PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajinan kulit adalah kerajinan yang menggunakan bahan utama
(bahan baku) kulit mentah (perkamen) dari kulit binatang terdiri dari kulit
kerbau, lembu (sapi), domba (kambing), dan sebagainya. Jenis kulit ini yang
sudah lazim dipakai dalam seni kerajinan kulit (Sunarto, 2009: 227).
Kerajinan kulit adalah kerajinan yang menggunakan bahan utama (bahan
baku) kulit mentah (perkamen) dari kulit binatang terdiri dari kulit kerbau,
lembu (sapi), domba (kambing), dan sebagainya. Jenis kulit ini yang sudah
lazim dipakai dalam seni kerajinan kulit (Sunarto, 2009: 227).
Perwujudan karya kulit perkamen 3 dimensi dilakukan dengan teknik
ditatah (ukir) dan disungging dengan beraneka ragam bentuk. Jadi walaupun
dengan menggunakan bahan baku kulit mentah, tetapi dalam mewujudkan
karya tidak menggunakan teknik ditatah dan disungging bukanlah seni tatah
sungging kulit. Motif yang digunakan dalam hiasan kerajinan kulit 3 dimensi
saat ini hampir sama digunakan pada sebuah wayang yang dipahat dengan
bermacam-macam motif tatahan yang dikombinasikan sedemikian rupa
sehingga menjadi bentuk yang indah dan harmonis. Adapun motif-motif
tatahan tersebut yaitu: motif emas-emas, wajikan, srunen, rumpilan, kembang
katu, dan lain sebagainya. Sedangkan motif dalam sunggingan terdapat motif
sawutan, cawen, kelopan balesan, bludiran, sisik, dan isen-isen (Sugio, 1991:
24-30).
Penciptaan suatu karya kulit 3 dimensi yang menarik diperlukan
pemahaman perkembangan kebutuan desain masa kini yang ada di
masyarakat. Dalam hal tersebut, tema yang digunakan dalam pembuatan
kerajinan kulit perkamen 3 dimensi ini terinspirasi dari tanaman kaktus yang
dijadikan sebagai ide dasar dalam membuat karya 3 dimensi. Tanaman kaktus
tumbuh di berbagai tempat dan dalam perawatannya tidak membutuhkan
banyak air. Karya 3 dimensi yang dibuat saya berupa kap lampu. Kap lampu
tersebut bisa dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari sebagai penerang
dalam ruangan dan dibentuk seperti tanaman kaktus yan indah. Bentuk
isenan mengikuti bentuk daun kaktus yang dijadikan sebagai ide hiasan motif
tatahan dalam membuat karya kulit perkamen 3 dimensi dan dikreasikan
dalam bentuk bulat-bulatan dan garis putus-putus yang nantinya akan difigura
untuk hiasan dinding. Dalam karya kulit perkamen 3 dimensi kap lampu
tersebut terdapat tatahan sunggingan. Teknik yang digunakan dalam membuat
karya kerajinan kulit perkamen 3 dimensi tersebut menggunakan teknik tatah
sungging dan menggabungkan bagian-bagian dengan cara dijahit sesuai
desain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa identifikasi masalah,
diantaranya adalah:
1. Bagaimana perwujudan karya kulit perkamen 3 dimensi?
2. Bagaimana perwujudan karya kulit perkamen kap lampu berbentuk bunga
kaktus?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara membuat karya kulit perkamen 3 dimensi.
2. Mengetahui cara membuat karya kerajinan kulit perkamen kap lampu
berbentuk bunga kaktus.
D. Manfaat Penciptaan
Manfaat yang diharapkan dalam mata kuliah Kriya Kulit Tradisional
adalah menambah wawasan dan pengetahuan tentang kulit perkamen, baik
dalam cara pembuatan kulit dengan menggunakan teknik tatah sungging.
Pembuatan karya kulit perkamen dengan teknik tatah sungging ini juga
bermanfaat untuk meningkatkan nilai kreativitas dalam membuat karya dan
menggali ide-ide dalam berkarya kerajinan kulit 3 dimensi.
Pembuatan karya kulit perkamen 3 dimensi diharapkan dapat
menambah koleksi karya kulit 3 dimensi berupa kap lampu yang sudah ada,
sehingga dapat menambah wawasan dalam pengembangan kreativitas untuk
membuat karya kulit berikutnya. Serta dapat menambah teori-teori yang ada
dalam pembuatan karya kerajinan kulit.
Pembuatan karya kulit perkamen juga diharapkan untuk menambah
pengetahuan tentang bentuk dan tema sebagai konsep dalam berkarya. Karya
kerajinan kulit juga diharapkan untuk menambah keilmuan seperti dalam
proses teknik pembentukan dengan teknik tatah sungging dan teknik
menggabungkan kulit perkamen 3 dimensi sampai pada proses finishing.
Karya kulit yang ada dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menunjang
kebutuhan desain interior sehari-hari dan agar membuat masyarakat lebih
mengenal tentang manfaat kerajinan kulit.
BAB II
Metode Penciptaan
Gustami (2007: 9), mengungkapkan bahwa, seni sebagai ekspresi
individual, dan kriya sebagai pembuatan sebuah karya fungsional yang berguna
bagi kehidupan. Saat ini, kebanyakan hasil karya seni kriya memiliki fungsi
seperti seni lainnya, yaitu memberikan keindahan dan kesenangan serta
membangkitkan buah fikiran bagi penciptanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dalam segi estetika karya seni yang berupa kerajinan kulit fungsional, selain
menekankan pada nilai fungsi, juga sebagai sarana untuk menyalurkan kreativitas
pembuat karya. Segi estetika tersebut dapat menimbulkan rasa senang, indah serta
rasa ingin berkarya muncul kembali.
Proses penciptaan seni kriya dapat dilakukan secara intuitif, terdapat tiga
tahap penciptaan seni kriya yaitu eksplorasi, perancangan, dan perwujudan
(Gustami, 2007: 329). Berdasarkan pada pendapat Gustami tersebut, maka dalam
pembuatan karya kulit berupa hiasan dinding dengan menggunakan teknik tatah
sungging ini perlu dilakukan beberapa tahapan, yaitu:
A. Eksplorasi
Tahap eksplorasi meliputi aktivitas penjelajahan menggali sumber ide
dengan langkah identifikasi dan perumusan masalah, penelusuran,
penggalian, pengumpulan data dan referensi disamping pengembaraan dan
perenungan jiwa mendalam, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan
analisis data untuk mendapatkan simpul penting konsep pemecahan masalah
secara teoritis, yang hasilnya dipakai sebagai dasar perancangan (Gustami,
2007: 329).
Gustami (2007: 331): “tahap eksplorasi meliputi a) Langkah
pengembaraan jiwa, pengamatan lapangan, dan penggalian sumber
referensi dan informasi, untuk menemukan tema atau berbagai
persoalan (problem solving). b) Penggalian landasan teori, sumber dan
referensi, serta acuan visual yang dapat digunakan sebagai material
analisis, sehingga diperoleh konsep pemecahan yang signifikan.
Sketsa 1 Sketsa 3
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sketsa 2 Sketsa 4
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Desain Terpilih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
C. Perwujudan
Tahap perwujudan bermula dari pembuatan model sesuai sketsa
alternatif atau gambar teknik yang telah disiapkan menjadi model prototype
sampai ditemukan kesempurnaan karya yang dikehendaki. Model itu bisa
dibuat dalam ukuran miniatur, bisa pula dalam ukuran sebenarnya. Jika model
itu telah dianggap sempurna, maka diteruskan perwujudan karya seni yang
sesungguhnya (Gustami, 2007: 330). Tahapan perwujudan yang dilakukan
antara lain sebagai berikut:
a. Persiapan alat dan bahan
Setelah desain dan gambar kerja jadi, langkah berikutnya adalah
persiapan bahan dan alat yang diperlukan untuk penciptaan karya. Bahan
dalam hal ini adalah mencakup elemen bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan karya seni, yaitu; bahan pokok.
1. Kulit Perkamen
Kulit perkamen yang digunakan untuk bahan hiasan dinding
terbuat dari kulit kambing yang sudah di dilakukan pengolahan kulit
mentah (perkamen) dengan ketebalan 0, 5 mm.
Gambar Pandhuk
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
2. Gandhen (pemukul kayu)
Palu atau gandhen digunakan untuk memukul pahat pada waktu
memahat, palu yang digunakan terbuat dari kayu sawo.
Gambar Palu/Gandhen
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
3. Malam
Malam atau lilin digunakan untuk melicinkan mata pahat sebelum
digunakan memahat agar mudah dicabut dari kulit.
4. Batu Asah
Batu asah yang digunakan untuk mengasah pahat menurut besar dan
kecilnya mata pahat. Fungsi dari batu asah yaitu untuk menajamkan mata
pisau pahatnya agar di pakai pada proses menatah di kulit hasil tatahannya
bagus dan rapi.
5. Pahat
Pahat kulit perkamen yang digunakan 1 set terdiri atas pahat
pengukur, bubukan, buk iring, wajikan dan delingan.
Gambar Pola
2) Memotong Bahan
Proses memotong bahan dilakukan dengan menggunakan alat gunting.
Kulit perkamen dipotong sesuai dengan pola yang sudah digambar dengan
pensil di kulit perkamen.
3) Membuat ngrengrengan bentuk hiasan
Membuat ngrengrengan bentuk hiasan pada pembuatan kerajinan kulit
perkamen dibuat untuk memudahkan dalam menatah.
4) Mengukir/Menatah
Proses mengukir atau menatah merupakan proses inti yang dilakukan
dalam pembuatan karya. Proses ini dilakukan dengan menggunakan alat tatah,
gandhen, padhukan, dll. Kulit perkamen ditatah sesuai dengan pola yang
sudah digambar.
5) Menghaluskan bidang kulit
Menghaluskan permukaan kulit dilakukan dengan menggunakan
ampelas ukuran paling halus untuk membersihkan permukaan kulit dari
serpihan kulit saat menatah. Proses ini untuk memudahkan dalam proses
selanjutnya yaitu menyungging.
6) Menyungging dan merada
Proses nyungging kulit yang dimaksudkan adalah serangkaian
kegiatan dalam memberi warna dengan sistem tingkatan warna (gradasi) pada
sehelai kulit yang telah selesai diproses tatah. Proses sungging dilakukan
secara berurutan seperti terurai sebagai berikut ini:
7) Menyelesaikan bentuk barang
Proses ini merupakan proses menggabungkan kulit perkamen sesuai
dengan bentuk pola yang diinginkan. Adapun proses yang dilakukan yaitu
proses pemasangan kerangka plastik, proses merakit dari semua komponen,
selanjutnya menggabungkan kulit perkamen dan besi yang dilakukan dengan
cara dilem dan dijahit.
8) Finishing
Finishing ini merupakan proses akhir untuk merapikan sunggingan
dan bentuk penggabungan kulit perkamen. Finishing bisa juga dilakukan
dengan memberikan figura pada karya kulit.
Pembahasan
materi
Pelaksanaan
pembuatan
desain karya
Pembuatan
karya: Memola,
Menatah,
Menyungging,
Pembuatan
kerangka
Finishing
dengan
merakitkan
bagian-bagian
kulit perkamen
Hasil Jadi
Daftar Pustaka
Gustami, SP. 2007. Butir-Butir Mutiara Estetika Timur Ide Dasar
Penciptaan Seni Indonesia. Yogyakarta: Prasita.
Sunarto. 2014. SENI TATAH SUNGGING KULIT Bentuk, Teknik, Alat,
Bahan, dan Proses Perwujudannya. Yogyakarta: Cipta Media.