Anda di halaman 1dari 22

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

BAKTERI Mycobacterium leprae


MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mikorobiologi

Oleh: Daniel Muharom Ika Nurkhida Laras Aulia Lutfi Lukmanul Hakim Risda Meliarisna Syifa Fadila Nur Azizah Witri Nurarfiyani (201100) (201100) (201100) (201100) (201100) (20110079) (201100)

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2011

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkay rahmat dan hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan makalah berjudul Bakteri Mycobacterium leprae. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi II. Kami menyadari bahwa selama penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Terutama dari Tim dosen MIkrobiologi II dan juga rekan-rekan yang telah memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu , kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami dan bagi pembaca. Amiin.

Tasikmalaya, 7 November 2011

Penulis

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

DAFTAR ISI Kata Pengantar ...................................................................................................... i Daftar isi ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan Makalah ......................................................................................... 3 D. Kegunaan Makalah .................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4 A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 4 1. Pengertian dan sejarah Mycobacterium leprae ................................... 4 2. Epidemiologi ....................................................................................... 5 3. Etiologi ................................................................................................ 6 3.1. Morfologi .................................................................................... 6 3.2. Koloni dan Sifat Pertumbuhan .................................................... 7 4. Macam-macam Penyakit kusta atau lepra ........................................... 8 B. Pembahasan ............................................................................................... 9 1. Study kasus Mycobacterium leprae ................................................... 9 2. Patologi klinis Mycobacterium leprae ............................................... 10 3. Pemeriksaan laboratorium Mycobacterium leprae ............................ 12 4. Gejala Klinis ....................................................................................... 13 5. Pengobatan dan Pencegahan .............................................................. 15 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18 Kesimpulan ........................................................................................................... 18 Saran ...................................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusta merupakan penyakit tertua yang sampai sekarang masih ada. Kusta berasaldari bahasa India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi.Kusta merupakanpenyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat karena dapat menyebabkan ulserasi, mutilasidan deformitas. Penderita kusta tidak hanya menderita akibat penyakitnya saja tetapi juga karena dikucilkan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu, penulis akan membahas penyakitkusta lebih mendalam dalam makalah ini. Jumlah kusta diseluruh dunia selama 12 tahun terakhir ini telah menurun 85 % disebagian besar negara atau wilayah endemis. Kasus yang terdaftar pada tahun 1997 kuranglebih890.000 penderita.Walaupun penyakit ini masih problem kesehatan masyarakat di 55negara atau wilayah, 91 % dari jumalah kasus berada di 16 negara, dan 82 %nya di limanegara yaitu Brazil, India, Indonesia, Myanmar, dan Nigeria. Di indonesia, jumlah kasuskusta yang tercatat pada akhir Maret 1997 adalah 31.699 orang, distribusi juga tidak merata,yang tertinggi antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Prevalensi diIndonesia per 10.000 penduduk adalah 1,57. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium Leprae yang bersifat intrasellular obligat. Saraf perifer sebagai afinitaspertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organlain kecuali susunan saraf pusat. ( sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin UI). Penyakit lepra atau kusta disebabkan oleh adanya infeksi kronis, bersifat menular dan menyebabkan cacat, terutama pada hidung, jari-jari tangan dan kaki serta kulit. Penyebab penyakit ini adalah Mycobacterium leprae. Ada tiga bentuk M. leprae yaitu : a. Bentuk Tuberkuloid (T). Bentuk ini bersifat tidak menular dan agak mudah disembuhkan. Pasien tetap penyakit ini memiliki daya tahan Imunologi yang kuat. b. Bentuk Lepromatosus (L) Bentuk ini bersifat sangat menular, sukar disembuhkan dan lama. Penularan bentuk Lepromatosus disebabkan kontak yang erat dan lama dan system pertahanan tubuh dari pasien sudah tidak aktif lagi. c. Bentuk T.L (Kombinasi bentuk tuberkoloid dan Lepromatosus).

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pengertian Mycobacterium leprae dan bagaimana sejarah ditemukannya Mycobacterium leprae? 2. Bagaimana Epidemiologi Mycobacterium leprae? 3. Bagaimana Etiologi Mycobacterium leprae? 4. Bagaimana cirri-ciri Penyakit kusta atau lepra? 5. Bagaimana kasus yang pernah terjadi di masyarakat yang disebabkan Mycobacterium leprae? 6. Bagaimana Patologi klinis Mycobacterium leprae yang terjadi? 7. Bagaimana pemeriksaan laboratorium Mycobacterium leprae yang terjadi? 8. Bagaimana gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae? 9. Bagaimana cara pengobatannya? C. Tujuan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun untuk mengetahui dan mendeskripsikan : 1. Pengertian dan sejarah Mycobacterium leprae ; 2. Epidemiologi; 3. Etiologi; 4. Ciri-ciri Penyakit kusta atau lepra; 5. Study kasus Mycobacterium leprae; 6. Patologi klinis Mycobacterium leprae; 7. Pemeriksaan laboratorium Mycobacterium leprae; 8. Gejala klinis; 9. Pengobatan; D. Kegunaan Makalah Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai informasi kepada konsumen untuk mengetahui Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

BAB II PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian dan Sejarah Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansenpada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta. Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata. Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta. Sebuah bakteri yang tahan asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium sp., M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium. Konon, kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok kuna, Mesir kuna, dan India. Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena kusta. Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan kurang perlu dan tidak etis, beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, seperti India dan Vietnam. 2. Epidemiologi

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

Masalah epidemiologi yang disebabkan penyakit ini belum bisa dipecahkan, karena cara penularannya sendiri belum diketahui dengan pasti, hanya berdasarkan anggapan yang klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Penyebaran penyakit kusta dari suatu benua, negeri dan tempat; ke benua, negeri dan tempat lain sampai tersebar ke seluruh dunia disebabkan oleh perpindahan orang-orang yang telah terkena penyakit tersebut. Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman mencpai permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu ( jarang didapat). Dalam urin dan sputum dapat banyak mengandung M. leprae yang berasal dari traktus respiratorus atas. Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama. Dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa. Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. 3. Etiologi

Gambar Mycobacterium leprae dari lesi kulit. Klasifikasi Ilmiah Mycobacterium leprae Kingdom Filum Ordo Subordo : Bacteria : Actinobacteria : Actinomycetales : Corynebacterneae

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

Genus Spesies 3.1. Morfologi

: Mycobacterium : M.leprae

Mycobacterium leprae berbentuk basil atau batang dengan ukuran 3-8 m x 0,5 m, merupakan bakteri tahan asam dan alcohol dan merupakan Gram postif. Bakteri ini tidak terlalu mudah menular dan memiliki waktu inkubasi yang lama. DNA Plasmid Mycobacterium Leprae dapat menginfeksi sel syaraf manusia. Plasmid ini dapat hidup terpisah dari kromosom bakteri dan tubuh bakteri itu sendiri ketika menginvasi sel tubuh manusia. Kurang dari 5 persen orang yang terinfeksi M. Leprae terkena penyakit kusta. Hal ini disebabkan oleh factor imun respon pada masing-masing individu. 3.2. Koloni dan Sifat Pertumbuhan Micobakteria adalah bakteri aerob obligat. Energi didapat dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang pertumbuhan. Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari bakteri lain, waktu pembelahan adalah sekitar 18 jam. Suhu pertumbuhan optimum 37 C. Koloni cembung, kering dan kuning gading.

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

3.3. Struktur Sel

Penelitian dengan mikroskop electron tampak bahwa M. leprae mempunyai dinding yang terdiri atas 2 lapisan, yakni lapisan padat terdapat pada bagian dalam yang terdiri atas peptidoglikan dan lapisan transparan pada bagian luar yang terdiri atas lipopolisakarida dan kompleks protein-lipopolisakarida. Dinding polisakarida ini adalah suatu arabinogalaktan yang diesterifikasi oleh asam mikolik dengan ketebalan 20nm. 4. Macam-macam Penyakit Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi menjadi kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy). Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid. Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).

10

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat. Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS. B. PEMBAHASAN 1. Study Kasus Mycobacterium leprae Di Indonesia, kusta atau lepra merupakan salah satu penyakit yang tak lekang dimakan zaman. Penyakit satu ini tetap bercokol dan mengubah kehidupan orang yang pernah dihinggapinya. Salah satunya Adi Yosep (31). Kusta tak asing lagi bagi Adi dan keluarganya. Awalnya, ibu dari Adipengidap kusta cukup parahdiserang mulai dari gangguan di kulit muka berupa benjolan-benjolan hingga kuman menyerang saraf tangan sang ibu. Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1997, giliran Adi terkena. Muncul bercak putih tanpa rasa sakit di tangannya. Tanda itu sudah ada sejak SMP, tetapi empat tahun kemudian baru diperiksakan karena melebar, katanya. Setelah didiagnosis kusta, Adi menjalani pengobatan gratis di sebuah puskesmas di Kota Kudus selama setahun dan sembuh total. Sekalipun tanda-tanda kusta sebagian menghilang, tetapi stigma sebagai pengidap kusta masih terekam. Tidak banyak masyarakat tahu tentang penyakit kusta. Yang ada di masyarakat adalah gambaran keliru tentang sakit kusta sebagai kutukan, guna-guna, sangat menular, dan tidak tersembuhkan. Dulu, tetangga saya tidak berani bertamu. Kalau ada perlu, mereka berbicara lewat jendela, ujar pendiri Perhimpunan Mandiri Kusta itu.

11

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

Penyakit kusta dapat rnenunjukkan gejala yang mirip dengan banyak penyakit lain. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk mendiagnosis penyakit kusta secara tepat dan membedakannya dengan penyakit yang lain agar tidak membuat kesalahan yang merugikan pasien. Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan (tanda kardinal atau tanda utama) yaitu : 1. Bercak Kulit yang mati rasa 2. Penebalan saraf tepi dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu : a. gangguan fungsi sensoris (mati rasa) b. gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis c. gangguan fungsi otonorn: kulit kering: retak, edema, pertumbuhsn rambut yang terganggu 3. Ditemukan bakteri tahan asam 2. Patologi Mycobacterium leprae Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Selain manusia, hewan yang dapat tekena kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet pemakan kepiting. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab. Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat. Dalam penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per 1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55,8 per 1000 per tahun di India Selatan. Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan asam di epitel deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan adanya sejumlah M. leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa.

12

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

Hal ini membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat. Pentingnya mukaosa hidung telah dikemukakan oleh Schffer pada 1898. Jumlah dari bakteti yang berasal dari mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut Shepard antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di sekret hidung mereka. Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari. Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang dari masuknya bakteri. Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta melalui aerosol di mencit yang ditekan sistem imunnya. Laporan yang berhasil juga dikemukakan dengan pencobaan pada mencit dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan. Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah nonendemik. Secara umum, telah disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun. 3. Pemeriksaan Laboratorium Mycobacterium leprae

Pemeriksaan Bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakan diagnosis dan pengamatan pengobatan, sediaan dibuat dari keretakan kulit atau mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan

13

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

asam, antara lain dengan ZIEHL NEELSEN. Bakterioskopik negative pada seorang penderita, bukan berarti orang tersebut tidak mengandung m. leprae. Cara pengambilan bahan ialah dengan menggunakan scalpel steril setelah tempat tersebut didesinfeksikan, lalu diusahakan agar tempat tersebut, dengan jalan dipijit, menjadi Iskemik agar kerokan jaringan itu mengandung sesedikit mungkin darah yang akan mengganggu gambaran sedian. Irisan yang dibuat harus sampai di dermis melampaui Sub epiderma clear zone agar mencapai jaringan yang diharapkan banyak mengandung sel Virchow (sel lepra) yang didalamnya mengandung basil M.Lepra. jaringan itu dioleskan digelas asal, difiksasi diatas api, kemudian diwarnai dengan pewarnaan yang klasik, yaitu ZIEHI NEELSEN. Untuk perawatan ini dapat digunakan modifikasi ZIEHI NEELSEN dan cara lain dengan segala kelebihan & kekurangannya disesuaikan dengan keadaan setempat. Cara lain mengambil bahan kerokan dengan alat semacam scalpel kecil tumpul atau bahan olesan dengan kapas lidi. Sebaiknya diambil dari daerah Septum nasi, selanjutnya dikerjakan seperti biasa. Pada pemeriksaan Histopatologik, Makrofag dalam jaringan yang berasal dari Monosit di dalam darah ada yang mempunyai nama khusus, antara lain sel Kupffer dari hati, sel Alveolar dari paru, sel Glia dari otak, dan yang dari kulit disebut Stiosit. Salah satu tugas makrofag adalah melakukan Fagositetis. Granuloma adalah akumulasi makrofag dan atau derivatederivatnya.gambaaran histopalogik bagi tipe tuberkoloid adalah kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada hasil atau hanya sedikit non-solid. Bagi lepromatosa terdapat kelim sunyi subepidermal (subepidermal clear zone) ialah suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jaringannya tidak patologik, ada sel vircho dengan banyak hasil. 4. Gejala klinis

Lesi pada paha

14

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita. Setelah basil M.Leprae masuk kedalam tubuh, bergantung pada kerentanan orang tersebut, kalau tidak rentan tidak akan sakit dan sebaliknya jika rentan setelah masa tunasnya dilampaui akan timbul gejala penyakitnya. Untuk selanjutnya tipe apa yang akan terjadi pada derita C.M.I (Cellmediated Immunity) penderita terhadap M.Leprae yang Intraseluler Obligat itu, kalau C.M.I tinggi kearah Lepromatosa, agar proses selanjunya lebih jelas. Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena Deformitar atau cacat tubuh orang awampun dengan mudah dapat menduga kearah penyakit kusta. Yang penting bagi kita sebagai dokter dan ahli kesehatan lainnya, bahkan barang kali para ahli kecantikan, adalah dapat mendiagnosis, setidaknya menduga kearah penyakit kusta terutama bagi kelainan kulit yang masih berupa Makula yang Hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan Eritematosa. Kelainan kulit yang tanpa komplikasi pada penyakit kusta dapat hanya berbentuk Makula saja, Infiltrat saja, atau keduanya. Harus berhati-hati dan buatlah diagnosis banding dengan banyak pennyakit kulit lainnya yang hampir menyerupainya. Sebab penyakit kusta ini mendapat julukan The Greatest Immitator pada ilmu penyakit kulit. Penyakit kulit lain yang harus diperhatikan sebagai diagnosis banding antara lain adalah : Dermatofitosis, Tinea, versikolor, Pitiriasisrosea, Pitiriasisalba, dermatitis seboroika, Granuloma Anulare, Xantomatosis, Skleroderma, Leukomia Kutis, Tuberkolosis Kutis Verukosa, dan BirthMark. Reaksi kusta adalah interupsi dangan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik. Reaksi imun itu dapat menguntungkan, tetapi dapat pula merugikan yang disebut reaksi imun patologik, dan reaksi kusta ini tergolong didalamnya. Gejala klinis reaksi reversal ialah penambahan atau perluasan lesi yang ada, tetapi bukan modus, tanpa atau dengan gejala neuritis dari yang ringan sampai yang berat. Gejala neoriris ini penting diperhatikan, oleh karena sangat menentukan pemberian pengobatan dengan korpis teroid, perlu tidaknya,serta dosisnya, sebab tanpa gejala neuritis tidak perlu pengobatan dengan kortikosteroid.

15

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

5. Pengobatan dan Pencegahan Untuk pencegahannya sendiri, dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain. Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular. Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular. Obat anti kusta yang banyak dipakai saat ini adalah DOS (Diamino Difenil Sulfom ) lalu Klofazimin dan Rifampisin,DDS mulai dipakai sejak 1948 dan pada tahun 1952 di Indonesia, jadi sudah lebih dari 30 tahun pemakaian, klofazimin dipakai sejak 1962 oleh Brown dan Hogerzeil dan rifampisin sejak tahun 1970. Pengertian relapse atau kambuh pada kusta ada 2 kemungkinan, yaitu relapse sensitive (persistent) dan relase resisten, pada relase sensitive, decara klinis, bakteriokopik, histopatologik, dapat dinyatakan, penyakit sekonyong konyong aktif kembali dengan timbulnya lesi batu dan bakterioskopik positif kembali. Resitensi terhadap DOS ada yang sekunder dan ada yang primer,resitansi sekunder terjadi karena : 1. Monoterapi DOS. 2. Dosis terlalu rendah. 3. Memakan obat tidak teratur. 4. Pengobatan terlalu lama, setelah 4-24 tahun. Hanya terjadi pada kusta Multibasilar, tetapi tidak pada Pausibasilat , oleh karena S.I.S penderita tinggi dan pengobatannya relative singkat. Resistensi primer, bila orang ditulari oleh M.Lepra yang telah resistensi,yang manifestasinya dapat dalam segala tipe (TT, BT, BB, BL, LL) bergantung pada S.I.S penderita derajat resistensi yang rendah masih dapat diobati dengan dosis DDS yang lebih tinggi, sedang pada derajat resistensi yang tinggi DDS tidak dapat dipakai lagi, adanya M.D.T ini adalah sebagai usaha untuk : a. mencegah dan mengobati resistensi.

16

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

b. Memperpendek masa pengobatan. c. Mempercepat pemutusan mata rantai penularan. Dalam penyusunan kombinasi obat itu perlu diperhatikan antara lain : Efek terapeutik obat. Efek samping obat. Harga obat. Kemungkinan penerapannya.

Kalau kombinasinya terlalu kompleks, terlalu mahal, tidak dapat dilaksanakan dan sebaliknya jika kombinasinya terlalu sederhana dan terlalu murah, akan mengundang resistensi baru. Pengertian MDT pada saat ini ialah DDS sebagai obat dasar ditambah dengan obat-obat lain. Dosis DDS ialah 1-2 mg/kg berat badan setiap hari. Mengenai efek sampingnya lihat pengobatan Dermatitis Herpetifurmis. Protionamid / etionamid Dosisnya 5-10 mg/kg berat badan setiap hari. Di Indonesia obat ini tidak atau jarang dipakai. Mengenai beberapa sifat lebih lanjut obat-obat tersebut dapat dilihat pada tabel 10-5. oleh karena distribusi klofarimin dalm jaringan tidak merata MIC-nya sukar dicari. MDT dengan beberapa alternatifnya telah ditetapkan pada rapat konsultasi kusta nasional (RKKN) yang kiranya sesuai dan dapat ditetapkan. Di Indonesia , untuk kusta multibasilar (LL, BL, BB) adalah sebagai berikut : 1. Rifampisin 600 mg setiap bulan. 2. DDS 100 mg setiap hari. 3. Klofazimin 300 mg setiap bulan, diteruskan 50mg sehari atau 100mg sehari atau 3x100 mg setiap minggu. Kombinasi obat ini diberikan 2 tahun sampai 3 tahun denagn syarat bakteri eskopis masih positif, pengobatan harus dilanjutkan sampai bakteriokopis negative. Selama pengobatan dilakukan pemeriksaan secara klinis setiap bulan ,dan secara bakteriokopis minimal setiap tiga bulan. Jadi besar kemungkinan pengobatan kusta multibasilet ini hanya selama 2-3 tahun. Hal ini adalah waktu yang relative sangat singkat dan dengan batasan waktu yang tegas, jika dibandingkan dengan cara sebelumnya yang memerlukan waktu minimal 10 thn sampai seumur hidup. Kalau susunan MDT tersebut tidak dapat dilaksanakan, dapat diberikan MDT alternative, yang bermacam-macam, baik macam obat, dosis, dan cara pemberiannya. Kalau MDT alternatifpun tidak dapat dilaksanakan

17

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

terpaksa dilakukan monoterapi dengan DDS saja, sambil menunggu tiba saatnya untuk MDT bagi yang melaksanakan MDT alternative, kalau keadaannya memungkinkan baru berpindah ke MDT rekomendasi, salah satu contoh MDT alternative adalah : Rifampisin 1200 mg sebagai dosis tunggal sekali saja. DDS 100mg setiap hari untuk seterusnya.

