PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Enterobius vermicularis.
2. Untuk mengetaui morfologi dari Enterobius vermicularis.
3. Untuk mengetahui siklus hidup Enterobius vermicularis.
4. Untuk mengetahui apakah memiliki dampak negatif atau tidak.
5. Untuk mengetahui apa saja yang harus dilakukan bila terkena dampak negatifnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.) Infeksi terjadi melalui inokulasi sendiri (memindahkan telur ke mulut dengan tangan
yang menggaruk daerah perianal) atau melalui paparan telur di lingkungan (misalnya
permukaan yang terkontaminasi, pakaian, seprei, dll).
3
3.) Setelah menelan telur infektif, larva menetas di usus kecil
5.) Interval waktu dari konsumsi telur infektif ke oviposisi oleh betina dewasa adalah
sekitar satu bulan. Pada kematangan penuh, betina dewasa berukuran 8 hingga 13
mm, dan jantan dewasa 2 hingga 5 mm; rentang hidup orang dewasa adalah sekitar
dua bulan. Betina betina bermigrasi nocturnally di luar anus dan oviposit sambil
merangkak pada kulit daerah perianal.
6.) Larva yang terkandung di dalam telur berkembang (telur menjadi infektif) dalam 4
hingga 6 jam dalam kondisi optimal.
Jarang, telur dapat menjadi udara dan terhirup dan ditelan. Retroinfeksi, atau migrasi larva
yang baru menetas dari kulit dubur kembali ke rektum, dapat terjadi tetapi frekuensi
terjadinya hal ini tidak diketahui.
2.4. Epidemiologi
- Asia, Australia, Afrika, Eropa, Amerika. 350 juta terinfeksi di seluruh bumi.
- Insiden tinggi di negara-negara barat terutama USA 35-41 %.
- Merupakan penyakit keluarga.
- Tidak merata dilapisan masyarakat.
- Yang sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14 tahun.
Pada daerah tropis insiden sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas,
kebiasaan ke WC (yaitu sehabis defekasi dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet). Akibat
hal-hal tersebut diatas maka pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit
4
ini tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat tapi lebih dipengaruhi oleh
iklim dan kebiasaan.
Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik
bagi pertumbuhan telur. (Soejoto dan Soebari, 1996).
2.5. Diagnosa
Seseorang yang terinfeksi cacing kremi sering tanpa gejala, tepai gatal disekitar anus
adalah gejala umum. Diagnosis cacing kremi dapat dicapai dari tiga teknik sederhana. Pilihan
pertama adalah mencari cacing di perianal reqion 2 hingga 3 jam setelah orang yang
terinfeksi tidur. Pilihan kedua adalah menyentuh kulit perianal sengan pita transparan untuk
mengumpulkan kemungkinan telur cacing kremi di sekitar anus hal pertama di pagi hari. Jika
seseorang terinfeksi, telur pada pita akan terlihat di bawah mikroskop. Metode rekaman harus
dilakukan pada 3 hari berturut-turut tepat setelah orang yang terinfeksi bangun dan sebelum
dia mencuci/mandi. Karena gatal dubur adalah gejala umum dari cacing kremi, pilihan ketiga
menganalisis sample di bawah kuku di bawah mikroskop. Karena telur cacing kremi dan
cacing sering jarang di tinja, memeriksa sample tinja tidak dianjurkan. Tes serologis tidak
tersedia untuk mendiadnosis infeksi cacing kremi.
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau
telur dari cacing E.vermicularis. Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a) Cacing Dewasa
Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas,
kemudian dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau
dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda kecil seperti E.vermicularis
dapat juga difiksasi dengan diawetkan dengan alkhohol 70% yang agak panas. (Harold W.
Brown, 1979)
b) Telur Cacing
Telur E.vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada
orang-orang yang menderita infeksi ini. (Soejoto dan Soebari, 1996) Telur cacing
E.vermicularis lebih mudah ditemukan dengan tekhnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan
menghapus daerah sekitar anus dengan “Scotch adhesive tape swab”. (Lynne & David,
1996).
5
Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis yang
menonjol berupa pruritus ani, di sebabkan oleh iritasi di sekitar anus akibat migrasi cacing
betina ke perianal untuk meletakkan telur-telurnya. Gatal-gatal di daerah anus terjadi saat
malam hari, karena migrasi cacing betina terjadi di waktu malam.
Cacing betina gravid, sering mengembara dan bersarang di vagina serta tuba fallopi.
Sementara sampai di tuba fallopi menyebabkan salphyngitis. Kondisi ini sangat berbahaya,
terutama pada wanita usia subur, sebab dapat menyebabkan kemandulan, akibat buntunya
saluran tuba. Cacing juga sering ditemukan di appendix. Hal ini bisa menyebabkan apendisitis,
meskipun jarang di temukan. (DB Jelliffe, 1996).
Pirvinium pamoat, di berikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan (maksimum 0,25 g )
dan di ulangi 2 minggu kemudian,
Piranthel pamoat, di berikan dengan dosis 11mg/kg berat badan single dose, dan
maksimum 1 gram,
Stilbazium Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna tinja akan
menjadi merah karena obat ini.
· Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei
teratur, ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong
kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan
dengan menggunakan desinfektan.
· Selain itu, peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok digabung dengan terapi
kelompok dapat membantu pencegahan (Garcia dan Bruckner, 1996).
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
E.Vermicularis atau Enterbius vermicularis adalah salah satu hewan dari kelas nematoda
filum Nemathelminthes yang sering disebut cacing kremi. Cacing dewasa E.vermicularis
berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan, dan
ujung posterior cacing jantan melingkar sedangkan yang betina lurus meruncing. Telur E.
vermicularis berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan
salah satu sisinya datar. Daur hidup E.Vermicularis dimulai dari terinfeksinya manusia
sebagai hospes oleh cacing kremi kemudian cacing dewasa akan bertelur di daerah perianal.
Jika telur cacing tertelan oleh hospes yang tidak terinfeksi maka cacing akan berkembang di
dalam hospes lain dan mengulang kembali daur hidupnya tersebut. Cara memeriksa
Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing
E.vermiculsris dengan metode “Scotch adhesive tape swab”. Pengobatan enterobiasis efektif
jika semua penghuni rumah juga di obati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang
berhubungan dengan penderita.
7
DAFTAR PUSTAKA
Garcia, Lynne S dan Bruckner, David A. 1996. Alih Bahasa Dr. Robby Makimian Ms.
Diagnostic Parasitologi Kedokteran. EGC.
Jelliffe, DB., 1996. Assessment of the Nuttritional Stats of the Community.WHO. Geneva.
Soejoto dan Soebari. 1996. Parasitologi Medik Jilid 3 Protozoologi dan Helmintologi. Solo:
EGC.
https://www.cdc.gov/parasites/pinworm/biology.html (Diakses:21 November 2019).