Dosen Pembimbing:
FADILLAH ULFAH, S.Pd, M.Pd. E
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia yang berkaitan
dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan
perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikendapkan pendidikan agama dan moral
karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan
sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan
kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral
yang sesuai dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial. Pendidikan moral tidak hanya
terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana
saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangan kondusif untuk melaksanakan
pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan
masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses
identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari kehidupan keluarga.
Hal-hal ini juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga
adalah nilai-nilai kejujuran ke disiplinan dan tanggung jawab.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia
Antara hokum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada pepatah roma
yang mengatakan “Quid leges sine moribus”
Perbedaan antara Hukum dan Moral, pertama, Hukum lebih di dikodifikasikan
daripada moralitas,artinya dibukukan secara sistemmatis dalam kitab perundang-
undangan.,Kedua, meski hokum dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun
hokum membatasi diri pada tingkah laku lahiria saja, sedangkan moral
menyangkutjuga sikap batin seseorang. Ketiga, sangksi yang berkaitan dengan hokum
berbeda dengan sanksi yang berkaitn dengan moralitas.
Pendalaman hukum oleh moral dirasakan sebagai kemajuan dalam
penyelenggaraan hukum. Teori dan praktek yang membedakan dan memisahkan
hukum dan moral, mengakibatkan perusakan terhadap hukum. Pembangunan hukum
mengandung arti, bahwa perlu dipertajam hati-nurani, bahwa hukum bertalian erat
dengan moral, dengan norma-norma baik dan jahat. Kalau di atas sudah dikatakan,
bahwa di satu sisi hukum membutuhkan moral, maka di sisi lain moral juga
membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-awang saja, kalau tidak diungkapkan
dan dikembangkan dalam masyarakat, seperti untuk sebagian terjadi dengan hukum.
Dengan demikian hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas.
Menurut Lon Fuller, hubungan antara moralitas dan hukum adalah hal penting.
Menurutnya, aturan-aturan dari suatu sistem hukum harus sesuai dengan persyaratan-
persyaratan substantif dari moralitas atau suatu patokan baku lainnya. Ia
mempostulasikan, bahwa aturan-aturan hukum tunduk pada moralitas. la
menggambarkan perbedaan antara moralitas kewajiban dan moralitas gagasan.
Moralitas kewajiban mengacu kepada suatu moralitas hukum yang bersifat eksternal,
moralitas tersebut terdapat pada aturan-aturan fundamental, yang tanpanya masyarakat
tidak dapat ada. Sedangkan moralitas gagasan mendorong manusia mencapai hal- hal
yang local untuk memenuhi kemampuannya.
Berangkat dari pernyataannya tersebut. Lon Fuller mengajukan 8 (delapan) ideal
khusus atau kebajikan formal yang harus diusahakan oleh suatu sistem hukum, antara
lain yaitu: 1) Bersifat umum; 2) Penetapan/penyebaran; 3) Tiadanya Undang Undang
berlaku surut dan tentunya tiada penyalahgunaan perundang-undangan yang berlaku
surut; 4) Tiadanya peraturan yang saling bertentangan: 5)
Kesejajaran/kesebangunan/kesesuaian antara aturan-aturan sebagaimana yang
diumumkan dan pelaksanaannya secara aktual; 6) Adanya kejelasan: 7) Penghindaran
terhadap seringnya perubahan; dan 8) Tiadanya hukum yang menuntut hal yang tidak
mungkin.
E. Problematika Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat
Indonesia
Pelanggaran etika
- Kita kerap mendengar istilah kode etik. Makna kode etik yaitu bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematis sengaja dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip moral
yang berlaku. Ada masyarakat profesi tertentu yang diikat oleh kode etik ini seperti
misalnya dokter, perawat, wartawan, guru, dosen, dan lain sebagainya.
- Kode etik ini segaja dibuat agar setiap profesi tersebut dengan sadar dan bertanggung
jawab menjalankan profesinya dengan tidak melanggar etika yang berlaku dalam
masyarakat terutama terkait dengan pekerjaannya
Pelanggaran Hukum
- Sejatinya hukum dibuat untuk ditegakkan demi kemaslahatan ummat. Namun, yang
banyak kita temukan yaitu kasus pelanggaran terhadap hukum yang dilakukan oleh
masyarakat atau bahkan penegak hukum itu sendiri. Hukum berisi perintah dan juga
larangan.
- Hukum dengan tegas menguraikan hal-hal apa sajakah yang perlu dilakukan untuk
tegaknya lukuun dan hal-hal apa sajakah yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas
kita sebagai warga negara.
- Problematika terkait hukum yang paling gampang kita jumpai yaitu rendahnya
kesadaran hukum oleh masyarakat Pelanggaran hukum dalam konteks sempit dapat
bermakna pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan negara, karena
hukum termaktub dalam regulasi.
- Contoh nya pengendara yang tidak melenggkapi surat-surat dan atribut kendaraan
saat berkendara dijalan raya akan melanggar UU No 14 Tahun 1992 tentang Lalu
Lintas. Atau bahkan kasus-kasus lain seperti perampokan, pencurian, perdagangan
ilegal pembalakan liar, dan lain sebagainya.
- Pelanggaran hukum berbeda dengan pelanggaran etik atau etika Sanksi atas
pelanggaran hukum adalah sanksi pidana dari negara yang bersifat lahiriah dan
memaksa. Masyarakat secara resmi berhak memberik sanksi bagi warga negara yang
melanggar hukum.
- Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan
norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang
unili dalam konteks sosial.
- Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis tetapi dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang
sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
- Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi
internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak
ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga perlu
diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah penanaman
nilai- nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab dalam segenap aspek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimat dan dari segiisi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan saran yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131623017/pendidikan/BAB+5.pptx
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131623017/pendidikan/BAB+5.pptx
https://perpustakaan.komnasperempuan.go.id/web/index.php?p=show_detail&id=4678
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131623017/pendidikan/BAB+5.pptx
Junita, Nita. 2013. “Problematika, Nilai, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara”.
(https://www.slideshare.net/rotuajunitasitohang/problematika/, diakses pada tanggal 2
Oktober 2023 pukul 11.33 WIB).