Ada beragam cara untuk membuat motif pada kain, salah satunya dengan teknik ecoprint yang
memanfaatkan bahan dari alam sekitar. Ecoprint adalah teknik memberi warna dan corak (motif) pada
kain, kulit atau bahan lainnya dengan menggunakan bahan alami. Bahan alami yang umum digunakan
dalam ecoprint berasal dari tanaman yang meliputi beragam jenis daun, bunga, kayu, atau bagian
tanaman lainnya yang memiliki corak dan warna yang khas.
Ecoprint menghasilkan warna dan corak pada kain yang memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri.
Warna dan corak ini sesuai dengan warna dan corak bahan alami yang digunakan. Meski menggunakan
jenis bahan alami yang sama, satu produk dengan produk lainnya yang dihasilkan dari teknik ecoprint
tidak akan sama. Inilah yang membuat produk ecoprint menjadi eksklusif dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
Ecoprint menjadi peluang usaha yang menarik untuk dikembangkan di Indonesia. Ketersediaan sumber
bahan pewarna dan motif alam yang melimpah, menjadi potensi yang layak untuk digarap. Dengan
memanfaatkan bahan-bahan alami dari lingkungan sekitar, pembuatan ecoprint terbilang minim modal,
tetapi menghasilkan produk dengan nilai jual tinggi.
Ecoprint sebenarnya berbeda dengan batik, meskipun banyak para perajin ecoprint yang
menyamakannya dengan batik. Perbedaan ecoprint dengan batik ada pada bahan pembuatan corak
atau motif yang digunakan. Batik adalah kain bergambar atau bermotif yang pembuatannya secara
khusus dengan menerakan malam pada kain. Sementara ecoprint tidak menggunakan malam pada
proses pembuatannya.
Munculnya anggapan ecoprint sama dengan batik adalah karena produk yang dihasilkan sama berupa
kain bermotif atau bercorak. Jadi tak heran, jika di pasaran orang akan menyebut ecoprint sebagai batik.
Dalam proses pembuatan ecoprint, teknik yang digunakan adalah dengan cara menyerap pigmen atau
warna dan corak dari bahan alami yang digunakan. Bahan-bahan ini meliputi dedaunan, bunga, kayu,
atau bagian tanaman lainnya yang menghasilkan warna dan corak khas.
Contoh bahan alami yang cukup populer digunakan untuk membuat motif kain dalam ecoprint antara
lain daun jati, daun jarak, daun pepaya jepang (chaya), daun ketapang, dan beragam jenis bahan alami
lainnya. Selain motif alami, ecoprint juga menggunakan pewarna dengan memanfaatkan warna alami
dari kayu secang, kulit buah manggis, kulit jengkol, dan beragam bahan lainnya.
Dalam pembuatan ecoprint, pemilihan bahan kain yang akan digunakan juga perlu diperhatikan. Kain
yang dipilih adalah kain dengan bahan yang mudah menyerap warna alami. Kain-kain tersebut seperti
kain katun, linen, rayon, dan sutra.
Pemilihan kain menjadi penting karena akan berpengaruh pada produk ecoprint yang dihasilkan.
Menggunakan kain sutra misalnya, akan menghasilkan produk ecoprint dengan warna yang lebih tajam,
jika dibandingkan dengan menggunakan kain katun. Selain itu, harga jual dari produk ecoprint dengan
kain sutra juga lebih tinggi.
Ada dua cara membuat ecoprint. Cara yang pertama adalah dengan teknik pounding, yakni dengan
memukul atau mengetuk bahan alami yang digunakan untuk mengeluarkan warna dan coraknya pada
kain. Cara yang kedua adalah dengan cara mengukus kain yang sudah ditempeli bahan pewarna dan
corak alami. Pada artikel ini, penulis hanya akan menjelaskan pembuatan ecoprint dengan teknik
pounding.
Membuat ecoprint dengan teknik pounding caranya cukup mudah, tetapi membutuhkan ketelatenan
dalam proses pembuatannya. Teknik pounding juga mengedepankan prinsip kehati-hatian agar produk
ecoprint yang dihasilkan memiliki corak eksotis sesuai dengan bahan alami yang digunakan.
kertas koran;
plastik;
kain;
baskom cuci;
tawas;
air.
Cara Membuat:
bentangkan kain yang akan dibuat ecoprint pada alas yang rata, lapisi bagian bawahnya dengan
menggunakan kertas koran;
tempelkan dedaunan yang telah disiapkan (tulang daun menyentuh kain), atur posisinya sesuai dengan
keinginan;
jika ingin memunculkan efek cermin dari corak daun, lipat kain sehingga daun berada di tengah kain
atau bisa menggunakan kain lain untuk menutupnya;
selanjutnya lapisi dengan plastik dan pukul atau ketuk secara merata bagian daun dengan menggunakan
palu sampai warna dan coraknya keluar;
setelah selesai, biarkan selama 15 menit sampai kering, kemudian lepaskan perlahan daun yang masih
menempel pada kain;
jika sudah selesai, biarkan kain sampai tiga hari atau satu minggu untuk mendapatkan hasil yang terbaik;
langkah yang terakhir adalah melakukan fiksasi, yakni merendam kain pada air yang dicampur dengan
tawas dalam baskom selama satu jam;
Bagaimana mudah kan membuat ecoprint? Anda bisa mencobanya sendiri dengan mengeksplorasi
beragam jenis daun atau bahan alami lainnya yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal Anda.
Pilihlah bahan alami yang memiliki corak dan warna yang eksotis.
Previous article
Next article
Yudi Setiyadi
investasi tanah
investasi tanah
bisnis sampingan
LEAVE A REPLY
Comment:
Name:*
Email:*
Website:
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
Notify me of follow-up comments by email.
Siapa Kami?
Ensiklo adalah sebuah lumbung pengetahuan yang menyajikan ragam catatan pengetahuan.
Ensiklopedia online ini dikembangkan untuk membantu pengembangan sumber daya manusia dan
memerkaya sumber daya pengetahuan di Dunia Maya. Portal ini dikembangkan dengan tujuan
pendidikan.
Page Ensiklo
EDITOR PICKS
POPULAR POSTS
Matahari Terbit
Seikerei adalah Penghormatan dengan Cara Membungkukkan Badan kearah Matahari Terbit
16/10/2014
02/11/2014
02/09/2015
POPULAR CATEGORY
Serba-serbi319
Kesehatan184
pertanian67
sosiologi62
Teknologi52
Travel45
Ilmu Sosial39
Internet37
Parenting37
ABOUT US
FOLLOW US
Sitemap Kebijakan Privasi Tentang Ensiklo Redaksi Kode Etik Media Cyber Hubungi Kami