Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

(BATIK)

DISUSUN OLEH:
NAMA KELOMPOK:
KELAS: XII IPA 3
1.HASNI
2.NNUR RIZKIKA KALAPAT
3.ALBERTUS TEDI MAYOR
4.FERNANDO SYAUTA

S M A N 01 R A J A A M P A T
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan praktikum " Membatik Batik Batak Media Dinding".

Laporan yang kami buat ini sebagai laporan hasil ujian praktik seni budaya. Kami ucapkan terimakasih
kepada Guru Pembimbing yakni Guru seni budaya dan rekan-rekan yang telah berkontribusi dalam
praktikum hingga pembuatan laporan ini.

Akhir kata, bila terdapat kesalahan dalam penulisan laporan praktikum ini, kami mohon maaf
sebesar-besarnya. Namun kami berharap laporan ini dapat berguna dan dapat digunakan sebaik mungkin.

Waisai, 7 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................
I. LATAR BELAKANG ................................................................................

II. TUJUAN ...............................................................................

III. ALAT DAN BAHAN ...............................................................................

IV. LANGKAH KERJA ...............................................................................

V. KESIMPULAN ……………..………………….…………………………………………

VI. SARAN ...............................................................................


I. LATAR BELAKANG
Batik merupakan hal yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia saat ini. Secara etimologi,
kata batik berasal dari bahasa Jawa, "ambhatik" dari kata "amba" berarti lebar, luas, kain; dan
"titik" berarti titik atau "matik" (kata kerja dalam bahasa Jawa berarti membuat titik) dan
kemudian berkembang menjadi istilah batik, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi
rangkaian gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Rangkaian itu sekaligus menyimpan
seribu satu cerita, suka, duka, sedih, gembira, serta tangis dan tawa.
Sampai saat ini ragam dan jenis batik Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Motif dan warna yang tergambar dalam sehelai kain batik juga sangat variatif dan masing-
masing dipengaruhi oleh budaya daerah yang mengembangkannya. Batik bukan saja merupakan
identitas visual artistik dari keragamannya, akan tetapi juga merupakan identitas dan karakter
budaya yang membentuknya (Wulandari, 2011:5). Pada mulanya batik memiliki ragam hias yang
terbatas, baik corak maupun warnanya, namun zaman demi zaman telah menciptakan berbagai
lingkungan dan budaya yang secara jelas terpapar pada ragam batik yang dihasilkannya. Dari
zaman keagungan kerajaan Mataram Hindu sampai masuknya agama ke Pulau Jawa, dari
datangnya pedagang-pedagang India, Cina, Arab, kemudian disusul para pedagang Eropa,
hadirnya kraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, hingga munculnya zaman kemerdekaan, batik
selalu hadir dengan corak dan warna yang dapat menggambarkan zaman dan lingkungan yang
melahirkannya (Santosa, 2002:7). Tidak heran jika saat ini seniman banyak mendapatkan
inspirasi untuk memadukan motif dalam mewujudkan suatu karya, mulai dari bentuk flora
(tumbuhan), fauna (hewan), dan ragam hias kedaerahan.
Sebelum masuknya kebudayaan India yang dibawa para pedagang Gujarat ke Pulau Jawa,
berbagai daerah Nusantara ini telah mengenal teknik membuat “kain batik” beberapa literatual
yang ditulis oleh para budayawan mengistilahkan periode itu sebagai “batik primitif”. Para nenek
moyang pada masa itu membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna (resist dyieng),
pemilihan teknik ini dimaksudkan untuk mengundang roh pelindung guna menolak pengaruh roh
jahat.Sehingga penggunaan teknik perintang warna pada dasarnya timbul berdasarkan konsep
kepercayaan. Banyak kain yang diproses menggunakan teknik perintang warna di Nusantara.
Salah satu batik nusantara adalah batik batak. Batik batak sendiri banyak jenisnya salah
satunya adalah batik Batak Gorga. Gorga merupakan kesenian ukir atau pahat yang biasa
dilakukan oleh masyarakat Batak Toba. Gorga biasanya diaplikasikan pada rumah-rumah
adat dan alat kesenian seperti gendang, serunai, atau kecapi. Gorga sendiri memiliki ratusan
motif dan memiliki makna mendalam hingga sangat sakral. Namun kini ukiran Gorga
ditampilkan di atas kain sebagai batik. Proses pembuatannya dibuat dengan tulis menggunakan
tangan, sedangkan warna menggunakan warna alami. Biasanya menggunakan warna Merah,
Hitam dan Putih. Warna yang tiga macam ini disebut Sitiga Bolit atau Sitiga Bolit. Sitiga Bolit
sendiri adalah tiga benang dijalin secara teratur menjadi satu (bonang manalu) dengan ukuran
tertentu digunakan untuk ikat yang melilit di kepala, seperti bentuk serban. Tiga (sitiga) artinya
tiga, dan bolit artinya belit, belitan, pilinan, atau jalinan.
Selain digambarkan di media kain, batik batak Gorga dapat ditampilkan di media dinding dengan
teknik melukis.
II. TUJUAN
Mengenal batik batak dan menyajikannya pada suatu media

III. ALAT DAN BAHAN

*Alat:
-kuas
-pensil
-penghapus
-penggaris

*Bahan:
-cat merah
-cat putih
-cat hitam
-bensin
IV. LANGKAH KERJA

1. menggambar motif didinding sesuai dengan gambar batik

2. mengecat motif batik pada dinding dengan cat

3.setelah selesai bersihkan lantai


V. KESIMPULAN

Jadi batik merupakan rangkaian dari titik-titik yang membentuk gambaran


tertentu rangkaian itu menyimpan 1001 cerita suka, duka, sedih, gembira, serta
tangis dan tawa saat ini ragam dan jenis batik Indonesia telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Motif dan warna yang tergambar dalam batik
juga jangat variatif dan masing-masing di pengaruhi oleh budaya daerah yang
mengembangkannya batik bukan saja merupakan identitas visual artistic dari
keragamannya akan tetapi juga merupakan identitas dan karakter budaya yang
membentuknya.
Salah satu batik nusantara adalah batik batak Gorga yang merupakan
transformasi dari dari ukiran Gorga yang biasanya di aplikasikan pada rumah
adat dan alat kesenian seperti gendang, serunai, atau kecapi. Namun ukiran
Gorga dapat di tampilkan di atas kain sebagai batik. Selain di tampilkan di media
kain batik batak Gorga dapat di tampilkan di media dinding dengasn teknik
melukis.

VI. SARAN

1. Sebaiknya saat pembuatan motif batik harus di lakukan dengan teliti agar
gambar batik yang dihasilkan lebih baik.
2. Saat hendak melukis siapkan seluruh alat agar dapat digunakan saat di
perlukan.

Anda mungkin juga menyukai