18

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil paparan diatas dapat disimpulkan bahwa : A. Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta. Sebuah bakteri yang tahan asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium sp. M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium. B. Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansenpada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagaipenyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta. C. Berdasarkan Epidemiologinya, Menurut anggapan klasik penyebaran kusta atau lepra terjadi melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Penyebaran penyakit kusta dari suatu benua, negeri dan tempat; ke benua, negeri dan tempat lain sampai tersebar ke seluruh dunia disebabkan oleh perpindahan orang-orang yang telah terkena penyakit tersebut. Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman mencpai permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu ( jarang didapatDapat menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa. Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. D. Penyebarannya yang diduga bukan hanya kontak langsung antar kulit penderita dan orang yang sehat. Tapi juga dapat ditemukan pada mukosa hidung dengan bahan pemeriksaan secret hidung. Yang

19

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

menandakan bahwa infeksi M. leprae banyak menginfeksi saluran pernafasan yang kemudian bisa menyebar keseluruh jaringan organ kecuali susunan saraf pusat. Masa inkubasinya pun bisa menghabiskan waktu yang lama, berkisar rata-rata 3,5 tahun setelah dilakukan percobaan pada hewan mencit. E. Pemeriksaan Bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakan diagnosis dan pengamatan pengobatan, sediaan dibuat dari keretakan kulit atau mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam, antara lain dengan ZIEHL NEELSEN. Bakterioskopik negative pada seorang penderita, bukan berarti orang tersebut tidak mengandung M. leprae. Dan pemeriksaan Histopatologik, Makrofag dalam jaringan yang berasal dari Monosit di dalam darah yang dapat menyebabkan Granuloma, yaitu akumulasi makrofag dan atau derivate-derivatnya. Gambaran histopalogik bagi tipe tuberkoloid adalah kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada hasil atau hanya sedikit non-solid. F. Gejala klinis reaksi reversal ialah penambahan atau perluasan lesi yang ada, tetapi bukan modus, tanpa atau dengan gejala neuritis dari yang ringan sampai yang berat. Gejala neoriris ini penting diperhatikan, oleh karena sangat menentukan pemberian pengobatan dengan korpis teroid, perlu tidaknya,serta dosisnya, sebab tanpa gejala neuritis tidak perlu pengobatan dengan kortikosteroid. G. Obat anti kusta yang banyak dipakai saat ini adalah DOS (Diamino Difenil Sulfom ) lalu Klofazimin dan Rifampisin,DDS mulai dipakai sejak 1948 dan pada tahun 1952 di Indonesia, jadi sudah lebih dari 30 tahun pemakaian, klofazimin dipakai sejak 1962 oleh Brown dan Hogerzeil dan rifampisin sejak tahun 1970. B. Saran Sejalan dengan simpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut : 1. Orang yang sehat tidak melakukan kontak langsung dengan penderita kusta atau lepra, yaitu bersentuhan kulit dengan penderita agar tidak tertular penyakit dari penderita lepra. 2. Jika memang sudah tertular atau terjangkit bisa melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit dan melakukan pengobatan sesuai anjuran atau dosis yang telah ditentukan oleh Dokter.

20

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

3. Agar setiap orang menjaga kesehatan dengan membersihkan badan dan lingkungan, juga disertai berolahraga secara teratur agar system imun dalam tubuh lebih kuat dan makan makanan yang bergizi seimbang.

21

Bakteri Mycobacterium leprae

2011

DAFTAR PUSTAKA
http://indonesiaindonesia.com/f/11391-lepra/

http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/kusta-lepra-atau-penyakitmorbus-hansen/
http://ruswantoadipradana.blogspot.com/2010/08/tinggi-jumlah-kasus-penyakit-kustadi.html http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/11608/Penyakit_Zaman_Doeloe_yang_Bel um_Hilang

http://www.sith.itb.ac.id/profile1/pdf/bisel/Kusta1.pdf id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_leprae

22

Anda mungkin juga menyukai