Anda di halaman 1dari 18

MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

Disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah llmu Sosial dan Budaya Dasar

Oleh:

Kelompok II

Muhammad Fadhil 2008101010077


Raisatul Safira 2008103010004
Feliya Salsabila 2008103010006
Cut Dara Masna 2008103010012
Irfan Fahmi 2008103010014
Fatia 2008103010046

FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
BANDA ACEH
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Permasalahan ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Pengertian Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum........................ 3
2.2 Fungsi Nilai, Moral, dan Hukum.............................................. 6
2.3 Permasalahan Nilai, Moral, dan Hukum dalam Masyarakat
dan Negara ............................................................................... 9
BAB III PENUTUP........................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kepada Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik, dan hidayah, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dengan judul “Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Banda Aceh, 22 April 2021

Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk yang selalu berhubungan dengan lingkungan
sekitar. Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi makhluk
sosial yang memiliki kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomatis, perlu
suatu usaha yang disebut pendidikan. Menurut pandangan humanisme manusia
memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif dan
rasional. Manusia dapat mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani.
Perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial
budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang (cultural background of
personality).
Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala kebutuhan hidupnya
dapat terpenuhi dengan baik sehingga dapat mencapai kesejahteraan dalam
hidupnya. Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak
perbedaan bahkan bertentangan antara satu dengan yang lain. Agar dalam usaha
atau perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terjadi tabrakan
antara yang satu dengan yang lain dalam masyarakat, maka diperlukan adanya
suatu aturan, norma, atau kaidah yang harus dipatuhi oleh segenap warga
masyarakat.
Oleh karena itu di negara Indonesia, kehidupan manusia dalam
bermasyarakat diatur oleh hukum, norma-norma agama, kesusilaan, dan
kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidah sosial itu mengikat dalam
arti dipatuhi oleh anggota masyarakat dimana kaidah itu berlaku. Hubungan antara
hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya itu saling mengisi.
Di Indonesia sendiri, penegakan hukum selalu menjadi suatu kewajiban
yang mutlak harus diadakan dalam negara hukum yang berdasarkan Pancasila.
Kewajiban tersebut bukan hanya dibebankan pada petugas resmi yang telah
ditunjuk dan diangkat oleh Pemerintah, akan tetapi juga kewajiban dari pada

1
seluruh warga masyarakat. Bukan rahasia umum lagi bahwa kadang-kadang

2
terdapat noda hitam dalam praktek penegakan hukum yang perlu untuk
dibersihkan sehingga hukum dan keadilan benar-benar dapat ditegakkan. Sebagai
salah satu pilar yang sangat penting dalam sistem ketatanegaraan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), penyelesaian berbagai permasalahan
hukum yang dihadapi oleh bangsa Indonesia harus diakui tidak dapat dilakukan
dalam waktu singkat.

1.2 Permasalahan
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Pengertian dari manusia, nilai, moral, dan hukum.
2. Fungsi dari nilai, moral, dan hukum.
3. Permasalahan nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat dan negara.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari manusia, nilai, moral, dan hukum.
2. Mengetahui fungsi dari nilai, moral, dan hukum.
3. Mengetahui permasalahan nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat
dan negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum


2.1.1 Pengertian Manusia
Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta) dan “mens”
(Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau makhluk yang berakal budi.
Secara istilah manusia dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu organisme
hidup.
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal, yaitu genetika dan tradisi, horizontal, yaitu geografik, fisik,
dan sosial, maupun kesejahteraan. Tatkala seorang bayi lahir, ia merasakan
perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh karena itu ia menangis, menuntut
agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari hal tersebut,
timbul anggapan bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan untuk membedakan
dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat
untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi, manusia sepenuhnya bergantung
pada individu lain. Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar
membaca, benlajar membuat sesuatu dan sebagainya, memerlukan bantuan orang
lain yang lebih dewasa. Menurut Malinowski (1949), ketergantungan individu
terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha
manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang
dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.

2.1.2 Pengertian Nilai


Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu yang bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai memiliki beberapa sifat, yaitu:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai
bersifat abstrak dan tidak dapat diindra. Hal yang diamati hanyalah objek
yang bernilai itu. Misalnya orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran
adalah sebuah nilai, tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran tersebut.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita,
dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen). Nilai
diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam
bertindak. Misalnya nilai keadilan, semua orang berharap manusia dapat
berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai.
Tindakan manusia berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.
Misalnya nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang
terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks, yaitu memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif dan subjektif. Pada
pandangan pertama, manusia melihat nilai sebagai sesuatu yang objektif apabila
dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan
memandang nilai ada sebelum adanya manusia sebagai penilai. Baik dan buruk,
benar dan salah bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia, tetapi
ada sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.
Pandangan kedua yaitu memandangan nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya
nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya. Jadi nilai memang tidak
akan ada dan tidak akan hadir tanpa adanya penilai. Oleh karena itu nilai melekat
dengan subjek penilai.

