Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ENTOMOLOGI

ANOPHELES

Disusun oleh :

Nur Aida Kurniati NIM. P07134116003

Annisa Fitriani NIM. P07134116015

Novela Theresa S. NIM. P07134116023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM DIPLOMA III
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana yang membahas mengenai nyamuk Anopheles.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita. Aamiin.

Yogyakarta , 18 Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anopheles ............................................................................................
2.2 Tipe Spesies Anopheles ..........................................................................................
2.3 Morfologi Anopheles .............................................................................................
2.4 Siklus Hidup Anopheles ..........................................................................................
2.5 Habitat Anopheles ...................................................................................................
2.6 Perilaku Anopheles .................................................................................................
2.7 Peran Anopheles .......................................................................................................
2.8 Pengendalian Anopheles .......................................................................................
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious
agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan
masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan
manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan
penyakit.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu
phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan
penyakit malaria, deman berdarah, dan Phylum chordata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang
menyebabkan penyakit pes. Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam
menyebabkan kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang
penggangu tersebut harus di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi
sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau
menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun
membahayakan kehidupan manusia.

Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium bentuk
aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles. Nyamuk Anopheles sangat banyak macamnya dan berbeda-beda jenisnya
antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Keadaan lingkungan sangat
mempengaruhi jenis nyamuk Anopheles yang berperan dalam penularan penyakit malaria
di daerah tertentu.Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang
berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria
masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu nyamuk Anopheles?
2. Apa saja tipe spesies Anopheles yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana morfologi dari nyamuk Anopheles?
4. Bagaimana siklus hidup dari nyamuk Anopheles?
5. Dimana habitat nyamuk Anopheles?
6. Bagaimana perilaku dari Anopheles ?
7. Bagaimana peran nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria?
8. Bagaimana cara pengendalian nyamuk Anopheles?

C. Tujuan
1. Mengetahui
2. Mengetahui morfologi dari nyamuk Anopheles
3. Mengetahui siklus hidup nyamuk Anopheles
4. Mengetahui habitat nyamuk Anopheles
5. Mengetahui perilaku dari nyamuk Anopheles
6. Mengetahui peran nyamu Anopheles sebagai vektor penyakit
7. Mengetahui cara pengendalian nyamuk Anopheles
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nyamuk Anopheles


Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih
terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan
menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan
penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25
spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.
Sistem klasifikasi Anopheles sp
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Sub famili : Anophelini
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp.
B. Tipe Spesies Anopheles
Ada beberapa spesies Anopheles sp yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia
antara lain :
1. Anopheles sundauicus
Anopheles sundauicus pertama sekali ditemukan oleh Rodenwalt pada tahun
1925. Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada
darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling sering
antara pukul 22.00 - 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari nyamuk masuk ke dalam
rumah untuk mencari darah, hinggap didinding baik sebelum maupun sesudah
menghisap darah. Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan
Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh-
tumbuhan enteromorpha, chetomorpha, dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8%.
Di Sumatra, jentik ditemukan pada air tawar seperti Mandailing dengan ketinggian
210 m dari permukaan laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 m.
Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan
lokasi yang lainnya. Di pantai Selatan Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera Utara,
pada pagi hari, sedangkan di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada pagi
hingga siang hari. Jenis vektor An.Sundaicus istirahat dengan hinggap didinding
rumah penduduk. Jarak terbang An. Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim
densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu
tempat yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km) dari tempat perindukan nyamuk
tersebut.
Vektor An. Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu campuran
antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%.
Penyebaran jentik ditempat perindukan tidak merata dipermukaan air, tetapi
terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang mengapung,
sampah dan rumput - rumput dipinggir Sungai atau pun parit. Genangan air payau
yang digunakan sebagai tempat berkembang biak adalah yang terbuka yang
mendapat sinar matahari langsung. Seperti pada muara sungai, tambak ikan, galian -
galian yang terisi air di sepanjang pantai dan lain lain.
2. Anopheles aconitus
Vektor An. aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz pada tahun 1902.
Vektor jenis An. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak dibandingkan
darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat hubungannya dengan
lingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan satu atap dengan rumah
penduduk.
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir diseluruh kepulauan, kecuali Maluku
dan Irian. Biasanya dijumpai di daratan rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki
gunung dengan ketinggian 400-1000 m dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini
merupakan vektor pada daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari,
hampir 80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00 -
22.00. Nyamuk jenis Aconitus ini hanya mencari darah di dalam rumah penduduk.
Setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya suka hinggap di daerah-
daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang
selalu basah dan lembab.
Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran
irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk perkembangan
nyamuk ini. Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula ditepi sungai yang
airnya mengalir perlahan dan kolam air tawar. Distribusi dari An. Aconitus, terdapat
hubungan antara densitas dengan umur padi disawah. Densitas mulai meninggi
setelah tiga - empat minggu penanaman padi dan mencapai puncaknya setelah padi
berumur lima sampai enam minggu.
3. Anopheles barbirostris
Vektor An. Barbirotris pertama sekali diidentifikasi oleh Van der Wulp pada
tahun 1884. Spesies ini tersebar di seluruh Indonesia, baik di daratan tinggi maupun
di daratan rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya
tidakbegitu cepat, ada tumbuh-tumbuhan air pada tempat yang agak teduh seperti
pada saah dan parit. Jenis nyamuk ini di Sumatera dan Jawa jarang dijumpai
menggigit orang tetapi lebih sering dijumpai menggigit binatang peliharaan.
Sedangkan pada daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor- Timur nyamuk
ini lebih sering menggigit manusia daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanya
mencari darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 -
05.00. Frekuensi mencari darah tiap tiga hari sekali.
4. Anopheles kochi
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia kecuali Irian. Jentik biasanya
ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki
kerbau, kubangan dan sawah yang siap ditanami.
5. Anopheles maculatus
Vektor An. Maculatus pertama sekali ditemukan oleh Theobaldt pada tahun
1901. Vektor An. Maculatus betina lebih sering mengihisap darah binatang daripada
darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah pada malam hari antara pukul
21.00 hingga 03.00. Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali Maluku
dan Irian. Spesies ini terdapat di daerah pegunungan sampai ketinggian 1600 m
diatas permukaan air laut. Jentik ditentukan pada air jernih dan banyak kena sinar
matahari.
Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan. Dimana tempat
perindukan yang spesifik vektor Anopheles maculatus adalah di sungai yang kecil
dengan air jernih, mata air yang mendapat sinar matahari langsung. Di kolam dengan
air jemih juga ditemukan jentik nyamuk ini, meskipun densitasnya rendah.
Densitas Anopheles maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim
hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa
banjir.
6. Anopheles subpictus
Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan
menjadi dua spesies yaitu :
a. Anopheles subpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang-kadang ditemukan dalam air payau
dengan kadar garam tinggi.
b. Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik
ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan
dan parit.
7. Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada
kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.

C. Morfologi Anopheles sp
Telur Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan
bagian atasnya konkaf dan diletakkan satu per satu di atas permukaan air serta memiliki
sepasang pelampung yang terletak di bagian lateral. Di tempat perindukan, larva
Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu
spirakel pada bagian posterior abdomen, batu palma pada bagian lateral abdomen,
dan tergal plate pada bagian tengah setelah dorsal abdomen. Pada stadium pupa
terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan
pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Stadium dewasa Anophelini
jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang probosisnya, hanya
pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada yang disebut club
form sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak
sedikit lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisik-sisik yang
berkelompok sehingga membentuk belang-belang hitam putih.
Tubuh nyamuk Anopheles dewasa terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, dada dan
perut. Di bagian kepala terdapat antena. Antena pada nyamuk jantan berambut banyak
sedangkan pada nyamuk betina berambut sedikit. Di bagian kepala juga terdapat alat
mulut, dengan salah satu bagian mulutnya disebut probosis. Di bagian dada terdapat satu
pasang sayap. Bagian perut Anopheles terdiri dari delapan segmen. Segmen terakhir
perut termodifikasi menjadi alat perkawinan. Saat istirahat (hinggap) tubuh dan
proboscis membentuk satu garis lurus dan satu sudut dengan permukaan tempat istirahat.

