Anda di halaman 1dari 8

PERSEBARAN DIALEK BAHASA JAWA

Oleh : Imam Nurhidayat


nurhidayat_imam@rocketmail.com
004201300023/Mon10.30/21
Universitas Presiden
Februari 2014

Abstrak
Bahasa Jawa merupakan bahasa Austronesia dan juga salah satu bahasa klasik di dunia. Bahasa ini
mempunyai sejarah kesastraan lebih dari 12 abad. Bahasa Jawa mengenal tingkatan berbahasa yang menjadi
bagian etika masyarakat Jawa. Bahasa Jawa tersebar ke berbagai penjuru Nusantara bahkan Dunia selama
perang dunia pertama hingga perang dunia kedua. Persebarannya didominasi oleh perantau sehingga
membuat bahasa Jawa dapat ditemukan di berbagai daerah bahkan di luar negeri. Dari persebaran ini,
terdapat corak dan dialek di beberapa daerah. Bahasa Jawa memiliki dialek, Jawa Tengahan, yang
terpengaruh dialek Surakarta dan dialek Yogyakarta. Dialek tersebut merupakan dialek yang dianggap sebagai
acuan berbahasa Jawa.
Kata kunci : bahasa Jawa, persebaran bahasa dan dialek bahasa Jawa.

A. Pendahuluan
Bahasa Jawa tergolong kedalam bahasa Austronesia, yaitu bahasa-bahasa yang
digunakan penduduk pribumi yang berada di bagian tenggara benua Asia. Bahasa ini
merupakan bagian dari sub-cabang bahasa Sundik dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia
Barat dari ranting bahasa Melayu-Polinesia yang pada ahirnya merupakan rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa Jawa masih berkaitan erat dengan bahasa Melayu, bahasa Sunda,
bahasa Madura, bahasa Bali, dan juga bahasa-bahasa di pulau Sumatra dan Kalimantan.
Bahasa Jawa menjadi salah satu penyumbang terbesar atas keberadaan atau pembentukan
bahasa Indonesia. Meski bukan bahasa resmi di pemerintahan, bahasa Jawa mempunyai
pengaruh lebih banyak dari pada bahasa daerah yang lain.
Bahasa Jawa mengenal undhak-undhuk (tingkatan berbahasa) dan menjadi bagian
integral dalam tata krama (etiket) masyarakat Jawa dalam berbahasa. Di antara masing-
masing bentuk tingkatan ini, terdapat bentuk "penghormatan" (ngajengake, honorific) dan
"perendahan" (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubah-ubah dalam menggunakan
bahasa ini tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara status tersebut ditentukan
oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain (dimana anda berbicara, disaat apa anda berbica,
dengan siapa anda berbicara).
Tingkatan bahasa tersebut terbagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu, ngoko,
krama dan krama inggil. Akan tetapi ketiga golongan tersebut hanya membentuk
perbedaan kata saja dan jika kata-kata yang terdapat di tiga jenis tersebut dikombinasikan
maka akan membentuk jenis tingkatan bahasa yang lebih kompleks. Berikut ini adalah
tingkatan bahasa disertai penjelasan tentang penggunaan bahasa tersebut agar sesuai
dengan faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.
1. Ngoko, merupakan bahasa informal, yang umumnya digunakan di antara teman sebaya
dan kerabat-kerabat terdekat, serta oleh orang dengan status sosial yang lebih tinggi
kepada lawan bicara yang memiliki status sosial yang lebih rendah.
2. Ngoko Alus, digunakan antara teman sebaya yang sudah dekat namun masih saling
menghormati. Gaya bahasa ini juga digunakan orang tua kepada seseorang yang lebih
muda, akan tetapi memiliki status sosial yang lebih tinggi.
3. Madya, berada di antara ngoko dan krama. Jenis ini umumnya digunakan di antara para
penutur yang tidak akrab, seperti penanya di jalan di mana satu sama lain tidak
mengetahui kelas sosialnya, dan ketika seseorang ingin berbicara tidak terlalu formal
dan juga tidak terlalu informal.
4. Krama, merupakan gaya paling sopan, yang umumnya digunakan orang-orang dalam
status sosial sederajat ketika ingin menghindari gaya infrormal, atau digunakan oleh
kalangan dengan status sosial yang lebih rendah kepada lawan bicaranya yang berasal
dari golongan sosial yang lebih tinggi, termasuk dari yang lebih muda terhadap yang
lebih tua.
5. Kedhatonan merupakan bahasa yang digunakan oleh abdi dalem (pegawai istana) ketik
mereka berkomunikasi dengan atasan mereka atau dengan raja dan keluarganya.
