Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PELESTARIAN RAGAM MOTIF BATIK PEKALONGAN

ACHMAD DZULFIQAR ATHALLAH


18106032

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena


atas karunia-Nya penulis dapat menyusun sebuah makalah berjudul “Pelestarian
Ragam Motif Batik Pekalongan” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah bahasa
Indonesia. Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Achmad
Sultoni, M.Pd. yang telah membantu demi kelancaran penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun
saran. Kritik dan saran tersebut akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas partisipasinya
dalam membantu proses penyusunan makalah ini.

Purwokerto, 25 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Macam –macam Batik Pekalongan ........................................................... 3


2.2 Alat-alat Membatik .................................................................................... 4
2.3 Proses Pembuatan Batik Cap ..................................................................... 5
2.4 Pentingnya Melestarikan Batik.................................................................. 6
2.5 Minat Remaja dalam Melestarikan Batik ................................................. 8
2.6 Evolusi Batik ............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11

3.1 Simpulan .................................................................................................. 11


3.2 Saran ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batik merupakan salah satu kekayaan karya seni warisan budaya yang
telah menjadikan Negara Indonesia memiliki ciri yang khas di mancanegara.
UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 menetapkan batik sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the
Oral and Intangiable Heritage of Humanity). Batik dikatakan sebagai hasil
budaya yang bernilai tinggi, karena proses pembuatan Batik dilakukan secara
tradisional serta turun temurun sejak zaman dulu sampai
sekarang.Perkembangan batik telah melahirkan berbagai jenis dan corak
batik yang khas disetiap daerahnya.

Awalnya batik dikerjakan terbatas didalam keratin saja, hasilnyapun


hanya untuk dipakai raja, keluarga, dan para abdi dalemnya. Dalam
perkembangannya batik hanya dipakai oleh keluarga keraton kemudian
menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik pria maupun wanita serta tua dan
muda. Seiring berkembangnya era globalisasi, banyak remaja lebih suka
berpenampilan modis dengan acuan gaya luar negeri yang sering mereka lihat
di televisi. Mereka tidak begitu suka memakai batik karena dalam
pandangannya batik merupakan trend pakaian zaman dulu. Batik terlalu kuno
untuk dikenakan anak muda apalagi remaja yang sedang masa puber dan
butuh pengakuan bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat yang
mempunyai peran penting. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki
remaja yang berpikir intelektual dan diimbangi tindakan nyata. Untuk itu
sebagai warga Negara Indonesia kita patut bangga dan ikut mempertahankan
warisan budaya ini agar tidak punah dengan bergantinya zaman.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan


permasalahan penelitian sebagai berikut :

a) Apa saja macam motif batik asli Pekalongan?


b) Apa saja alat-alat yang dibutuhkan untuk membuar batik cap?
c) Bagaimana proses pembuatan batik cap Pekalongan?

1
d) Mengapa batik harus dilestarikan?
e) Seberapa besar minat remaja dalam pemakaian batik terhadap pelestarian
batik Pekalongan?
f) Bagaimana evolusi batik dari zaman ke zaman?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk manambah pengetahuan tentang


kebudayaan batik, terutama tentang motif, corak, teknik, cara pembuatan
maupun alat dan bahan pembuatan batik tradisional sehingga batik
Indonesia tetap lestari di lingkungan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Macam – macam Batik Pekalongan

Batik Pekalongan merupakan salah satu jenis batik yang paling terkenal
diantara batik Indonesia lainnya. Pekalongan sendiri terletak di provinsi Jawa
Tengah, sehingga corak batik dari Pekalongan memiliki kemiripan pada batik
lainnya yang berasal dari provinsi yang sama. Salah satu dari ciri khas batik
Pekalongan adalah sering disebut batik pesisir, dikarenakan kebanyakan dari
pengrajin batik saat ini hidup di daerah pesisir pantai pulau Jawa. Berikut ini
adalah beberapa macam motif batik dari Pekalongan :

1. Motif Jlamprang Pekalongan


Model batik pertama dari Pekalongan adalah motif Jlamprang.
Model bermotif Jlamprang ini memiliki aksen geometris dan berkomposisi
lebih dari 2 macam warna. Pola batik Jlamprang datang bersamaan saat
perkembangan agama Islam di Kota Pekalongan. Maka tidak heran jika
motif-motifnya tidak meniru makhluk hidup.
Dikarenakan terdapat dua perbedaan pendapat sejarawan akan arti
dari motif motif Jlamprang, sehingga terdapat dua pandangan yang
berbeda pula. Makna yang pertama adalah hidup kerap dikaitkan dengan
kebudayaan Islam yang selalu menjaga silaturahmi dan hidup rukun.
Sedangkan pendapat yang kedua adalah lebih condong kearah filosofi
orang Hindu.

2. Motif Liong
Pada zaman dahulu kala, banyak etnis Tionghoa yang menetap di
Pekalongan. Mereka inilah yang turut andil dalam perkembangan busana
pada masa lampau. Salah satu bentuk kontribusinya adalah dengan
menciptakannya batik Liong. Dilihat dari sisi ornament, batik motif Liong
ini cenderung mengadopsi wuju d makhluk imaginir seperti bentuk ular
naga.

3. Motif Semen
Batik semen merupakan motif batik klasik dari Pekalongan.
Penampilannya dari batik semen ini hampir mirip dengan motif batik
semen dari Jogja yang lebih terkenal dari daerah Solo, hanya saja motif
Semen dari Pekalongan tidak terdapat unsur binatang cecak dan lebih

3
didominasi oleh bentuk garis-garis dekoratif. Ornament pendukung pada
batik semen ini umumnya berupa burung garuda atau tumbuhan-tumbuhan
tertentu. Filosofi motif semen yaitu lambang burung garuda yang gagah
perkasa yang mampu bertahan dalam kondisi apapun. Siapapun yang
menggunakan batik tersebut diharapkan memiliki keteguhan hati yang
kuat.

2.2 Alat-Alat Membatik

Ada beberapa alat untuk membatik, antara lain :

1. Gawangan
Yaitu perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan kain
sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari kayu, atau bamboo. Gawangan
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi
harus kuat dan ringan.
2. Kain
Merupakan bahan baku batik, dari mori (katun), sutra, dobby, saten
atau viscos. Kualitas kain sangat menentukan baik buruknya kain batik
yang dihasilkan.
3. Bandul
Dibuat dari timah, kayu atau batu yang dikantongi. Fungsinya
untuk menahan kain yang sedang dibatik agar tidak mudah tertiup angina,
atau tarikan si pembatik secara tidak sengaja.
4. Pola
Yaitu suatu motif batik pada kain yang akan dibatik, diperlukan
untuk batik tulis dan batik cap.
5. Lilin/Malam
Ialah bahan yang digunakan untuk membatik. Sebenarnya
lilin/malam tidak habis/hilang, karena akhirnya diambil kembali pada
proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi
kain. Malam yang digunakan untuk membatik berbeda dengan
malam/lilin biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada
kain tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorotan.
6. Saringan malam
Yaitu alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya.
Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak
mengganggu jalannya malam pada cucuk canting sewaktu depergunakan
untuk membatik.
7. Canting

4
Adalah alat kecil yang terbuat dari tembaga dan bambu sebagai
pegangannya, merupakan alat yang dipakai untuk memindahkan atau
mengambil cairan. Canting ini digunakan untuk menuliskan pola batik
dengan cairan lilin. Canting terbuat dari batok kelapa, namun karena
sudah jarang ditemukan, maka diganti dengan Teflon atau plastik.

8. Wajan
Untuk mencairkan malam. Wajan sebaliknya bertangkai supaya
mudah diangkat dan diturunkan dari perapian.
9. Kompor
Untuk membuat api yang digunakan dalam merebus lilin/malam
yang ada diwajan supaya berubah menjadi cairan yang akhirnya
digunakan dalam proses pengecapan.
10. Taplak
Yaitu kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena
tetesan malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.

2.3 Ptoses Pembuatan Batik Cap

Proses pembuatan batik cap tidak seperti proses pembuatan batik tulis
dalam proses pembuatannya menggunakan canting tulis. Pada proses
pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu canting cap berupa stempel
besar yang terbuat dari tembaga yang sudah didesain daengan motif tertentu
dengan dimensi 20 x 20 Proses pembuatan batik cap adalah sebagai berikut :

1. Kain mori diletakkan diatas meja datar yang telah dilapisi dengan alas
yang lunak.

2. Malam / lilin direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam
ini tetap dalam kondisi 60 sampai dengan 70O Celcius.

3. Cap lalu dimasukkan ke dalam cairan malam tadi dengan mencelupkan


kurang lebih yang 2 cm tercelup cairan malam pada bagian bawah cap.

4. Cap kemudian diletakkan dan ditekankan dengan kekuatan yang cukup di


atas kain mori yang telah disiapkan tadi. Cairan malam/lilin dibiarkan
meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain
permukaan kain mori.

5. Setelah proses cap selesai, kain mori selanjutnya akan masuk ke proses
pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori ke dalam tangki yang
berisi pewarna kain.

5
6. Cairan malam/lilin telah terserap pada permukaan kain, tidak akan terkena
dalam proses pewarnaan ini. Setelah proses pewarnaan selesai, dilanjutkan
dengan proses berikutnya yaitu penghilangan berkas motif cairan malam
melalui proses pelorotan atau merebus kain. Sehingga akan Nampak dua
warna. Yaitu warna dasar asli kain mori berasal dari mori yang tertutup
malam/lilin, dan warna setelah proses pewarnaan yang dilakukan. Bila
akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai lagi dari
proses pengecapan cairan malam, pewarnaan, dan pelorotan lagi. Sehingga
diperlukan proses berulang untuk setiap warna. Hal yang menarik dari
batik cap adalah pada proses perkawinan warna, karena permukaan kain
mori yang telah diberi warna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses
pewarnaan berikutnya. Sehingga perlu keahlian khusus dalam proses
pemilihan dan perkawinan warna.

7. Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan dan
pencerahan warna dengan soda.

8. Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.

2.4 Pentingnya Melestarikan Batik

Pelestarian adalah proses atau cara atau perbuatan melestarikan serta


melakukan perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan, pengawetan,
konservasi. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak
terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah manusia itu
sendiri, sekalipun manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya
akan diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya. Salah satu cara
pelestarian agar anak cucu dapat mengetahui, mempertahankan, dan
kreatifitas memanfaatkan seni karya batik adalah mengajarkan seni karya
batik di sekolah-sekolah atau mendirikan kursus batik di luar sekolah.

Untuk itu, memakai batik pada hari tertentu diwajibkan agar batik tersebut
tetap lestari. Namun, hanya menggunakannya tanpa mengetahui mengapa
kita harus memakai batik akan membuat kita hanya sekedar mengenakan.
Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa kita harus melestarikan batik,
antara lain :

1. Batik Merupakan Warisan Budaya


Batik sangat kental dengan budaya Indonesia. Masing-masing
daerah memiliki motif batiknya sendiri, cara pembuatan batik hingga
makna yang terkandung di dalam batik-batik tersebut. Disebut warisan
budaya, karena di dalam batik tersebut mengandung nilai-nilai dari

6
keberagaman pemikiran dan budaya Indonesia. Dengan melihat batik-batik
tersebut, sudah seharusnya kita sudah mengerti pesan atau makna dari
batik tersebut.

2. Batik adalah Salah Satu Identitas Bangsa


Sebuah identitas akan hilang bila tidak dijaga atau dilestarikan
keberadaannya. Sama seperti batik dan hasil budaya lainnya yang telah
menjadi apa yang disebut Indonesia. Identitas sendiri bermakna sebuah ciri
atau keadaan khusus seseorang atau sesuatu.

Tanpa adanya identitas, seseorang atau sesuatu itu tidak akan dapat
dikenal. Kita telah memiliki sebuah identitas yang telah menempel selama
berates-ratus tahun yang dihasilkan oleh nenek moyang. Untuk
menghormati dan memberikan rasa terima kasih, tidak ada salahnya kita
mempelajari sejarah dari batik itu sendiri agar bisa semakin mengenali
Indonesia lebih luas lagi.
Dapat diartikan juga sebagai arti jati diri. Biasanya jati diri banyak
dicari oleh orang-orang muda sebagai bekal utama untuk melanjutkan
hidup dimasa yang akan dating. Jati diri juga banyak diartikan sebagai
karakteristik kemampuan diri dalam memecahkan sebuah permasalahan.
Bagi manusia mengenal jati diri atau mengenal diri sendiri adalah
langkah awal untuk menyusun rencana yang akan dibuat pada waktu
mendatang. Tapi ternyata tidak hanya manusia saja yang memiliki jati diri.
Sebuah bangsa juga memiliki jati diri. Ini dilihat bahwa setiap bangsa
selalu memiliki karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan bangsa
lainnya. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang memiliki karakteristik
tersendiri.
Jadi ketika sebuah budaya hilang karena suatu sebab, maka itu
adalah langkah awal dari hilangnya bagian dari karakteristik bangsa
Indonesia yang sudah pernah dibentuk nenek moyang bangsa Indonesia.
Jadi sangat disayangkan jika sebuah budaya yang ada di Indonesia hilang.
Oleh karena itu berarti karakteristik bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
besar dan kuat pada masa lalu juga akan hilang.

3. Batik Diambang Kepunahan


Selain binatang, batik juga sedang berada di dalam jurang
kepunahan. Batik yang dulunya sangat “diagungkan” oleh orang-orang
Indonesia, karena mencerminkan sebuah kebudayaan yang tinggi, kini
batik hanya dianggap sebelah mata oleh banyak anak muda. Hal ini
membuat batik berada di dalam kepunahan di tempat ia diciptakan.

7
Sebuah ironi yang telah terjadi di bangsa ini. Memakai batik hanya
sekedar memakai tanpa mengetahui apa arti goresan batik itu. Apakah
kita ingin kembali kehilangan salah satu hasil budaya, karena sudah tidak
lagi dilestarikan oleh orang-orangnya sendiri?
Karena hal tersebut tentunya akan membuat sebagian orang
menjadi sinis dan tetap tidak peduli. Diantara banyaknya orang yang
sudah meninggalkan batik sebagai esensi dari Indonesia, ada beberapa
orang yang terus berjuang agar batik tetap lestari dan bisa dinikmati
selamanya. Sudah banyak batik berkualitas nomor satu yang
menyesuaikan dengan tren fashion saat ini.

2.5 Minat Remaja dalam Melestarikan Batik

Berawal dari sebuah titik, batik telah melalui perjalanan panjang. Kini,
batik bukan lagi hanya milik para tetua yang mapan. Batik sudah menjadi
bagian dari gaya hidup para kawula muda. Kaum muda tak segan lagi
berbatik. Mereka tak sekedar mengenakan kain tradisional tersebut sebagai
pakaian, menjadikannya aksen penampilan. Tak sedikit dari mereka yang
belajar mengenal, mempelajari, sampai membuat sendiri.

Pengaruh antara minat remaja dalam pemakaian batik terhadap pelestarian


batik indikator yang mendasari timbulnya minat adalah diri individu,
lingkungan dan motif sosial. Motif yang digunakan dalam batik Pekalongan
dapat mempengaruhi tingginya minat masyarakat khususnya remaja dalam
pemakaian dan pemanfaatan batik Pekalongan. Berhasil tidaknya suatu
proses pelestarian, dapat diketahui dengan menghitung minat remaja dalam
pemakaian batik. Semakin tinggi minat remaja dalam mengenakan batik,
maka pelestarian batik akan tinggi dan apabila minat remaja dalam
mengenakan batik rendah, maka pelestarian batik rendah. Dengan demikian
minat remaja dalam mengenakan batik merupakan dasar yang digunakan
untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pelestarian batik.

Tingginya minat dan pemahaman kaum milenial terhadap batik, membuat


banyak dari mereka yang tak hanya ambil peran sebagai konsumen, tetapi
sebagian dari mereka juga sudah mulai ikut serta dalam melestarikan warisan
budaya bangsa ini. Mereka mulai mengoleksi batik tulis dan cap. Ada pula
yang tergerak merancang ragam pakaian berbahan batik dengan potongan
kekinian.

Remaja sebagai agen perubahan adalah alat untuk mengukur apakah suatu
bangsa dapat berubah menjadi lebih baik atau justru mengalami kemunduran.
Remaja memegang peranan penting, kaitannya dengan pelestarian batik

8
remaja memiliki potensi untuk dapat melestarikan kebudayaan bangsa yang
telah diwariskan oleh leluhur dan menjadi karakteristik suatu bangsa tersebut.

2.6 Evolusi Batik

Seiring perkembangan zaman, batik telah berevolusi, baik motif maupun


kegunaannya. Beberapa motif batik pernah menjadi symbol khusus Keraton
yang hanya boleh digunakan oleh keluarga Sultan, misalnya parang barong,
Pola tradisional seperti parang rusak dan semen masih dibuat bersamaan
dengan pola dan motif baru yang berkembang mengikuti tren. Batik
Pekalongan menjadi lebih berkembang setelah pengusaha batik Belanda
bernama Eliza Van Zuylen membangun workshop di wilayah itu.
Berdasarkan arahannya, motif batik Pekalongan yang baru berhasil
diciptakan oleh para pengrajin batik Pekalongan dan langsung dijual kepada
pengusahadari batik Belanda tersebut. Eliza Van Zuylen merupakan salah
satu orang yang memiliki peran besar atas kemunculan motif-motif baru dari
batik Pekalongan. Melalui tangan pengusaha ini juga batik Pekalongan
mampu menembus pasar Eropa, dimana para pembeli batik Eliza Van Zuylen
ialah para bangsawan Eropa.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada


ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar.
Sejak berpuluh tahun lalu hingga sekarang, sebagian besar proses produksi
batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan
menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan. Seirig berjalannya
waktu, batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan
dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai,
yaitu di daerah Pekalongan kota serta di daerah Buaran, Pekajangan serta
Wonopringgo. Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa
seperti Tiongkok, Belanda, Arab, Asia, Melayu serta tata warna seni batik di
Pekalongan.

Oleh karena itu, beberapa jenis pola batik hasil pengaruh dari berbagai
Negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan.
Desain itu yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negara di Asia serta Arab.
Lalu batik Encim serta Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Tiongkok.
Batik Belanda, batik Pagi Uncomfortable, serta batik Hokokai, tumbuh pesat
sejak pendudukan Jepang. Perkembangan budaya teknik cetak batik tutup
celup dengan menggunakan malam/lilin di atas kain yang kemudian disebut
batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh Negara-negara itu. Itu
memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

9
Pasang surut perkembangan batik di Pekalongan, memperlihatkan
Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon
bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman serta
selalu dinamis. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam
kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim serta
keberadaan serat-serat setempat, factor sejarah, perdagangan serta kesiapan
masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru. Batik yang
merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam
tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun
yang mampu hadir seindah serta sehalus batik Pekalongan.

Bahan kain yang digunakan dalam pembuatan batik Pekalongan seperti


sutra, sunwash, serta yang paling popular tentunya bahan katun. Ada dua
bahan kain katun yang sering digunakan oleh pengrajin batik Pekalongan,
pertama adalah kain katun primisima yang mudah menyerap keringat dengan
kualitas terbaik serta kualitas eksport. Sedangkan yang kedua adalah katun
prima. Katun prima inilah yang sering dipakai oleh pengrajin batik
Pekalongan. Pasalnya, meskipun kualitas katun prima di bawah katun
primisima dalam kehalusannya tetapi harganya yang relative lebih murah
menjadi pilihan para pengrajin untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Batik asli Pekalongan terkenal dengan istilah batik pesisir kaya akan
warna. Sehingga, batik pesisir ini lebih dikenal dengan ragam hiasnya yang
bersifat naturalis serta dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif.
Bahkan dalam sehelai kain batik Pekalongan kita dapat menjumpai hingga 8
warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Jika dibandingkan dengan
batik pesisir lainnya, batik Pekalongan iin sangat dipengaruhi keturunan
Belanda dan Cina. Motif yang paling popular dan terkenal dari Pekalongan
adalah motif batik Jlamprang.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Batik merupakan kebudayaan milik Indonesia yang harus dilestarikan dan


kita selaku generasi penerus harus bangga dengan macam-macam batik
yang ada.
2. Di Indonesia berbagai macam jenis dan motif batik di estiap daerah
memiliki motif yang berbeda, termasuk di wilayah Pekalongan juga
memiliki ciri khas sendiri dalam motif batiknya.
3. Proses pengolahan batik memerlukan tahapan yang panjang dan ketelitian
yang cukup sehingga menghasilkan motif batik yang sempurna.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka beberapa saran penulis diajukan


sebagai berikut :

1. Batik sangatlah penting bagi bangsa Indonesia, karena batik merupakan


ciri khas bangsa Indonesia dan merupakan budaya, identitas yang ridak
bisa dilepaskan dari bagnsa Indonesia.
2. Mengingat bahwa batik telah diklaim oleh Negara lain, maka kita harus
menjaga kebudayaan karya seni batik nusantara yang kita miliki.
3. Mengingat Indonesia khususmya Pekalongan dan sekitarnya sangat identik
dengan batik yang ada baiknya jika kebudayaan Indonesia dilestarikan
oleh masyarakat Indonesia itu sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Harmidi S. Acp, 2010. Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta :


Narasi

2. Wiharyanti Theresia Ratna, 2009. Minat Remaja dalam Pemakaian Batik


terhadap Pelestarian Batik. Skripsi Strata Satu Universitas Negeri Semarang

3. Hindayani, 2009. Mengenal dan Membuat Batik Pekalongan. Jakarta Selatan


: Buana Cipta Pustaka

4. Aliya, 2010. Batik Pekalongan. Jakarta Timur : CV Rama Edukasitama

5. P. Sansan, “Makalah Tentang Batik,” 27 Juni 2019. [Online]. Available:


www.academia.edu. [Accessed 4 Juli 2019]

6. S. Isneini, “Batik Pekalongan Makalah Fix.docx,” 25 Oktober 2016.


[Online]. Available: www.academia.edu. [Accessed 4 Juli 2019]

7. M.K. Renti, “Perlindungan IKM Batik sebagai Produk Budaya Nasional,” 7


Juli 2015. [Online]. Available: id.scribd.com. [Accessed 5 Juli 2019]

8. Deddy Mulyana dan Jalalud, 2006. Komunikasi Antarbudaya: Panduan


Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung : Remaja
Rosdakarya

9. B. Bagas, “Pembangunan dan Perkembangan Budaya Batik Indonesia,” 15


November 2015. [Online]. Available: www.slideshare.net. [Accessed 6 Juli
2019]

10. Retno Astuti Handayani, 2016. Pengaruh Minat Remaja dalam Pemakaian
Batik terhadap Pelestarian Batik Kudus. Skripsi Strata Satu Universitas
Negeri Semarang

11. Juari dan Mawarzi Idris, 2011. Batik Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal
Industri Kecil dan Menengah

12. Kusrianto Adi, 2013. Batik Filosofi Motif dan Kegunaan. Yogyakarta: CV
Andi Offset

12

Anda mungkin juga menyukai