D. Siklus Hidup Anopheles sp


Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan oleh
nyamuk betina, menetas menjadi larva yang kemudian melakukan pengelupasan kulit
sebanyak 4 kali, lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan
atau betina. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai
menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung kepada spesies, makanan yang
tersedia dan suhu udara.
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih
dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan
tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis
betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari
darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur
tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species
dari nyamuk.
1. Perkembangan telur Anopheles
Stadium telur Anopheles diletakkan satu persatu di atas permukaan air, biasanya
peletakkan dilakukan pada malam hari. Telur berbentuk seperti perahu yang bagian
bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung
yang terletak pada sebuah lateral sehingga telur dapat mengapung di permukaan air.
Jumlah telur yang dikeluarkan oleh nyamuk betina Anopheles bervariasi, biasanya
antara 100-150 butir.
Telur Anopheles tidak dapat bertahan lama di bawah permukaan air. Telur-
telur Anopheles yang terdapat di bawah permukaan air dalam waktu lama (melebihi
92 jam) akan gagal menetas, sedangkan kondisi suhu yang menguntungkan bagi
telur Anopheles adalah antara 280C-360C. Suhu di bawah 200C dan di atas 400C
adalah suhu yang tidak menguntungkan bagi perkembangan telur. Pada suhu 520C
seluruh telur akan mati dan suhu 500C adalah suhu terendah bagi telur untuk dapat
bertahan.
2. Perkembangan larva Anopheles
Larva Anopheles bersifat akuatik yakni mempunyai habitat hidup di air. Larva
ini mempunyai 4 bentuk (instar) pertumbuhan. Masing-masing instar mempunyai
ukuran dan bulu yang berbeda. Stadium larva Anopheles yang di tempat perindukan
tampak mengapung sejajar dengan permukaan air dan spirakelnya selalu kontak
dengan udara luar. Sekali- sekali larva Anopheles mengadakan gerakan-gerakan turun
ke dalam/bawah untuk menghindari predator/musuh alaminya atau karena adanya
rangsangan di permukaan seperti gerakan-gerakan dan lain-lain. Perkembangan
hidupnya larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan yang mengandung makanan
antara lain mikroorganisme terutama bakteri, ragi dan protozoa yang cukup kecil
sehingga dapat dengan mudah masuk mulutnya.
3. Perkembangan pupa Anopheles
Stadium pupa merupakan masa tenang. Pada umumnya pupa tidak aktif bila
memasuki stadium ini, pupa nyamuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang aktif,
dan bila sedang tidak aktif maka pupa ini akan berada mengapung pada permukaan
air. Kemampuannya mengapung disebabkan oleh adanya ruang udara yang cukup
besar yang berada pada sisi bawah sefalotoraks. Pupa tidak menggunakan rambut dan
kait untuk dapat melekat pada permukaan air, tetapi dengan bantuan dua terompet
yang cukup besar yang berfungsi sebagai spirakel dan dua rambut
panjang stellate yang berada pada segmen satu abdomen.Stadium pupa mempunyai
tabung pernapasan (Respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan pendek dan
digunakan untuk pengambilan O2 dari udara (Gandahusada, 1998). Perubahan dari
pupa menjadi dewasa biasanya antara 24 jam sampai dengan 48 jam. Tetapi hal ini
akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan terutama suhu.
4. Perkembangan nyamuk dewasa
Pada stadium dewasa palpus nyamuk jantan dan nyamuk betina mempunyai panjang
hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan
ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada nyamuk betina
ruas tersebut mengecil. Sayap pada bagian pinggir (kosta dan vena) ditumbuhi sisik-
sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih.
Di samping itu, bagian bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul).
Bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan juga tidak setumpul
nyamuk Mansonia, tetapi sedikit melancip.
E. Habitat Anopheles sp
Habitat nyamuk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu habitat air mengalir dan habitat
air menggenang. Habitat air mengalir, dapat berupa saluran air (parit atau selokan) yang
mengalir lambat, dan sungai yang alirannya deras maupun lambat. Pada saluran irigasi
biasanya tumbuh tanaman menjalar yang dapat menahan arus air. Jenis Anopheles sp. yang
hidup dalam habitat seperti ini antara lain: Anopheles palmatus, Anopheles barbumbrosus,
Anopheles vagus, Anopheles hunteri, Anopheles barbirostris, Anopheles sinensis,
Anopheles nigerrimus, Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus, dan Anopheles
maculates (Mattingly, 1969). Sedangkan habitat air menggenang dibagi dalam tiga
kategori, yaitu: 1) Habitat air tanah, 2) Habitat air bawah permukaan tanah, dan 3) habitat
kontainer. Anopheles sp. hanya ditemukan pada habitat air tanah dan habitat air bawah
permukaan tanah.
1. Habitat Air Tanah
Habitat air tanah yang tergolong air tanah permanen antara lain danau, kolam, atau
lagun atau rawa-rawa. Beberapa spesies Anopheles yang hidup pada habitat seperti ini
antara lain Anopheles lesteri, Anopheles bancrofti, Anopheles stigmaticus, Anopheles
kochi, Anopheles tesselatus, Anopheles vagus, Anopheles aconitus, dan Anopheles
japonicus. Sedangkan habitat air tanah yang tergolong air tanah sementara antara lain
comberan atau kobakan, air kubangan serta jejak tapak kaki manusia atau hewan.
Beberapa spesies yang didapat adalah Anopheles barbirostris, Anopheles nigerrimus,
dan Anopheles kochi.
2. Habitat Air Bawah Permukaan Tanah
Habitat yang dikategorikan sebagai air bawah permukaan tanah dapat berupa
sumur/perigi, bekas galian tambang, dan waduk. Beberapa spesies Anopheles yang
hidup di habitat ini antara lain An. vagus dan An. Hunter.

F. Perilaku Anopheles

Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit karena memerlukan darah
untuk perkembangan telurnya. Pada saat nyamuk aktif mencari darah maka nyamuk akan
terbang berkeliling untuk mencari rangsangan dari hospes yang cocok. Beberapa faktor
seperti keberadaan hospes, tempat menggigit, frekuensi menggigit dan waktu menggigit
merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan perilaku
nyamuk menghisap darah.
Berdasarkan obyek yang digigit (hospes), nyamuk dibedakan menjadi antrofilik,
zoofilik, dan indiscriminate biter. Nyamuk antrofilik adalah nyamuk yang lebih suka
menghisap darah manusia, dan dikategorikan zoofilik apabila nyamuk lebih suka
menghisap darah hewan. Apabila nyamuk menghisap darah tanpa kesukaan tertentu
terhadap hospes disebut indiscriminate biter. Nyamuk akan menghisap darah dari hospes
lain yang tersedia apabila darah hospes yang disukai tidak ada. Hal ini disebabkan
adanya suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan nyamuk berorientasi terhadap
hospes tertentu dengan jarak yang cukup jauh dan adanya bau spesifik dari hospes.
Selain berdasarkan objek yang digigit, berdasarkan tempat menggigitnya nyamuk
juga dapat dibedakan menjadi eksofagik dan endofagik. Nyamuk dikatakan eksofagik
apabila nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah dan dikatakan endofagik apabila
nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah. Namun nyamuk yang bersifat eksofagik
dapat bersifat endofagik apabila terdapat hospes yang cocok di dalam rumah.
Frekuensi menggigit nyamuk dipengaruhi oleh siklus gonotropik dan waktu
mengggigit. Nyamuk dengan siklus gonotropik dua hari akan lebih efisien untuk menjadi
vektor dibandingkan dengan nyamuk yang mempunyai siklus gonotropik tiga hari.
Nyamuk yang menggigit beberapa kali untuk satu siklus gonotropik akan menjadi vektor
yang lebih efisien dari pada nyamuk yang hanya menggigit satu kali untuk satu siklus
gonotropiknya. Siklus gonotropik juga dipengaruhi oleh suhu dan tersedianya genangan
air untuk tempat bertelur. Waktu menggigit harus diperhatikan, seperti nyamuk
Anopheles yang menggigit pada malam hari. Pada waktu malam hari pada umumnya
manusia sedang beristirahat atau sedang tidur, mungkin satu kali menggigit sudah cukup
untuk satu siklus gonotropik. Berdasarkan waktu menggigit, secara umum nyamuk
Anopheles aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai dari senja hingga tengah
malam tetapi ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi.

