Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk merupakan vektor penyakit filariasis, demam berdarah
dengue, malaria, chikungunya, dan encephalitis. Penyakit-penyakit
tersebut dibawa oleh nyamuk melalui cucukan pada manusia. Nyamuk
betina mencucuk karena memerlukan protein yang terkandung dalam
darah untuk pembentukan telur, sementara nyamuk jantan memperoleh
makanan dari sari bunga (Center for Disease Control and Prevention,
2007).
Nyamuk Culex sp merupakan golongan serangga penular (vektor).
Nyamuk dari genus Culex sp dapat menyebarkan penyakit Japanese
Encephalitis (radang otak), dan Filariasis. Japanese Encephalitis (JE)
adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam encephalitis diantaranya
Japanese Encephalitis dan St Louis Encephalitis. Di lingkungan
pemukiman nyamuk Culex sp mempunyai aktivitas pada malam hari, yaitu
pada permulaan malam, sesudah matahari terbenam sampai dengan
matahari terbit. Tempat perindukan nyamuk Culex sp di sembarang tempat
misalnya di air bersih, air kotor yaitu genangan air, got terbuka. Nyamuk
Culex sp suka beristirahat dalam rumah pada kelambu, tali jemuran atau
kain/benda tergantung yang berada di tempat lembab dan kurang cahaya,
pada ketinggian 0 - > 225 cm di atas permukaan tanah. Tempat-tempat
yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat adalah tempat
gelap, lembab dan sedikit angin. Termasuk di kamar tidur, kamar mandi,
kamar kecil, maupun di dapur. Di dalam ruangan, permukaan istirahat
yang mereka suka adalah di bawah furniture, benda yang tergantung
seperti baju dan korden.
Pengendalian nyamuk secara biologis hanya efektif terhadap
imatur dari nyamuk vektor sedangkan penularan penyakit berasal dari

1
nyamuk dewasa bukan dari larva, maka upaya pemberantasan penyakit ini
dititikberatkan pada pemberantasan nyamuk. Pemberantasan nyamuk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida (insektisida).
Untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, yang
harus dilakukan adalah memutuskan mata rantai penularan penyakit.
Penggunaan insektisida merupakan cara yang sering digunakan karena
dapat menurunkan vektor dengan cepat dalam waktu yang singkat, yang di
aplikasikan secara space spraying yakni pengkabutan (thermal fogging)
dan Ultra Low Volume (cold fogging). Insektisida Malathion yang
termasuk golongan organofosfat sudah digunakan sejak tahun 1972 di
Indonesia. Selain itu insektisida Bendiocarb dari golongan karbamat
dengan formulasi ULV juga pernah diuji coba. Agar ada alternatif/pilihan
insektisida lain yang dapat digunakan dalam pengendalian vektor maka
telah banyak diuji coba insektisida dari golongan lainnya. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas maka dilakukan uji coba insektisida golongan
permethrine yang merupakan senyawa insektisida piretroid generasi ketiga
pertama yang bersifat fotostabil. Salah satu cara penggunaan insektisida
yang efektif untuk pengendalian nyamuk adalah pencelupan kelambu
(impregnated bed net, IBN) dan korden celup (impregnated curtins)[7].
Nyamuk cenderung menyukai tempat hinggap berwarna gelap maka
diperlukan modifikasi IBN ke bentuk yang lain, sesuai perilaku makan dan
hinggap nyamuk Culex sp seperti payung perangkap nyamuk. Payung
perangkap adalah alat yang menyerupai payung, dengan atap berupa kain
berwarna hitam. Atap payung bagian dalam diberi sirip atau kain yang
digantungkan atau dijahit di sela-sela jeruji, dengan ukuran 40x40 cm.
Kain ini sebagai tempat untuk hinggap dan bersembunyi bagi nyamuk
Culex sp. Atap payung dan sirip-siripnya merupakan satu kesatuan
bangunan payung yang dapat dilepas dari rangkanya. Payung perangkap
ini dilengkapi dengan tiang penyangga setinggi 80 cm. Kain penutup dan
sirip-sirip payung dicelup dengan menggunakan insektisida. Payung

2
dipasang di sudut ruang yang cukup gelap dan tidak terganggu oleh
aktifitas manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Nyamuk Culex Sp ?
2. Bagaimana Siklus Hidup Nyamuk Culex Sp ?
3. Bagaimana Habitat Nyamuk Culex Sp ?
4. Apa Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Nyamuk Culex
Sp ?
5. Apa Peranan Nyamuk Culex Sp ?
6. Bagaimana Pengobatan Dari Penyakit yang di Sebabkan Olek Nyamuk
Culex Sp ?
7. Bagaimana Pengendalian Nyamuk Culex Sp ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa Mengetahui Definisi Nyamuk Culex Sp
2. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Siklus Hidup Nyamuk Culex Sp
3. Mahasiswa Habitat Nyamuk Culex Sp
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Saja Faktor Lingkungan Fisik yang
Mempengaruhi Nyamuk Culex Sp
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Peranan Nyamuk Culex Sp
6. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Pengobatan Dari Penyakit yang di
Sebabkan Olek Nyamuk Culex Sp
7. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Pengendalian Nyamuk Culex Sp

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nyamuk Culex sp
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit
yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis
encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 10 mm (0,16 0,4 inci). Dan
dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan
perut. Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas kaput,
toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang
sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan
adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk ke dalam
familia Culicidae. Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen nyamuk
betina yang tumpul pada bagian ujungnya. Nyamuk Culex yang banyak di
temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus. Klasifikasi Culex adalah
sebagai berikut :
1. Kingdom : Animalia
2. Phylum : Arthropoda
3. Class : Insecta
4. Ordo : Diptera
5. Family : Culicidae
6. Genus : Culex
Morfologi Nyamuk Culex sp adalah sebagai berikut :
1. Telur nyamuk Culex berbentuk seperti senapan sedangkan larvanya
memiliki siphon
2. Culex dewasa berukuran kecil, kira-kira 4-13 mm dan berwarna coklat,
kepalanya memiliki probosis halus dan panjang
3. Mempunyai 3 pasang kaki atau hexapoda yang melekat pada toraks dan
tiap kaki terdiri dari 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarus
4. Bentuk sayapnya panjang dan langsing mempunyai vena yang
permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap yang letaknya mengikuti vena
5. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut fringe.
Abdomen berbentuk silinder dan terdiri atas 10 ruas dan 2 ruas yang
terakhir berubah menjadi alat kelamin.

4
B. Siklus Hidup
1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap
spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex
sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan
bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor
temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada
kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai
dewasa kurang lebih 5 hari.
3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam
air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan
sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih
kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari
untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun
dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar
dari air.

4. Dewasa
Dewasa Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan
kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah
waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk
mematangkan telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10 sampai 12 hari.

5
Gambar 1. Siklus Hidup Culex sp

C. Habitat
Habitat Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk
memprediksi potensi penularan arbovirus. Larva dapat di temukan dalam air
yang mengandung tinggi pencemaran organik dan dekat dengan tempat tinggal
manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di malam hari dan menggigit
manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.

6
D. Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Nyamuk Culex sp
1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu
yang tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya
bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas 350C akan membatasi
populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk berkisar
antara 200C 300C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus dalam
tubuh nyamuk.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam
udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap air yang
besar maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk
menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada dinding
tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada
mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan
penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan
tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban
mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak,
kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain.
3. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan
per unit luas. Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap.
Begitu juga dengan kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya per unit
luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan. Dalam unit terbitan SI,
kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx) atau lumen per
meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas cahaya terhadap
suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau
besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka keadaan
suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan
kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang
dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di suatu lingkungan
tersebut akan menjadi lebih rendah.

7
E. Peran Nyamuk Culex sp
Peranan nyamuk dalam dunia kesehatan sangat jelas yaitu sebagai
serangga pengganggu dan juga vektor penularan penyakit. Berbagai agen
penyakit dapat ditularkan oleh nyamuk karena sidatnya yang dapat menghisap
darah. Proses penularan penyakit oleh nyamuk di awali ketika seekor nyamuk
menghisap darah seseorang yang mengandung agen penyakit dalam stadium
infektif. Di dalam tubuh nyamuk tersebut, agen penyakit berkembang dan
akhirnya dapat ditularkan kepada orang lain ketika nyamuk menghisap darah
kembali.
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan oleh nyamuk Culex sp adalah
penyakit kaki gajah atau filariasis Wuchereria bancrofti, West Nile Virus
(WNV) dan juga encephalitis.

F. Pengobatan
Biasanya jika ditemukan penderita yang di dalam darahnya ditemukan
mikrofilaria akan dilakukan pengobatan massal dengan DEC (Diethyl
Carbamazine). Pengobatan massal sering menimbulkan masalah bila beberapa
orang tidak tahan dengan pengobatan Single Dose yang diberikan hingga trjadi
efek yang tidak diinginkan.

G. Pengendalian
Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pengendalian secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau
tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan dan
membersihkan lingkungan nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan
bambu. Pengendalian mekanis lain yang dapat dilakukan adalah
pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik
menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.
2. Pengendalian secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa,
parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva

8
misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan
tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan
bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan
merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan
dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya
kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan. Selain dengan penggunaan
organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk pengendalian dapat di
lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang
merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau
mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan
membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak
seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk
pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari rumah.
3. Pengendalian secara kimia
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit
atau tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber larva secara
rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan larvasida
dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani
dengan cara yang lain.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Culex sp merupakan salah satu nyamuk yang memiliki peran sebagai
vektor penyakit Filariasis atau biasa disebut kaki gajah. Nyamuk ini
berkembang biak berawal dari telur menetas menjadi larva kemudian pupa dan
tumbuh dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 10-12 hari. Petumbuhan
nyamuk Culex sp dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain
suhu, kelembaban udara dan pencahayaan.
Biasanya nyamuk betina dewasa menggigit manusia pada malah hari.
Setelah seseorang positif terdapat mikrofilaria dalam darahnya dilakukan
pengobatan dengan DEC (Diethyl Carbamazine).
Untuk mengurangi perkembangan nyamuk bisa dilakukan dengan 3 cara
pengendalian nyamuk, yaitu dengan cara mekanik, biologis dan kimia.

B. Saran
Selalu jaga kebersihan lingkungan guna mengurangi kemungkinan
perkembangan nyamuk Culex sp dikarenakan pengobatan untuk penyakit
filariasis masih belum optimal. Budayakan untuk melakukan pengendalian
nyamuk supaya perkembangan nyamuk dapat terhambat dan tidak tersebar.

DAFTAR PUSTAKA

10
Https://www.google.co.id/url?q=http://e-journal.uajy.ac.id/626/3/2BL00973.pdf
&sa=U&ved=0ahUKEwjs5afy_OrWAhUENJQKHfOIB48QFggeMAA&usg=
AOvVaw05iZ61Ju28loQbWZZyNXD Diunduh pada 12 Oktober 2017.
Http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5953 Diunduh pada 14 Oktober
2017.

11

Anda mungkin juga menyukai