Anda di halaman 1dari 8

Culex Sp

Culex Quinquefasciatus adalah nyamuk yang dapat menularkan penyakit kaki gajah
(filariasis ). Hal ini terjadi saat nyamuk Culex menghisap darah pengidap filariasis sehingga
larva cacing filariasis masuk dan berkembang biak ditubuhnya lalu nyamuk Culex menularkan
larva tersebut kepada manusia dengan cara menggigitnya. Kasus penyakit kaki gajah banyak
ditemukan dibeberapa daerah di Indonesia seperi Malang Selatan dan Kediri.
Nyamuk Culex memiliki kebiasaan yang berbeda dengan Aedes Aegepty, bila Aedes
aegepty suka hidup pada air bersih maka Culex menyukai air yang kotor seperi genangan air,
limbah pembuangan mandi, got ( selokan ) dan sungai yang penuh sampah. Culex, nyamuk yang
memiliki ciri fisik coklat keabu-abuan ini mampu berkembang biak disegala musim. Hanya saja
jumlahnya menurun saat musim hijan karena jentik-jentiknya terbawa arus. Culex melakukan
kegiatannya dimalam hari.

A. Morfologi Nyamuk Culex Sp


Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit yang penting
seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis. Nyamuk dewasa
dapat berukuran 4 10 mm (0,16 0,4 inci), dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian
tubuh umum yaitu kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia
yaitu jenis Culexquinquefasciatus.
Ciri Secara Umum :
Telur : lonjong seperti peluru
Larva : sifon panjang dan bulunya lebih dari satu pasang
Fase dewasa : abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda khas
Sayap : sisik sempit panjang dengan ujung runcing
Peran medis : sebagai vektor filariasis dan penyakit Japanese B. encephalitis
Perilaku : mengisap darah pada malam hari
Habitat : air jernih dan air keruh

B. Klasifikasi
Klasifikasi Culex adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia,
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
Spesies : Culex sp

C. Siklus Hidup

1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies nyamuk
mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas
permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.
2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan dan
perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya
hewan predator. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai
dewasa kurang lebih 5 hari.
3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini
tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium
kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk
membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan
apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.
4. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina yang
sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang
esensial untuk mematangkan telur.[8] Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10 sampai 12 hari.
Daur Hidup Nyamuk Culex sp
Sumber : North Dakota State Unyversity (1991)
Nyamuk Culex sp betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir setiap datang waktu
bertelur. Telur telur tersebut diletakkan diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada
dinding vertical bagian dalam tempat tempat penampungan air . Nyamuk Culex sp betina lebih
menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya
dibandingkan dengan tempat penampunga air yang terbuka, karena tempat penampungan air
yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan ruang
didalamnya lebih gelap (Sumarmo,1988). Telur akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu
30o C, sementara pada suhu 16o C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan
tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab
Telur dapat bertahan sampai berulan bulan pada suhu -2o C sampai 42o C. Stadium
larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi 4 tingkatanperkembangan atau
instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, Instar II terjadi setelah 2-3 hari telur
menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur
menetas. Stadium pupa terjadi seteah 6 -7 hari telur menetas. Stadium pupa berlangsung selama
2 -3 hari.
Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan suhu pada tempat
perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah dibawah 10o C pupa tidak mengalami
perkembangan.(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana ,2000). Stadium dewasa terjadi setelah
9 10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk Culex sp betina di alam pendek yaitu kira
kira2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. Betina untuk menyebarkan
virus dengue dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain. (Soedarto, 1992)
PupaPupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
padastadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga
dapatterbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari.Pada fase
ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama faseini pupa tidak akan
makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yangdapat terbang dan keluar dari
air.d. DewasaSetelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan
nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah
merupakansumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. Perkembangan telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.

D. Bionomik Nyamuk Culex sp


Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda dengan nyamuk
jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga. Setiap
nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang
biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di air bersih dan
air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.