2.1.3 Pengertian Moral


Moral berasal dari kata bahasa Latin ‘mores’ kata jamak dari’mos’ yang
berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berasal dari bahasa
Arab ‘akhlak’ atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata
tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku manusia dalam hidup.
Dalam bahasa Yunani, moral sama dengan ‘ethos’ yang berarti etika. Secara
etimologis, etika adalah ajaran tentang baik dan buruk, yang diterima masyarakat
umum tentang perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin
dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan bahwa manusia yang bermoral
adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Moral adalah produk dari budaya
dan agama, sehingga moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak
yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan
sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.
Moral pada hakikatnya adalah istilah manusia untuk manyebut ke manusia
lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Sedangkan manusia yang
tidak memiliki moral disebut “amoral” artinya dia tidak bermoral, yang tak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Oleh karena itu, moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara eksplisit adalah hal-hal
yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Manusia harus memiliki
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. Moral diartikan juga
sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat
mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, suara hati, serta nasihat
dan lain-lain. Moral sama dengan etika, etik, akhlak, kesusilaan dan budi pekerti.

2.1.4 Pengertian Hukum


Hukum merupakan bagian dari norma, yaitu norma hukum. Hukum adalah
himpunan peraturan-peraturan yang mengurusi tata tertib suatu masyakarat dan
harus ditaati oleh masyarakat tersebut. Dengan kata lain, hukum berisi perintah-
perintah dan larangan-larangan serta sanksi yang tegas bagi mereka yang
melanggar peraturan-peraturan tersebut. Selain itu, pengertian hukum sangat
beragam, karena
hukum bermacam-macam tergantung dari tempat dan waktu dimana hukum
tersebut berlaku. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang hukum,
yaitu:
a. Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja dan Dr. B. Arief Sidharta, SH.
menyatakan bahwa hukum adalah perangkat kaidah-kaidah dan asas-asas
yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat.
b. Menurut Simorangkir, SH., Hukum adalah peraturan-peraturan yang
bersifat memaksa, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya
tindakan.
c. Mudjiono, SH. menyatakan bahwa hukum adalah keseluruhan aturan
tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup berbangsa dan bernegara,
baik tertulis dan tidak tertulis yang berfungsi memberikan rasa tentram dan
akan berakibat diberikannya sanksi bagi yang melanggarnya.
Plato mengartikan bahwa hukum merupakan peraturan-peraturan yang teratur dan
tersusun baik yang mengikat masyarakat. Aristoteles menyatakan bahwa hukum
hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi
juga hakim. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-umsur
dalam hukum meliputi:
a. Peraturan dibuat oleh yang berwenang;
b. Tujuannya mengatur tata;
c. Bersifat memaksa dan ditaati.

2.2 Fungsi Nilai, Moral, dan Hukum


2.2.1 Fungsi Nilai
Sesuatu yang dianggap bernilai adalah apabila memiliki nilai,
menyenangkan, berguna, memuaskan, menguntungkan, menarik, dan meyakinkan.
Artinya, sesuatu dapat dikatakan bernilai bila menyenangkan bagi manusia,
berguna bagi manusia, dapat memuaskan manusia, menarik bagi manusia, dan
menimbulkan keyakinan bagi manusia terhadap nilai dari sesuatu.
Menurut Rokeach (1973) dalam Budi Juliardi (2014), nilai itu sendiri
berfungsi antara lain sebagai berikut:
a. Fungsi nilai sebagai standar, meliputi:
1. Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam isu
sosial tertentu dan mengevaluasinya. Jadi, apa pendapat seseorang
tentang suatu topik tertentu dan bagaimana ia mengevaluasi topik
tersebut, dapat menggambarkan nilai-nilainya,
2. Memengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu
dibanding ideologi politik yang lain,
3. Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain,
4. Melakukan evaluasi dan membuat keputusan,
5. Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan memengaruhi
orang lain, memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan
tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan
dibantah, serta bisa dipengaruhi dan diubah.
b. Fungsi nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan
pengambilan keputusan. Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi
beberapa nilai dalam sistem nilai individu. Pada umumnya, nilai-nilai yang
teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang
bersangkutan.
c. Kunci Motivasi. Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah
laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak
langsungnya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga
nilai dikatakan memiliki fungsi motivasi.
Nilai dapet memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu,
memberi arah dan intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz,
1994). Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga
merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara biologis) dan keinginan selain
tuntutan sosial (Grube, dkk., 1994).

