KELOMPOK: IX
1. Aditha Nur Rahma A 241 19 068
2. Adriansah I Giasi A 241 19 110
3. Fadia Stefany A 241 19 022
4. Hemarji Akbar Gifari A 241 19 123
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca.
Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang
memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat
penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
2. Untuk mengetahui perkembangan nilai, moral dan agama/religi
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi nilai, moral dan agama/religi
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai, moral dan agama
5. Untuk mengetahui hubungan anatara nlai, moral dan agama/religi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian nilai
Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere (bahasa Latin) berarti
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu
hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan
dapat menjadi objek kepentingan. Dalam kamus bahasa Indonesia, nilai adalah
harga, angka kepandaian. Adapun menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu
tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan
diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan
kelompoknya. Nilai merupakan standar konseptual yang relatif stabil dan
3
emplisit membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai
serta aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya.
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa
menghiraukan akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik
berupa keberuntungan atau ketidakberuntungan.
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau kelompok atas dasar
pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai
pertimbangan material.
4
B. Pengertian moral
Istilah moral berasal dari kata Latin, mores, yang artinya tata cara dalam
kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Menurut Purwadarminto, dalam Senarto
(2008), moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan , akhlak,
kewajiban, dan sebagainya. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang
mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok social dan
masyarakat. Menurut Rogers, dalam Sunarto (2008), moral merupakan standar
baik-buruk yang ditentukan bagi indivisu oleh nilai-nilai social budaya dimana
indibidu sebagai anggota social. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang
diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan social secara harmonis,
adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang
damai penuh ketertiban, dan keharmonisan. Istilah moral kadang kadang
dipergunakan sebagai kata yang sama artinya dengan etika. Secara etimologi kata
etika sama dengan etimologi kata moral karena keduanya berasal dari kata yang
berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya yang berbeda, yaitu etika berasal
dari bahasa Yunani, sedangkan moral dari bahasa Latin. Jika sekarang hendak
memandang arti kata moral maka perlu disimpulkan artinya sama dengan
etika,yaitu nilain dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
C. Pengertian Agama
A. Perkembangan Nilai
6
pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilemma moral
yang bersifat perseorangan.
7
dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju
suatu tingkat yang lebih tinggi (Elias, 1989).
Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama.
Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih
kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa
untuk mendiskusikan alasan- alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam
suatu masalah moral (Superka, et. al.,1976; Banks, 1985).
B. Perkembangan Moral
Menurut John Dewey yang kemudian dijabarkan oleh Jean Piaget, dalam
Muhammad Ali (2006:141), mengemukaakan tiga tahap perkembangan moral,
8
yaitu: (a)tahap pramoral. Ditandai bahwa anak belum meyadari keterkaitannya
pada aturan, (b) tahap konvensional. Ditandai dengan berkembangnya kesadaran
akan ketaatan pada kekuasaan, (c) tahap otonom. Ditandai dengan
berkembangnya keterikatan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas.
Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 6 hingga
9 tahun. Anak-anak pada masa ini yakin akan keadilan immanen, yaitu konsep
bahwa bila suatu aturan yang dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan.
9
Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 9 hingga
12 tahun. Anak mulai sadar bahwa aturan-aturan dan hukuman-hukuman
merupakan ciptaan manusia dan dalam penerapan suatu hukuman atau suatu
tindakan harus mempertimbangkan maksud pelakusertaakibat-akibatnya.
10
NO Tahap/Tingkat Umur Karakteristik
11
C. Perkembangan Agama
Tingkatan ini dimulai anak yang berusia 3-6 tahun, pada tingkatan ini
konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada
tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan
tingkat intelektualnya.
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar sampai ke usia (massa
usia) aadolensense. Pada masa ini ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan
konsep-konsep yang berdasarkan pada kenyataan (realis). Konsep ini melalui
lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya.
Pada tingkat ini anak telah memilki kepekaan emosi yang paling tinggi
sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep ini terbagi menjadi tiga :
12
2.3.1 Tujuan Nilai, Moral, dan Agama
Ada dua tujuan pendidikan nilai apabila dilihat dari pendekatan analisa
nilai. Tujuan tersebut adalah pertama adalah membantu siswa untuk
menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dan penemuan
ilmiah dalam menganalisa sosial. Kedua, membantu siswa untuk menggunakan
proses berpikir rasional dan analitik dalam menghubung-hubungkan dan
merumuskan konsep tentang nilai nilai-nilai mereka.
Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan klarifikasi nilai ini ada tiga;
13
a. menerapkan pembentukan nilai kepada peserta didik
b. menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai
yang diinginkan.
c. membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-
nilai tersebut.
Menurut Warner dan pefleur dapat dijelaskan bahwa sikap jika sudah
diterjemahkan kedalam tindakan, dapat melahirkan nilai. Dan sebagai tujuan
pendidikan nilai itu sendiri adalah penanaman nilai tertentu dalam diri siswa.
Pengajarannya bertitik tolak dari nilai-nilai sosial tertentu, yakni nilai-nilai
pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia lainnya, yang tumbuh
berkembang dalam masyarakat Indonesia. Ada tiga hal yang menjadi sasaran
pendidikan nilai;
Suatu usaha atau kegiatan apabila tidak mempunyai tujuan jelas tidak
akan berarti apa-apa. Oleh karena itu tidak ada kegiatan yang tanpa tujuan.
Sedangkan tujuan itu sendiri telah terkandung dalam pengertian kegiatan, agar
suatu kegiatan terarah dan mencapai sesuatu yang kita harapkan, tentu saja
14
dengan adanya tujuan, demikian juga dengan pendidikan. Untuk dapat melihat
tujuan dan orientasi pendidikan moral, perlu kiranya menjadikan peta wacana
pendidikan moral yang berkembang sebagai parameter.
15
Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang
secara moral baik dan benar.
16
Sedangkan tujuan diberikannya pendidikan agama disekolah umum
adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan siswa terhadap ajaran agama sehingga menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
17
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai,
moral dan agama individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan
fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama,
berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan gama individu
yang tumbuh dan berkembang di dalam dirinya. Berikut ini faktor- faktor yang
mempengaruhi nilai, moral dan agama dalam kehidupan.
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Pergaulan
4. Lingkungan Masyarakat
18
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan
moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari
masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-
pelanggarnya.
5. Teknologi
Secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu,
atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui
proses peniruan (imitasi) Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung
melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak
acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang
bertanggungjawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak. Sikap
yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan,
musyawarah (dialogis).
Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam
mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious
(agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai
agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur,
maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur.
Apabila orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata
yang sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri
menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada
dirinya, dan akan menggunakan ketidakkonsistenan orangtua itu sebagai alasan
untuk tidak melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia
akan berprilaku seperti orangtuanya.
20
2.5 Hubungan Antara Nilai, Moral dan Agama
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24