Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Sejarah Batik dan Motif Batik

Oleh :

Angelina Vrillia
( 22230113)

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Musa Abd Kadir, S.Sos, M.M

PROGRAM STUDI (S1) MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan hikmah,
hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Sejarah Batik
dan Motif Batik” ini dapat terselesaikan. Penulis juga berterima kasih kepada bapak Musa Abd
Kadir. yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan ini.

Dalam makalah ini kami akan membahas masalah mengenai “Sejarah Batik dan Motif
Batik” karena sangat penting untuk kita ketahui bagaimana sejarah batik di Indonesia dan penulis
juga akan membahas lebih detil tentang Motif Batik . Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa
dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bisa membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk
kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.

Palu, 15 Desember 2022

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang............................................................................................................................. 4
2. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 4
3. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
2. Motif Batik ............................................................................................................................... 71.
Sejarah Perkembangan Batik ........................................................................................................ 5

BAB III ................................................................................................................................................. 11


PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
3. Kesimpulan................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, definisi batik ialah kain dan sebagainya yang
bergambar (bercorak beragi) yang pembuatannya dengan cara titik (mulamula ditulisi atau
ditera dengan lilin lalu diwarnakan dengan tarum dan soga). (WJS
Poerwadarminta,1976:96).Pendapat senada dikemukakan Murtihadi dan Mukminatun
(1997:3) yang menyatakan batik adalah cara pembuatan bahan sandang berupa tekstil yang
bercorak pewarnaan dengan menggunakan lilin sebagai penutup untuk mengamankan warna
dari perembesan warna yang lain di dalam pencelupan. Dari apa yang tersurat diatas dapat
diungkapkan bahwa seni batik bisa disebut seni lukis atau seni tulis. Hal ini dapat dibuktikan
dengan ditunjukkannya kemampuan seorang pembatik melukiskan atau menuliskan motif
pada kain. Batik sebagai seni lukis bisa disebut juga sebagai suatu karya seni lukis yang
banyak memanfaatkan unsur menggambar ornament pada kain. Batik dikatakan sebagai seni
tulis karena sebagian batik dibuat dengan teknik mirip menulis atau menyungging.
Sedangkan yang dimaksud dengan teknik membuat batik adalah proses pekerjaan dari tahap
persiapan kain sampai menjadi kain batik. Pekerjaan persiapan meliputi segala pekerjaan
pada kain mori hingga siap dibuat batik seperti nggirah/ngetel (mencuci), nganji(menganji),
ngemplong(seterika, kalendering). Sedangkan proses membuat batik meliputi pekerjaan
pembuatan batik yang sebenarnya terdiri dari pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat
motif, pewarnaan batik (celup, colet, lukis/painting, printing), yang terakhir adalah
penghilangan lilin dari kain .

2. Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah sejarah perkembangan batik?
B. Bagaimanakah motif pada batik?

3. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
A. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan batik di indonesia
B. Untuk mengetahui bagaimana motif batik di Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan Batik


Batik adalah budaya khas bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak jaman dulu dan
diwariskan secara turun temurun. Masyarakat duniapun mengakui bahwa batik adalah milik
bangsa Indonesia karena adanya pengakuan dari UNESCO. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan
teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Semenjak
penetapan sebagai warisan budaya, orang Indonesia semakin gemar mengenakan batik. Dimana-
mana orang berpakaian batik. Banyak instansi baik pemerintah maupun swasta yang mewajibkan
karyawannya mengenakan batik.

