Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

“BUNGA SEPATU DAN BURUNG PEMAKAN NEKTAR”

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah batik

Dosen pengampu:

Dr. Drs. I Ketut Sunarya, M.Sn.

Disusun oleh:

Yolandita Angga Reza

18206241013

Kelas G

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan pembuatan karya batik beserta
laporan tugas akhir yang berjudul Laporan Proses Penciptaan Karya “Bunga Sepatu dan
Burung Pemakan Nektar” dengan lancar.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. I Ketut Sunarya,
M.Sn. selaku dosen mata kuliah batik yang telah membimbing penyusun dalam
menempuh mata kuliah tersebut. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam kesiapan alat dan juga bahan sehingga proses
pembuatan karya dapat berjalan dengan lancar.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu dengan kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan juga saran yang
bersifat membangun guna perbaikan pada kemudian hari.

Yogyakarta, 08 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................ 4


B. Identifikasi ...................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................. 5

BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 6

A. Pengertian ...................................................................................... 6
B. Jenis Batik ....................................................................................... 8
C. Alat dan Bahan Membatik .............................................................. 9
D. Proses Membatik .......................................................................... 10
E. Ide Penciptaan Karya ..................................................................... 11

BAB III METODE .................................................................................. 12

A. Metode Penciptaan ........................................................................ 12


B. Tahapan Penciptaan ...................................................................... 12

BAB IV GARAPAN DAN FOTO GARAPAN....................................... 17

BAB V KESIMPULAN........................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 19

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni
tinggi. Keberadaannya sebagai salah satu identitas bangsa harus terus dilestarikan dari
generasi ke generasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk tetap terus
melestarikan batik, salah satunya yaitu dengan cara menghadirkan motifmotif baru agar
memberikan warna yang berbeda pada batik. Pada kesempatan ini, penyusun memilih
tanaman bunga sepatu dan burung pemakan nektar sebagai ide penciptaan seni batik.
Keduanya memiliki keunikan yang berbeda dari tanaman dan hewan yang lain.
Dalam pembuatan batik “Bunga Sepatu dan Burung Pemakan Nektar”, penyusun
memilih tanaman bunga sepatu sebagai ide penciptaan motif batik ini karena memiliki
keunikan pada bentuk fisiknya serta mempunyai berbagai manfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Begitupun dengan burung pemakan nektar.
Keunikan serta manfaat dari tanaman bunga sepatu dan burung pemakan nektar
telah menginspirasi penyusun dalam pembuatan tugas batik. Maka dari itu penyusun
memutuskan untuk membuat karya batik dengan judul Laporan Mata Kuliah Batik
“Bunga Sepatu dan Burung Pemakan Nektar”.

B. Identifikasi
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, ada dua identifikasi
masalah di antaranya:
1. Tanaman bunga sepatu sebagai ide penciptaan motif batik “Bunga Sepatu dan
Burung Pemakan Nektar”
2. Burung pemakan nektar sebagai ide penciptaan motif batik “Bunga Sepatu dan
Burung Pemakan Nektar”

4
C. Tujuan dan manfaat
Pembuatan laporan karya batik dengan judul Batik “Bunga Sepatu dan Burung Pemakan
Nektar”.
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Batik, dan juga untuk turut serta dalam upaya
pelestarian warisan budaya nusantara. Selain itu, pembuatan karya batik tersebut adalah
untuk mempelajari proses membatik khususnya batik tulis dengan proses pewarnaan
teknik colet mulai dari ide penciptaan, hingga pada perwujudan karya batik. Sehingga
penyususn akan mendapatkan manfaat dari apa yang telah dipelajari. Sedangkan
pembuatan laporan proses penciptaan karya batik ini bertujuan sebagai
pertanggungjawaban atas pembuatan batik itu sendiri.
Adapun manfaat yang diperoleh adalah menambah pengetahuan mengenai proses
membuat karya berbahan dasar kulit dan juga memahami nilai-nilai luhur dari budaya
lokal.

5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian
1. Batik
Batik Menurut Musman dan Arini (2011), batik terdiri dari kata “mbat” dan
“tik”. “Mbat” dari kata ngembat yang berarti memukul atau melempar berkali-kali.
Sedangkan “tik” berasal dari kata nitik yang berarti titik, membuat titik atau menulis.
Jadi, membatik berarti melempar titik-titik berulang kali pada selembar kain hingga
membentuk suatu corak tertentu. Dalam seni rupa, garis terbentuk dari hubungan
titik-titik yang menjadi satu.
Berdasarkan etimologi dan terminologinya, batik merupakan rangkaian kata
mbat dan tik. Mbat dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai ngembat atau
melempar berkali-kali, sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik artinya
melempar titik berkali-kali pada kain. (Asti M. dan Ambar B. Arini (2011: 1)).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa batik adalah
kegiatan menulis titik-titik (tik) atau melempar titik berkali-kali pada media dengan
permukaan lebar (amba) contohnya pada kain, kayu, atau kulit yang proses
pembuatannya menggunakan teknik tutup celup dengan malam atau lilin yang
digunakan sebagai bahan peritang warna.

2. Motif
Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk berbagai macam-
macam garis atau elemen-elemen yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh
bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dari ciri khas tersndiri. (Hery 8
Suhersono, 2007:11). Sedangkan menurut Sewan susanto (1974), Motif adalah
kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan”.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motif adalah
gambaran bentuk yang dibuat dari bagian-bagian bentuk berbagai macammacam
garis atau elemen-elemen yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-
bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dari ciri khas tersendiri. yang menjadi pokok
perwujudan batik.

3. Pola
Pola hias mengandung pengertian suatu hasil susunan dari motif hias
tertentu dalam bentuk dan komposisi yang tertentu pula. Misalnya, pola hias
kawung, pola hias Majapahit, Mataram, dan sebagainya (Tukiyo dan
6
Sukarman dalam Sya’i dan Rohendi, 1987: 5).
Pola batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara
keseluruhan yang berupa perpaduan antara garis, bentuk dan isen yang menjadi satu
kesatuan pada bidang kain untuk mewujudkan batik secara keseluruhan. (Singgih A
Prasetyo: 54).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pola adalah hasil
susunan dari motif hias tertentu dalam bentuk dan komposisi yang tertentu pula
untuk mewujudkan batik secara keseluruhan.

4. Tanaman Bunga Sepatu


Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku
Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias
di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau.
Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota
selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga
kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.
Bunga jenis ini terdiri dari 5 helai daun kelopak, yang dilindungi oleh
kelopak tambahan (epicalyx), sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga.
Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai
putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang
bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima.
Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk
bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang
meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun,
sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim
gugur.
Bunga berbentuk trompet dengan diameter bunga sekitar 6 cm hingga 20 cm.
Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap
ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat
steril dan tidak menghasilkan buah. Tanaman berkembang biak dengan cara stek,
pencangkokan, dan penempelan.

5. Burung Pemakan Nektar


Di alam bebas, beberapa burung nektar mudah ditemui. Nektar sendiri adalah
sari bunga yang memiliki banyak kandungan gula dari tumbuhan sewaktu mekar.
7
Ciri khas burung pemakan nektar sendiri adalah paruhnya yang berbentuk panjang
dan runcing. Paruh tersebut berguna untuk mempermudah dalam menghisap nektar.
Habitat burung pemakan nektar secara umum berada diatas pohon.
Sedangkan selain memakan nektar, burung-burung dengan jenis paruh ini biasa
memakan serangga seperti semut, laba-laba, belalang.

B. Jenis Batik
Jenis batik menurut Anindito Prasetyo (2010) dalam Linda Dian Rahmawati (2016:
29) ada 2 jenis, yaitu:
1. Batik Tulis
Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting, yaitu alat yang terbuat
dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki
ujung berupa saluran/ pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar
awal pada permukaan kain. Bentuk gambar atau desain pada batik tulis tidak ada
pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran
garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Gambar
batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak balik)
khusus bagi batik tulis yang halus. Warna dasar kain biasanya lebih muda
dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/ tembokan).
Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak
akan pernah sama bentuk dan ukurannya.

2. Batik Cap
Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang
dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan
satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar: 20cm x 20cm dibutuhkan
waktu rata-rata 2 minggu. Bentuk gambar/ desain pada batik cap selalu ada
pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang
sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain. Warna dasar kain
biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini
disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih
rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu
dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat.

8
C. Alat dan Bahan Membatik
1. Alat
Alat yang dipakai dalam proses pembatikan pada umumnya adalah sebagai
berikut:
a. Canting
1) Canting Klowong: dipakai untuk bagian-bagian lukisan yang merupakan
bentuk pokok dari lukisan yang dibuat.
2) Canting cecek: dipakai untuk membuat cecek atau ttik-titik dalam isen isen,
paruh canting ini lebih kecil dibanding paruh canting klowong.
3) Canting tembokan: dipakai untuk menutup pada bidang atau gambar pada
bidang di atas gambar yang lebar dan dikehendaki. Lubang paruh tembokan
ini paling besar dibanding jenis canting yang lain.
4) Canting corat: dipakai untuk membuat garis-garis kembar atau garis yang
lebih dari satu.
b. Wajan
Wajan terbuat dari logam, digunakan untuk tempat malam atau lilin yang
kan dicairkan dengan jalan dipanaskan memakai kompor.
c. Kompor
Kompor dipakai untuk memanaskan malam agar mencair sehingga malam
tersebut dapat digunakan untuk melukis dan melekat pada mori.
d. Gawangan
Gawangan yaitu tempat untuk membentangkan mori.
e. Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai pelindung tangan pada saat proses
pewarnaan.
f. Celemek
Celemek berfungsi melindungi baju dari tetesan malam pada saat proses
mencanting.

g. Ember
Ember digunakan sebagai tempat mencuci batik setelah dilorod
h. Kuas dan gelas plastik
Sebagai alat untuk proses pewarnaan teknik colet

2. Bahan

9
a. Kain mori
Mori dapat digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan
kualitasnya. Menurut kehalusannya, kain mori dapat dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu golongan pertama yang sangat halus disebut Primissima,
kemudian golongan kedua yang disebut 6 Prima, sedangkan yang ketiga disebut
Biru (Murtihadi dan Mukminatun, 1979 : 31)
b. Malam
Malam berfungsi untuk menutup permukaan kain menurut gambar kain,
sebagai penghalang masuknya warna pada motif yang dikehendaki.
Teknik ini dalam batik disebut halang rintang warna.
c. Pewarna
1. Pewarna alami
Pewarna alami yaitu pewarna batik yang diperoleh langsung dari alam.
Di Indonesia bahan warna alam sangat mudah diperoleh karena
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tumbuhtumbuhan.
Warna alam diperoleh dari ramuan tradisional tumbuh-tumbuhan seperti:
akar-akaran, daun, kulit pohon, batang pohon, bunga, dan sebagainya.
Sifat-sifat warna alam adalah warna terbatas pada warna tua, seperti biru,
hitam, soga, hijau lumut, coklat tua, sifatnya kurang cerah, mudah luntur,
lazimnya untuk warna batik tradisional.
2. Warna Sintetis
Warna sintetis adalah warna yang dihasilkan dari proses kimia. Yang
termasuk warna sintetis adalah, golongan warna soga, golongan cat
napthol, dan golongan warna indigosol.

D. Proses Membatik
1. Menggambar pola
Menggambar pola dilakukan di atas kertas sebelum dipindahkan pada kain.
2. Memotong kain
Memotong kain dilakukan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
3. Memindahkan pola
Memindahkan pola dari kertas ke kain menggunakan pensil yang tidak terlalu
terbal.
4. Mencanting

10
Mencanting adalah kegiatan menorehkan cairan malam pada kain sesuai pola
yang dikehendaki sebagai penghalang warna.
5. Mewarna
Mewarna kain batik dapat dilakukan dengan beragam jenis, sesuai dengan
keinginan.
6. Melorod
Pelorodan merupakan suatu proses menghilangkan malam pada kain, kain
tersebut dimasukkan ke dalam bejana untuk melarutkan malam yang ada. Proses
pelorodan ini diabntu dengan soda abu agar malam yang menempel pada kain cepat
terlepas.

E. Ide Penciptaan Karya


Pembuatan karya batik dengan judul “Bunga Sepatu dan Burung Pemakan
Nektar” ini terinspirasi dari objek flora dan fauna. Objek flora yang dipilih adalah
tanaman bunga sepatu, sedangkan objek fauna yang dipilih adalah burung pemakan
nektar.
Tanaman bunga sepatu dipilih karena mempunyai bentuk daun dan bunga yang
unik.
Sedangkan di alam bebas, beberapa burung nektar mudah ditemui. Nektar sendiri
adalah sari bunga yang memiliki banyak kandungan gula dari tumbuhan sewaktu mekar.
Ciri khas burung pemakan nektar sendiri adalah paruhnya yang berbentuk panjang dan
runcing. Paruh tersebut berguna untuk mempermudah dalam menghisap nektar.
Habitat burung pemakan nektar secara umum berada diatas pohon. Sedangkan
selain memakan nektar, burung-burung dengan jenis paruh ini biasa memakan serangga
seperti semut, laba-laba, belalang.

11
BAB III METODE

A. Metode Penciptaan
Dalam pembuatan karya ini, metode yang digunakan yaitu metode praktik.
Menurut pendapat Sudjana (2005: 157-158) yakni metode dalam pembelajaran yang
digunakan dengan tujuan melatih serta meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh untuk dilakukan di
kehidupan nyata atau lapangan pekerjaan atau tugas yang sebenarnya.
Sedangkan menurut Hamzah (2008, 200), belajar praktik adalah belajar
keterampilan yang membutuhkan keterampilan motorik. Pelaksanaan pmbelajaran
dilakukan di kehidupan di tempat kerja atau lapangan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode praktik adalah
metode pembelajaran untuk melatih peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dan
keterampilan.

B. Tahapan Penciptaan
Pada tahap penciptaan karya, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah
pertama yaitu mencari referensi mengenai batik dari berbagai sumber. Langkah
selanjutnya yaitu menentukan ide dengan mencari visual dari objek flora dan fauna yang
dipilih sebagai sumber dalam penciptaan motif batik. Langkah berikutnya yaitu membuat
desain dari motif yang dipilih. Lalu, langkah selanjutnya yaitu membuat pola pada kertas.
Setelah itu, proses berikutnya adalah memindahkan pola pada kain. Selanjutnya yaitu
mencanting kain yang sudah diberi motif dan pola. Setelah proses mencanting selesai,
dilanjutkan dengan proses mewarna menggunakan teknik colet. Selanjutnya, kain yang
sudah diwarna diangin-anginkan sampai kain tidak basah. Lalu, langkah selanjutnya
yaitu mengunci warna menggunakan waterglass. Langkah terakhir yaitu pelorodan
dengan bantuan soda abu. Setelah dilorod, sisa-sisa malam yang masih menempel pada
kain dibersihkan dengan air. Berikut detail tahapan penciptaan karya:

12
1. Pembuatan motif batik “Bunga Sepatu dan Burung Pemakan Nektar” dari stilasi
burung pemkan nektar dan tanaman bunga sepatu.

13
2. Motif yang akan diterapkan pada karya

3. Pembuatan Pola

14
4. Memindahkan pola pada kain

5. Mencanting

6. Mewarnai batik menggunakan teknik colet

15
7. Mengunci warna menggunakan waterglass

8. Melorod dengan bantuan tepung tapioka.

9. Proses terakhir dari tahapan pembuatan batik yaitu proses menjemur kain namun
tidak di bawah matahari langsung, kain batik hanya diangin-anginkan.

16
BAB IV GARAPAN DAN FOTO GARAPAN

Produk batik tulis ini memiliki ukuran 30 x 43 cm yang bahan dasar pembuatannya
berupa kain tetoron. Tema yang diterapkan pada karya ini adalah “Flora dan Fauna”.
Alasan pemilihan tema tersebut adalah untuk meningkatkan kepedulian manusia
terhadap lingkungan alam, karena banyak flora dan fauna yang harus dilestarikan agar
tidak punah. Objek dari tema yang dipilih yaitu tanaman bunga sepatu dan hewan berupa
burung pemakan nektar. Tanaman bunga sepatu dipilih karna mempunyai bentuk daun
dan buah yang unik, selain itu sukun juga mempunyai berbagai manfaat untuk kesehatan.

Sedangkan di alam bebas, beberapa burung nektar mudah ditemui. Nektar sendiri
adalah sari bunga yang memiliki banyak kandungan gula dari tumbuhan sewaktu mekar.
Ciri khas burung pemakan nektar sendiri adalah paruhnya yang berbentuk panjang dan
runcing. Paruh tersebut berguna untuk mempermudah dalam menghisap nektar.
Habitat burung pemakan nektar secara umum berada diatas pohon. Sedangkan
selain memakan nektar, burung-burung dengan jenis paruh ini biasa memakan serangga
seperti semut, laba-laba, belalang.
Selain untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan alam, dengan
adanya karya batik tulis ini diharapkan mampu menarik perhatian anak muda untuk
mencintai produk batik tulis dalam negeri serta melestarikannya.

Foto garapan batik “Bunga Sepatu dan Burung Pemakan Nektar”

17
BAB V
KESIMPULAN
Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni
tinggi. Keberadaannya sebagai salah satu identitas bangsa harus terus dilestarikan dari
generasi ke generasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk tetap terus
melestarikan batik, salah satunya yaitu dengan cara menghadirkan motif-motif baru agar
memberikan warna yang berbeda pada batik. Pada kesempatan ini, penyusun memilih
burung pemakan nektar dan tanaman bunga sepatu sebagai ide penciptaan seni batik.
Keduanya memiliki keunikan yang berbeda dari tanaman dan hewan yang lain.

Produk batik tulis ini memiliki ukuran 30 x 43 cm yang bahan dasar pembuatannya
berupa kain tetoron. Tema yang diterapkan pada karya ini adalah “Flora dan Fauna”.
Alasan pemilihan tema tersebut adalah untuk meningkatkan kepedulian manusia
terhadap lingkungan alam, karena banyak flora dan fauna yang harus dilestarikan agar
tidak punah. Objek dari tema yang dipilih yaitu tanaman bunga sepatu dan hewan berupa
burung pemakan nektar. Tanaman bunga sepatu dipilih karna mempunyai bentuk daun
dan buah yang unik, selain itu sukun juga mempunyai berbagai manfaat untuk kesehatan.

Sedangkan di alam bebas, beberapa burung nektar mudah ditemui. Nektar sendiri
adalah sari bunga yang memiliki banyak kandungan gula dari tumbuhan sewaktu mekar.
Ciri khas burung pemakan nektar sendiri adalah paruhnya yang berbentuk panjang dan
runcing. Paruh tersebut berguna untuk mempermudah dalam menghisap nektar.
Habitat burung pemakan nektar secara umum berada diatas pohon. Sedangkan
selain memakan nektar, burung-burung dengan jenis paruh ini biasa memakan serangga
seperti semut, laba-laba, belalang.
Selain untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan alam, dengan
adanya karya batik tulis ini diharapkan mampu menarik perhatian anak muda untuk
mencintai produk batik tulis dalam negeri serta melestarikannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Suriyono, Primus. 2016. The Heritage of Batik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Arisandi, B., Suciati, N., & Wijaya, A. Y. (2011). Pengenalan Motif Batik Menggunakan
Rotated Wavelet Filterdan Neural Network. JUTI: Jurnal Ilmiah Teknologi
Informasi, 9(2), 15-21.

Ismia, U. N. (2019). Penciptaan Motif Batik Sumber Ide Dari Ornamen Masjid Dan
Makam Mantingan (Doctoral Dissertation, Unnes).

Saragi, D. (2018). Pengembangan Tekstil Berbasis Motif dan Nilai Filosofis Ornamen
Tradisional Sumatra Utara. Panggung, 28(2), 298503.

kbbi.web.id eprints.uny.ac.id

19

Anda mungkin juga menyukai