6. Bagongan adalah gaya bahasa yang digunakan oleh keluarga raja untuk berkomunikasi
dengan anggota keluarga. Jika mereka ingin berkomunikasi kepada abdi dalem
keluarga raja tetap menggunakan gaya bahasa ngoko.
Sistem tersebut paling banyak digunakan di daerah Surakarta, Yogyakarta dan
Madiun. Oleh karena itu bahasa Jawa yang digunakan di Surakarta dan Yogyakarta
menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku). Dengan
demikian, pemakaian kata-kata yang berbeda dalam sebuah kalimat yang secara tatabahasa
berarti sama, seseorang bisa mengungkapkan status sosialnya terhadap lawan bicaranya
dan juga terhadap yang dibicarakan.Akan tetapi dijaman sekarang ini tidak semua penutur
bahasa Jawa mengenal semua jenis tingkatan bahasa tersebut, mereka biasanya hanya
mengenal ngoko dan jenis madya. Bahasa Jawa juga sudah tersebr luas dengan adanya
tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri dan juga pelajar-pelajar di luar negeri.
Berdasarkan estimasi dari http://www.ethnologue.com/ pada tahun 2000, bahasa Jawa
menduduki peringkat ke 11 dari bahasa-bahasa di dunia dengan jumlah penutur 80 juta
orang, dan berada diatas bahasa Perancis yang berada diperingkat ke 13.
B. Pembahasan
Bahasa Jawa dianggap sebagai salah satu bahasa klasik di dunia. Bahasa ini
mempunyai sejarah kesastraan yang sudah sangat lama yaitu sekitar lebih dari 12 abad.
Bahasa ini merupakan turunan dari bahasa sansekerta atau bahasa jawa Kawi yang
awalnya ditulis dengan aksara brahma. Pakar bahasa Jawa membagi bahasa Jawa ke dalam
empat era, yaitu era bahasa Jawa kuno yang berasal dari abad kesembilan, kemudian
bahasa Jawa pertengahan dari abad ke-13, dilanjutkan dengan bahasa Jawa baru dari abad
ke-16 dan yang terahir adalah bahasa Jawa modern di saat ini. Pada saat ini bahasa Jawa
ditulis menggunakan aksara Jawa, (salah satu turunan dari aksara Brahmi dari India),
aksara Jawa-Arab (pégon) dan aksara Latin. Bahasa Jawa modern dibagi menjadi tiga jenis
dialek yaitu dialek Jawa Barat, dialek Jawa Tengah, dan dialek Jawa Timur.
Bahasa Jawa tersebar luas ke berbagai penjuru Nusantara bahkan penjuru dunia.
Selama perang dunia pertama hingga perang dunia kedua banyak masyarakat dari pulau
Jawa yang dikirim untuk bekerja secara paksa di perkebunan milik kerajaan Belanda. Hal
ini dilakukan kerajaan Belanda, mengingat kerajaan belanda mendapat kerugian yang
sangat besar selma masa perang. Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang
menyebabkan pemerintah kolonial Belanda yang menguasai Hindia Belanda (sekarang
Indonesia) mengirimkan pekerja secara besar-besaran. Pengiriman pekerja ini tersebar ke
seluruh Indonesia, bahkan beberapa diantaranya ke wilayah Amerika Latin yaitu ke
Suriname dari tahun ... sampai dengan tahun ....
Selain itu, pemerintah Hindia Belanda pada saat yang hapir bersamaan juga
melaksanakan program transmigrasi untuk. Hal ini dilakukan mengingat pulau Jawa
merupakan pusat kekuatan pemerintah Belanda yang pada waktu itu membutuhkan
mobilitas yang cepat akan tetapi populasi populasi yang ada di pulau Jawa begitu besar.
Masalah ini tentunya akan sangat berpengaruh kepada proses pertahanannya dan juga
mobilitas perdagangan. Transmigrasi yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda
menyebarkan penduduk pulau Jawa ke seluruh wilayah Nusantara. Hingga saat inipun
masih banyak masyarakat yang menetap dan membentuk suatu perkampungan di daerah
tujuan.
Berdasarkan sensus yang dilakukan oleh http://www.ethnologue.com/ pada tahun
2000, bahasa Jawa tersebar dari Pulau Sumatra hingga Papua dengan prosentase
penggunaan di pulau Sumatra yaitu di Lampung (62%), di Sumatera Utara (21%), di
Sumatera Utara (17%), di Bengkulu (15,4%) di Sumatera Selatan (12,4%). Khusus
masyarakat Jawa di Sumatra Utara, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang
dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli
sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran
Sumatera). Sedangkan di pulau Jawa sendiri, di Yogyakarta dituturkan oleh 97,6% dari
populasi penduduk, di Jawa Tengah (96,9%), di Jawa Timur (74,5%), di Jawa Barat
(13%). Kemudian untuk wilayah Indonesia yang lain, bahasa Jawa dituturkan oleh kurang
dari 10% dari populasi penduduk di tempat-tempat lainnya di Indonesia.
Persebaran bahasa yang didominasi oleh penduduk Jawa yang merantau,
membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah bahkan di luar negeri. Bahasa
Jawa dengan penutur yang terbilang signifikan juga bisa ditemui di sejumlah negara, yakni
di Malaysia, Singapura, Kaledonia Baru, dan Belanda. Bahkan di Suriname masyarakat
Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk
secara keseluruhan. Selain itu, banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaysia turut
membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan
pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa. Pengiriman tenaga kerja
ke Korea, Hong Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah
sebar pengguna bahasa ini meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya. Sampai-sampai
sebagian kecil masyarakat Jawa bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan
Venezuela.
Dari persebaran bahasa Jawa, terdapat corak dan variasi bahasa (dialek) dari
beberapa daerah di Jawa. Sebagai salah satu bahasa besar dengan banyak penutur, bahasa
Jawa memiliki sejumlah dialek, seperti Jawa Tengahan, yang terpengaruh dialek Surakarta
dan dialek Yogyakarta. Dialek tersebut merupakan dialek yang dianggap sebagai acuan
berbahas Jawa. Terdapat juga suatu dialect continuum (kasinambungan dialek) dari Banten
di ujung barat hingga Banyuwangi di ujung timur. Hampir keseluruhan dari dialek bahasa
Jawa tersebut kebanyakan penutur mampu mengerti maksudnya atau dalam bahasa inggris
disebut mutually intelligible. Berikut sejumlah dialek dalam ‘rumpun’ dialek Jawa
Tengahan:
1. Dialek Pekalongan, yang dituturkan di daerah Pekalongan (kabupaten dan kotamadya),
serta di Pemalang.
2. Dialek Kedu, yang dituturkan di daerah-daerah bekas keresidenan Kedu, yakni
Temanggung, Kebumen, Magelang, dan Wonosobo.
3. Dialek Bagelen, yang dituturkan di Purworejo.
4. Dialek Sekepada, yang dituturkan Sekepada (kabupaten dan kotamadya), Salatiga,
Demak, dan Kendal.
5. Dialek Pantai Utara, atau dialek Muria, dituturkan di Jepara, Rembang, Kudus, Pati,
dan juga di Tuban dan Bojonegoro.
6. Dialek Blora, yang dituturkan di Blora, bagian Timur Grobogan dan bagian Barat
Ngawi.
7. Dialek Surakarta, yang dituturkan di Surakarta, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, dan
Boyolali
8. Dialek Yogyakarta, yang dituturkan di Yogyakarta dan Klaten.
9. Dialek Madiun, yang dituturkan di Provinsi Jawa Timur, termasuk Madiun, Ngawi,
Pacitan, Ponorogo, dan Magetan
Kemudian, dikenal juga istilah Jawa Kulonan, yang dituturkan di bagian barat
Jawa Tengah dan di sejumlah wilayah Barat Pulau Jawa, yang meliputi:
1. Dialek Banten Utara (Jawa Serang), yang dituturkan di Serang, Cilegon, dan bagian
Barat Tangerang
2. Dialek Cirebon (Cirebonan atau Bahasa Cirebon), yang dituturkan di Cirebon dan
Losari, sementara dialek Indramayu (atau Dermayon) yang dituturkan di Indramayu,
Karawang, dan Subang, oleh banyak pihak digolongkan ke dalam Cirebonan.
3. Dialek Tegal (Tegalan atau Dialek Pantura), dituturkan di Tegal, Brebes, dan bagian
Barat Kabupaten Pemalang.
4. Dialek Banyumas (Banyumasan), dituturkan di Banyumas, Cilacap, Purbalingga,
Banjarnegara, dan Bumiayu, dialek Jawa Kulonan ini sering disbut bahasa ngapak-
ngapak.
Selain Jawa Tengahan dan Jawa Kulonan, dikenal juga istilah Jawa Timuran,
yang dituturkan di ujung Timur Pulau Jawa, dari mulai wilayah Sungai Brantas di
Kertosono, dan dari Nganjuk hingga Banyuwangi, yang mencakup provinsi-provinsi di
Jawa Timur, kecuali Pulau Madura. Dialek-dialek dalam ‘rumpun’ Jawa Timuran yakni:
1. Dialek Surabaya (Suroboyonan), yang umumnya dituturkan di Surabaya, Gersik,
Sidoarjo.
