“BATIK ECOPRINT”
DISUSUN OLEH :
A. LATAR BELAKANG
Sering kali kita menjumpai sampah-sampah dari daun yang dibuang sia-
sia, dan banyak sekali daun sayur yang tua tidak diolah yang akhirnya
menguning dan gugur tanpa ada manfaatnya. Untuk mengurangi hal tersebut
kami berinisiatif untuk mengolah daun-daun yang tidak terpakai tadi menjadi
batik yang biasa dinamakan “Batik Ecoprint”.
Tidak hanya karena itu yang melatar belakangi kita mendaur ulang
daun-daun yang tidak dimanfaatkan adalah tugas ujian praktek dari mata
pelajaran Seni Budaya. Kita diajari dipahamkan bagaimana pentingnya
mengurangi sampah di lingkungan sekitar dengan cara memanfaatkannya
seperti mendaur ulang sampah sekreatif mungkin menjadi barang yang
mempunyai nilia ekonomis dan bermanfaat.
a) Alat
b) Bahan
1. Kain
2. Dedaunan untuk ecoprint
3. Zat Warna Alam ( ZWA)
4. Air
5. TRO ( Turkish red oil= serbuk putih dan halus, licin terkena
air. Digunakan untuk proses scoring)
6. Tawas (Alumunium Sulfat)= bisa serbuk bisa Kristal putih
7. Soda ash : hampir mirip tawas bubuk putih, tapi bila terkena
air juga akan berbusa.
8. Tunjung ( Ferrous sulfat) bubuk kristal berwarna kehijauan
berbau karat besi
9. Kapur tohor atau biasa disebut kapur sirih atau injet
10. Sodium acetat serbuk putih seperti gula pasir, mudah lembab
dan basah jika terkena udara
B. CARA PEMBUATAN
1. MORDANTING
Cara ini yaitu cara awal dengan pembersihan kain dengan merendam
kain dengan air tawas. Cara ini dilakukan agar warma dari daun yang akan
digunakan lebih mudah menempel. Penggunannya cukup dengan
mencampurkan 1 liter air dengan 3 gram tawas lalu rendam kain(serat alami)
tersebut pada air campran tawas selama 1 jam. Setelah itu jemur kain tanpa
memerasnya tunggu sampai kain mengering dan selanjutnya kain dapat
digunakan untuk mencetak batik dari daun.
2. TRETMEN HERBAL
Daun-daun yang sudah dipilih tadi ditata pada kain dengan satu sisi
kain saja. Penataan yang dilakukan harus dengan komposisi yang artistik.
Agar hasil dari motifnya dapat dilihat dengan indah dan baik.
Daun yang sudah ditata pada salah satu sisi kain tersebut ditutup
menggunakan satu sisi kain yang lain. Usahakan daun tetap pada posisinya.
Pukul-pukul daun dengan kekuatan yang sama agar dan tidak hancur.
Pemukulan daun ini bertujuan untuk mengeluarkan warna yang dihasilkan
dari daun yang digunakan tadi. Setelah semua daun dipukul dngan botol tutup
kain dengan menggunakan plastik tahan panas lalu gulung kain terebut
beserta plastiknya dan ikat kuat kain tadi menggunakan karet mentah atau tali
rafia sekuat mungkin.
Kain yang sudah digulung tadi dikukus selama 1-2 jam. Pengukusan
ini dilakukan agar warna dari daun lebih pekat dan terlihat dan warnanya
lebih tahan lama. Setelah dikkus buka kain tersebut dari plastic tadi,
bersihkan sisasisa daun yang masih menempel lalu angin-anginkan sampai
dingin seperti semula lagi.
6. FIKSASI
Cara ini digunakan untuk mengunci warna dari yang dikeluarkan oleh
daundaun tadi. Carannya yaitu dengan merendam kain tersebut dengan
menggunakan 3 liter air yang sudah dicampur dengan 1 sdm tawas. Diamkan
selama 1-2 jam dan keringkan tanpa memerasnya. Dan batik ecoprintpun
sudah jadi.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daun-daun yang ada disekitar kita ini yang biasa kila lihat hanya untuk
sebagai penghias rumah, pakan ternak, dan sayur ternyata dapat kita olah
menjadi barang yang bernilai ekonomi yang sangat tinggi. Ini dapat menjadikan
sebagian masyarakat sebagai pekerjaan sampingan ataupun pekerjaan tetap
sehingga dapat mengurangi penganggurann yang ada di Indonesia.