2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari.
Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi.
Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah
nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam
rumah (47,14%), namun ternyata angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di dalam
rumah lebih tinggi (0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah (0,60135).
3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2
sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang berbeda-beda.
Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah
sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
4. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari
(nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai
sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.
E. Habitat
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi penularan
arbovirus.Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran organik dan
dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di malam hari dan
menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.
F. Faktor Lingkungan Fisik
1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi akan
meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila
suhu di atas 350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk
berkisar antara 200C 300C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus dalam tubuh
nyamuk.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang
dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap airyang besar maka daya penguapannya juga
besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada
dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme
pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan penguapan air dalam tubuh sehingga
menyebabkan keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban
mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit,
istirahat dan lain-lain.
3. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan per unit luas.
Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap. Begitu juga dengan kepancaran
berkilau yaitu intensitas cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan.
Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx)atau lumen per
meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas cahaya terhadap suhu dan kelembaban,
hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke
permukaan maka keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan
kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan
maka kelembaban di suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah.

G. Patologi dan Gejala Klinis


Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting
seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis. Gejala klisnis
filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun yang
mati. Microfilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam keadaan tertentu dapat
menyebabkan occult filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan
limfadenitis dan limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan okstruktif menahun 10
sampai 15 tahun kemudiam. Perjalanan filariasis dapat dibagi beberapa stadium: stadium
mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium menahun. Ketiga stadium tumpang
tindih, tanpa ada batasan yang nyata. Gejala klinis filariasis bankrofti yang terdapat di suatu
daerah mungkin berbeda dengan dengan yang terdapat di daerah lain (Parasitologi Kedokteran,
2008).
Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan limfosintigrafi
menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat menyumbat saluran limfe dan
terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut lymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak
dan lymphangietaksia terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi system limfatik. Cacing
yang mati menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik yang intensif, lumen
tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada
individu yang terinfeksi berat sampai semua saluran limfatik tertutup menyebabkan limfedema di
daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi hipertrofi otot polos di sekitar daerah yang terkena
(Pathology Basic of Disease, 2005).
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe, berupa
limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan malaise. Gejala peradangan
tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu atau dua
minggu lamanya. Peradangan pada system limfatik alat kelamin laki-laki seperti funikulitis,
epididimitis dan orkitis sering dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak menyerupai
tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang meradang tersebut
menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai
adalah hidrokel. Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang mengenai seluruh
tungkai, seluruh lengan, testis, payudara dan vulva. Kadang-kadanag terjadi kiluria, yaitu urin
yang berwarna putih susu yang terjadi karena dilatasi pembuluh limfe pada system ekskretori
dan urinary. Umumnya penduduk yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukan peradangan
yang berat walaupun mereka mengandung mikrofilaria (Parasitologi Kedokteran, 2008).

I. Pengobatan
Biasanya kalau banyak ditemukan penderita yang didalam darahnya ditemukan
microfilaria akan dilakukan pengobatan missal dengan DEC ( Di Ethyl Carbamazine ).
Pengobatan massal sering menimbulkan masalah, bila beberapa orang tidak tahan dengan
pengobatan Single Dose yang diberikan hingga terjadi efek samping yang tidak kita inginkan.
J. Pencegahan
Pencegahan nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pencegahan secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat sejenis
yang dapat menampung air hujan danmembersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan
sebagai sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain
yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik
menggunakan cahaya lampu dan
raket pemukul.
2. Pencegahan secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing untuk
menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan
mujaer dan nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan
bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan merupakan dua organisme yang
paling sering di gunakan. Keuntungan dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup
tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan.Selain dengan penggunaan organisme
pemangsa dan pemakan larva nyamuk pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan
tanaman air dan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun,
mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan
membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan
babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan
jauh dari rumah.
3. Pencegahan secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dengue
harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi
sumber larva secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan larvasida dalam
wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani dengan cara lain.

Anda mungkin juga menyukai