2. Banyak orang Madura juga menggunakan dialek ini sebagai ‘bahasa’ kedua setelah
bahasa mereka sendiri.
3. Dialek Malang, yang dituturkan di Malang (kabupaten dan kotamadya), dan juga di
Mojokerto.
4. Dialek Jombang, yang dituturkan di Jombang.
5. Dialek Tengger, yang digunakan oleh orang-orang Tengger di sekitar Gunung Bromo.
6. Dialek Banyuwangi (Bahasa Osing), yang dituturkan oleh orang-orang Osing di
Banyuwangi. 
Di samping tiga ‘rumpun’ dialek di atas terdapat rumpun bahasa Jawa yang
digunakan oleh masyarakat Jawa di Suriname. Dialek mereka dikenal sebagai bahasa Jawa
Suriname (Surinamese Javanese), yang umumnya berasal dari Jawa Tengah, terutama
keresidenan Kedu. Klasifikasi berdasarkan dialek geografi mengacu kepada pendapat
E.M. Uhlenbeck (1964). Sedangkangkan menurut peneliti yang lain, mereka memiliki
pendapat yang berbeda, antara lain:
1. Menurut Poerwadarminta dalam bukunya yang berjudul Sarining Paramasastra Djawa,
terdapat beberapa dialek yaitu:
a. Dialek Banten
b. Dialek Cirebon
c. Dialek Banyumas lan Tegal
d. Dialek Bagelèn
e. Dialek Ngayogyakarta dan Kedhu
f. Dialek Surakarta, Madiyun dan Sekepada
g. Dialek Rembang
h. Dialek Pasisir timur laut (Tuban, Gresik, Surabaya)
i. Dialek Malang-Pasuruhan
j. Dialek Banyuwangi
2. Wurm and Hattori (1983:39), mereka membagi dialek bahasa Jawa di pulau Jawa
menjadi tujuh macam yaitu: Dialek Banten, Dialek Lor-Kulonan, Dialek Manuk, Dialek
Cerbon, Dialek Kulonan-Tengah, Dialek Wétanan dan Dialek "Regional Jawa ing
Banyuwangi"
3. E.M. Uhlenbeck (Belanda) dalam bukunya yang berjudul A Critical Survey of Studies
on the Languages of Java and Madura (1964), dialek bahasa jawa dikelompokan
menjadi tiga rumpun yaitu :
a. Rumpun bahasa Jawa Barat, yaitu Banten, Cirebon, Tegal dan Banyumasan yang
juga disebut bahasa Jawa ngapak ngapak atau bahasa penginyongan.
b. Rumpun bahasa Jawa Tengah, yaitu Pacitan, Pekalongan, Sekepadaan, Kedu,
Surakarta, Yogyakarta, Madiun dan Blora, kelompok bahasa ini biasa disebut bahasa
Jawa baku.
c. Rumpun bahasa Jawa Timur, yaitu Surabaya, Malang, Lumajang, Tengger dan
Bahasa Osing Banyuwangi, kelompok bahasa ini disebut kelompok bahasa Jawa
timuran.
4. Peneliti Hatley (1969) memiliki pendapat tentang persebaran bahasa Jawa di pulau
Jawa, ia membagi dialek bahasa jawa kedalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok Barat : Banten, Cirebon, Tegal, Banyumasan, Bumiayu (peralihan Tegal
dan Banyumas) dialek ini biasa disebut Dialek Banyumasan.
b. Kelompok Tengah : Pekalongan, Kedu, Bagelen, Sekepada, Pantai Utara Timur
(Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati), Blora, Surakarta, Yogyakarta dan Madiun.
Kelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan atau Mataraman dan
dialek Surakarta dan Yogyakarta menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa
Jawa (bahasa Jawa Baku).
c. Kelompok Timur : Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro), Surabaya, Malang,
Jombang, Tengger, Banyuwangi (Bahasa Osing) kelompok ini dikenal sebagai
bahasa Jawa Wetanan (Timur).
Dari banyaknya dialek diatas, banyak masyarakat yang merasa menggunakan
bahasa yang unik. Misalnya saja, seseorang yang berdomisili di wilayah Yogyakarta dan
sekitarnya akan merasa lucu ketika mendengarkan seseorang yang berbicara menggunakan
dialek ngapak-ngapak. Hal seperti ini sudah biasa terjadi, kemudian sering juga terjadi
suatu kesalah pahaman ketika mendapati lawan bicara yang mempunyai dialek berbeda.
Namun kesalah pahaman ataupun ketidaknyamanan berbicara akan ternetralisir dengan
kesamaan bahasa yang digunakan, sehingga tidak menimbulkan suatu permasalahan yang
berarti, walau terkadang menjadi suatu miskomunikasi yang lama karena bahasa yang
hanya sedikit berbeda, pen.

C. Kesimpulan
Kata orang, bahasa Jawa adalah bahasa yang njelimet (rumit) dan susah dipelajari
karena ada berbagai macam tingkatan. Bahasa Jawa tidak hanya terkenal dengan tingkatan
kastanya, melainkan corak yang terdapat pada perbedaan baik logat maupun penulisan
masing-masing daerah. Di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, bahasa Jawa
dijadikan mata pelajaran pendidikan dasar sembilan tahun, karena kultur yang
mengharuskan kepada adab dan sopan santun terhadap sesama dan orang yang lebih tua
maupun orang yang baru dikenal.
Corak yang terdapat dalam bahasa Jawa merupakan perbedaan dialek suatu
daerah dengan daerah yang lain. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka mampu
memahami dan mengerti dialek tersebut. Seperti yang telah dikatakan para ahli dan
peneliti bahasa, pada intinya bahasa Jawa memiliki tiga induk atau tiga dialek utama.
Ketiga dialek itu adalah, dialek bergaya Jawa bagian barat, dialek Jawa bagian tengah dan
dialek Jawa bagian timur, dimana dialek Yogyakarta dan Surakarta merupakan dialek
baku dari keseluruhan dialek.
Hal tersebut dapat di tilik dari sejarah kerajaan di Indonesia, yang mana kedua
daerah tersebut, pada masa kerajaan Majapahit merupakan pusat kebudayaannya.
Ditambah lagi, setelah Majapahit runtuh, yang kemudian digantikan dengan kerajaan
Mataram, kerajaan ini juga berpusat di aerah yang sama, hingga saat ini. Oleh karenanya
dialek Yogyakarta, Surakarta dan sekitarnya sering disebut sebagai dialek Mataraman.
Dengan mengetahui berbagai dialek yang ada, bahkan yang terdapat di Suriname,
kita mampu memahami kebudayaan lokal yang juga mempunyai ciorkhas dan sumber
yang identik. Bahkan bahasa Jawa yang dituturkan sebanyak kurang lebih 80 juta penutur
asli, bahasa Jawa mandapat peringkat ke 11 dari seluruh bahasa di Dunia dan berdasarkan
informasi yang diperoleh, peringkat ini berada diatas peringkat bahasa Perancis. Oleh
karena itu, sebagai generasi muda, kita seharusnya bangga mengggunakan bahasa kita
dibanding dengan bahasa lain. Mari gunakan bahasa ibu kita dan selamtkan bahasamu.

Referensi :
1]
Endraswara, Suwardi. 2006. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta : Cakrawala.
2]
Sumaryono. 2006. Dedongengan Bab Beksan : Materi Giaran Apresiasi Tari RRI Yogyakarta. Yogyakarta :
Dewan Kebudayaan Kab. Bantul.
3]
S.S, Daryanto. 1999. Kawruh Basa Jawa Pepak. Surabaya : Apollo
4]
http://pratama-militer07.blogspot.com/2012/11/materi-bahasa-jawa-sma-register-undhak.html diakses pada
Senin, 24 Februari 2014. Pukul 21:30
5]
http://jv.wikipedia.org/wiki/Basa_Jawa# diakses pada Senin, 24 Februari 2014. Pukul 21:30
6]
http://badaralam.blogdetik.com/2010/12/08/undhak-undhuk-basa-jawa/ diakses pada Senin, 24 Februari 2014.
Pukul 21:30
7]
http://sosbud.kompasiana.com/2014/02/24/ Yuk, Mengenal Corak Bahasa Jawa Yang Unik.htm diakses pada
Senin, 24 Februari 2014. Pukul 21:30
8]
http://kamusjawa.com/2011/07 diakses pada Senin, 24 Februari 2014. Pukul 21:30
9]
http://basajawa8b.wordpress.com/2011/03/10/undhak-undhuk-basa-jawa/ diakses pada Senin, 24 Februari
2014. Pukul 21:30
10]
http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1036/bahasa-jawa-dan-berbagai-variannya diakses pada Senin, 24
Februari 2014. Pukul 21:30
11]
http://www.ethnologue.com/ diakses pada Senin, 24 Februari 2014. Pukul 21.30

Anda mungkin juga menyukai