ANOPHELES
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana yang membahas mengenai nyamuk Anopheles.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious
agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan
masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan
manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan
penyakit.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu
phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan
penyakit malaria, deman berdarah, dan Phylum chordata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang
menyebabkan penyakit pes. Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam
menyebabkan kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang
penggangu tersebut harus di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi
sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau
menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun
membahayakan kehidupan manusia.
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium bentuk
aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles. Nyamuk Anopheles sangat banyak macamnya dan berbeda-beda jenisnya
antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Keadaan lingkungan sangat
mempengaruhi jenis nyamuk Anopheles yang berperan dalam penularan penyakit malaria
di daerah tertentu.Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang
berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria
masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu nyamuk Anopheles?
2. Apa saja tipe spesies Anopheles yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana morfologi dari nyamuk Anopheles?
4. Bagaimana siklus hidup dari nyamuk Anopheles?
5. Dimana habitat nyamuk Anopheles?
6. Bagaimana perilaku dari Anopheles ?
7. Bagaimana peran nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria?
8. Bagaimana cara pengendalian nyamuk Anopheles?
C. Tujuan
1. Mengetahui
2. Mengetahui morfologi dari nyamuk Anopheles
3. Mengetahui siklus hidup nyamuk Anopheles
4. Mengetahui habitat nyamuk Anopheles
5. Mengetahui perilaku dari nyamuk Anopheles
6. Mengetahui peran nyamu Anopheles sebagai vektor penyakit
7. Mengetahui cara pengendalian nyamuk Anopheles
BAB II
PEMBAHASAN
C. Morfologi Anopheles sp
Telur Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan
bagian atasnya konkaf dan diletakkan satu per satu di atas permukaan air serta memiliki
sepasang pelampung yang terletak di bagian lateral. Di tempat perindukan, larva
Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu
spirakel pada bagian posterior abdomen, batu palma pada bagian lateral abdomen,
dan tergal plate pada bagian tengah setelah dorsal abdomen. Pada stadium pupa
terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan
pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Stadium dewasa Anophelini
jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang probosisnya, hanya
pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada yang disebut club
form sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak
sedikit lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisik-sisik yang
berkelompok sehingga membentuk belang-belang hitam putih.
Tubuh nyamuk Anopheles dewasa terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, dada dan
perut. Di bagian kepala terdapat antena. Antena pada nyamuk jantan berambut banyak
sedangkan pada nyamuk betina berambut sedikit. Di bagian kepala juga terdapat alat
mulut, dengan salah satu bagian mulutnya disebut probosis. Di bagian dada terdapat satu
pasang sayap. Bagian perut Anopheles terdiri dari delapan segmen. Segmen terakhir
perut termodifikasi menjadi alat perkawinan. Saat istirahat (hinggap) tubuh dan
proboscis membentuk satu garis lurus dan satu sudut dengan permukaan tempat istirahat.
F. Perilaku Anopheles
Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit karena memerlukan darah
untuk perkembangan telurnya. Pada saat nyamuk aktif mencari darah maka nyamuk akan
terbang berkeliling untuk mencari rangsangan dari hospes yang cocok. Beberapa faktor
seperti keberadaan hospes, tempat menggigit, frekuensi menggigit dan waktu menggigit
merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan perilaku
nyamuk menghisap darah.
Berdasarkan obyek yang digigit (hospes), nyamuk dibedakan menjadi antrofilik,
zoofilik, dan indiscriminate biter. Nyamuk antrofilik adalah nyamuk yang lebih suka
menghisap darah manusia, dan dikategorikan zoofilik apabila nyamuk lebih suka
menghisap darah hewan. Apabila nyamuk menghisap darah tanpa kesukaan tertentu
terhadap hospes disebut indiscriminate biter. Nyamuk akan menghisap darah dari hospes
lain yang tersedia apabila darah hospes yang disukai tidak ada. Hal ini disebabkan
adanya suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan nyamuk berorientasi terhadap
hospes tertentu dengan jarak yang cukup jauh dan adanya bau spesifik dari hospes.
Selain berdasarkan objek yang digigit, berdasarkan tempat menggigitnya nyamuk
juga dapat dibedakan menjadi eksofagik dan endofagik. Nyamuk dikatakan eksofagik
apabila nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah dan dikatakan endofagik apabila
nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah. Namun nyamuk yang bersifat eksofagik
dapat bersifat endofagik apabila terdapat hospes yang cocok di dalam rumah.
Frekuensi menggigit nyamuk dipengaruhi oleh siklus gonotropik dan waktu
mengggigit. Nyamuk dengan siklus gonotropik dua hari akan lebih efisien untuk menjadi
vektor dibandingkan dengan nyamuk yang mempunyai siklus gonotropik tiga hari.
Nyamuk yang menggigit beberapa kali untuk satu siklus gonotropik akan menjadi vektor
yang lebih efisien dari pada nyamuk yang hanya menggigit satu kali untuk satu siklus
gonotropiknya. Siklus gonotropik juga dipengaruhi oleh suhu dan tersedianya genangan
air untuk tempat bertelur. Waktu menggigit harus diperhatikan, seperti nyamuk
Anopheles yang menggigit pada malam hari. Pada waktu malam hari pada umumnya
manusia sedang beristirahat atau sedang tidur, mungkin satu kali menggigit sudah cukup
untuk satu siklus gonotropik. Berdasarkan waktu menggigit, secara umum nyamuk
Anopheles aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai dari senja hingga tengah
malam tetapi ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi.
Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, malaria
disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali. Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :
a. Plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika.
b. Plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
c. Plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana.
d. Plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa dengan
Malaria Tertiana.
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan
nyamuk. Siklus aseksual didalam hospes vertebratadikenal sebagai skizogoni dan siklus
seksual yang terbentuk sporozoitdisebut sebagai sporogoni.
1) Skizogoni
Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam
aliran darah hospes vertebrata (manusia) melalui tusukkan nyamuk, dalam waktu 30
menit memasuki sel parenkim hati, mulai stadium eksoeritrositik dari daur hidupnya.
Di dalam sel hati parasit tumbuh skizon.
2) Sporogoni
Sporogoni terjadi didalam nyamuk. Gemetosit yang masuk bersama darah, tidak
dicernakan bersama selsel darah lain. Pada Mikrogametositjantan titik kromatin
membagi diri menjadi 68 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir beberapa
filament dibentuk seperti cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu yang menjadi
68 mikrogametber inti tunggal, didesak keluar akhirnya lepas dari sel induk. Proses
ini disebut sebagai aksflagelasi.
Sementara makrogametosit betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri
atas sebuah badan dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan
sekelompok kromatin ditengah. Pembuahan (fertilisasi) terjadi karena masuknya
satu mikrogamet kedalam mikrogamet untuk membentuk Zigot.
Nyamuk dapat berperan sebagai vektor apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Nyamuk vektor mempunyai kontak terhadap manusia cukup tinggi, dalam hal ini
dinyatakan dalam kepadatan menggigit orang (MBR).
b. Nyamuk vektor merupakan spesies yang jumlahnya selalu dominan bila dibandingkan
dengan spesies lainnya.
c. Populasi spesies yang bersangkutan umumnya mempunyai umur cukup panjang, yang
dalam persen nyamuk.
d. Di tempat lain ternyata spesies tersebut telah dikonfirmasi sebagai vektor.
Saat nyamuk betina mengisap darah penderita malaria atau DBD, akan terbawa
Plasmodium yang ada dalam darah manusia. Nyamuk yang telah mengisap darah orang
sakit akan terinfeksi oleh Plasmodium, selanjutnya dalam tubuh nyamuk terjadi siklus
hidup parasit dan virus. Nyamuk yang telah terinfeksi bila menggigit orang sehat, maka
parasit malaria atau virus yang akan masuk ke dalam darah manusia, kemudian manusia
sehat menjadi sakit. Dalam tubuh manusia terjadi siklus hidup parasit malaria (aseksual)
untuk memperbanyak diri.
Penyebaran malaria ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya Agent, Host
(penjamu) dan lingkungan yang saling berinteraksi. Agent (parasit) hidup dalam tubuh
manusia (intermediate) dan tubuh nyamuk (definitif). Dalam tubuh nyamuk agent
berkembang menjadi bentuk infektif, siap menularkan ke manusia yang berfungsi sebagi
host intermediate bisa terinfeksi dan menjadi tempat berkembangnya agent.
H. Cara pengendalian
Penanggulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan
antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan
kepada sasaran yang tepat, yaitu :
1. Pemberantasan vektor
Penanggulangan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasit
yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga
penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus. Demikian juga kegiatan anti jentik dan
mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat perindukan, sehingga perkembangan
jumlah (Density) nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya
transmisi penyakit malaria. Penangulangan vektor dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan,
ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat.
2. Pengendalian vektor
Kontrol vektor malaria ini dimaksudkan untuk melindungi individu terhadap gigitan
nyamuk yang infektif, menurunkan populasi nyamuk, mencegah vektor menjadi
infektif dan pada tingkat masyarakat berguna untuk mengurangi intensitas transmisi
malaria secara lokal. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor
adalah sebagai berikut:
a. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada,
pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid,
gardu ronda, dan lain-lain.
b. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi,
kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan
yang potensial (Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan
adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai
yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
c. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan
ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana terdapat
banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang
tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa daerah
pantai dan air payau, dll.
d. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yang
digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih
dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan
aktif permethrin.
e. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan
manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah
dan membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dan
Vektor .
f. Pemandulan nyamuk dengan radiasi gamma Co-60
Pengendalian nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyakit malaria dapat
dilakukan dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Setelah nyamuk jantan
diiradiasi nyamuk dikawinkan dengan betina normal dengan jumlah yang sama
dan diamati jumlah telur yang dihasilkan, prosentase penetasan telur untuk setiap
dosis radiasi, dan kelangsungan hidup nyamuk. Dari hasil pengamatan diperoleh
data bahwa dosis radiasi 90 Gy dapat memandulkan 65%, 100 Gy memandulkan
77%, 110 Gy memandulkan 97%, dan 120 Gy memandulkan99% dibandingkan
dengan kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara nyamuk jantan
yang diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan nyamuk betina normal tidak dapat diikuti
perkembangan hidupnya karena mengalami kematian.
Radiasi gamma dan neutron dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor
penyakit melalui teknik TSM. Faktor yang berpengaruh terhadap proses
kemandulan pada nyamuk ialah terjadinya infekunditas (tidak dapat
menghasilkan telur), inaktivasi sperma, mutasi letal dominan, aspermia, dan
ketidakmampuan kawin dari serangga betina atau jantan. Radiasi dapat
mengurangi produksi telur yang disebabkan karena tidak terjadinya proses
oogenesis sehingga tidak terbentuk oogenia atau telur. Aspermia dapat
menyebabkan kemandulan karena radiasi merusak spermatogenesis sehingga
tidak terbentuk sperma. Inaktivasi sperma juga dapat menyebabkan kemandulan
karena sperm tidak mampu bergerak untuk membuahi sel telur. Faktor penyebab
kemandulan yang lain ialah ketidakmampuan kawin, hal ini karena radiasi
merusak sel-sel somatik saluran genetalia interna sehingga tidak terjadi
pembuahan sel telur . Irradiasi gamma menyebabkan penurunan yang sangat
drastis terhadap presentase penetasan telur, dosis 90 Gy mampu menurunkan
persentase penetasan telur hingga lebih dari 50%, bahkan untuk dosis 110 Gy
mampu menurunkan persentase penetasan telur hingga 96 %.
Faktor yang dianggap menyebabkan kemandulan pada serangga yang
diiradiasi adalah mutasi lethal dominan. Dalam hal ini inti sel telur atau inti
sperma mengalami kerusakan sebagai akibat radiasi sehingga terjadi mutasi gen.
Mutasi lethal dominan tidak menghambat proses pembentukan gamet jantan
maupun betina, dan zigot yang terjadi juga tidak dihambat, namun embrio akan
mengalami kematian. Prinsip dasar mekanisme kemandulan ini untuk selanjutnya
dikembangkan sebagai dasar teknik pengendalian vektor penyakit, seperti
malaria, DBD dan filariasis yang disebut Teknik Serangga Mandul. TSM menjadi
salah satu alternatif pilihan cara yang dapat dipilih dan dipertimbangkan, karena
lebih aman, apesies spesifik, tidak menimbulkan resistensi dan pencemaran
lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Ada beberapa spesies
Anopheles sp yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain
B. Saran
Daftar Pustaka