Anda di halaman 1dari 12

Pemanfaatan pewarna

tumbuhan ecoprint
Disebutkan oleh
Felix (2002), natural dyes
atau pewarnaan alam
merupakan satu dari
sekian banyak cara yang
potensial untuk
pengembangan eco
fashion.
Daun indigo pewarna alami biru
Teknik natural
dyes merupakan teknik
pewarnaan dengan
menggunakan bahan
baku dari alam, warna
yang terserap akan
menyatu dengan serat
yang ada pada kain
sehingga dapat menahan
proses pencucian dan
gesekan. Biji kesumba pewarna alami
merah
Setiap tumbuhan memiliki
potensi untuk dijadikan bahan pewarna
kain. Tentu saja warna yang dihasilkan
akan berbeda dari tiap tanaman. Hasil
bergantung pada musim, intensitas
hujan, udara (yang sudah tercemar
polusi), kualitas tanah. Kunyit pewarna alami
berwarna kuning
Karakter tumbuhan yang dipilih
untuk dijadikan bahan pewarnaan pun
akan berpengaruh pada hasil akhir. Daun
yang masih segar, sudah kering, bahkan
daun yang baru jatuh pun akan memberi
hasil berbeda. (Flint, 2008)
Jambal pewarna alami
berwarna gelap (coklat/hitam)
Secara sederhana proses pembuatan ecoprint adalah teknik
menyerap pigmen dari tumbuh-tumbuhan untuk membuat sebuah
pola dan warna yang unik sehingga kain akan terlihat berbeda dan
eksotis. Karena untuk warna dan motif diambil dari tumbuh-
tumbuhan maka bahan kain yang digunakan untuk teknik ecoprint
ini menggunakan bahan kain yang mudah menyerap warna seperti
bahan katun, linen, sutera dan rayon. Setiap jenis kain yang
digunakan juga akan mempengaruhi hasil dari proses ecoprint,
seperti bahan sutera warna akan lebih tajam dibanding jenis bahan
katun.
Ada banyak cara untuk menentukan jenis tanaman yang
bisa dijadikan pewarna. Beberapa diantaranya adalah:

1. Aroma
Tanaman yang mengeluarkan aroma tajam menunjukan ia
merupakan tanaman jenis asam dan bisa menghasilkan minyak aromatik.
Hal ini juga merupakan indikasi berpotensinya tanaman sebagai pewarna
alam.
2. Menggosok daun
Menggosokan daun dengan tangan atau ke permukaan kain.
Apabila saat digosokan pada kain kemudian tumbuhan meninggalkan noda,
ini merupakan indikasi bahwa daun tersebut potensial untuk dijadikan
pewarna alam.
3. Merendam daun
Rendam daun pada air panas selama 10 menit. Apabila air berubah
warnanya, tanaman ini juga berpotensi menjadi pewarna alam.

Penambahan mordan
• Mordan berasal dari bahasa Latin yaitu mordere,
yang artinya menggigit. Mordan dapat dipakai
sebelum, bersamaan dan setelah pewarnaan. Proses
ini dikenal dengan istilah pre-mordanting
(sebelum), simultan atau co-mordanting
(bersamaan) dan post-mordanting (setelah).
• Penambahan tawas, misalnya, dapat meningkatkan
warna pada kain menjadi lebih tua.
• Jenis zat mordant alami:
1. Tanin, Tumbuhan yang mengandung zat tannin sangat baik untuk
dijadikan mordant pada serat katun, rami dan linen.
Beberapa contoh tanaman yang mengandung tannin adalah:
a. Oak (Quercus sp.)
b. Delima (Punica granatum)
c. Cemara (Tsuga canandensis)
d. Tanaman pakis (Pteridium esculentum)
e. Akasia (Acacia sp.)

2. Protein, Jenis mordan yang mengandung protein adalah:


a. Kedelai
b. Tepung beras
c. Yoghurt
Teknik ecoprint
1. Siapkan Alat dan Bahan
• Alat yang dibutuhkan adalah botol kaca untuk
mengetuk (bisa juga diganti palu atau batu),
kertas koran sebagai alas, dan ember.
• Bahan yang dibutuhkan adalah kain serat alami,
daun-daunan dan bunga aneka warna, dan tawas,
Pilihlah daun dan bunga yang masih segar,
sebaiknya tidak terlalu tebal agar airnya mudah
keluar.
2. Siapkan Kain dan Daun
• Mula-mula, gunakan kertas koran
sebagai alas agar lantai tidak kotor,
kemudian kain digelar di atasnya.
• Letakkan daun yang kamu pilih di
atas kain. Posisi yang disarankan
adalah tulang daun (bagian bawah
daun) bersentuhan dengan kain.
• Jika ingin memunculkan efek
cermin, maka lipat kain menutupi
daun. Pola akan tambah pada
bagian kain di bawah daun dan di
atas daun.
• Namun, apabila hanya ingin di satu
sisi, gunakan potongan kain lain
untuk menutupi daun sebelum
diketuk agar pola terbentuk dengan
baik.
3. Ketuk Daun
• Ketukan daun menggunakan botol, sampai
air pada daun keluar dan membentuk pola
serupa bentuk daun.
• Ketuk secara teratur sampai seluruh bagian
daun mengeluarkan air. Semakin rata
ketukan dan semakin ditekan, maka warna
yang dihasilkan akan semakin baik.
• Setelah satu daun sudah jadi, buka kembali
lipatan kain. Lakukan berulang kali sampai
seluruh pola daun dan kain dibuat.
• Pada pola yang sudah selesai diketuk, daun
dan bunga bisa dilepas 15 menit setelah
selesai diketuk.
• Supaya warna benar-benar menyerap
pada kain, diamkan selama satu jam dengan
kondisi seluruh daun sudah dilepas.
• Hasil yang lebih baik dapat diperoleh
apabila kaindidiamkan 1-3 hari.
Bilas kain

• Tahap selanjutnya adalah


finalisasi dengan
membilas kain. Kain dibilas
pada air yang dicampur
tawas. Tidak perlu diperas,
langsung dijemur.
• Setelah kering, rendam lagi
dengan air tawas selama
satu jam. Kemudian jemur.
• Selesai,Produk ecoprintsud
ah dapat digunakan.
Teknik pengukusan
• Tumbuhan yang dipakai di letakkan langsung pada
permukaan kain atau kertas
• Kemudian digulung menggunakan kayu, besi
atau tongkat. Cara penggulungan dapat diganti
dengan di tumpuk dan diikat kuat.
• Proses selanjutnya adalah mengukus gulungan
supaya pigmen tumbuhan terekstrak dan
menghasilkan warna juga cetakan bentuk
tumbuhan pada kain atau kertas.

Anda mungkin juga menyukai