Anda di halaman 1dari 7

Kajian Historis Komparatif Bahasa Jawa Kawi terhadap Bahasa Jawa Baru

Tinjauan Leksikologi dan Glotokronologi

Mad Yahya (faaizul.yahya@gmail.com)


Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga
2018

1. Latar belakang
Bahasa sebagai produk dan alat sosial senantiasa berubah dinamis sejalan dengan
perubahan masyarakat. Peradaban adalah bentuk transformasi sosial dan budaya suatu
masyarakat yang dinamis. Peradaban senantiasa melajukan perubahan dan dinamika sosial
dalam kehidupan manusia. Dinamika sosial sebagai akibat perubahan peradaban
mengubah semua sendi kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkaitan erat dengan
kebudayaan suatu masyarakat adalah bahasa. Bahasa dikatakan bukan merupakan suatu
produk kebudayaan tetapi berpengaruh besar terhadap kebudayaan itu sendiri. Sehingga
kajian mengenai bahasa atau linguistik menjadi penting adanya.
Dalam studi bahasa terdapat beberapa teori berkenaan asal-muasal bahasa. Dahulu
orang mengira bahasa di dunia diturunkan dari bahasa Ibrani, maka orang- orang dahulu
mengira Adam dan hawa menggunakan bahasa Ibrani di surga. Suku Dayak Iban di
Kalimantan mempunyai legenda yang menyatakan bahwa pada zaman dahulu manusia hanya
mempunyai satu bahasa, tetapi karena kecanduan cendawan mereka menjadi berbicara
dalam berbagai bahasa dan terjadi kekacauan sehingga manusia berpencar ke segala
penjuru arah dunia. Perkembangan ilmu linguistik khususnya mengenai teori asal-usul
bahasa manusia masih menjadi pembicaraan hangat yang seringkali masih bercampur
dengan teologi. Bahkan pada akhir abad ke-17 seorang filosof Swedia masih menyatakan
bahwa di surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia, Adam berbicara dengan bahasa
Denmark, dan ular berbicara dalam bahasa Prancis (Pei, 1971:12).
Sejak awal perkembangan ilmu bahasa banyak filsuf dan peneliti yang menyatakan
pada awal sejarah manusia bahasa yang digunakan manusia adalah satu kesatuan kemudian
berkembang dan berpecah seiring waktu dan migrasi manusia. Seperti yang diungkapkan A.
Schleicher dalam teori batang pohon bahwa pada awalnya suatu bahasa proto (bahasa tua)
pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih yang kemudian menurunkan bahasa-
bahasa lain dan seterusnya (Chaer, 2012: 73). Demikian pula yang dikemukakan oleh RH

1
Robins yang mengemukakan bahwa secara historis sebuah bahasa diturunkan dari bahasa
sebelumnya, dan bahwa kata- kata tertentu dalam bahasa tersebut diturunkan dari kata-
kata tertentu sebelumnya (RH Robins, 1992: 416).
Demikian pula bahasa Jawa kuno atau kawi dikatakan sebagai bahasa moyang dari
bahasa Jawa modern yang juga mempengaruhi bahasa-bahasa lain seperti bahasa Sunda dan
Bali. Bahasa Jawa kuno merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa khususnya
daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan sebagian wilayah Madura. Bahasa Jawa
kuno masih mendapat pengaruh yang kuat dari bahasa Sansekerta sehingga masih banyak
kosakata-kosakata yang digunakan berasal dari bahasa Sansekerta. Terlebih pada penulisan-
penulisan kakawin atau puisi Jawa kuno sebagian besar masih menggunakan istilah dan
bahasa Sansekerta. Lambat laun bahasa Jawa kuno mengalami perubahan dan berkembang
menjadi bahasa Jawa modern yang dikenal seperti sekarang. Perkembangan bahasa Jawa
kawi menjadi bahasa Jawa modern saat ini melahirkan berbagai macam dialek bahasa Jawa
yang tersebar diseluruh Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Perkembangan bahasa merupakan suatu keniscayaan bahkan hingga saat ini. Banyak
pengaruh yang menyebabkan perkembangan dan perubahan bahasa seperti, migrasi, sosial,
akulturasi dengan budaya lain dan sebagainya. Demikian pula perubahan bahasa Jawa kawi
menjadi bahasa Jawa modern. Menurut teori Geneologis menyatakan bahwa bahasa yang
digunakan manusia saat ini merupakan pecahan- pecahan dari bahasa pada zaman dahulu
yang kemudian menyebar dan menjadi beraneka macam.
Penelitian mengenai perkembangan bahasa Jawa telah banyak dilakukan, tetapi
kebanyakan hanya membahas bahasa Jawa kawi sebatas penelitian sinkronis seperti, morfem,
fonem, leksikon, dan sebagainya. Pemahaman umum di masyarakat mengenai bahasa Jawa
kawi adalah moyang bahasa Jawa sekarang. Akan tetapi benarkah bahasa Jawa kawi masih
dapat dikategorikan sebagai satu bahasa dengan bahasa Jawa modern menurut studi
linguistik? Jika bukan merupakan satu jenis bahasa dengan bahasa Jawa modern lalu
bagaimana pengkategoriannya dalam studi linguistik?
Penelitian mengenai umur atau jarak pisah penggunaan bahas Jawa kawi dengan
bahasa Jawa modern kebanyakan masih berdasarkan artefak dan peninggalan dari sejarah.
Ahli arkeologis menghitung umur bahasa Jawa kawi melalui relief pada batu atau melalui
penanggalan saka yang terdapat pada beberapa candi. Melalui studi linguistik historis
komparatif dapat pula menjelaskan umur dan jarak pisah antara dua bahasa yang
dibandingkan melalui unsur-unsur kebahasaan yang terdapat diantara keduanya. Analisis
melalui studi linguistik dapat menjadi penguat serta menambah referensi tentang

2
penggunaan bahasa Jawa kawi pada masa lalu serta bandingannya dengan bahasa Jawa
modern.

2. Kajian pustaka dan kerangka teori


Peneliti telah mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan kajian linguistik
historis komparatif untuk terhindar dari pengulangan penelitian yang sama. Beberapa
diantaranya adalah jurnal, artikel, buku-buku mengenai bahasa, dan sebagainya. Hingga
sekarang peneliti belum menemukan penelitian yang serupa dengan kajian ini. Terdapat
diantaranya telah meneliti tentang Bahasa Jawa kuno dan bahasa jawa modern, tetapi tidak
secara spesifik menjurus pada kajian komparatif diantara keduanya.
Kajian historis komparatif merupakan bagian penting dari ilmu linguistik tentang cara
perkembangan bahasa-bahasa di dunia. Gorys Keraf menyatakan bahwa linguistik
bandingan historis (Linguistik historis komparatif) adalah suatu cabang ilmu bahasa yang
mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan- perubahan unsur bahasa yang
terjadi dalam bidang waktu tersebut (Keraf, 1984:83). Dengan demikian kajian historis
komparatif merupakan kajian linguistik yang bersifat diakronis atau kajian yang melihat
perkembangan waktu. Meskipun demikian kajian linguistik historis komparatif tetap
mempertimbangkan aspek-aspek sinkronis bahasa seperti kajian tentang morfologi, fonologi,
dan leksikon. Hal karena dalam kajiannya akan memperbandingkan dua atau lebih bahasa
atau suatu bahasa dalam suatu rumpun dalam dua periode waktu yang berbeda.
Kajian linguistik komparatif mulai berkembang pada abad ke XX khususnya di
Eropa. Kajian ini berhubungan erat dengan teori-teori klasifikasi terhadap bahasa- bahasa
yanga ada di dunia. Klasifikasi dilakukan dengan menganalisis dan membandingkan
kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa (Chaer, 2012: 71). Selain itu studi linguistik
hisoris komparatif mendasarkan penelitian pada kesepadanan dan kemiripan kata tertentu
dari suatu bahasa untuk dapat dikelompokkan dan kemudian dianalisis. Kesepadanan dan
kemiripan yang dibandingkan merupakan unsur-unsur pembentuk kata itu sendiri seperti
unsur morfemis, fonemis, dan leksikon.
Beberapa hal yang bisa didapatkan melalui penelitian linguistik historis komparatif
antara lain menunjukkan adanya kekerabatan bahasa, menemukan bahasa proto yang
menurunkan bahasa-bahasa modern saat ini, membuat pengelompokan bahasa-bahasa
yang termasuk dalam satu rumpun, dan menemukan pusat-pusat penyebaran bahasa-
bahasa proto dari bahasa-bahasa kerabat, serta menentukan gerak migtrasi yang pernah
terjadi (Chaer., 2007: 104-105).

3
Kajian mengenai adanya hubungan genetik dan perkembangan bahasa telah diteliti
lebih jauh oleh Prof. Dr. Mahsun, M.S. dalam buku Genolinguistik. Hal ini semakin
menguatkan teori geneologis yang menyatakan bahwa pada awal periode manusia hanya
terdapat beberapa segelintir bahasa yang kemudian berkembang lebih banyak sejalan dengan
waktu dan migrasi manusia. Bahasa proto merupakan bahasa tua yang lebih sederhana
dengan kosakata-kosakata dasar yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penghitungan seberapa lama waktu antara suatu bahasa berpisah atau berpencar dari
bahasa induk terlebih dahulu dilakukan dengan membuat daftar perbandingan. Setelah itu,
dilakukan pengkonversian dengan hasil akhir berupa persentase. Setelah itu digunakan
rumus seperti yang dikemukakan oleh Robert B. Lees (Lees, 1953: 117)

t = lama waktu berpisah atau berpencar


c = persentase kata kerabat
r = konstan atau indeks

Konstan atau indeks adalah persentase kata-kata yang diperkirakan bertahan lama
dalam waktu 1000 tahun Robert Lees mengusulkan 80,5% sedangkan Chaerles F. Hockett
dan Morris Swadesh mengusulkan 81%. Ulasan lebih spesifik untuk mengetahui tingkat
error atau derajat kekeliruan perlu diperhatikan. Akan tetapi seperti yang diungkapkan oleh
JD Parera, derajat kekeliruan hanya memberikan perhatian kepada peneliti bahwa angka
lama waktu yang diperoleh tidak bersifat mutlak (JD Parera, 1986: 108). Dalam penelitian
leksikostatistik hasil derajat kekeliruan sudah ditambahkan atau dikurangkan pada lama
waktu t.
Terdapat metode penghitungan lain yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat
kekerabatan antara dua bahasa yang diteliti atau dikenal pula dengan degree of lexical
relationship atau disingkat dips. Rumus untuk mengetahui derajat kekerabatan adalah:

d = dips atau kekerabatan bahasa

c = persentase kata kerabat

4
r = konstan atau indeks

Setelah mengetahui jumlah d maka dapat diketahui pengelompokan bahasa tersebut


termasuk dalam satu bahasa, keluarga, stock, phylum, dan seterusnya. Daftar
pengelompokan bahasa berdasarkan dips, abad pisah, dan persentase kerabat oleh
Morrish Swadesh sebagai berikut:

Jenis Dips Abad pisah Persentase


Bahasa 0-7 Dips 0-5 kerabat
100-81 %
Keluarga 7-35 Dips 5-25 81-36 %
Stock 35-70 Dips 25-50 36-12 %
Microphylum 70-105 Dips 50-75 12-4 %
Mesophylum 105-140 Dips 75-100 4-1 %
Macrophylum 140 < Dips 100 < >1 %

Melalui analisis dan penghitungan yang di atas akan dapat diketahui hubungan bahasa
Jawa kuno atau kawi dan Jawa modern. Hasil yang disajikan berdasarkan pada suatu metode
penelitian bahasa yang tidak hanya menggunakan perkiraan. Melalui metode penelitian
komparatif akan diketahui hubungan kebahasaan yang sebenarnya antara bahasa Jawa kuno
dan Jawa modern. Apakah masih merupakan satu kelompok bahasa dengan persentase
diatas 80 % atau sudah termasuk keluarga dengan perentase 81-36 % atau bahkan
dibawahnya.

3. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode leksikostatistik dan
gronokrologi. Metode lesikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa
yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik
untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase
kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Metode glotokronologi adalah
suatu teknik dalam linguistik historis yang berusaha mengadakan pengelompokan dengan
lebih mengutamakan perhitungan waktu (time depth) atau perhitungan usia bahasa-bahasa
kerabat. Dalam hal ini usia bahasa tidak dihitung secara mutlak dalam suatu tahun
tertentu, tetapi dihitung secara umum, misalnya mpergunakan satuan ribuan tahun
(millenium) (Keraf, 1984: 121). Dua metode tersebut sekilas memiliki pengertian yang
5
hampir sama. Akan tetapi hal yang menjadi pembeda dari metode leksikostatistik dan
metode glotokronologi adalah sasaran atau tujuan akhir dari kedua metode tersebut.
Metode leksikostatistik dan glotokronologi saling terkait atau berhubungan. Dalam
penelitian untuk menghitung usia atau waktu suatu bahasa, maka diperlukan teknik
lesikostatistik demikian pula sebaliknya, penelitian leksikostatistik tersirat masalah waktu
yang akan menjadi landasan dalam pengelompokan bahasa. Oleh karenanya kedua
metode ini saling terkait.
Kosa kata yang digunakan sebagai data penelitian adalah kosakata-kosakata dasar yang
digunakan dalam kehidupan atau percakapan sehari-hari. Selain itu kosakata–kosakata dasar
tersebut dipilih melalui sistem pemilihan yang ketat serta metode yang baik. Beberapa poin
penting pemilihan kosa kata dalam penelitian bahasa menurut Gorys Keraf antara lain:
(1) kata-kata ganti;
(2) kata-kata bilangan;
(3) kata-kata mengenai anggota badan (beserta sifat dan aktivitasnya);
(4) alam dan sekitarnya seperti, udara, langit, air, gunung, dan sebagainya (beserta sifat
dan aktivitasnya);
(5) alat-alat perlengkapan sehari - hari yang sudah ada sejak zaman permulaan seperti,
tongkat, pisau, rumah, dan sebagainya (Keraf, 1984 : 123).
Peneliti menggunakan daftar kosa kata yang dibuat Morrish Swadesh atau biasa
disebut pula kosakata Swadesh. Kosakata-kosakata Swadesh berisi 200 kosakata yang
dianggap sebagai kosa kata universal atau terdapat pada semua bahasa di dunia. Setelah
memperbandingkan dan menganalisis anatara kedua bahasa, kemudian memasukkan hasil
perbandingan pada rumus Robert B. Lees untuk mengetahui waktu pisah serta mencari dips
untuk mengetahui kekerabatan bahasa.

6
Daftar Pustaka
Chaer, Abul. 2007. Kajian Bahasa Struktur, Pemakaian dan Pemelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Gonda, J. 1988. Linguistik Bahasa Nusantara: Kumpulan Karya. Jakarta: Balai
Pustaka.
Keraf, Goris. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mahsun. 2010. Genolinguistik: Kolaborasi Linguistik dengan Genetika
dalam Pengelompokan Bahasa dan Populasi Penuturnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, Slamet. 1965. Perkembangan Penelitian Bahasa Nasional. Jakarta:
Departemen Penelitian RI.
Parera, Jos Daniel. 1986. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi
Struktural. Jakarta: PT Gelora Aksara Pustaka.
Pei, Mario. 1971. Kisah daripada Bahasa (terjemahan Nugroho Notosusanto).
Jakarta: Bharata.
Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum Sebuah Pengantar (terjemahan Soenarjati
Djajanegara). Yogyakarta: Kanisius.
Verhaar, J.W.M. Prof. Dr.. 1980. Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius.

Jurnal dan artikel:


Arif Budi Wurianto. 2015. Kata Serapan Bahasa Sanskerta Dalam Bahasa Indonesia.
Kembara. 1(2): 125.
Elvara Norma A. 2017. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Paradigma
Integrasi- Interkoneksi terhadap Pemahaman Konsep Materi Pencemaran Lingkungan dan
Motivasi Siswa dalam Menjaga Lingkungan. Artikel.
Enok Milhah. 2017. Sensitivitas Gender dalam Kurikulum Pembelajaran Bahasa
Arab di
Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Artikel.
Ni Ketut Ratna Erawati. 2017. Interpretasi Segmen Bunyi Bahasa Jawa
Kuno: Analisis Speech Analyzer Dan Fitur Distingtif. Aksara. 2(9): 225.
Nor Kholis. 2017. Etika Konfusianisme dalam Perspektif al-Quran. Artikel.

Anda mungkin juga menyukai