G. Peran nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyakit malaria

Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, malaria
disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali. Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :
a. Plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika.
b. Plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
c. Plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana.
d. Plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa dengan
Malaria Tertiana.
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan
nyamuk. Siklus aseksual didalam hospes vertebratadikenal sebagai skizogoni dan siklus
seksual yang terbentuk sporozoitdisebut sebagai sporogoni.
1) Skizogoni
Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam
aliran darah hospes vertebrata (manusia) melalui tusukkan nyamuk, dalam waktu 30
menit memasuki sel parenkim hati, mulai stadium eksoeritrositik dari daur hidupnya.
Di dalam sel hati parasit tumbuh skizon.
2) Sporogoni
Sporogoni terjadi didalam nyamuk. Gemetosit yang masuk bersama darah, tidak
dicernakan bersama selsel darah lain. Pada Mikrogametositjantan titik kromatin
membagi diri menjadi 68 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir beberapa
filament dibentuk seperti cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu yang menjadi
68 mikrogametber inti tunggal, didesak keluar akhirnya lepas dari sel induk. Proses
ini disebut sebagai aksflagelasi.
Sementara makrogametosit betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri
atas sebuah badan dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan
sekelompok kromatin ditengah. Pembuahan (fertilisasi) terjadi karena masuknya
satu mikrogamet kedalam mikrogamet untuk membentuk Zigot.
Nyamuk dapat berperan sebagai vektor apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Nyamuk vektor mempunyai kontak terhadap manusia cukup tinggi, dalam hal ini
dinyatakan dalam kepadatan menggigit orang (MBR).
b. Nyamuk vektor merupakan spesies yang jumlahnya selalu dominan bila dibandingkan
dengan spesies lainnya.
c. Populasi spesies yang bersangkutan umumnya mempunyai umur cukup panjang, yang
dalam persen nyamuk.
d. Di tempat lain ternyata spesies tersebut telah dikonfirmasi sebagai vektor.
Saat nyamuk betina mengisap darah penderita malaria atau DBD, akan terbawa
Plasmodium yang ada dalam darah manusia. Nyamuk yang telah mengisap darah orang
sakit akan terinfeksi oleh Plasmodium, selanjutnya dalam tubuh nyamuk terjadi siklus
hidup parasit dan virus. Nyamuk yang telah terinfeksi bila menggigit orang sehat, maka
parasit malaria atau virus yang akan masuk ke dalam darah manusia, kemudian manusia
sehat menjadi sakit. Dalam tubuh manusia terjadi siklus hidup parasit malaria (aseksual)
untuk memperbanyak diri.
Penyebaran malaria ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya Agent, Host
(penjamu) dan lingkungan yang saling berinteraksi. Agent (parasit) hidup dalam tubuh
manusia (intermediate) dan tubuh nyamuk (definitif). Dalam tubuh nyamuk agent
berkembang menjadi bentuk infektif, siap menularkan ke manusia yang berfungsi sebagi
host intermediate bisa terinfeksi dan menjadi tempat berkembangnya agent.

H. Cara pengendalian
Penanggulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan
antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan
kepada sasaran yang tepat, yaitu :
1. Pemberantasan vektor
Penanggulangan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasit
yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga
penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus. Demikian juga kegiatan anti jentik dan
mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat perindukan, sehingga perkembangan
jumlah (Density) nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya
transmisi penyakit malaria. Penangulangan vektor dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan,
ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat.
2. Pengendalian vektor
Kontrol vektor malaria ini dimaksudkan untuk melindungi individu terhadap gigitan
nyamuk yang infektif, menurunkan populasi nyamuk, mencegah vektor menjadi
infektif dan pada tingkat masyarakat berguna untuk mengurangi intensitas transmisi
malaria secara lokal. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor
adalah sebagai berikut:
a. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada,
pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid,
gardu ronda, dan lain-lain.
b. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi,
kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan
yang potensial (Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan
adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai
yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
c. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan
ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana terdapat
banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang
tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa daerah
pantai dan air payau, dll.
d. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yang
digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih
dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan
aktif permethrin.
e. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan
manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah
dan membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dan
Vektor .
f. Pemandulan nyamuk dengan radiasi gamma Co-60
Pengendalian nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyakit malaria dapat
dilakukan dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Setelah nyamuk jantan
diiradiasi nyamuk dikawinkan dengan betina normal dengan jumlah yang sama
dan diamati jumlah telur yang dihasilkan, prosentase penetasan telur untuk setiap
dosis radiasi, dan kelangsungan hidup nyamuk. Dari hasil pengamatan diperoleh
data bahwa dosis radiasi 90 Gy dapat memandulkan 65%, 100 Gy memandulkan
77%, 110 Gy memandulkan 97%, dan 120 Gy memandulkan99% dibandingkan
dengan kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara nyamuk jantan
yang diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan nyamuk betina normal tidak dapat diikuti
perkembangan hidupnya karena mengalami kematian.
Radiasi gamma dan neutron dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor
penyakit melalui teknik TSM. Faktor yang berpengaruh terhadap proses
kemandulan pada nyamuk ialah terjadinya infekunditas (tidak dapat
menghasilkan telur), inaktivasi sperma, mutasi letal dominan, aspermia, dan
ketidakmampuan kawin dari serangga betina atau jantan. Radiasi dapat
mengurangi produksi telur yang disebabkan karena tidak terjadinya proses
oogenesis sehingga tidak terbentuk oogenia atau telur. Aspermia dapat
menyebabkan kemandulan karena radiasi merusak spermatogenesis sehingga
tidak terbentuk sperma. Inaktivasi sperma juga dapat menyebabkan kemandulan
karena sperm tidak mampu bergerak untuk membuahi sel telur. Faktor penyebab
kemandulan yang lain ialah ketidakmampuan kawin, hal ini karena radiasi
merusak sel-sel somatik saluran genetalia interna sehingga tidak terjadi
pembuahan sel telur . Irradiasi gamma menyebabkan penurunan yang sangat
drastis terhadap presentase penetasan telur, dosis 90 Gy mampu menurunkan
persentase penetasan telur hingga lebih dari 50%, bahkan untuk dosis 110 Gy
mampu menurunkan persentase penetasan telur hingga 96 %.
Faktor yang dianggap menyebabkan kemandulan pada serangga yang
diiradiasi adalah mutasi lethal dominan. Dalam hal ini inti sel telur atau inti
sperma mengalami kerusakan sebagai akibat radiasi sehingga terjadi mutasi gen.
Mutasi lethal dominan tidak menghambat proses pembentukan gamet jantan
maupun betina, dan zigot yang terjadi juga tidak dihambat, namun embrio akan
mengalami kematian. Prinsip dasar mekanisme kemandulan ini untuk selanjutnya
dikembangkan sebagai dasar teknik pengendalian vektor penyakit, seperti
malaria, DBD dan filariasis yang disebut Teknik Serangga Mandul. TSM menjadi
salah satu alternatif pilihan cara yang dapat dipilih dan dipertimbangkan, karena
lebih aman, apesies spesifik, tidak menimbulkan resistensi dan pencemaran
lingkungan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Ada beberapa spesies
Anopheles sp yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain

B. Saran
Daftar Pustaka

Anies. 2005. Manajemen Berbasis Lingkungan (Solusi Mencegah dan Menanggulangi


Penyakit Menular). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria.

Gandahusada, S; Ilahude, H; Pribadi, Wita. 2006. Parasitologi Kedokteran.Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Harijanto, P. N. 2000. Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan.


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai