Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kehadirat Allh SWT, atas selesainya Modul Ajar Pembuatan
Ecoprintini, Modul Ajar ini disusun sebagai modul utama peserta didik dalam proses KBM di
sekolah ataupun Daring. Modul Ajar ini disusun berdasarkan Hasil Analisis dan Blending antara
kurikulum SMK PK. Modul Ajar ini dibuat dengan menggunakan Bahasa yang mudah dicerna oleh
siswa tetapi tidak menghilangkan substansi dan ke ilmiahan dari sebuah Modul Ajar.

Pembuatan Ecoprint merupakan rumpun mata pelajaran dari kelompok B. Modul Ajar ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan Peserta didik SMK PENDA 2 KARANGANYAR akan media
belajar yang refresentatif dan sesuai dengan kurikulum di Industri.

Pembuatan Ecoprint berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan,


keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Lingkup materi Pembuatan
Ecoprintmeliputi wawasan di bidang tata busana khususnya ecoprint.

Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada
bidang tata busana khususnya pembuatan Ecoprint dengan teknik Pounding dan dengan Teknik
Steaming. Terima Kasih Tidak Terhingga Kepada Orang Orang yang tidak dapat di sebutkan satu-
satu, yang paling utama adalah,

1. Kepada Alloh SWT, karena dengan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan bahan ajar ini
2. Kepala SMK PENDA 2 KARANGANYAR , Bapak Aris Sukarno,S.Pd, M.Pd yang memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk menggunakan bahan ajar yang dibuat di SMK Penda 2
Karanganyar .
3. Team Espero Fashion Production yang selalu mendukung dan membantu proses
pembelajran dan pembuatan ecoprint
4. Dan Anak-Anak Tata Busana Khususnya serta Semua siswa SMK PENDA 2 KARANGANYAR
Yang akan menggunakan bahan ajar ini, terima kasih semuanya

Akhirnya, tegur sapa, saran, dan kritik dari kalangan akademisi dan pengguna bahan ajar ini
sangat penulis harapkan demi kemajuan di bidang Pendidikan

Karanganyar , Juli 2021


Penulis

Widya Nanda GP, S.Pd


Tujuan dan Karakteristik Mata Pelajaran

Pembuatan Ecoprint bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan,
dan sikap (hard skills dan soft skills) yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut.

Pembuatan Ecoprint memiliki elemen materi sebagai berikut:

 Persiapan dan perlakuan awal kain


 Proses Mordanting Kain
 Proses Pembuatan Ecoprint
 technopreneurship dan job-profile di bidang industri fashion ,

Pengembangan soft skills pada Pembuatan Ecoprint sangat penting sebagai pembekalan dasar di dalam
membangun etos kerja, meliputi komunikasi, critical thinking, kolaborasi, dan kreativitas. Pembuatan
Ecoprint merupakan pondasi dalam pemodelan, implementasi, dokumentasi serta testing perangkat lunak.
Pada awal pembelajaran peserta didik dikenalkan kepada lapangan kerja.

1. Pembelajaran di kelas;
2. Pembelajaran di laboratorium;
3. Projek sederhana;
4. Berinteraksi dengan alumni yang sudah berkarir dan praktisi industri;
5. Berkunjung ke industri yang relevan;
6. Pencarian informasi melalui media digital.

Tahap internalisasi wawasan dan soft skills membutuhkan porsi dominan (sekitar 75%) dari waktu yang
tersedia di kelas X, sebelum mempelajari aspek hard skills yang lebih spesifik.

Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
dan tujuan yang ingin dicapai. Pelaksanaan pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran
berbasis projek (project-based learning), discovery learning, pembelajaran berbasis masalah (problem-
based learning), atau inquiry learning serta metode pembelajaran antara lain ceramah, tanya jawab,
diskusi, observasi, peragaan atau demonstrasi yang dipilih berdasarkan karakteristik materi dan tujuan
pembelajaran. Penilaian meliputi aspek pengetahuan melalui tes dan non-tes, aspek sikap melalui
observasi, catatan kejadian menonjol (anecdotal record), penilaian antar teman, dan penilaian diri serta
aspek keterampilan melalui penilaian proses, produk, portofolio
Cara Menggunakan Modul Ajar

1. Modul ajar ini dirancang untuk membantu gurudan siswa untuk materi pembuatan

ecoprint

2. Di dalam modul ajar ini ada beberapa aktivitas yang saling berkaitan, dengan beberapa

formatif asesmen sebagai diagnostik asesmendan asesmen sumatif sebagai ujung dari

proses pembelajaran. Disarankan agar modul ajar ini dilakukan pada semester 1, sesuai

dari urutan di alur tujuan pembelajaran.

3. Waktu yang direkomendasikanuntuk pelaksanaan modul ajar ini adalah 3 kali tatap

muka dengan durasi kurang lebih 18 JP. Sebaiknya ada jeda waktu antar aktivitas agar

di satu sisi para guru mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan persiapan materi

untuk memantik diskusi dan refleksi peserta didik. Selain itu peserta didik juga

mempunyai waktu untuk berpikir, melakukan aktivitas refleksi, dan menjalankan

masing-masing aktivitas tersebut dengan baik.


1. Informasi Umum

NAMA PENYUSUN : WIDYA NANDA GARHDEA PUTRI


INSTITUSI : SMK PENDA 2 KARANGANYAR
TAHUN PENYUSUNAN : 2021
JENJANG SEKOLAH : SMK
KELAS : X
ASPEK : PEMBUATAN ECOPRINT
ALOKASI WAKTU :

2. Tujuan Pembelajaran

A Fase : E
B CP : 1. …
2. …
3. …
4. …
5. …
6. …
C Tujuan Pembelajaran : Pada Akhir Pembelajaran, Peserta didik mampu :
1. ….
2. ….
3. ….
4. ….
5. ….
6. ….
7. ….
8. ….
9. ….
10. ….
D Kata Kunci : -
E Pengetahuan dan/atau :
keterampilan atau
kompetensi apa yang perlu
dimiliki siswa sebelum
mempelajari topik ini

3. Profile Pelajar Pancasila


Kegiatan Profile Pelajar Pancasila Praktik Inti

Diskusi, Praktik Mandiri Mengemukakan ide pada saat diskusi


dan praktikum. Bertanggung jawab
selama proses belajar.
Diskusi, Praktik Kreatif Membuat presentasi dari hasil diskusi
yang orisinal, bermakna, bermanfaat,
dan berdampak
Diskusi, Praktik Bernalar Kritis a. Mencari Informasi yang dapat
diperoleh dari internet
b. Dapat memilih referensi
informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan dan
dari sumber-sumber informasi
yang terpercaya.
c. Dapat secara bersama
kelompok menganlisa dan
mengambil keputusan.
Diskusi, Praktik Gotong Royong Siswa bersama kelompok secara
sukarela melakukan kegiatan
penyelesaian tugas dapat dikerjakan
dan berjalan lancar, mudah dan ringan.
Masingmasing siswa dapat dengan
mudah berkolaborasi, saling peduli dan
berbagi.

4. Sarana Prasarana
Sarana Prasarana : - Power Point
- Laptop
- Handphone
- GoogleMeet
- Google Classroom
Alat Dan Bahan TERLAMPIR

Prakiraan Biaya : Biaya Yang dibutuhkan untuk menerapkan unit pembelajaran ini
dikelas, termasuk biaya yang perlu dikeluarkan terlampir

5. Target Siswa & Jumlah Siswa


Semua siswa dalam kelas, tanpa perbedaan kemampuan akademis dan tanpa perbedaan tipikal
siswa

32 Siswa Kelas X

6. Ketersediaan Materi

1. Pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi: YA / TIDAK


2. Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang sulit memahami konsep:
YA / TIDAK

7. Kegiatan Pembelajaran Utama

A Pengaturan Siswa :
B Metode : - Ceramah
- Diskusi
- Demontrasi
- Project

Penilaian : Individu dan Kelompok


Jenis Penilaian : a. Penilaian Individu
b. Penilaian Lembar Kerja Peserta didik
c. Penilaian Per Kelompok
9. Kegiatan Pembelajaran

Diagnostik Non Kognitif Kognitif


1. ….. 1. …..
2. ….. 2. …..
3. ….. 3. …..
4. ….. 4. …..
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
MORDANTING

Mordanting
Tujuan tahapan ini untuk membuka pori-pori kain, meghilangkan kotoran dan kanji pada kain dan
meningkatkan daya serap kain. Pada tahap mordanting, setiap jenis tekstil berbeda perlakuannya.
Pada dasarnya ada beberapa jenis mordant , antara lain :
a. Mordan Pendahulu (Pre Mordanting)
Premordant merupakan proses mencelup bahan tekstil yang akan diwarna kedalam larutan
yang mengandung besi. Larutan untuk pre mordant biasanya dilakukan pada tahapan
sebelum dilakukan pewarnaan. Pada tahapan ini kain yang akan di warna direndam pada
larutan mordan agar membuka pori-pori kain dan menghilangkan residu kotoran pada kain.
b. Mordan Simultan
Pencelupan terhadap tekstil yang akan diwarna kedalam larutan celup yang terdiri dari zat
warna dan zat mordan yang dicampur.
c. Mordan Akhir (Post Mordant)
Pencelupan pada zat mordant yang dilakukan setelah mencelupkan tekstil; pada zat warna.
Pada proses ini biasanya berfungsi untuk mengunci atau fiksasi zat warna agar warna yang
sudah dicelupkan menjadi tahan lama dan muncul warna yang sesungguhnya.
1) Proses Mordanting
Alat dan Bahan
 Kain (Katun Primisima / Katun Sutra )
 Zat Mordant SS dan Mordant RCI
 Air 20L
 Ember dan Tutup
 Sarung Tangan Bila diperlukan
2) Langkah Kerja
Pencelupan Mordant SS
 Kain katun dipotongi sesuai ukuran yang diperlukan
 Larutkan 250ml zat mordant SS dengan 20L air
 Celupkan kain pada larutan mordan dengan rata sampai semua bagian kain tercelup
SS Mordant
 Peras dan tiriskan kain yang sudah dicelup
 Tutup kain yang sudah di SS mordant pada wadah
 Diamkan selama 2 jam
 Setelah 2 jam bilas dengan air bersih kemudian diangin-anginkan hingga kering
Pencelupan Mordant RCI
 Siapkan kain yang sudah selesai di SS Mordant
 Siapkan cairan RCI dengan ukuran 2x berat kain (missal 200gr kain menggunakan
400ml laurutan RCI)
 Angin-anginkan kain yang sudah dicelup larutan RCI
 Setelah kering bilas dengan air bersih dan angina-anginkan kembali
 Kain siap untuk diwarna dengan zat warna alam

Tugas diskusi

Jelaskan dan sebutkan bahan-bahan dan fungsi Mordanting !

1. Lembar Observasi
Lembar Pengamatan Observasi Diskusi

No Nama Peserta Profile Pelajar Pancasila Jumla Rata-Rata


didik Mandiri Kreatif Berpikir Gotong h Nilai
Kritis Royong Score
1
2
3
4

2. Lembar Penialaian Diskusi Kelompok


LEMBAR PENILAIAN DISKUSI

Mata Pelajaran :
Kelas :
Semester :

No Nama Peserta Didik Aspek Penilaian


Kelompok Individu Nilai LK Nilai Akhir
A B C D A B C Diskusi
Kelompok 1
1
2
3
4
5
Kelompok 2
1
2
3
4
5

Indikator Penilaian

Individu : Kelompok:
4 : Sering 4 : Memuaskan
3: Kadang-Kadang 3 : Baik
2 : Jarang 2 : Cukup
1 : Tidak Pernah 1 : Kurang

Keterangan Aspek Penilaian

A : Mengemukakan ide/gagasan a : Penyelesaian tugas kelompok


B : Menjawab pertanyaan b : Ketepatan hasil diskusi
C : Ketelitian c : Kerjasama kelompok
D : Keterlibatan dalam diskusi

Total Score
Nilai Individu : x 100
skor Maximal

total score
Nilai Kelompok : x 100
skor maximal
KEGIATANNilai
PEMBELAJARAN nilai individu
2 +nilai kelompok +nilai LK
Akhir Diskusi :
PEWARNAAN DENGAN WARNA ALAM 3

Zat Pewarna Alam

Zat pewarna sudah dikenal sejak tahun 2500 sebelum masehi. Negara yang sudah mengenal yaitu
china, india, dan mesir . Zaman dahulu zat pewarna yang dikenal merupakan zat pewarna alami
Penggunaan zat pewarna alam menjadi alternatif yang tepat yang dapat dilakukan untuk mengganti
penggunaan zat warna sintetis pada tekstil. Zat warna alam merupakan hasil dari ekstraksi
tumbuhan yang berupa daun batang kulit bunga buah dan akar. Zat warna alam merupakan zat
warna yang berasal dari bahan-bahan alam yang pada umumnya merupakan ekstraksi dari
tumbuhan atau hewan. tumbuhan memiliki colouring matter yang merupakan substansi senyawa
organik dalam menentukan warna alam.

Terdapat beberapa zat warna alam yang banyak digunakan dalam tekstil diantaranya daun pohon
nila (Indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops Candolleana) Arn), kayu tegeran (Cudraina
Javanensis), kunyit (Curcuma), teh (The), akar mengkudu (Morinda Citrifelia), kulit soga jambal
(Pelthophorum Ferruginum), kesumba (Bixa Orelana), daun jambu biji (Psidium Guajava) (Sewan
Susanto, 1973).

Zat warna alam digolongkan menjadi empat yaitu:

a. Zat Warna Mordan

Zat warna mordan merupakan zat pewarna yang tidak larut. Zat warna mordant dapat mencelup
serat-serat binatang, serat pollamida, dan serat selulosa. Golongan zat pewarna mordan paling
banyak terdapat di alam seperti kayu nangka, mengkudu, secang, mahoni, jambal, tingi, tegeran,
mangga, jambu biji, dan jati.

b. Zat Warna Direk

Ciri khas pada zat pewarna direk yaitu dapat mewarnai pada bahan tekstil secara langsung. Hal ini
disebabkan karena memiliki alfinitas yang besar terhadap selulosa. Golongan yang memiliki
curcumin seperti kunyit termasuk pada zat warna ini.
c. Zat Warna Bejana

Bahan utama pada pewarnaan bejana perlu adanya fermentasi. Hasil fermentasi berupa larutan zat
pewarna yang mengandung enzim indimulase. Proses pencelupan pada zat warna bejana tidak perlu
mordan. Contoh tumbuhan yang termasuk dalam peewarnaan ini adalah pada daun tom atau tarum
(Indigofera).

d. Zat Warna Asam dan Basa

Zat warna asam mengandung asam-asam mineral dan asam-asam organic. Bentuk zat warna asam
mayoritas garam asam sulforat dan garam karbosilat. Sedangkan zat warna basa sering disebut zat
warna karlon atau kation. Yang mencelup serat binatang poliamida (niloin) dan beberapa serat
pollakrilat (cresian, verel, onion). Cirikhas zat warna asam dan basa yaitu warna akan timbul ketika
sudah melalui proses penggaraman. Contoh zat warna ini adalah bunga pulu. Sebagian besar warna
dapat diperoleh dari produk tumbuhan, jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul
warna yang berbeda tergantung struktur kimianya pada tumbuhan tersebut. Golongan pigmen
tumbuhan dapat berbentuk klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon. Untuk itu pigmen – pigmen
alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna
alam dengan pencelupan yang dilakukan dengan ekstraksi (R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-
Soetjipto, 1999). Terdapat tiga golongan pewarna alami yang paling penting yaitu; tetrapyrrols,
tetraterpenoids, dan flavonoids pigmen zat pewarna yang diperoleh dari bahan alami antara lain:

- Karoten, menghasilkan warna jingga sampai merah, dapat diperoleh dari wortel, pepaya, dll.

- Biksin, menghasilkan warna kuning, diperoleh dari biji pohon Bixa Orellana.

- Karamel, menghasilkan warna coklat gelap merupakan hasil dari hidrolisis karbohidrat, gula pasir,
laktosa, dll.

- Klorofil, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun suji, pandan, dll.

- Antosianin, menghasilkan warna merah,oranye, ungu, biru, kuning, banyak terdapat pada bunga
dan buah-buahan seperti buah anggur, stroberi, duwet, bunga mawar, kana, rosella, pacar air, kulit
manggis, kulit rambutan, ubi jalar ungu, daun bayam merah,dll.
1) Proses Pembuatan Zat Warna Alam

Alat dan Bahan yang diperlukan

 Bahan Zat Warna alam (secang, tingi , tegeran,indigo,dll)


 Simplokos
 Panci /Bejana
 Ember
 Kompor

Langkah kerja

 Siapkan 10L Air dalam panci kemudian panaskan


 Setelah mendidih campurkan bahan pewarna
 Masukkan simplokos 4sdm
 Tunggu dampai zat warna menyusut kurang lebih 20% dari volume awal
 Untuk mendapatkan pewarnaan yang lebih kuat pewarna didiamkan selama 1 malam
 Disaring dan pewarna siap digunakan

2) Proses Pewarnaan Pasa Kain (Dyeing)

 Kain yang telah di mordant SS dan mordant RCI dicelupkan kedalam zat warna yang
sudah dingin, diremas dan dibolak balik agar pewarna masuk merata kedalam serat kain
 Proses pencelupan warna sudah bisa dilakukan secara berulang jika menginginkan
warna yang benar-benar kuat dan pekat
 Untuk pewarna indigo sebaiknya dicelupkan ke air biasa sebelum proses ecoprint untuk
menghilangkan kapur yang ada pada zat warna indigo
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
PEMBUATAN ECOPRINT

Ecoprint merupakan salah satu teknik pewarnaan yang tidak menghasilkan limbah yang berbahaya.
Teknik pewarnaan ini dinilai sangat berpotensi dikembangkan dalam industri eco fashion atau biasa
disebut fashion ramah lingkungan. Teknik ecoprint tidak menghasilkan limbah yang sulit diurai
lingkungan dan tidak menggunakan zat kimia berbahaya (RR. Nisa Presinawangi KP, Dr. Dian
Widiawati, 2014). Teknik ecoprint mulai dikembangkan dengan tesisnya yang meneliti pewarnaan
ecoprint dengan daun kayu putih (eucalyptus) pada sutera dan wool pada tahun 2001. Pengujian
dilakukan dengan cara membungkus daun kayu putih (eucalyptus) pada kain sutra dan wool
kemudian diikat dan di kukus (Flint, 2001).
Teknik ecoprint diartikan sebagai proses mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak
langsung” (Farisah Husna, 2016:280). Flint mengaplikasikan teknik ecoprint dengan cara
menempelkan tumbuhan penghasil zat warna secara langsung pada kain kemudian direbus dalam
panci besar. Tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang memiliki sensitivitas tinggi
terhadap panas sehingga pigmen warna yang terdapat pada tumbuhan akan berpindah pada kain
karena panas Zat warna yang digunakan berasal dari tumbuhan yang dapat diperoleh di sekitar
rumah dan mudah didapatkan. Setiap jenis tumbuhan berpotensi dijadikan zat pewarna dengan
teknik ecoprint. Hasil yang diperoleh dari proses pewarnaan tentunya juga sangat beragam
tergantung jenis tumbuhan yang digunakan, musim, intensitas hujan, udara, maupun kualitas tanah.
Kondisi daun pun juga sangat mempengaruhi hasil dari pewarnaan. Misalnya daun yang masih
segar, daun kering, daun yang baru jatuh akan memberikan hasil yang sangat beragam
Teknik Ecoprint
Ecoprint merupakan salah satu teknik pewarnaan yang tidak menghasilkan limbah yang berbahaya.
Teknik pewarnaan ini dinilai sangat berpotensi dikembangkan dalam industri eco fashion atau biasa
disebut fashion ramah lingkungan. Teknik ecoprint tidak menghasilkan limbah yang sulit diurai
lingkungan dan tidak menggunakan zat kimia berbahaya). Teknik ecoprint mulai dikembangkan
dengan tesisnya yang meneliti pewarnaan ecoprint dengan daun kayu putih (eucalyptus) pada sutera
dan wool pada tahun 2001. Pengujian dilakukan dengan cara membungkus daun kayu putih
(eucalyptus) pada kain sutra dan wool kemudian diikat dan di kukus
Teknik ecoprint diartikan sebagai proses mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak
langsung Flint mengaplikasikan teknik ecoprint dengan cara menempelkan tumbuhan penghasil zat
warna secara langsung pada kain kemudian direbus dalam panci besar. Tanaman yang digunakan
merupakan tanaman yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap panas sehingga pigmen warna yang
terdapat pada tumbuhan akan berpindah pada kain karena panas ). Zat warna yang digunakan
berasal dari tumbuhan yang dapat diperoleh di sekitar rumah dan mudah didapatkan. Setiap jenis
tumbuhan berpotensi dijadikan zat pewarna dengan teknik ecoprint. Hasil yang diperoleh dari
proses pewarnaan tentunya juga sangat beragam tergantung jenis tumbuhan yang digunakan,
musim, intensitas hujan, udara, maupun kualitas tanah. Kondisi daun pun juga sangat
mempengaruhi hasil dari pewarnaan. Misalnya daun yang masih segar, daun kering, daun yang baru
jatuh akan memberikan hasil yang sangat beragam (Flint, 2008).
Disebutkan oleh Flint (2008), “teknik ecoprint diartikan sebagai suatu proses untuk mentransfer
warna dan bentuk ke kain melalui kontak langsung. Flint mengaplikasikan teknik ini dengan cara
menempelkan tanaman yang memiliki pigmen warna kepada kain yang kemudian direbus di dalam
kuali besar. Tanaman yang digunakan pun merupakan tanaman yang memiliki sensitivitas tinggi
terhadap panas, karena hal tersebut merupakan faktor penting dalam mengekstraksi pigmen warna”.
Sedangkan menurut Husna (2016) “Didalam teknik ecoprint, tumbuhan yang dipakai di letakkan
langsung pada permukaan kain atau kertas, kemudian digulung menggunakan kayu, besi atau
tongkat. Cara penggulungan dapat diganti dengan di tumpuk dan diikat kuat. Proses selanjutnya
adalah mengukus gulungan supaya pigmen tumbuhan terekstrak dan menghasilkan warna juga
cetakan bentuk tumbuhan pada kain atau kertas”. Teknik ecoprint dapat disimpulkan sebagai teknik
pewarnaan dengan pencapan yang dilakukan diatas kain. Proses ekstraksi dilakukan secara langsung
pada bagian tumbuhan (daun, bunga, akar, batang, biji, kayu) yang diletakkan pada permukaan kain,
dilipat, digulung dan diikat dengan tali berbahan katun. Proses tersebut dilanjutkan dengan
pemanasan yaitu dengan cara steam/kukus untuk mengeluarkan pigmen warna dari bahan pewarna
alam tersebut. Metode pewarnaan pada pewarnaan teknik ecoprint diantaranya adalah:

a. Metode Kukus/Steam
Dalam KBBI kukus diartikan sebagai “asap air panas”. Sedangkan menurut wikipedia, pengukusan
atau dalam bahasa inggris “steaming”. Steaming atau
c. Metode Hapazome
Teknik hapazome merupakan pengembangan dari teknik kukus/steam. Perbedaan teknik haazome
dengan teknik kukus yaitu pada fiksasi nya yang dilakukan langsung pada tumbuhan. Pada teknik
hapazome, dilakukan perendaman dengan zat fiksasi selama 24 jam. Selama proses perendaman
dengan zat fiksasi, akan terjadi reaksi antara tumbuhan dengan zat fiksasi sehingga wujud tumbuhan
akan berubah struktur dan warnanya. Setelah dilakukannya perendaman pada metode hapazome
tersebut akan dilakukan pengukusan 50 menit untuk memunculkan warna tanpa dilakukan
pencelupan zat fiksasi.
Pada kegiatan belajar kali ini kita menggunakan metode kukus / steam.

1) Proses Pembuatan Ecoprint

Alat dan Bahan

 Kain Utama
 Kain Blanket
 Tongkat
 Plastik Pelapis
 Zat Pewarna Alam
 Daun-daunan
 Dndang
 Kompor

Langkah Kerja

 Kain utama dicelup zatwarna atau dibasahi dengan air


 Kain dibentangkan pada area yang datar dau bersih
 Tata daun dengan posisi tulang daun pada bagian bawah
 Tutup dengan blanket yang sudah dicelup cairan tunjung cair
 Lapisi dengan plastic
 Gulung dengan menggunakan tongkat yang sudah disiapkan ( gulung dengan kuat dan
rapat)
 Masukkan kedalam dandang , kukus selama 2 jam ( 2 jam dari titik didih air)

Assesment Akhir

Nama Siswa :
Program Keahlian :
Kelas :
Capaian Pembelajaran :

No Kegiatan Penialain Nilai Deskpripsi Kompetensi


Angka

1 Formatif Kegiatan Belajar 1 *tentang


_____________________________

2 Formatif Kegiatan Belajar 2 *tentang


_____________________________
3 Formatif Kegiatan Belajar 3 *tentang
_____________________________
4 Formatif Kegiatan Belajar 4 *tentang
_____________________________
5 …….

6 Praktikum

7 Sumatif

8 Nilai remidial / Penganyaan

Nilai Akhir

Karanganyar ,
Peserta Didik Guru Mata Pelajaran
_________________________ _________________________

Anda mungkin juga menyukai