PENDAHULUAN
1
fashion tersendiri. Motif baru yang digunakan dalam penciptaan motif batik lebih
mengedepankan pada variasi desain modern yang selalu mengikuti trend
perkembangan zaman.
Selain itu, karena desainnya yang menawan dengan produknya yang
bervariasi dan tidak monoton membuat kain batik masih tetap ada hingga
sekarang. Motif pada kain batik bukan sekedar tanpa makna. Pada setiap motif
dan jenisnya ada berbagai makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Motif
pada batik merupakan satu dasar dari suatu pola gambar yang merupakan pusat
suatu rancangan gambar, sehingga makna dibalik motif batik tersebut dapat
diungkapkan. Azizah (2016: 2) mengatakan, “salah satu cara menjaga kelestarian
batik dapat dilakukan dengan membuat motif batik yang baru hasil stilisasi dari
objek-objek di sekitar kita”. Agar motif batik lebih beragam atau bervariasi
penulis ingin membuat motif batik dari instrumen yang terdapat pada musik klasik
yang terinspirasi dari beberapa lagu musik klasik yang apabila didengarkan
membuat penulis nyaman dan bersemangat. Motif yang diciptakan berupa
beberapa instrumen alat musik yang biasanya digunakan sebagai motif utama,
dengan tambahan bentuk daun dan tanaman serta nada lagu dari not balok yang
digunakan sebagai pelengkap pada hasil karya batik pengembangan.
B. Fokus Penciptaan
1. Bagaimana perwujudan batik tulis yang digunakan sebagai bahan sandang ?
2. Apa trend fashion yang berkembang ?
3. Bagaimana proses pembuatan batik ?
2
BAB II
KAJIAN EMPIRIS DAN TEORI
Batik berasal dari rangkaian kata mbat dan tik. Mbat dalam bahasa jawa
diartikan sebagai ngembat atau melempar berkali-kali, sedangkan tik berasal dari
kata titik. Kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias (corak) yang diproses
dengan malam menggunakan canting atau cap sebagai alat menggambarnya
(Hamidin, 2010: 7).
Keanekaragaman motif batik tentu menjadi daya tarik tersendiri seperti
yang terdapat pada batik modern. Batik modern mengangkat motif desain baru.
Pola desain yang disuguhkan merupakan pengembangan dari desain-desain batik
lama, dan disesuaikan dengan trend yang berkembang. Pada motifnya dapat
diamati bahwa terdapat pembaharuan-pembaharuan yang terjadi, seperti tampilan
warna yang lebih bervariasi, corak yang lebih bebas dan tidak kaku, serta tampilan
desain yang lebih bagus.
Seiring dengan perkembangan pasar yang kian bebas dan ramai, karya
batik fungsional berupa batik tulis bahan sandang motif modern semakin diminati
pembeli. Tentunya hal tersebut akan mengangkat nilai budaya bangsa, yaitu batik
tulis. Ratih (2015: 2) mengatakan “industri batik berkembang pesat karena tren
fashion pakaian batik sedang diminati oleh semua kalangan”.
Produk olahan bahan batik modern sangatlah beragam, mulai dari pakaian
dinas, pakaian resmi dan pakaian santai. Bahkan saat ini batik sudah menjadi
bahan dasar dalam pembuatan tas dan hiasan dekorasi lainnya. Konsumen batik
berasal dari berbagai kalangan masyarakat, dan tidak dibatasi usia. Saat ini hampir
semua orang mengenakan batik di setiap aktifitasnya. Misalnya pergi ke hajatan,
tempat kerja, sekolah, liburan dan lainnya. Salah satu hal lain yang menjadi daya
tarik dari produk olahan batik modern adalah harganya yang ekonomis.
Gustami (2007: 9), mengungkapkan bahwa, seni sebagai ekspresi
individual, dan kriya sebagai pembuatan sebuah karya fungsional yang berguna
bagi kehidupan. Saat ini, kebanyakan hasil karya seni kriya memiliki fungsi
3
seperti seni lainnya, yaitu memberikan keindahan dan kesenangan serta
membangkitkan buah fikiran bagi penciptanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam segi estetika karya seni yang berupa
kerajinan batik bahan sandang, selain menekankan pada nilai fungsi, juga sebagai
sarana untuk menyalurkan kreativitas pembuat karya. Segi estetika tersebut dapat
menimbulkan rasa senang, indah serta rasa ingin berkarya muncul kembali.
Dalam membuat karya yang memiliki estetika dalam karya yang dibuat
perlu adanya memperhatikan hal berikut:
1. Estetika
Estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan
dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari keindahan. Keindahan yang
estetik ini secara spesifik ditujukan pada hasil karya seni, yaitu karya hasil buatan
manusia. Seni adalah hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia, yang
dapat memberi rasa kesenangan dan kepuasan dengan pencapaian rasa indah
(Djelantik, 2004: 14). Yang dimaksud rasa indah dalam seni tidak semata-mata
berarti sesuatu yang menyenangkan, tetapi dapat juga mencakup hal-hal yang
tidak menyenangkan. Sesuatu tidak menyenangkan yang terkandung dalam suatu
karya seni dapat berupa perasaan sedih, haru, marah, jengkel, dll.
2. Teknik
Husnan & Suwarsono (2000) menyatakan bahwa aspek teknis merupakan
suatu aspek yang berkenaan dengan pengembangan proses pembuatan secara
teknis dan pengoperasiannya setelah proses pembuatan tersebut selesai.
3. Ekonomi
Aspek ekonomi selalu menjadi pertimbangan dalam pembuatan suatu
karya seni, karena dalam menciptakan suatu karya menginginkan hasil maksimal
dengan biaya seminimal mungkin, maka perlu adanya pertimbangan dalam hal
alat dan bahan untuk proses pembuatan karya seni. Dalam aspek ekonomi terdapat
harga jual yang tetunya harus ditentukan. Harga jual suatu produk pada umumnya
merupakan hasil perhitungan berbagai komponen biaya (misalnya, biaya
produksi) ditambah dengan sejumlah presentase keuntungan tertentu (Palgunadi,
2008: 326).
4
4. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu ‘ergon’ berarti kerja dan ‘nomos’ berarti aturan atau hukum (Tarwaka, 2004:
5). Menurut Palgunadi (2008: 73), “Ergonomi merupakan suatu ilmu yang dapat
dikatakan berkembang bersama-sama dengan antropometri”. Jadi secara ringkas
ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja.
Ergonomi dalam karya kerajinan dikaitkan dengan aspek fungsi atau
kegunaan. Adapun unsur ergonomi karya adalah
- Keamanan (security) atau jaminan tentang keamanan seseorang dalam
menggunakan barang kerajinan.
- Kenyamanan (comfortable) yaitu kenyamanan apabila produk kerajinan
tersebut digunakan.
- Keluwesan (flekxibility) yaitu keluwesan dalam penggunaan.
5
BAB III
METODE PENCIPTAAN
Proses penciptaan seni kriya dapat dilakukan secara intuitif, terdapat tiga
tahap penciptaan seni kriya yaitu eksplorasi, perancangan, dan perwujudan
(Gustami, 2007: 329). Berdasarkan pada pendapat Gustami tersebut, maka dalam
pembuatan karya batik bahan sandang yang terinspirasi dari musik klasik dengan
menggunakan teknik batik tulis menggunakan warna sintetis ini perlu dilakukan
beberapa tahapan, yaitu:
A. Eksplorasi
Tahap eksplorasi meliputi aktivitas penjelajahan menggali sumber ide
dengan langkah identifikasi dan perumusan masalah, penelusuran,
penggalian, pengumpulan data dan referensi disamping pengembaraan dan
perenungan jiwa mendalam, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan
analisis data untuk mendapatkan simpul penting konsep pemecahan masalah
secara teoritis, yang hasilnya dipakai sebagai dasar perancangan (Gustami,
2007: 329).
Gustami (2007: 331): “tahap eksplorasi meliputi a) Langkah
pengembaraan jiwa, pengamatan lapangan, dan penggalian sumber
referensi dan informasi, untuk menemukan tema atau berbagai
persoalan (problem solving). b) Penggalian landasan teori, sumber dan
referensi, serta acuan visual yang dapat digunakan sebagai material
analisis, sehingga diperoleh konsep pemecahan yang signifikan.
B. Perancangan
6
Tahap perancangan yang dibangun berdasarkan perolehan butir
penting hasil analisis yang dirumuskan, diteruskan visualisasi gagasan dalam
bentuk sketsa alternatif, kemudian ditetapkan pilihan sketsa terbaik sebagai
acuan reka bentuk atau dengan gambar teknik yang berguna bagi
perwujudannya (Gustami, 2007: 330).
C. Perwujudan/Visualisasi
Tahap perwujudan bermula dari pembuatan gambar pola sesuai sketsa
alternatif atau gambar teknik yang telah disiapkan menjadi pola desain
sampai ditemukan kesempurnaan karya yang dikehendaki. Pola itu bisa
dibuat dalam ukuran sebenarnya. Jika pola desain itu telah dianggap
sempurna, maka diteruskan perwujudan karya seni yang sesungguhnya
(Gustami, 2007: 330). Tahapan perwujudan yang dilakukan antara lain
sebagai berikut:
7
Untuk mengukur air/larutan dalam pewarnaan batik
9) Mangkuk dan Sendok
Untuk tempat melarutkan warna batik
10) Sarung tangan
Untuk pelindung tangan pada saat mewarna batik
11) Kenceng/panci
Untuk tempat melorod kain batik
12) Ceret
Untuk merebus air
13) Penghapus, pensil, spidol
Untuk menggambar pola
14) Koran
Untuk alas kompor pada saat membatik
15) Scrap
Untuk menghilangkan lilin yang menetes pada lantai
Bahan yang digunakan:
1) Kain mori primisima
Bahan yang digunakan saat membatik
2) Malam/lilin batik
Untuk membatik klowongan, tembok, isen dan cecek.
3) Pewarna batik
Sebagai pewarna pada kain batik yaitu warna napthol dan indigosol
4) Soda abu
Untuk membantu saat melorod agar malam/lilin cepat hilang pada kain
batik
5) TRO
Untuk membasahi/membersihkan kotoran yang menempel pada kain
batik sebelum dibatik dan di warna
6) Kostik
Sebagai obat bantu zat warna napthol
7) Nitrit dan HCL
8
Sebagai obat bantu zat warna indigosol
8) Kertas hvs dan kertas A2
Untuk membuat desain dan pola
Berkaitan dengan yang penulis lakukan, adapun proses pembuatan yang bisa
dilakukan yaitu:
9
BAB IV
PENGEMBANGAN GAGASAN
A. Sumber Ide
Berikut ini beberapa sumber ide yang dijadikan penulis sebagai ide inspirasi
pembuatan batik bahan sandang.
Instrumen alat musik
10
B. Gambar Sket
C. Gambar Pola
11
BAB V
DESKRIPSI KARYA
A. Bentuk
B. Proses
12
Isen
Cecek
13
Merah R = 20 gr dicampur menggunakan air dingin 500cc
Larutan napthol dan garam masing-masing dicampurkan dengan air
masing-masing ember dengan air biasa 3 ltr
Kain dicelup ke dalam ember berisi larutan naptol secara bolak balik
14
8. Warna biru menggunakan resep warna
Indigosol Blue 04B = 10gr
lalu dicampur di mangkok menggunakan air panas 500cc
Larutan HCL = 20 cc
Nitrit = 14 gr
dicampur menggunakan air biasa 2 liter
Larutan indigosol dicampurkan dengan air biasa di ember sebanyak 3
ltr
Kain dicelup ke dalam ember berisi larutan indigosol secara bolak
balik
Kain lalu dipanaskan di bawah sinar matahari langsung selama kurang
lebih 10-15
Lalu kain dibalik dan dijemur lagi dibawah sinar matahari
Proses tersebut dilakukan sebanyak 4 kali pencelupan
Lalu kain dicelupkan ke dalam ember yang berisi hcl dan nitrit
sebagai pengunci warna
Setelah itu kain dicelupkan ke dalam ember yang berisi air bersih
sampai bau hcl tidak ada pada kain batik
Kain batik dikeringkan
9. Menutup warna hijau dengan menggunakan malam/lilin batik
15
TRO = 4 gr
Larutan garam:
Merah B = 20 gr dicampur menggunakan air dingin 500cc
Larutan napthol dan garam masing-masing dicampurkan dengan air
masing-masing ember dengan air biasa 3 ltr
Kain dicelup ke dalam ember berisi larutan naptol secara bolak balik
Kain diangin-anginkan sampai tetesan air napthol sedikit
Kain dicelupkan ke dalam ember berisi larutan garam secara bolak
balik
Kain diangin -anginkan
Lalu kain dicelupkan ke dalam ember yang berisi air bersih
Melakukan proses seperti tadi sebanyak 4 kali pencelupan napthol dan
garam
11. Menutup warna hijau tua dengan menggunakan malam/lilin batik
16
Merah B = 10 gr
Merah R = 5 gr dicampur menggunakan air dingin 500cc
Hitam B = 10 gr
Larutan napthol dan garam masing-masing dicampurkan dengan air
masing-masing ember dengan air biasa 3 ltr
Kain dicelup ke dalam ember berisi larutan naptol secara bolak balik
Kain diangin-anginkan sampai tetesan air napthol sedikit
Kain dicelupkan ke dalam ember berisi larutan garam secara bolak
balik
Kain diangin -anginkan
17
17. Proses finishing dengan menyetrika kain dan merapikan kain batik
C. Kalkulasi Biaya dan Harga Jual
N
BAHAN BANYAKNYA HARGA
O
Kain Mori
1 2.5 meter 50.000
Primisima
2 Napthol AS.G 20 gr 6500
3 Garam Merah R 25 gr 8000
4 Indigosol Biru 04B 10 gr 6000
5 Napthol AS.BO 10 gr 5000
6 Garam Merah B 20 gr 5000
7 Napthol Soga 91 10 gr 6000
8 Garam Hitam B 10 gr 7000
9 Soda Abu 1/4 kg 3000
10 Nitrit + HCL 20 gr + 50 cc 4000
11 TRO 1/4 kg 3000
12 Kostik Soda 20 gr 4000
13 Malam/lilin batik 1 kg 35000
Kalkulasi harga 142.500
Jasa/Tenaga
Biaya
NO Kerja
1 Bahan Produksi 142.500
3 Desain 50000
4 Transportasi 20000
18
BAB VI
SIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Gustami, SP. 2007. Butir-Butir Mutiara Estetika Timur Ide Dasar Penciptaan
Seni Indonesia. Yogyakarta: Prasita.
Djelantik, A. A. M. 2004. Estetika sebuah Pengantar. Yogyakarta: Media Abadi.
Palgunadi, Bram. 2007. Disain Produk 1: Disain, Disainer, dan Proyek Disain.
Bandung: ITB.
20