2.2.2 Fungsi Moral


Moral berfungsi sebagai landasan dan patokan yang bertindak bagi setiap
orang dalam kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan
maupun dalam lingkungan keluarga. Hal yang paling penting adalah bahwa moral
berada pada batin atau pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol penyeimbang
bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan. Selain itu, fungsi moral adalah
untuk mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan
sesama sebagai bagian dari masyarakat dan untuk menjaga keharmonisan
hubungan sosial antar manusia, karena moral menjadi landasa rasa percaya
terhadap sesama.
Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada manusia, baik
sanksi sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga manusia akan penuh
pertimbangan sebelum bertindak. Moral dalam diri manusia juga dapat
memberikan landasan kesabaran dalam bertahan dalam setiap dorongan naluri dan
keinginan atau nafsu yang mengancam harkat dan martabat pribadi.

2.2.3 Fungsi hukum


Hukum sangat penting dan diharuskan ada dalam masyarakat. Karena itu
hukum dalam kehidupan bermasyarakat memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Hukum sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat. Hukum
berfungsi untuk menunjukkan manusia mana yang baik dan yang buruk
sehingga segala sesuatu dapat berjalan dengan tertib dan teratur.
b. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.
Hukum dapat memberi keadilan untuk menentukan suapa yang salah, siapa
yang benar dan dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan
ancaman sanksi bagi pelanggarnya.
c. Hukum sebagai sarana penggerak pembangunan. Daya mengikat dan
memaksa dari hukum dapat digunakan untuk menggerakkan
pembangunan. Hukum di sini dijadikan alat untuk membawa masyarakat
ke arah yang lebih maju.
d. Hukum sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya, persengketaan
harta waris dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah
diatur dalam hukum perdata.
2.3 Permasalahan Nilai, Moral, dan Hukum dalam Masyarakat dan
Negara
Moral adalah salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral yang
berkaitan dengan nilai baik dan buruk perbuatan manusia. Manusia yang bermoral
tindakannya didasari oleh nilai-nilai moral. Tindakan yang bermoral adalah
tindakan yang dilakukan secara sadar, mau, dan tahu serta tindakan itu berkenaan
dengan nilai-nilai moral yang menjunjung tinggi nilai pribadi manusia, harkat dan
martabat bangsa.
Hukum adalah norma yang merupakan perwujudan dari nilai, termasuk
nilai moral. Antara hukum dan moral berkaitan. Hukum harus merupakan
perwujudan dari moralitas. Hukum sebagai norma harus berdasarkan pada nilai
moral. Dengan demikian, maka ketiganya memiliki keterkaitan tersendiri dalam
terwujudnya suatu kehidupan yang damai, tertib, aman, dan sejahtera. Namun
dalam kenyataannya, suatu pelanggaran tetap terjadi, sehingga menimbulkan
suatu permasalahan didalam masyarakat dan negara.

2.3.1 Permasalahan Nilai Berupa Pelanggaran Nilai


Nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok, tentunya tidak akan terlepas
dari tindakan-tindakan pelanggaran atas nilai itu sendiri. Jika seorang individu
atau kelompok sudah tidak mengindahkan nilai toleransi dan bersikap
meremehkan kepada penganut agama yang berlainan dengan agama yang
dianutnya, tentu saja hal ini akan menimbulkan permasalahan. Kerukunan diantara
umat beragama akan hilang, bahkan akan menjurus ke arah disintegrasi atau
perpecahan dan konflik antarumat beragama.
Bagi masyarakat profesi, nilai diwujudkan dengan membuat kode etik
profesi yang berisi nilai-nilai yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
berkaitan dengan profesi yang diembannya. Kode etik biasanya dibuat secara
tertulis dan sistematis berdasarkan sistem moral yang ada, seperti kode etik guru
untuk profesi guru, kode etik jurnalis bagi profesi dalam bidang jurnalis, dan
sebagainya. Akan tetapi, walaupun kode etik sudah ada, tetep saja pelanggaran
etik
terjadi. Contohnya, guru memukul siswa. Hal ini tentu bertentangan dengan nilai-
nilai yang seharusnya melekat dalam diri seorang guru, yaitu guru sebagai
panutan dan teladan bagi murid-muridnya.

2.3.2 Permasalahan Moral Berupa Pelanggaran Moral


Moral yang dimiliki seorang individu akan memicu “transfer” moral
kepada temannya, terutama dalam kalangan remaja. Pengaruh pertemanan akan
berdampak positif jika moral yang dimiliki teman itu positif. Sebaliknya, akan
berpengaruh negatif apabila moral yang dimiliki teman itu negatif, contohnya
seperti menghisap narkoba, merokok, mencuri, minum minuman keras, dan
perilaku amoral lainnya.
Pelanggaran moral dapat pula dilakukan oleh seorang individu karena
adanya pengaruh “figur otoritas”. Figur otoritas merupakan seseorang yang
perkataannya selalu didengarkan. Anak-anak cenderung memilih figur orang tua
sebagai panutan moral. Jika moral orang tua baik, maka moral anaknya juga ikut
baik, begitu juga sebaliknya. Orang tua harus menempatkan diri menjadi figur
yang benar-benar dicontoh oleh anak-anak untuk membentuk moral yang baik.
Karena itu, figur otoritas sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai moral
orang lain.

2.3.3 Permasalahan Hukum Berupa Pelanggaran Hukum


Hukum diciptakan untuk ditaati demi terwujudnya kedamaian dan
ketertiban dalam masyarakat. Akan tetapi, pelanggaran hukum dapat terjadi
karena lemahnya kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran hukum adalah
kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk
pada hukum yang berlaku. Akibat lemahnya kesadaran hukum masyarakat,
berbagai pelanggaran hukum sering terjadi. Contohnya seperti membawa
kendaraan tanpa SIM, melanggar lampu lalu lintas, dan pelanggaran lainnya.
Permasalahan hukum selanjutnya adalah hukum selalu digunakan oleh
penguasa sebagai alat legitimasi untuk berbuat semaunya. Hukum diciptakan
bukan untuk kebaikan bersama, tetapi digunakan untuk menguntungkan satu
pihak atau satu kelompok yang berakibat menyengsarakan masyarakat. Hal ini
tentu tudak boleh terjadi, karena hukum memiliki posisi tertinggi dalam sebuah
negara
(supremasi hukum). Hukum yang mengatur pemerintah, bukan pemerintah yang
mengatur hukum.
Menurut para ahli teori konflik, ide bahwa hukum beroperasi secara tidak
memihak dan menerapkan suatu peraturan yang dianut oleh semua orang
merupakan suatu mitos budaya yang dipromosikan oleh kelas kapitalis. Para ahli
teori ini dijelaskan oleh Henslin yang mengutip pendapat Spitzer (1975), bahwa
hukum adalah suatu alat yang didesain untuk mempertahankan orang yang
berkuasa dalam kedudukan mereka yang istimewa.

Permasalahan nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat dan negara yang
berupa pelanggaran terhadap nilai, moral, dan hukum, di atas memiliki perbedaan
masing-masing. Misalnya, suatu negara berwenang memberikan sanksi kepada
warga negara yang melakukan pelanggaran hukum, namun tidak berwenang
menjatuhkan sanksi bagi pelanggaran kepada pelanggaran moral dan etik atau
nilai, kecuali jika pelanggaran etik tersebut sudah menjurus pada pelanggaran
hukum.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia, nilai, moral, dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan
dan saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati,
dan melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral, dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.
Manusia adalah individu yang terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang
paling sempurna, tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di permukaan bumi.
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan, dan
dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Moral adalah
ajaran tentang baik dan buruk yang diterima masyarakat umum tentang sikap,
perbuatan, dan sebagainya. Hukum dibuat dengan tujuan mengatur kehidupan
masyarakat agar terjadi keserasian di antara warga masyarakat dan sistem sosial
yang dibangun oleh suatu masyarakat.

3.2 Saran
Kita sebagai manusia yang baik seharusnya memanfaatkan nilai yang
bermanfaat bagi kita dan bertindak sesuai dengan moral. Kita harus bersikap adil
demi terwujudnya kedamaian dan ketertiban serta menjunjung tinggi hukum yang
telah ada dalam masyarakat.
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat memberi manfaat bagi para
pembaca dan kami selaku pembuat makalah ini. Serta dengan dibuatnya makalah
ini, kami meminta saran kepada pembaca untuk mengoreksi makalah ini apabila
ada kesalahan dalam sistematika penulisan makalah dan isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bumi Aksara,
Jakarta.

Poespoprodjo, W. 1988. Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan Praktek.


Remadja Karya, Bandung.

Rafiek, Muhammad. 2011. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Pustaka Prima, Yogyakarta.

Supartono,W., M.M. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Ghalia Indonesia, Bogor.

Syukri, A.N. 2015. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai