Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANUSIA NILAI MORAL DAN HUKUM

Makalah Ini Ditulis Memenuhi Tugas Mingguan


Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. KHUSNUL AULIA BONAR (23102190)


2. SAFIRA MAYAZOLA (23102218)
3. DILA REVALINA (23102228)

Dosen Pembimbing:
FADILLAH ULFAH, S.Pd, M.Pd. E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NASIONAL
PADANG PARIAMAN
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu”alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar,
dengan judul :
“Manusia Nilai Moral dan Hukum”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan malakah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.

Padang Pariaman, 05 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................i


Daftar Isi ..................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan .................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................1
Bab II Pembahasan .................................................................................2
A. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia ........................2
B. Problematika Pembinaan Nilai Moral ........................................3
C. Manusia dan Hukum ...................................................................3
D. Hubungan Hukum dan Moral .....................................................4
E. Problematika Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat
Indonesia .................................................................................... 5
Bab III Penutup ......................................................................................8
A. Kesimpulan .................................................................................8
B. Saran ...........................................................................................8
Daftar Pustaka ........................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia yang berkaitan
dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan
perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikendapkan pendidikan agama dan moral
karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan
sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan
kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral
yang sesuai dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial. Pendidikan moral tidak hanya
terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana
saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangan kondusif untuk melaksanakan
pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan
masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses
identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari kehidupan keluarga.
Hal-hal ini juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga
adalah nilai-nilai kejujuran ke disiplinan dan tanggung jawab.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan makalah ini adalah:


1. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia
2. Problematika Pembinaan Nilai Moral
3. Manusia dan Hukum
4. Hubungan Hukum dan Moral
5. Probematika Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat Indonesia

C. Tujuan

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:


1. Untuk Mengetahui Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia
2. Untuk Mengetahui Pembinaan Nilai Moral
3. Untuk Mengetahui Hukum dan Moral

BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia

Berbagai pendapat mengenai moral tersebut dapat disintesis menjadi hakikat


moral yang berarti suatu ajaran terkait baik dan buruk yang diterima umum berkaitan
dengan perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, dan budi pekerti. Moral ini lah yang
mendasari alasan perbuatan yang dilakukan seseorang.

1. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia


Nilai dan Moral sebagai Materi Pendidikan begitu kompleksnya persoalan
nilai, maka pembahasan ini difokuskan hanya pada kawasan etika.
2. Nilai dan Moral Diantara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, dan yang
kedua sesuatu yang subjektif.
a. Objektif
dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan
memandang nilai telah ada sebelumnya adanya manusia sebagai penilai. Baik
dan buruk, benar dan salah bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran
manusia.
b. Subjektif
nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya. Jadi nilai memang
tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilai. Oleh karena itu nilai
melekat dengan subjek bukan penting atau tidak penting pada objek sejatinya,
melainkan tergantung si penilai memberikan persepsi
3. Nilai Diantara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder
• Kualitas primer: Kualitas dasar, kualitas ini merupakan bagian dari eksistensi
objek, objek tidak ada tanpa adanya kualitas primer ini.
• Kualitas sekunder: Kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindra, seperti
warna, rasa, bau dll. Kualitas ini terpengaruh oleh tingkat subjektifitas.
4. Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan
Nilai memiliki polaritas dan hierarki, karena:
- Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai
(polaritas) seperti, baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
- Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.
5. Pengertian Nilai
Menurut Lasyo (1999, hlm.9) sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan
landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.
6. Makna Nilai bagi manusia
Pendef nisian nilai sangat bervariasi, namun yang dapat disimpulkan dari
pengartian nilai adalah, Nilai itu penting bagi manusia.
Apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia, karena dianggap berada
pada diri manusia, atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu
terdapat pada objek, sehingga nilai dipandang sebagai kegiatan menilai.

B. Problematika Pembinaan Nilai Moral

1. Pengaruh kehidupan keluarga dalam pembinaan nilai moral


Keluarga merupakan wadah pertama pembentuk nilai moral anak. Anak akan
belajar dari interaksi antar anggota keluarga dan keadaan keluarganya.
Terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak, mengakibatkan
merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral.
2. Pengaruh teman sebaya terhadap pembinaan nilai moral
Pergaulan dengan teman akan menambah perbendaharaan informasi yang
akhirnya akan mempengaruhi berbagai jenis kepercayaan yang dimilikinya.
Kumpulan kepercayaan yang dimiliki anak akan membentuk sikap yang dapat
mendorong untuk memilih atau menolak sesuatu.
3. Pengaruh media komunikasi terhadap perkembangan nilai moral
Pada akhir abad ke-20, alat-alat komunikasi yang potensial telah
diperkenalkan kedalam ritualit kehidupan keluarga. Pertama kali telepon, lalu
disusul dengan radio dan setelah perang dunia II datanglah televisi.
4. Pengaruh otak atau berpikir terhadap perkembangan nilai moral
Menurut Rath, (1997, hlm. 68) “Pengalaman itu memberikan konstribusi yang
signifikan terhadap proses kematangan, dengan demikian guru, pendidik dapat dan
harus membingbing anak melalui proses yang kontinu melalui pengembangan
situasi yang bermasalah yang memperkaya kesempatan berpikir dan memilih.
Melalui lingkungan seperti ini, anak akan berpikir, lebih menyadari alternative dan
lebih menyadari konsekuensinya.”
Atas dasar argument di atas, maka Kant menganjurkan tujuan pendidikan
sebagai berikut:
1.Untuk mengajarkan proses dan keterampilan berpikir rasional
2.Untuk mengembangkan individu yang mampu memilih tujuan dan keputusan
yang baik secara bebas.
5. Pengaruh informasi terhadap perkembangan nilai moral
Setiap hari manusia mendapatkan informasi, informasi ini berpengaruh
terhadap system keyakinan yang dimiliki oleh individu, baik inormasi itu diterima
secara keseluruhan, diterima sebagian atau ditolak semuanya, namun
bagaimanapun informasi itu ditolak akan menguatkan keyakinan yng telah ada
pada individu tersebut.

C. Manusia dan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak


mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau diluar masyarakat, maka:
Manusia-Masyarakat-dan Hukum merupakan pengrtian yang tidak dapat dipisahkan,
sehingga pameo “Ubi societas ibi ius” (dimana ada masyarakat disana ada hukum)
adalah tepat.
Hukum untuk Manusia bukan Manusia untuk Hukum.” Adagium tersebut
bermula dari pemikiran Alm. Profesor Satjipto Rahardjo tentang Hukum Progresif.
Hukum memang tidak pernah dapat didefinisikan secara ajeg. Hukum idealnya
diperuntukkan guna menolong manusia dalam kehidupan bernegara. Hukum secara
filosofis dan sosiologis idealnya membawa kemaslahatan bagi manusia, masyarakat
sebuah negara. Adagium ini membantu kita untuk memahami bahwa saaat hukum
dibentuk atau tidak dibentuk, ditegakkan maupun tidak ditegakkan semuanya semata-
mata harus demi mewujudkan kesejahteraan manusia, bukan sebaliknya.
Memperuntukkan atau mengorbankan manusia demi sebuah hukum atau keteraturan
niscaya adalah sebuah penyimpangan hukum itu sendiri.
45 (empat puluh lima tahun) tahun sudah Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Jakarta berdiri sebagai sebuah organisasi yang senantiasa berurusan dengan persoalan
manusia dan hukum. Organisasi yang memegang mandat pemberian layanan bantuan
hukum kepada mereka yang miskin, buta hukum dan tertindas. Mulai dari persoalan
politik, sosial, budaya, ekonomi, keyakinan dan kepercayaan, gender dan masih banyak
lagi yang lainnya. Keseluruhannya dibungkus oleh perjuangan atas nilai hak asasi
manusia dan demokrasi. Regim dan pemerintahan silih berganti, idealnya dalam
kehidupan bernegara hari ini, kita semakin dapat memaknai fungsi hukum yang
diperuntukkan bagi manusia Indonesia.

D. Hubungan Hukum dan Moral

Antara hokum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada pepatah roma
yang mengatakan “Quid leges sine moribus”
Perbedaan antara Hukum dan Moral, pertama, Hukum lebih di dikodifikasikan
daripada moralitas,artinya dibukukan secara sistemmatis dalam kitab perundang-
undangan.,Kedua, meski hokum dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun
hokum membatasi diri pada tingkah laku lahiria saja, sedangkan moral
menyangkutjuga sikap batin seseorang. Ketiga, sangksi yang berkaitan dengan hokum
berbeda dengan sanksi yang berkaitn dengan moralitas.
Pendalaman hukum oleh moral dirasakan sebagai kemajuan dalam
penyelenggaraan hukum. Teori dan praktek yang membedakan dan memisahkan
hukum dan moral, mengakibatkan perusakan terhadap hukum. Pembangunan hukum
mengandung arti, bahwa perlu dipertajam hati-nurani, bahwa hukum bertalian erat
dengan moral, dengan norma-norma baik dan jahat. Kalau di atas sudah dikatakan,
bahwa di satu sisi hukum membutuhkan moral, maka di sisi lain moral juga
membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-awang saja, kalau tidak diungkapkan
dan dikembangkan dalam masyarakat, seperti untuk sebagian terjadi dengan hukum.
Dengan demikian hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas.
Menurut Lon Fuller, hubungan antara moralitas dan hukum adalah hal penting.
Menurutnya, aturan-aturan dari suatu sistem hukum harus sesuai dengan persyaratan-
persyaratan substantif dari moralitas atau suatu patokan baku lainnya. Ia
mempostulasikan, bahwa aturan-aturan hukum tunduk pada moralitas. la
menggambarkan perbedaan antara moralitas kewajiban dan moralitas gagasan.
Moralitas kewajiban mengacu kepada suatu moralitas hukum yang bersifat eksternal,
moralitas tersebut terdapat pada aturan-aturan fundamental, yang tanpanya masyarakat
tidak dapat ada. Sedangkan moralitas gagasan mendorong manusia mencapai hal- hal
yang local untuk memenuhi kemampuannya.
Berangkat dari pernyataannya tersebut. Lon Fuller mengajukan 8 (delapan) ideal
khusus atau kebajikan formal yang harus diusahakan oleh suatu sistem hukum, antara
lain yaitu: 1) Bersifat umum; 2) Penetapan/penyebaran; 3) Tiadanya Undang Undang
berlaku surut dan tentunya tiada penyalahgunaan perundang-undangan yang berlaku
surut; 4) Tiadanya peraturan yang saling bertentangan: 5)
Kesejajaran/kesebangunan/kesesuaian antara aturan-aturan sebagaimana yang
diumumkan dan pelaksanaannya secara aktual; 6) Adanya kejelasan: 7) Penghindaran
terhadap seringnya perubahan; dan 8) Tiadanya hukum yang menuntut hal yang tidak
mungkin.
E. Problematika Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat
Indonesia

Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia


terhadap nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal
dasar dalam menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral
seseorang apakah baik buruknya sepanjang mali itu dalam arti positif berarti perubahan
bermoral begitu juga sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang
amoral Perbuatan yang bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek
lahiriah yaitu untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari aspek
batiniah yaitu untuk mencapai ketenangan atau ketentraman Statu contoh adalah
masalah perkawinan Semua orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk
menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah akan tetapi kenyataan-kenyataan
yang ada banyak problem yang terjadi dalam keluarga, misalnya terjadi kekerasan
dalam rumah tangga, seorang suami tidak bertanggung jawab pada anak dan istri dan
lain sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan tidak terwujud sebagaimana yang kita
dambakan
Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila dilakukan
dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di Kantor Urusan
Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya masih banyak istilah
kawin sirih (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga yang dikenal dengan "kawin
kontrak". Problema yang demikian harus diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif
dan bijaksana baik oleh kalangan masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena
sifat perkawinan yang demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib
anak-anak.
Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan kontrak ini
dengan begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya, bahkan ingin terlepas
dari tanggung jawabnya.
Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-aturan
yang ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan perkawinan
demikian dikatakan yang bermoral. Juga sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan
tidak melalui prosedur atau tidak dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu maka perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka
yang perlu kita ketahui dalam hal ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum
yang tidak tertulis, yaitu misalnya hukum adat perkawinan yang setiap daerah
mempunyai adat masing-masing.
Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa yang
dikatakan ketertiban atau keamanan, dan ketenangan atau ketentraman maka harus
patuli lepada hukum yanng berlaku dan menjalani milai-nilai yang ada di masyarakat
dengan baik dan sempurna.
Perilaku manusia sehari-hari sejatinya diatur dalam norma seperti norma hukum
atau moral. Masyarakat dapat memberikan penilaian atas perilaku atau tindakan
seseorang dalam interaksinya sehari-hari. Idealnya, manusia harus taat pada norma
moral dan hukum yang ditujukan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang tertib
aman, dan sejahtera. Namun pada faktanya banyak terjadi pelanggaran baik terhadap
norma agama, kesopanan kesusilaan, atau bahkan norma hukum yang sejatinya
memilki sanksi yang jelas dan tegas. Beberapa bentuk pelanggan terhadap norma yang
kerap kali terjadi yaitu pelanggaran terhadap etika atau moral dan pelanggatan terhadap
norma hukum.

Pelanggaran etika

- Kita kerap mendengar istilah kode etik. Makna kode etik yaitu bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematis sengaja dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip moral
yang berlaku. Ada masyarakat profesi tertentu yang diikat oleh kode etik ini seperti
misalnya dokter, perawat, wartawan, guru, dosen, dan lain sebagainya.

- Kode etik ini segaja dibuat agar setiap profesi tersebut dengan sadar dan bertanggung
jawab menjalankan profesinya dengan tidak melanggar etika yang berlaku dalam
masyarakat terutama terkait dengan pekerjaannya

- Contolnya seorang dokter diminta untuk menjaga kerahasiaan terkait dengan


pasiennya atau seorang wartawan yang mempertingkan nilainilai moral ketika
menulis berita dan lain sebagainya. Meskipun demikian ironisnya masih saja sering
ditemui adanya pelanggaran terhadap kode etik ini. Pelanggaran terhadap kode etik
ini akan mendapatkan sanksi lahirian atau yang bersifat memaksa.
- Pelanggar akan mendapatkan sanksi etik seperti menyesal rasa bersalah, malu dan
cemoohan masyarakat Bahkan yang lebih keras lagi dapat berupa teguran, dicabut
keanggotaannya dan profesi tersebut dan tidak diperbolehkan menjalankan
profesinya lagi.

Pelanggaran Hukum

- Sejatinya hukum dibuat untuk ditegakkan demi kemaslahatan ummat. Namun, yang
banyak kita temukan yaitu kasus pelanggaran terhadap hukum yang dilakukan oleh
masyarakat atau bahkan penegak hukum itu sendiri. Hukum berisi perintah dan juga
larangan.
- Hukum dengan tegas menguraikan hal-hal apa sajakah yang perlu dilakukan untuk
tegaknya lukuun dan hal-hal apa sajakah yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas
kita sebagai warga negara.
- Problematika terkait hukum yang paling gampang kita jumpai yaitu rendahnya
kesadaran hukum oleh masyarakat Pelanggaran hukum dalam konteks sempit dapat
bermakna pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan negara, karena
hukum termaktub dalam regulasi.
- Contoh nya pengendara yang tidak melenggkapi surat-surat dan atribut kendaraan
saat berkendara dijalan raya akan melanggar UU No 14 Tahun 1992 tentang Lalu
Lintas. Atau bahkan kasus-kasus lain seperti perampokan, pencurian, perdagangan
ilegal pembalakan liar, dan lain sebagainya.
- Pelanggaran hukum berbeda dengan pelanggaran etik atau etika Sanksi atas
pelanggaran hukum adalah sanksi pidana dari negara yang bersifat lahiriah dan
memaksa. Masyarakat secara resmi berhak memberik sanksi bagi warga negara yang
melanggar hukum.
- Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan
norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang
unili dalam konteks sosial.
- Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis tetapi dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang
sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
- Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi
internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak
ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga perlu
diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah penanaman
nilai- nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab dalam segenap aspek.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbagai pendapat mengenai moral tersebut dapat disintesis menjadi hakikat


moral yang berarti suatu ajaran terkait baik dan buruk yang diterima umum berkaitan
dengan perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, dan budi pekerti. Moral ini lah yang
mendasari alasan perbuatan yang dilakukan seseorang.
Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia
terhadap nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal
dasar dalam menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral
seseorang apakah baik buruknya sepanjang mali itu dalam arti positif berarti perubahan
bermoral begitu juga sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang
amoral Perbuatan yang bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimat dan dari segiisi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan saran yang bersifat
membangun.

DAFTAR PUSTAKA

https://staffnew.uny.ac.id/upload/131623017/pendidikan/BAB+5.pptx

https://staffnew.uny.ac.id/upload/131623017/pendidikan/BAB+5.pptx

https://perpustakaan.komnasperempuan.go.id/web/index.php?p=show_detail&id=4678

https://staffnew.uny.ac.id/upload/131623017/pendidikan/BAB+5.pptx

Jamiluddin. 2012. “Problematika Pembinaan Nilai Moral”.


(http://drsjamiluddin.blogspot.com/2012/10/b-problematika-pembinaan-nilai-
moral.html?m=1/, diakses pada 2 Oktober 2023 pukul 09.47 WIB).

Junita, Nita. 2013. “Problematika, Nilai, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara”.
(https://www.slideshare.net/rotuajunitasitohang/problematika/, diakses pada tanggal 2
Oktober 2023 pukul 11.33 WIB).

Anda mungkin juga menyukai