Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PKWU

“BATIK JUMPUTAN”

Penyusun:

Doni Sugiharto

XII MIPA 3 (10)

SMAN 9 KOTA BOGOR


TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu
banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjuduL “Batik Jumputan“ yang merupakan tugas PKWU. Penulis sampaikan terimakasih
sebesar-besarnya kepada Guru PKWU dan semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan
kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri.Amin.

Bogor, 12 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batik Jumputan ........................................................................ 3

2.2 Perbedaan Batik Jumputan dengan Tulis ................................................... 3

2.3 Ciri Khas Batik Jumputan .......................................................................... 4

2.4 Teknik Batik Jumputan............................................................................... 4

2.5 Proses Pembuatan ...................................................................................... 4

BAB III PENUTUP


2.6 Kesimpulan…………………………………………………………………..5

2.7 Saran…………………………………………………………………………6
BAB I

PENDAHULUAN

             1. 1 LATAR BELAKANG

Definisi Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tebentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan Indonesia bisa
diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang ada sebelum terbentuknya nasional indonesia, yang
termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-
suku di Indonesia.
             Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu
pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk
mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai
wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,
termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai
keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh
UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi
(Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Adapun sebuah buku yang mengatakan bahwa batik adalah bahan sandang yang dibuat
berupa tekstil untuk keperluan kelengkapan hidup sehari-hari. Tekstil yang dibuat dengan teknik
atau proses batik untuk sandang tersebut, berupa kain penutup badan, hiasan rumah tangga, dan
perlengkapan lain yang semuanya dimaksudkan untuk memperindah.
1. 2 RUMUSAN MASALAH
Salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan di Indonesia adalah batik. Sejak Malaysia
pernah mengklaim bahwa batik berasal dari Malaysia, barulah bangsa Indonesia tersadar dari
mimpinya bahwa batik harus segera dilestarikan kembali keberadaannya. Dan sejak saat itu
banyak motif batik bermunculan kembali bahkan sudah menjadi tren kalau batik merupakan
pakaian khas bangsa Indonesia. Bahkan oleh UNESCO telah ditetapkan bahwa batik sebagai
Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
1. Pengertian Batik Jumputan
2. Ciri – cirri batik jumputan
3. Proses pembuatan batik jumputan

             1. 3 TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan,
terutama tentang pengertian batik jumputan, cirri – ciri batik dan mengetahui cara pembuatan
batik jumputan. Serta diharapkan agar warga indonesia mencintai dan melestarikan kebudayaan
batik. Sehingga batik yang ada di Indonesia terus berkembang dan diakui keberadaannya di
seluruh dunia.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1. Pengertian Batik Jumputan


Batik jumputan adalah Batik Jumputan adalah batik yang dikerjakan dengan cara ikat
celup, di ikat dengan tali di celup dangan warna. Batik ini tidak menggunakan malam tetapi
kainnya diikat atau dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali. Tali berfungsi sama halnya
dengan malam yakni untuk menutup bagian yang tidak terkena warna Menurut sejarah, teknik
celup ikat berasal dari tiongkok, teknik ini kemudian berkembang sampai keindia dan wilayah-
wilayah nusantara. Teknik celup ikat . perkenalkan ke nusantara oleh orang-orang india melalui
misi perdagangan teknik ini mendapat perhatian besar terutama karena keindahan ragam hiasnya
dalam rangkayan warna warni yang menaawan. Penggunaan teknik celup ikat ini antara lain di
sumatra, khususnya palembang, di kalimantan selatan, jawa dan bali.

2.2. Perbedaan Batik Jumputan dengan Batik Tulis


Batik adalah suatu proses pewarnaan dengan teknik Celup Rintang, artinya zat warna
yang diserap oleh kain dirintangi (terhalang) dengan bahan atau alat sehingga membentuk
corak/motif. Batik Jumputan pada dasarnya hampir sama dengan Batik Tulis, adalah sebuah
KARYA SENI, hasil dari kerajinan/keterampilan tangan pada sebuah kanvas berupa kain hasil
proses pewarnaan dengan celup rintang. Jika pada batik tulis, proses perintangan warna adalah
malam/lilin yang ditulis dengan canting, maka pada Batik Jumputan yang dipergunakan sebagai
perintang warna adalah tali rafia / karet / benang yang diikatkan pada kain.
Batik Jumputan mempunyai Nilai Seni tersendiri. Keanggunan corak dan warna sangat
dipengaruhi oleh ketrampilan pengrajin. Hasil corak dan warna yang timbul tergantung dari
bahan baku kain, cara, kreasi dan zat warna yang di-pergunakan. Berbagai jenis hasil karya yang
dihasilkan dan beragam pula kegunaannya. Mulai dari komponen utama tradisi pernikahan di
Tanah Jawa dan Jogja hingga bahan baku kemeja dan dreascode kedaerahan dalam berbagai
bentuk mulai dari Selendang hingga Kemeja dengan berbagai motif.
2.3. Ciri Khas Batik Jumputan

Termodifikasi dalam berbagai bentuk mulai dari Selendang hingga Kemeja dengan berbagai
motif. Seni batik jumput yang merupakan batik tanpa lilin memiliki ciri khas tersendiri.
Diantaranya:
1. Motif kain berwarna putih hasil penutupan dari Tali rafia, karet maupun benang.
2. Berbagai varian warna dan kombinasi warna dalam selembar kain.
3. Pola digambar dengan tangan dan dikerjakan secara manual sehingga memiliki ciri khas
tersendiri.
4. Merupakan kerajinan tangan asli dan belum bisa tergantikan oleh mesin modern.

2.4. Teknik Jumputan


Ada 2 teknik membuat teknik batik jumputan yaitu
1. Teknik ikatan adalah bagian yang di ikat kencang itu pada saat di celup tidak terkena
warna,sehingga setelah ikatan nya di lepas akan terbentuk gambarnya
2. Teknik jahitan adalah kain di beri pola terlebih dahlu lalu di jahit dengan menggunakan tusuk
jelujur pada garis warna ya dengan menggunakan benang lalu benang di tarik kuat wsehingga
kain berkerut serapat mungkin . pada waktu di celup benang yang rapat akan menghalangi warna
masuk ke kain, benang yang di pakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat seperti benang
plastik, benang jins atau benang sepatu. Hasil Jumputan dari Teknik jahitan ini berupa titik – titik
yang agak menyambung membentuk gambar.
3.
2.5. Proses Pembuatan

A. Alat dan Bahan


1. Jarum Jahit
2. Benang
3. Tali Rafia
4. Karet dll
5. Kursi kecil
6. Pewarna (Napthol, TRO, soda plastik, Garam Diazo)
7. Gunting
8. Ceret Listrik
9. Ember atau Baskom ( 3 baskom)
10. Panci atau Dandang Besar
11. Kain(Mori, Primisima, Sutra, Jantik)
12. Kelereng,Kerikil,Biji”an,Kayu

B. Langkah Pembuatan
1. Kain Dicuci Untuk menghilangkan Kanji yg melekat pada kain agar warnanya mudah
meresap.
2. Kain Diikat  Untuk mendapatkan motif yg diinginkan.
3. Proses Pencelupan kain dengan warna, 3 Tahap :
a. Celupkan kain pada larutan yg pertama A (napthol) , TRO, Soda Kastik + air panas 
Kain belum bentuk warna (Penguat Warna) +_ 20 – 25 menit (Kain dibolak – balik) cukup
ditus sampai air tidak menetes.
b. Membuat Larutan B (Garam diazo + air panas) warna mulai nampak (Pembangkit Warna)
dibolak – balik sampai warna nampak.
c. Siapkan Ember (air pembilas + diperas + dikeringkan , dibuka jahitan ) motif  Dikering,
dineci + Plastik
d. Pelepasan Ikatan
BAB III
PENUTUP

2.6 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang pengaruh variable Kemampuan inovasi


terhadap Kualitas produk melalui Kinerja operasional pada produk UKM batik Jumputan di
Yogyakarta, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kemampuan inovasi terhadap


Kualitas produk pada UKM batik jumputan di Yogyakarta, terbukti p value < 5%
(0.011<0.05). Hal ini berarti semakin baik kemampuan inovasi maka semakin
meningkat Kualitas produk.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kemampuan inovasi terhadap
Kinerja operasional pada UKM batik jumputan di Yogyakarta, terbukti p value <
5% (0.001<0.05). Hal ini berarti semakin baik Kemampuan inovasi maka semakin
meningkat Kinerja operasional.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kinerja operasional terhadap
Kualitas produk pada UKM batik jumputan di Yogyakarta, terbukti nilai p value <
5% (0.017<0.05). Hal ini berarti semakin baik kinerja operasional maka semakin
meningkat Kualitas produk.
4. Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan Kemampuan inovasi terhadap
Kualitas produk melalui praktek Kinerja operasional pada UKM batik jumputan
di Yogyakarta. Hal ini berarti berarti kinerja operasional tidak terbukti memediasi
hubungan antara Kemampuan inovasi dengan Kualitas produk.
2.7 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan maka dapat diusulkan berapa saran untuk UKM batik
jumputan di Yogyakarta yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kemampuan inovasi pada produk baru. Penelitian ini memperlihatkan


terdapat pengaruh yang positif terhadap kualitas produk serta kinerja operasional dengan
semakin baiknya kemampuan inovasi. Maka sebaiknya UKM melakukan evaluasi atau
observasi setiap peluang dan ancaman – ancaman pada perusahaan baik jangka pendek
maupun jangka panjang, sehingga dapat ditentukan strategi inovatif yang harus dilakukan
oleh UKM dalam meningkatkan kualitas produk dan kinerja operasional di tengah
persaingan global.
2. Meningkatkan praktek Kinerja operasional di UKM batik jumputan di Yogyakarta,
terutama pada indikator efektifitas proses perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang positif terhadao kualitas produk sejalan dengan baiknya kinerja
operasional. Dalam hal ini, UKM Batik Jumputan dapat mencoba dan mengembangkan
kemampuan baru untuk proses produksi maupun pengiriman/penerimaan pesanan,
sehingga produksi dan distribusi lebih cepat dan efisien. Teknologi informasi juga dapat
digunakan untuk memudahkan komunikasi dengan pelanggan dan sebagai sarana
promosi yang lebih efektif, diharapkan 69 hubungan antara pemasok, produsen, dan
konsumen akan semakin terintegrasi dengan baik, sehingga waktu untuk bersinergi
menjadi lebih cepat dan respon di seluruh lini produksi menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai