Anda di halaman 1dari 20

BATIK SEBAGAI WARISAN DUNIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia


Dosen Pembimbing : Dra. Dwi Handayani, M.Hum.

DISUSUN OLEH

Disusun Oleh :
1. Agustin Nailil Amanah NIM 151911913117
2. Chalida Aprilliya NIM 151911913092
3. Eka Fitria Wahyu Ningsih NIM 151911913150
4. Kulut Halimatul Asfi NIM 151911913133
5. Mardhiatul Jannah NIM 151911913083

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul ”Batik Sebagai Warisan
Dunia” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Tahun 2019. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak
bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak.

Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih


yang tulus kepada: Dra. Dwi Handayani, M.Hum.selaku dosen pengajar mata
kuliah bahasa Indonesia yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna
dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Penulis berharap semoga gagasan pada karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi dunia kesehatan dan pendidikan pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Lamongan, 6 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul…………………………………………………………... i

Kata Pengantar…………………………………………………………… ii

Daftar Isi……………………………………………………………….… iii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………….. 1

Latar Belakang…………………………………………………………….1

Rumusan Masalah……………………………………………………...… 2

Tujuan ………………………………………………………………….....2

Manfaat………………………………………………………………...….2

Landasan Teori………………………………………………………..…..3

Bab II Pembahasan…………………………………………………….….4

Pengertian Batik ……………………………………………………….….4

Sejarah Batik …………………………………………………………......5

Perkembangan Batik Pada Era Modern…………………………………. 8

Jenis dan Motif Batik ……………………………………………...…....9

Bab III Penutup………………………………………………………….11

Kesimpulan……………………………………………………………....11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Kata “batik” mempunyai beberapa pengertian. Menurut
Hamzuri dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik
merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi
bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang
sering digunakan ialah lilin atau malam. Kain yang sudah digambar dengan
menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan. Setelah
itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai
kain yang disebut “batik” berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat
khusus.
Secara etimologi kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, yaitu “tik” yang
berarti titik atau matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang
menjadi istilah “batik” (Indonesia Indah “batik”, 1997, 14). Di samping itu
mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik atau
meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT. DR. HC. Kalinggo
Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana tatanan dan
tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik
yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata “Batik” akan tetapi seharusnya
“Bathik”. Hal ini mengacu pada huru Jawa “tha” bukan “ta” dan pemakaian
bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah.
Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan
suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah
satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara penggambaran motif pada
kain ialah melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang
ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, maka sasaran yang akan di capai oleh
penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan batik di Indonesia ?
2. Bagaimana sejarah batik sehingga bisa dijadikan sebagai warisan dunia?
3. Bagaimana penggunaan batik pada era modern?
4. Apa saja jenis dan motif batik yang telah dikenal sebagai warisan dunia?

1.3 Tujuan Penulisan

Dalam penulisan ini ada beberapa tujuan yang ingin didapat, antara lain :
1. Untuk mengetahui perkembangan batik di Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah batik sehingga bisa dijadikan sebagai warisan
dunia.
3. Untuk mengetahui penggunaan batik pada era modern.
4. Untuk mengetahui jenis dan motif batik yang telah dikenal sebagai
warisan dunia.

1.4 Manfaat Penulisan

Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini, antara lain :


1. Memberikan khasanah ilmu pengetahuan tentang batik yang digunakan
sebagai warisan dunia.
2. Memperkenalkan batik kepada para pembaca agar lebih mengetahui
tentang batik secara luas.
BAB II

LANDASAN TEORI

Pengertian “batik” menurut para ahli adalah sebagai berikut :

Santosa Doellah ( 2002 ) berpendapat bahwa batik adalah sehelai kain


yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra
tradisional, memiliki beragam corak hias dan pola tertentu dimana pembuatannya
menggunakan teknik celup rintang dengan lilin batik sebagai bahan perintang
warna.

Hanggopuro (2002: 1-2) berpendapat bahwa dalam para penulis terdahulu


menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata ”batik” akan
tetapi seharusnya ”bathik”. Hal ini mengacu pada huruf Jawa ”tha” bukan ”ta” dan
pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan
salah.

Hamzuri (1985) berpendapat bahwa batik merupakan suatu cara untuk


memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan
menggunakan perintang.
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Batik di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan


majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan
batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada
masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik merupakan kesenian
gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan
keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu. Awalnya batik dikerjakan hanya
terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta
para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar
kraton, maka kesenian batik ini dibawah oleh mereka keluar kraton dan
dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat
terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah
tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya
hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang
digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan
waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang
dipakai terdiri dari tumbu-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara
lain : pohon mengkudu, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu,
serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan
Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai
meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya
suku Jawa ialah setelah akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke 20 dan batik cap
dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini
batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

2.2 Sejarah Batik

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan


kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan
Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia
dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad
ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad
ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920.
Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah
pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik
menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim
melawan perekonomian Belanda.Kesenian batik adalah kesenian gambar di
atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja
Indonesia zaman dulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya
untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak
dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa
oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.Lama-
lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas
menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu
senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton,
kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan
sendiri.Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-
tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon
mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta
garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman Majapahit

Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri


di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat
hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama
Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan
perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah
riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan
di zaman kerajaan Majapahit.
Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-
rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat
bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama
Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.Diceritakan
bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati
Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang
sekarang bernama Kalangbret.
Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan
Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang
bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik
asli.Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari,
Betero dan Sidomulyo.
Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad
ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto,
bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-
obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.Obat-
obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh
pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan
masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan
pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong
Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai
pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan
Jetis Sidoarjo banyak dijual.
Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena
pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan
pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu
pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi.
Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto
sudah menjadi daerah pendudukan.Ciri khas dari batik Kalangbret dari
Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu
dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal
sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo.
Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman
peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.Meskipun pembatikan dikenal
sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak
pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan
di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan
Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan
Yogyakarta.Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda
dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-
pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang
bernama Majan.
Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa
Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya
seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini
merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang
Diponegoro itu.Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena
warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya
dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa
Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang
datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih
terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah
Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan
di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan
sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.

Jaman Penyebaran Islam

Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo,


yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini.
Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat
hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan
dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan
Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro
Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang
ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah
pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan
Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama
Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan.
Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden
Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja
Kraton Solo.Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh
karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke
Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula
keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini.
Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke
Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar,
dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-
bidang kepamongan dan agama.Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat
sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini
meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono,
Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan
Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan
dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu,
kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari
tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir
abad ke-Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia
pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas.
Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila
yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari
Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-
pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi
Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua
terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap
kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.

2.3 Penggunaan Batik pada era modern

Saat ini penggunaan batik tidak seperti pada zaman dahulu yang
memiliki berbagai aturan dalam penggunaannya. Batik menjadi lebih bebas
dikreasikan dalam bentuk apa pun dan dapat dijadikan busana untuk dipakai
sehari-hari maupun untuk bepergian ke mana pun. Saat kita melihat batik
pada masa sekarang kemudian menilik batik pada masa lalu, terlihat banyak
sekali perbedaannya. Dengan berbagai keberagaman yang dimiliki dalam
motif, warna, teknik pembuatan dan jenis bahan. Selain itu motif batik
sekarang sudah tidak terpaku pada bentuk-bentuk motif tradisional saja, batik
di era modern perkembangannya sangat luas dan bebas, mulai dari
pengembangan unsur motif klasik hingga pengolahan motif yang sangat
ekspresif. Keberagaman motif ini sangat tergantung dari pencipta atau kreator
batik tersebut. Motif batik bisa berupa pengayaan flora atau fauna secara
bebas, sebuah cerita kehidupan sehari-hari masa sekarang atau masa lampau,
bahkan bisa berupa motif logo tim sepak bola.
Pewarnaan batik sekarang bisa dilakukan dengan cara pewarnaan
menggunakan zat warna sintetis dibantu oleh mesin yang canggih, tidak lagi
brgantung pada zat warna alami yang prosesnya sangat lama. Perkembangan
proses pewarnaan yang menghasilkan beragam warna secara maksimal serta
mampu menghasilkan warna senada menurut permintaan warna di pasar,
terbukti menguntungkan para produsen batik. Bahan batik pada masa lalu
berupa bahan katun atau mori, tetapi sekarang pengetahuan bahan dan
aplikasi untuk bahan batik sudah sangat beragam. Selain katun mori, ada juga
organdy, organdy chiffon, organdy sutra, sutra, sutra ATBM (bukan mesin),
chiffon, chiffon sutra, denim, suede, dan masih banyak lagi.

Teknik membatik pun berkembang. Zaman dahulu teknik batik


perintangan dengan malam dilakukan menggunakan berbagai macam canting.
Dalam perkembangannya, tidak hanya canting saja yang digunakan. tetapi
juga bisa menggunakan kuas. Bahkan, pewarnaannya tidak lagi hanya celup
tetapi bisa dengan menggunakan air-brush atau dengan teknik colet.
Pengembangan teknik yang tanpa batas ini akhirnya mampu mengembangkan
berbagai efek dan tekstur dalam motif batik modern.

2.4 Jenis dan Motif Batik

Berikut beberapa motif batik yang populer di Indonesia maupun manca


negara :

1. Batik Megamendung
Batik Megamendung merupakan motif kain batik khas daerah
Cirebon. Motif batik Megamendung sangat khas dengan bentuk awan
besar berwarna cerah dan mencolok. Beberapa warna yang umum
digunakan pada batik Megamendung adalah biru, merah tua, ungu, dan
hijau tua.

2. Batik Tujuh Rupa Pekalongan

Pekalongan merupakan salah satu daerah yang terkenal sebagai


daerah pengrajin batik dan pusat batik. Berbagai motif batik yang elegan
banyak dihasilkan di kota Pekalongan. Ciri khas batik Pekalongan yakni
didominasi dengan motif tumbuh-tumbuhan dan hewan. Batik Pekalongan
akan sangat cantik apabila dikombinasikan dengan pakaian berbahan
polos.

3 Batik Parang Rusak


Motif batik Parang Rusak merupakan motif batik yang sangat
populer di kalangan pecinta batik. Motif batik Parang Rusak mengandung
arti mendalam, yakni peperangan manusia dalam melawan sifat buruk dan
nafsu selama hidup. Batik Parang Rusak sangat sering digunakan untuk
berbagai kerajinan berbahan batik.

4. Batik Keraton

Batik Keraton merupakan batik yang awalnya dibuat oleh para putri
dan pengrajin batik yang ada di lingkungan Keraton. Motif batik Keraton
ini sangat kental dengan nuansa elegan, sakral dan sarat akan filosofi
kehidupan. Karenanya, dulu batik Keraton hanya boleh digunakan oleh
sebagian orang saja.

5. Batik Priyangan Tasikmalaya


Batik Priyangan Tasikmalaya terkenal dengan ciri khasnya yang
memiliki corak yang rapat, rapi, dan berkelas. Dominasi motif rumput dan
tumbuh-tumbuhan menjadi identitas utama batik Priyangan.

6. Batik Lasem

Batik Lasem adalah batik yang berasal dari daerah bernama Lasem
yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batik Lasem
memiliki ciri khas warna merah menyala. Hal ini disebabkan karena batik
Lasem sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Cina.

7. Batik Bali
Motif batik Bali banyak terinspirasi dari berbagai hewan seperti
kura-kura, burung bangau, dan rusa. Warna-warna yang digunakan pada
batik Bali juga dominan warna cerah, seperti biru, kuning, dan ungu.

8. Batik Pring Sedapur Magetan

Batik Pring Sedapur Magetan merupakan pilihan batik dengan motif


sederhana dan simpel. Meskipun begitu, batik Pring Sedapur sarat akan
makna filosofis. Motif batik ini didominasi oleh gambar-gambar tanaman
bambu yang mengandung arti hidup rukun dan tentram.

9. Batik Malang

Kota Malang, Jawa Timur juga punya motif batik kebanggaan. Batik
Malang memiliki ciri khas warna cerah. Motif batik Malang juga unik,
yakni kombinasi gambar-gambar candi yang ada di kota tersebut.
10. Batik Betawi

Batik Betawi kerap ditampilkan dalam pameran kebudayaan Betawi


ataupun digunakan pada acara-acara bergengsi seperti perhelatan Abang
None Jakarta. Pilihan warna-warna cerah yang mencolok dipadukan
dengan motif unik khas Betawi seperti ondel-ondel, pucuk rebung, nusa
kelapa, dan gambang kromong menjadi ciri khas batik Betawi.
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Dari keseluruhan rangkaian kegiatan maka dapat disimpulkan


bahwa batik merupakan warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia,
sehingga kita sebagai generasi penerus bangsa wajib menjaga serta
melestarikan kebudayaan tak benda tersebut agar tidak diakui oleh bangsa
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Dullah, Santosa. 2002. Batik, Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Solo: Danar Hadi

Hamzuri. 1985. Batik Klasik (Classical Batik). Jakarta: Djambatan.

Kompas.com.2 Oktober 2019, UNESCO Akui Batik sebagai Warisan Dunia dari
Indonesia. Batik sebagai Warisan Dunia dari Indonesia, 2 Oktober 2017, 08.14,

https://nasional.kompas.com/read/2017/10/02/08144021/2-oktber-2009-unesco-akui-
batik-sebagai-warisan-dunia-dari-indonesia

maxmanroe.com Pengertian Batik : Definisi, Ciri-ciri dan Jenis-jenis Batik.


Tersedia dari https://www.maxmanroe.coomm/vid/umum/pengertian-batik.html

Anda mungkin juga menyukai