manfaat Dan Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN............................................................................................ 2
A. Pengertian Nilai dan Kepribadian............................................................................. 2
B. Nilai – Nilai yang Ada Pada Diri Manusia ............................................................... 4
C. Faktor – Faktor yang Menentukan Kepribadian ....................................................... 9
D. Model Teori Kepribadian ....................................................................................... 11
BAB III: PENUTUP.................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........... ..................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu
cerminan dari kesuksesan.Seseorang mempunyai kepribadian yang unggul
adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan.Sebab dalam
kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu member
energy positif terhadap dalam menghadapi tantangan dan cobaan
kehidupan.Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah
seseorang yang selalu dilingkup dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang
tersebut mengalir energy energy negative terhadap paradigma dalam
mengahdapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami
pasang surut seiring dengan besarnya cobaan menjadi semakin kuat dan
memiliki kepribadian yang dasyat, namun adapula seseorang yang semakin
besar tantangan dan cobaanya menjadi semakin terpuruk dan putus asa.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang di atas maka masalah dapat
dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut, yaitu:
1. Bagaimana yang dimaksud dengan nilai dan keperibadian?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan nilai-nilai yang ada pada diri manusia?
3. Bagaimana factor-faktor yang menentukan peribadian?
4. Bagaimana model teori keperibadian?
C. Manfaat dan Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka dapat diketahui manfaatdan tujuan
dari penulisan makalah ini sebagai berikut, yaitu:
1. Dapat mengetahui tentang nilai dan keperibadian.
2. Dapat mengetahui tentang nilai-nilai yang ada pada diri manusia.
3. Dapat mengetahui tentang factor-faktor yang menentukan keperibadian.
4. Dapat mengetahui tentang teori keperibadian.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NILAI DAN KEPERIBADIAN
1. Definisi Nilai
Nilai atau values penting untuk dipelajari dalam perilaku organisasi
karena didalamnya terletak dasar untuk memahami sikap serta motivasi,
dan karena nilai memengaruhi persepsi. Ketika individu memasuki
organisasi dengan mempertimbangkan sebelumnya dugaan tentang apa
yang menjadi keharusan dan yang tidak menjadi keharusan. Sebaliknya,
nilai-nilai juga memuat interpretasi tentang baik dan buruk.Secara tidak
langsung bahwa perilaku atau outcomes tertentu lebih disukai dari pada
lainnya. Nilai-nilai yang dianut oleh seseorang akan memengaruhi sikap
orang tersebut. Orang yang menjunjung nilai moral tinggi akan membuat
orang tersebut memiliki sikap moral positif.1
McShane dan Von Glinow dalam Wibowo (2014: 36) berpendapat
bahwa nilai-nilai adalah keyakinan yang stabil dan evaluatif yang
menunjukkan preferensi kita untuk hasil atau tindakan dalam berbagai
situasi. Nilai merupakan persepsi tentang apa yang baik atau buruk, benar
atau salah. Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman moral yang
mengarahkan motivasi, keputusan dan tindakan kita. Nilai-nilai
berhubungan dengan konsep diri karena sebagian mendefinisikan siapa
kita sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dengan nilai-nilai
yang sama.
Nilai dan teori nilai dapat dihubungkan dengan berbagai bidang
studi, misalnya dengan filsafat, etika atau dengan manajemen. Vijay Sathe
dalam Cultura and Related Corporate Realities (1958) mendefinisikan
desirable values sebagai “basic assumtion about what ideals are desírable
or Word striving for”. Ia menggunakan konsep ini sepanjang pembicaraan
tentang perubahan budaya. Ungkapan “worth striving for” menunjukkan

1
Candra Wijaya,Perilaku Organisasi (Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia,2017) hal 186-187

2
bahwa pada suatu saat seseorang rela mengorbankan nyawanya untuk
mengejar sesuatu nilai. Geert Hofstede dalam Culture’s Consequences
(1980) mendefinisikan nilai sebagai “a broad tendency to prefer certain
states of affairs over Kluckhohn, (Ndraha, 1997).
Gibson dkk dalam Wibowo (2014: 35) Nilai-nilai atau Values
adalah kesadaran, hasrat afektif atau keinginan orang yang menunjukkan
perilaku mereka. Nilai-nilai personal individu menunjukkan perilaku di
dalam dan di luar pekerjaan. Apabila serangkaian nilai-nilai orang adalah
penting, maka akan menunjukkan orang dan juga mengembangkan
perilaku konsisten untuk semua situasi. Stephen P. Robbins dalam Badeni
(2013: 32) nilai menyatakan basic convictions that a specific mode of
conduct or end state of existence is personally or socially preferable to an
opposite or converged mode of conduct or end state of existence.
Sedangkan menurut M. Rokeach dalam Badeni (2013: 32)
mendefnisikan nilai as a global belief that guide action and judgments
across a variety of situation.Nilai dapat diartikan sebagai keyakinan
universal yang membimbing orang dalam bertindak dan menilai dalam
berbagai situasi. Nilai mengandung unsur pertimbangan atau gagasan-
gagasan seseorang individu terhadap apa yang dikatakan benar, salah, baik
atau buruk yang diinginkan.
2. Definisi Keperibadian
Keperibadian adalah keseluruhan cara seseorang individu beraksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Disamping itu keperibadian sering
diartiakan sebagai cirri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti
kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “keperibadian pemalu”2
Pemahaman seorang manajer akan perbedaan keperibadian
mungkin terletak dalam penyeleksian. Anda mungkin memiliki karyawan
dengan kinerja yang lebih tinggi dan lebih puas jika anda memperhatikan

2
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

3
kecocokan antara jenis keperibadian dengan jenis pekerjaan.3 Disamping
itu mungkin terdapat manfaat lain. Contohnya, para manajer dapat
berharap bahwa individu-individu yang lebih dipengaruhi oleh faktor
eksternal mungkin kurang puas dengan pekerjaannya daripada individu
yang dipengaruhi oleh paktor internal, dan mereka mungkin juga kurang
bersedia menerima tanggung jawab atas tindakan mereka.
B. NILAI-NILAI YANG ADA PADA DIRI MANUSIA
1. Tipe Nilai
Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan klasifikasi tipe
nilai- nilai, diantaranya adalah4:
1) Terminal dan Instrumental Values Terminal values adalah keadaan
akhir nilai-nilai yang diharapkan, tujuan yang orang ingin
mencapai selama hidupnya. Sedangkan instrumental values adalah
cara berperilaku yang disukai atau sarana bagi seseorang untuk
mencapai terminal values. Robbins dalam wibowo (2014: 36).
Banyak studi mencatat bahwa nilai-nilai bervariasi diantara
kelompok. Orang dalam pekerjaan atau kategori yang sama,
sebagai manajer korporasi, anggota perserikatan, orang tua, atau
murid, cenderung mempunyai nilai-nilai yang sama. Studi lain
menunjukkan adanya perbedaan terminal values dan instrumental
values dari mereka yang berada dalam posisi berbeda. Menurut
Rokeach dalam Badeni (2013: 33) ada dua kategori nilai yaitu:
terminal value dan instumental value. Terminal value berkaitan
dengan tujuan hidup dan instrumental value berkaitan dengan cara
pencapaiannya. Terminal value merupakan keadaan eksistensi
akhir yang diinginkan atau tujuan yang ingin dicapai selama-
lamanya. Nilai ini dapat berupa suatu kehidupan yang nikmat,
nyaman, aman, makmur, damai, rasa berprestasi, kemerdekaan,

3
Wayan Gede Supartha,dkk.Pengantar Perilaku Organisasi (Denpasar:CV.Setia Bakti,2017) hal
43-44
4
Candra Wijaya,Perilaku Organisasi (Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia,2017) hal 188-189

4
kebahagiaan, pengakuan sosial, dan lain-lain. Sedangkan
instrumental value merupakan cara mencapai nilai terminal yang
diinginkan, seperti ambisius, berani, memafkan, jujur, logis, sopan,
tanggung jawab, dan lain-lain. Dengan bahasa yang lebih
sederhana dapat dikatakan bahwa terminal value adalah keadaan
nilai pada akhir suatu proses. Sedangkan instrumental value
merupakan nilai antara untuk menuju pada tercapainya terminal
value.
2) Schwartz Value Theory Schwartz dalam Wibowo (2014: 37)
meyakini bahwa nilai-nilai bersifat motivasional. Apabila prestasi
seseorang dihargai akan mengakibatkan orang tersebut bekerja
keras untuk mendapatkan promosi dipekerjaan
2. Perbedaan-perbedaan Nilai
Geert Hofstede dalam Badeni (2013: 34-35) berdasarkan hasil
penelitiannya menyimpulkan ada 6 variasi nilai untuk menganalisa variasi
budaya.
1) Power distance (jarak kekuasaan) yaitu hingga sejauh mana
anggota masyarakat yang memiliki kekuasaan yang rendah
menerima distribusi kekuasaan yang tidak sama.
2) Quantity and quality (kuantitas dan kualitas kehidupan). Kuantitas
kehidupan adalah sampai tingkatan mana nilai – nilai seperti
ketegasan perolehan uang dan bahan material, serta persaingan itu
gagal. Kualitas kehidupan adalah sampai tinkat mana orang
menghargai hubungan dan memperlihatkan kepekaan dan
keprihatinan untuk kesejahteraan orang lain.
3) Individualism Vs Collectivism (individualisme lawan kolektif)
yaitu seseorang lebih memperhatikan diri sendiri dibandingkan
collectivism yang menghendaki seseorang mempunyai tanggung
jawab yang lebih luas yaitu tanggung jawab sosial.
4) Uncertainty avoidance (penghindaran ketidakpastian) yaitu atribut
budaya yang menggambarkan sejauh mana suatu msyarakat merasa

5
terancam oleh situasi yang tak pasti dan ambigu dan mencoba
menghindari situasi itu.
5) Long term and short term orientation (prientasi jangka panjang
lawan jangka pendek). Orientasi jangka panjang adalah dimana
nilai – nilai yang dipakai oleh anggota masyarakat/organisasi itu
berorientasi ke masa depan serta menghargai penghematan dan
ketekunan. Sementara orang yang berorientasi jangka pendek
menghargai masa lampau dan masa sekarang serta menekankan
penghargaan akan tradisi dan mematuhi kewajiban sosial.
6) Masculinity yaitu pembagian peran antara pria dan wanita, yang
didalamnya pria memiliki sifat memaksa dan memiliki peran yang
dominan sementara wanita memiliki peran yang lebih banyak
berhubungan dengan perhatian pada kualitas kehidupan dan
hubungan.5
3. Fungsi Nilai
1) Nilai sebagai standar,
Rokeach dan Schwartz dalam Umam (2012: 76) fungsinya, yaitu
a) Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam
social issues tertentu;
b) Memengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik
tertentu dibanding ideologi politik yang lain;
c) Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain;
d) Melakukan evaluasi dan membuat keputusan; dan
e) Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan
memengaruhi orang lain, memberi tahu individu akan
keyakinan, sikap, nilai, dan tingkah laku individu lain yang
berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi dan
diubah.

5
Candra Wijaya,Perilaku Organisasi (Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia,2017) hal 189-190

6
2) Sistem nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik
danpengambilan keputusan.
(Feather dkk dalam Umam 2012: 76). Situasi tertentu secara tipikal
akan mengaktiviasi beberapa nilai dalam sistem nilai individu.
Umumnya, nilai – nilai yang teraktivasi adalah nilai – nilai yang
dominan pada individu yang bersangkutan.
3) Fungsi motivasional
fungsi mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari –
hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah mengekspresikan
kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi
motivasional. Nilai dapat memotivasi individu untuk melakukan
tindakan tertentu Rokeach dan Schwartz dalam Umam (2012: 77),
serta memberi arah dan intensitas emosional tertentu terhadap tingkah
laku.
4. Hubungan Nilai dan tingkah laku
Rokeach dkk dalam Umam (2012: 77) Dalam kehidupan manusia,
nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku. Nilai
membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan cara individu
bertingkah laku dalam situasi tersebut. Danandjaja dalam Umam (2012:
77) mengemukakan bahwa nilai memberi arah pada sikap, keyakinan, dan
tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah
laku yang diinginkan pada setiap individu.Karena itu, nilai berpengaruh
pada tingkah laku sebagai dampak dari pembentukan sikap dan
keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai merupakan faktor
penentu dalam berbagai tingkah laku sosial.Menurut Grube dkk dalam
Umam (2012: 77) Nilai juga merupakan salah satu komponen yang
berperan dalam tingkah laku.Perubahan nilai dapat mengarahkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Hal ini dibuktikan dalam sejumlah
penelitian yang berhasil memodifikasi tingkah laku dengan cara
mengubah sistem nilai. Perubahan nilai telah terbukti secara signifikan
menyebabkan perubahan pula pada sikap dan tingkah laku memilih

7
pekerjaan, merokok, mencontek, mengikuti aktivitas politik, pemilihan
teman, ikut perilaku. Komponen perilaku dari sikap merujuk pada maksud
untuk melanjutkan contoh kita, yaitu saya mungkin memilih untuk
menghindari Jhon karena perasaan saya terhadap dia. Memandang sikap
yang tersusun dari tiga komponen kognitif, afektif dan perilaku sangat
membantu dalam memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial
antara sikap dan perilaku. Akan tetapi, demi kejelasan, harus diingat
bahwa istilah sikap pada hakikatnya merujuk pada bagian afektif dari tiga
komponen itu.
5. Nilai etika dan Perilaku
Karakteristik pekerja yang diharapkan dari seorang pemimpin
bukan lah kecerdasan, keberanian, dan bahkan sifat
inspirasional.Meskipun hal tersebut penting, tetapi yang dinilai paling
penting adalah kejujuran atau etika.Etika menunjukkan dasar moral atau
nilai-nilai yang menentukan apakah suatu tindakan benar atau salah dan
hasilnya baik atau buruk.Orang menyadarkan pada nilai etika untuk
mempertimbangkan hal yang benar untuk dilakukan. Menurut Wibowo
(2014: 46) dikenal adanya tiga macam prinsip etika, yaitu6:
a) Utilitarianism. Prinsip ini menganjurkan untuk mencari kebaikan
terbesar untuk jumlah orang yang terbesar. Kita harus memilih
opsi yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi pada mereka
yang dipengaruhi. Ini menyangkut konsekuensi dari tindakan kita,
bukan bagaimana kita mencapai konsekuensi tersebut.
b) Individual rights. Merupakan prinsip yang mencerminkan
keyakinan bahwa setiap orang mempunyai hak yang memberikan
mereka bertindak dalam cara tertentu. Banyak dari hak yang
paling luas disebutkan adalah kebebasan pergerakan, keamanan
fisik, kebebasan berbicara, pengadilan yang jujur, dan kebebasan
dari penderitaan. Prinsip hak individu lebih luas dari hak hukum,

6
Candra Wijaya,Perilaku Organisasi (Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia,2017) hal 191-192

8
tetapi termasuk hak manusia bahwa setiap orang diakui sebagai
norma hak moral.
c) Distributive justice. Merupakan prinsip yang menganjurkan bahwa
orang yang sama satu sama lain harus menerima manfaat dan
beban yang sama, dan mereka yang tidak sama harus menerima
manfaat dan beban berbeda dalam proposi terhadap
ketidaksamaannya. Dua orang pekerja yang member kontribusi
sama dalam pekerjaan harus menerima reward yang sama,
sedangkan mereka yang memberikan kontribusi lebih kecil harus
menerima lebih sedikit.
Bersama dengan prinsip etika dan nilai-nilai yang mendasari,
terdapat tiga faktor yang memengaruhi perilaku pantas atau ethical
conduct ditempat pekerjaan, yaitu the moral intensity, the individual
ethical sensitivity, dan situational factors.
a) Moral intensity adalah merupakan tingkatan keadaan dimana
masalah menuntut aplikasi prinsip etika. Keputusan dengan
intensitas moral tinggi adalah lebih penting, sehingga pengambilan
keputusan perlu lebih berhati-hati menerapkan prinsip etika untuk
mengatasinya.
b) Ethical sensitivity adalah karakteristik personal yang
memungkinkan orang mengenal kehadiran masalah etika dan
mempertimbangkan kepentingan relatifnya. Orang yang
mempunyai sensitivitas etika tidak perlu menjadi lebih etis.Tetapi
mereka lebih mengenal apakah suatu masalah memperkirakan
intensitas moral dari masalah, orang yang memiliki sensitivitas
etika cenderung mempunyai empati lebih tinggi. Mereka juga
mempunyai informasi lebih banyak tentang situasi spesifik.
c) Situational factors dapat menjelaskan mengapa orang baik terlibat
pada keputusan dan perilaku yang tidak pantas. Misalnya, pekerja
mengatakan bahwa mereka secara reguler mendapat tekanan dari
manajemen puncak yang mendorong mereka berbohong pada

9
pelanggan, melanggar peraturan, atau sebaliknya bertindak tidak
pantas.Situational tidak membenarkan tingkah laku tidak pantas.
Tetapi kita perlu mengenal faktor ni sehingga organsasi dapat
mengurangi pengaruhnya dimasa depan.
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah keseluruhan cara bagaimana individu bereaksi
dan berinteraksi dengan orang lain. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor
keturunan, lingkungan, dan faktor situasi kondisional.
1. Faktor keturunan adalah faktor gen yang berada pada kromoson
orang tua yang turunkan pada anaknya. Artinya, sifat-sifat
kepribadian seseorang itu diturunkan dari sifat-sifat kepribadian
orang tua yang dibawa sejak lahir. Tidak semua kepribadian
dipengaruhi oleh faktor keturunan,tetapi pengalaman hidup yang
sanggup mengubahnya.
2. Faktor lingkungan adalah faktor kultur masyarakat yang
membentuk kepribadian di mana seseorang itu dibesarkan.
Misalnya norma-norma keluarga, teman-teman, dan kelompok
sosial serta pengaruh lingkungan lain yang kita alami. Kultur ini
akan membentuk norma, sikap, dan nilai-nilai yang diwariskan dari
suatu generasi ke generasi berikutnya yang berlangsung terus
menerus dan relatif konsisten
3. Faktor kondisi situasional adalah faktor perubahan pada situasi-
situasi yang berbeda akan membentuk cara bereaksi dan
berinteraksi yang berbeda pada seseorang secara signifikan.
Kepribadian dalam melakukan seleksi karyawan masih memegang
peranan penting karena perspektif karyawan bisa lihat kontak
pertama dan kemampuan untuk meramal perilaku berikutnya serta
kepribadian seseorang dengan teman sekerjanya memberikan

10
sumbangan penting untuk mengukur efektivitas kerja khususnya
pada kerja tim.7

Dari penjelasan di atas, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi


kepribadian seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri.Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau
bawaan.Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak
lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki
oleh salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau
kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita
mendengar istilah “ buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Misalnya,
sifat mudah marah yang dimiliki oleh sang ayah bukan tidak mungkin
akan menurun pula pada anaknya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Faktor eksternal ini biasany merupakan pengaruh yang berasal dari
lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga,
teman tetangga, sampai dengan pengaruh dari barbagai madia audiovisual
seperti TV, VCD dan internet, atau media cetak seperti koran, majalah dan
lain sebagainya.
Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan
berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak.
Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya. Sejak
lama peran sebagai orang tua sering kali tidak dibarengi oleh pemahaman
mendalam tentang kepribadian. Akibatnya, mayoritas orang tua hanya bisa
mencari kambing hitam –bahwa si anaklah yang tidak beres- ketika terjadi
hal-hal negatif mengenai prilaku keseharian anaknya.seorang anak yang
memiliki prilaku demikian sesungguhnya meniru cara berpikir dan
7
Wayan Bagia,Perilaku Organisasi (Yogyakarta:Graha Ilmu,2015) hal 65-66

11
perbuatan yang sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan oleh orang tua
mereka.8
D. MODEL TEORI KEPRIBADIAN
Ada beberapa teori kepribadian, sebagai berikut
a. Teori Psikoanalisis
Teori ini dicetuskan oleh Sigmund Freud, yang mengungkapkan
bahwa kepribadian memiliki 3 komponen, yaitu id, ego, dan superego.
1) Id merupakan elemen kepribadian yang berkenaan dengan
kata-hati, hasrat, dan keinginan untuk mengejar kesenangan
kepuasan
2) Superego adalah elemen kepribadian yang tumbuh dan
kerkembang naik turun selama manusia hidup dan
merupakan gudang dari nilai, norma, dan etika yang dianut
seseorang.
3) Ego merupakan elemen kepribadian yang bersifat sebagai
penengah dari dua elemen sebelumnya, yaitu id dan
superego. Manusia selalu dihadapkan pada dua keinginan
yang saling bertentangan, yaitu keinginan untuk mengejar
kesenangan di satu sisi, dan dorongan hakiki untuk tidak
melanggar aturan tuhan atau hukum negara di sisi lain.
Dengan adanya ego ini maka manusia memiliki
kemampuan untuk membuat keseimbangan (harmoni)
dalam hidupnya. Dengan adanya keseimbangan ini dia kan
merasakan ketenangan, kedamaian, dan kebahagian dalam
hidupnya.
b. Teori Pemenuhan (Fullfillment Theory)
Teori ini dicetuskan oleh Carl Rogers (1902-1978) yang
mengatakan bahwa manusia hanya memiliki satu dasar kekuatan
mendorong secara terus menerus kearah pemenuhan akan aktualisasi

8
https://www.gurupendidikan.co.id/tipe-kepribadian/

12
diri. Maslow (1908-1970) juga mengemukakan teori pemenuhan
kebutuhan, yang menurut beliau bahwa kebutuhan manusia itu adalah
bertingkat dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
c. Teori Konsistensi
Menurut teori ini kepribadian manusia tidak bawa sejak lahir,
tetapi dipelajari melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
di mana manusia itu hidup.9
d. Teori Sifat atau Perangai
Sifat atau perangai seseorang dapat diteliti dengan berbagai cara.
Ada yang berpendapat bahwa sifat seseorang dapatdiketahui melalui
pendekatan bahwa sifat seseorang dapatdiketahui melalui pendekatan
biologis. Maksudnya, sifatmanusia ditentukan oleh faktor genetisnya
masing-masing.Warna mata, rambut, dan bentuk tubuh dapat
menunjukkansifat atau perangai seseorang. Sebagian lagi berpendapat
bahwakepribadian seseorang ditentukan oleh sifat kejiwaan, seperti
ketenangan, kehangatan, dan sebagainya. Sifat-sifat kejiwaan ini
menjelma dalam cara bertindak.
e. Teori Tingkat Kebutuhan.
Teori hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) merupakan teoriyang
kita kenal dengan teori Maslow atau teori motivasi.Berbeda dengan
para psikolog sebelumnya, yang lebih banyak memberikan perhatian
pada mereka yang psikologisnya tidaksehat. Maslow sebaliknya lebih
memerhatikan manusia yangpsikologisnya sehat. Dalam membangun
teori hierarkikebutuhan-kebutuhan yang bersifat deduktif.10

9
Wayan Bagia,Perilaku Organisasi (Yogyakarta:Graha Ilmu,2015) hal 65-66
10
Chandra Wijaya, Perilaku Organisasi(Medan : Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia, 2017),hlm.28

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai atau values penting untuk dipelajari dalam perilaku organisasi
karena didalamnya terletak dasar untuk memahami sikap serta motivasi,
dan karena nilai memengaruhi persepsi. Ketika individu memasuki
organisasi dengan mempertimbangkan sebelumnya dugaan tentang apa
yang menjadi keharusan dan yang tidak menjadi keharusan. Sebaliknya,
nilai-nilai juga memuat interpretasi tentang baik dan buruk
Keperibadian adalah keseluruhan cara seseorang individu beraksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Disamping itu keperibadian sering
diartiakan sebagai cirri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti
kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “keperibadian pemalu”
Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan
berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak.
Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya. Sejak
lama peran sebagai orang tua sering kali tidak dibarengi oleh pemahaman
mendalam tentang kepribadian. Akibatnya, mayoritas orang tua hanya bisa
mencari kambing hitam –bahwa si anaklah yang tidak beres- ketika terjadi
hal-hal negatif mengenai prilaku keseharian anaknya.seorang anak yang
memiliki prilaku demikian sesungguhnya meniru cara berpikir dan
perbuatan yang sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan oleh orang tua
mereka.
B. Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penyusunan
makalah ini,maka dari itu masih perlu banyak belajar.maka dari itu kami
menyarankan kepada pembaca jika ada belum di mengerti kami sarankan
untuk mencari sumber referensi yang lebih luas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wayan Bagia,Perilaku Organisasi (Yogyakarta:Graha Ilmu,2015).

Dr.H. Chandra Wijaya, M.Pd, Perilaku Organisasi (Medan : Lembaga Peduli


Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017).

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepribadian/ diakses pada 7April2021

https://www.gurupendidikan.co.id/tipe-kepribadian/ diakses pada


8April2021,23:47.
Wayan Gede Supartha,dkk.Pengantar Perilaku Organisasi (Denpasar:CV.Setia
Bakti,2017).

15

Anda mungkin juga menyukai