Sekolah-sekolah mewajibkan muridnya juga mengenakan seragam batik. Batik menjadi


semakin dekat dengan masyarakat Indonesia. Pemakaian kain batik dan kain-kain bermotif batik
semakin luas dan berkembang. Dari yang sebelumnya hanya sebagai pakaian, kini beragam
benda dan aksesoris ramai mengangkat motif batik. Sebagai warisan budaya bangsa, seharusnya
kita mengerti sejarah munculnya batik di Indonesia. Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa
Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik
batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi
lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) mengatakan bahwa sebenarnya sebelum ada pengaruh
India datang ke Indonesia, Nusantara telah memiliki 10 unsur kebudayaan asli yaitu, wayang,
gamelan, puisi, pengecoran logam mata uang, pelayaran, ilmu falak, budidaya padi, irigasi,
pemerintahan, serta batik. sedangkan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi
batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa
wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki
tradisi kuna membuat batik.Sehigga teori-teori tersebut menolak mentah-mentah bahwa batik
berasal dari India Selatan.Jika kita perhatikan relief-relief yangpada candi Prambanan dan juga
Candi Borobudur terdapat ukiran-ukiran yang memperlihatkan motif-motif serupa motif
batik.Hal itu menunjukkan, bangunanbangunan yang sudah berdiri semenjak abad ke-8 ini sudah
menunjukkan adanya motif batik yang pengaruhnya ada hingga sekarang.

Pada jaman Hindu sekitar abad XIII di Jawa Timur keberadaan seni batik dapat dilihat
pada busana atau pakaian yang dihias dengan motif-motif yang digunakan pada arca yang
terdapat pada bangunan candi. Hal itu menunjukkan batik sudah ada dengan berbagai
simboliknya mencerminkan norma-norma serta nilai budaya suatu kelompok. Perangkat lambang
dalam busana tidak sekedar mengandung makna, melainkan juga menjadi perangsang untuk
bersikap sesuai dengan makna lambang tersebut (Condronegoro,1995:1)Seperti contohnya dapat
dilihat pada beberapa relief di Jawa Timur dalam hal ini adalah candi Penataran. Pada masa itu

5
sudah dikenal bentuk kain model ‘kemben’ yang tentunya dihias dengan motif, karena reliefnya
sendiri sudah tampak aus.

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit.


Di Solo terkenal ada kampung bernama Laweyan. Berdirinya kampung Laweyan ini erat
kaitannya dengan jatuhnya kekuasaan Majapahit ke tangan Kerajaan Islam yaitu Demak, Pajang
dan Mataram sekaligus menjadi simbol pelestarian budaya membatik tinggalan Majapahit. Batik
yang dikembangkan di Laweyan tak lepas dari perkembangan batik Majapahit yang dibangun
oleh Adipati Kalang pada masa pemerintahan Majapahit. Adipati Kalang saat itu menguasai
industri batik di wilayah Mojokerto dan menolak tunduk pada Majapahit. Adipati Kalang
kemudian diserang lalu dihancurkan oleh Majapahit, beberapa ahli seni batiknya dibawa ke
Keraton Majapahit dan kemudian mengajarkan batik kepada kawula Majapahit sehingga
dijadikan seni rahasia Istana. Setahun setelah Sultan Hadiwijoyo naik tahta, kelompok keturunan
Ki Ageng Selo (cucu dari Brawijaya V, Raja Mapahit terakhir) mendapat tempat khusus dalam
struktur pemerintahan kerajaan. Salah satunya adalah Ki Ageng Ngenis, cucu dari Ki Ageng
Selo, diperintahkan untuk membangun sebuah desa yang diberi nama Laweyan. Ki Ageng
Ngenis kemudian bergelar Ki Ageng Laweyan membangun pusat studi batik bergaya Majapahit,
di masa inilah kemudian berkembang motif-motif yang mendasari desain batik Jawa era
Mataram Islam - disebut motif Mataram karena motif ini sangat populer setelah Pajang kalah
dengan Mataram. Di ceritakan saat Raden Pabelan (Keponakan Sutawijaya) menggoda puteri
bungsu Sultan Hadiwijoyo, Raden Pabelan mengenakan batik bangsawan Keraton Pajang yang
tidak boleh dipakai sembarangan, dan saat Raden Pabelan menyusup ke lingkungan Sekar
Kedaton, digambarkan puteri bungsu Mataram sedang membatik dengan canting - hal yang
seperti ulangan pada kisah lama saat Raden Joko Tingkir (nama muda Sultan Hadiwijoyo)
menerobos pintu masuk tembok Sekar Kedaton Demak untuk berkencan dengan anak Raja
Demak yang juga sedang membatik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan membatik dengan mengunakan


canting sudah digunakan pada saat itu dan batik masih menjadi seni rahasia Istana terutama
untuk motifmotif khusus seperti Sidomukti dan Sidoluruh Pada waktu terjadi Perang Diponegoro
(1825-1830 banyak bangsawan terlibat atas perang besar ini, sehingga ketika Belanda melakukan
strategi perang bentengstelsel yaitu : membangun tangsi disetiap tempat yang dikuasai maka
keluarga bangsawan yang mendukung Diponegoro banyak mengungsi ke wilayah-wilayah di
luar Yogyakarta. Wilayah Banyumas adalah wilayah yang paling banyak menjadi tempat
pengungsian para bangsawan Yogyakarta. Selain Banyumas juga bangsawan tersebut mengungsi
ke Pekalongan dan menetap disana.

Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi
waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian
menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai
6
terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon
mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari
tanah lumpur. Corak-corak batik berkembang luas dan pengaruh Solo-Yogya dianggap sebagai
dasar seluruh batik Jawa dan Madura Batik menjadi produksi paling utama di Jawa.
Perkembangan Batik menjadi amat kuat setelah ditemukannya metode penanaman serat kapas
(ciam) dari tanaman Jong yang sangat ahli dilakukan oleh orang-orang Cina di Pekajangan
(Pekalongan) pada tahun 1880. Ditemukannya serat ini membuat jiwa dagang orang Pekalongan
tumbuh. Banyak dari saudagar-saudagar Pekalongan baik keturunan Cina atau Jawa asli yang
berpindah ke Solo dan membangun usaha Batik. Kemudian pada tahun 1898, Sunan
Pakubowono X, Raja Solo yang baru diangkat beberapa tahun sebelumnya memerintahkan
dibangun sebuah sentra perdagangan sekaligus koperasi-koperasi bagi usaha Batik. Konsep
Koperasi menjadi obsesi Sunan Solo setelah membaca sebuah buku tentang Koperasi di Inggris
tentang industri tekstil. Atas titah Sunan inilah kemudian berdiri puluhan koperasi di Solo.
Lantas kemudian diikuti berdirinya koperasi diluar wilayah Voorstenlanden (Solo dan Yogya)
yaitu di Pekalongan, Semarang dan Cirebon.

Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan Demak, Pajang dan Mataram Islam hingga Solo dan Yogyakarta.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku
Jawa ialah setelah akhir abad keXVIII atau awal abad ke-XIX . Batik yang dihasilkan ialah
semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang
dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional
Indonesia.

2. Motif Batik

Penciptaan motif batik ditinjau dalam perkembangannya selalu berhubungan dengan


alam lingkungan sekitarnya, terutama flora dan fauna . Sehingga tidak mengherankan apabila
timbul berbagai motif pada seni batik, seperti misalnya motif tumbuhan menjalar, motif
tumbuhan air, motif bunga, motif binatang, bahkan ada motif lingkungan seperti alam dan
peralatan hidup. Penciptaan seni batik yang berorientasi pada lingkungan alam sekitar itulah
yang memunculkan perbedaan baik bentuk maupun filsafat di dalam seni batik. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan tersebut antara lain, letak geografis, sifat dan tata penghidupan di
daerah, kepercayaan dan adat yang terdapat di stau daerah, serta keadaan alam sekitar termasuk
flora faunanya.

7
Pada masa lampau, sebagian dari motif-motif batik memperlihatkan derajat pemakainya.
Oleh karena itu motif-motif yang masih bersifat tradisional pada umumnya masih mempunyai
arti simbolik yang mencerminkan alam pikiran masa lampa . Pada batik Tradisional pun susunan
motifnya terikat oleh suatu ikatan tertentu dan dengan isen-isen tertentu. Apabila menyimpang
dari ikatan yang sudah menjadi tradisi dikatakan telah menyimpang dari batik tradisional. Batik
modern dapat dibedakan menjadi beberapa corak atau gaya antara lain; gaya abstrak dinamis,
gaya gabungan, gaya lukisan, dan gaya khusus dan cerita lama. Sementara batik modern, motif
yang dicipta oleh perajin adalah murni kreasi dan pengembangan dari beberapa motif batik yang
sudah ada dengan pola yang bebas.

Motif-motif batik sebagai karya seni dapat mengambil ide dasar penciptaan dari
beberapa hal, dengan merubah bentuk menggunakan proses stilasi, yaitu suatu hasil gubahan dari
bentuk alami sehingga tinggal sarinya (esensinya) saja dan menjadi bentuk baru yang terkadang
hampir kehilangan ciri-ciri alaminya sama sekali. Motif flora muncul bersamaan dengan
masuknya pengaruh Hindu yang datang dari India, motif flora atau tumbuh-tumbuhan menjadi
sangat umum dan menjadi bagian motif utama yang ada di Indonesia. Secara umum motif flora
digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu motif bunga, motif buketan, motif daun, lung dan sulur
serta motif pohon hayat. Motif tersebut dikomposisikan dengan pola ceplok, baik itu berbentuk
kelopak bunga yang mekar maupun setangkai bunga yang terdiri dari beberapa bunga melati,
mawar yang mekar dan berbentuk kuncup bunga.

Motif fauna sangat banyak jenis dan ragam bentuknya termasuk di dalamnya hewan
yang hidup di darat, di air, hewan bersayap dan juga makhluk imajinatif atau hasil rekaan
semata. Pada umumnya jenis-jensi binatang itu merupakan satwa yang dapat ditemui di daerah
Nusantara sesuai dengan satwa lingkungan tiap-tiap daerah terkecuali binatang-binatang
imajinatif yang terkait dengan kepercayaan setempat, binatang mitologi hasil pengaruh luar, dan
sebagainya. Pada batik bahkan sangat kaya mengambil motif binatang sebagai motif hias yang
sangat beragam . Dalam kesenian Nusantara binatang air dan melata mewakili kehidupan bawah.
Dalam mensikapi motif dan filsafat batik, masyarakat terutama masyarakat Jawa memiliki suatu
sistem kepercayaan yang berhubungan erat dengan alam semesta. Orang Jawa menganggap
bahwa alam semesta atau kosmologi ini adalah sebuah tempat dengan batas yang sudah
ditentukan.

Di dalam sebuah tempat tersebut terdapat isi yaitu unsur-unsur yang tidak dapat dilihat
dan dapat dilihat. Mengenai unsur-unsur yang dapat dilihat dan diraba adalah unsurunsur yang
terdapat di dunia nyata seperti tumbuhan, binatang, gunung, manusia, dan sebagainya.
Sedangkan unsur-unsur yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba adalah unsur-unsur yang
mendiami dunia gaib, seperti roh nenek moyang, dewa-dewa, makhluk halus maupun kekuatan
sakti lainnya yang memiliki sifat baik dan membawa keberuntungan, atau yang bersifat jahat
dengan membawa mala petaka atau kerugian bagi manusia. Masyarakat Jawa memandang bahwa
kehidupan manusia selalu terpaut erat dengan kosmos alam raya. Mereka tidak mungkin

8
memisahkan antara yang sacral dari yang profan, yang bersifat kodrati dari yang adikodrati dan
yang berakar pada dunia nyata dari yang berakar pada alam semesta.

Pada jaman Hindu keberadaan seni batik makin jelas. Busana atau pakaian yang dihias
dengan motif-motif dengan berbagai simboliknya mencerminkan norma-norma serta nilai
budaya suatu kelompok. Dengan demikian busana merupakan suatu unsur penting yang ikut
menentukan identitas kebhidupan budaya bangsa. Perangkat lambang dalam pakaian pada
hakekatnya bermakna sebagai pengatur tingkah laku, di samping berfungsi sebagai sumber
informasi. Perangkat lambang dalam busana tidak sekedar mengandung makna, melainkan juga
menjadi perangsang untuk bersikap sesuai dengan makna lambang tersebut Motif hias, motif
kain batik yang digunakan oleh para bangsawan pada masa lampau tercermin dalam
penggambaran relief maupun arca-arca yang tertinggal. Seperti contohnya dapat dilihat pada
beberapa relief di Jawa Timur dalam hal ini adalah candi Penataran. Pada masa itu sudah dikenal
bentuk kain model ‘kemben’ yang tentunya dihias dengan motif, karena reliefnya sendiri sudah
tampak aus.

Pada tata cara dan aturan pemakaiannya pun sudah menjadikan ketetapan yang dianut
oleh individu-individu yang hidup di dalamnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai jenis
kain serta cara pemakaiannya. Terdapat berbagai jenis kain yang disebutkan di dalam prasasti-
prasasti Jawa kuno. Hal ini diduga mencerminkan pula jenis dan motif hiasannya, seperti:
ambay-ambay, angsit muang putih, angsit muang rangga, cadar siwa kidang, ganjar haji patra
sisi, ganjar patra, kalyaga, lunggar mayang, pilih angsit, pilih magong, sadugala, sulasih, tapis,
atmaraksa dan lain-lain. Sesuai dengan lingkungan seni budaya Hindu, ragam hias ilmu ukur
sering diterapkan dalam hiasan batik, seperti motif meander, swastika, pilin, dan sejenisnya. Dari
motif tumbuhan yang muncul adalah stilirisasi dari bunga serta daun teratai. Motif-motif ilmu
ukur dan sulur tumbuhan ini sering dipadukan seperti yang dapat dilihat pada percandian di Jawa
tengah. Sementara arca-arca masa Jawa tengah klasik tidak banyak meninggalkan motif hias
yang terdapat pada kainnya. Hanya beberapa perlu dicatat bahwa arca Ganesya dari candi Banon
serta arca-arca perunggu seperti Avalokiteswara dari Magelang, arca Siwa Parwati dari
Gemuruh-Wanasaba, serta arca Manjusri dari Ngemplak-Semarang sudah menghiasi kainnya
dengan berbagai motif batik. Namun demikian motif batik tersebut terkesan sederhana dan
mudah. Hal demikian sangat berbeda jauh dengan kesenian masa Singasari yang menampilkan
berbagai motif batik dengan berbagai bentuk yang rumit. Sementara ini motif-motif yang banyak
dipakai oleh para perajin batik di daerah Malang adalah motif-motif yang berasal dari pola hias
batik Jawa tengah dan Madura. Dapat disebutkan di sini di antara motif-motif tersebut yang
umum digunakan adalah motif dasar: Sawat, Gurdha, Meru, Semen, Bango Tulak, Sindur,
Gadung Mlati, Truntum, Wirasat, Sidomukti, Sidoluhur, Wahyu Tumurun, Babon Angrem, dan
Parang dengan segala motifnya.

Dengan demikian usaha yang dilakukan sedapat mungkin mengkorelasikan antara motif
masa lampau dengan pandangan filsafatnya dengan motif yang saat ini sudah ada, namun lebih
ditujukan kepada sebuah perevitalisasian terhadap seni batik dengan motif Singasari yang pernah
9
tren di kawasan malang sekitar abad XIII M. Dengan dasar tersebut batik Malang benar-benar
memiliki ciri khas tersendiri secara kultur area Malang Raya atas dasar sumber yang pernah
berjaya pada masa lampau, disamping memiliki ciri khas yang dibuat dengan motif baru dan
filsafat baru menurut pendapat dan keyakinan selera masa kini.

10
BAB III

PENUTUP
3. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain
untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia zaman
dahulu. Awalnya kegiatan membatik hanya terbatas dalam keraton saja dan batik dihasilkan
untuk pakaian raja dan keluarga pemerintah dan para pembesar. Motif batik sendiri berbeda beda
di setiap daerah, dasar dari motif batik yaitu di ambil dari motif flora, fauna, tokoh pewayangan
dan masih banyak lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Condronegoro, Mari S. 1995. Busana Adat Kraton Yogyakarta. Yogyakarta: Pustaka Nusantara.
Hari lelono, TM. 1999. Busana bangsawan dan Pendeta Wanita pada Masa majapahit: Kajian
Berdasarkan Relief-Relief Candi. Dalam Berkala Arekeologi Tahun XIX No.1/Mei.Hal:107-116.
Yogyakarta: Balai Arkeologi.

Jones, Antoinette M. Barret. 1984. Early Tenth Century Java from the Inscriptions. Dordrecht
Holland: Foris Publications.

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai