Jurnal semantik-nan-cantik
mujahidah khilafah (Shintia Minandar)
Shinmin
mujahidah khilafah (Shintia Minandar)
rekonstruksi yang dilakukan terhadap dua bahasa atau lebih, untuk menemukan bentuk-bentuk
protonya)Rekonstruksi morfemis (rekonstruksi luar)
Suatu tingkat rekonstruksi yang laina dalah rekonstruksi morfemis (antar bahasa kerabat), yang
mencakup pula rekonstruksi atau alomorf-alomorf (rekonstruksi untuk menetapkan bentuk tua
dalam satu bahasa). Dengan melakukan rekonstruksi fonemis telah diperoleh sekaligus, yaitu:
1. Rekonstruksi fonem proto yang memantulkan atau menurunkan fonem-fonem dalam bahasa-
bahasa kerabat sekarang
2. Dengan memulihkan semua fonem bahasa-bahasa kerabat sekarang sebagai yang tercermin dalam
pasangan kata-katanya ke suatu fonem proto, maka sudah berhasil pula dilakukan rekonstruksi
morfemis (kata dasar atau bentuk terikat), yaitu menetapkan suatu morfem proto yang diperkirakan
menurunkan morfem-morfem dalam bahasa-bahasa kerabat sekarang. Seperti halnya fonem proto,
maka morfem proto juga ditandai dengan asterisk (*).
1) Rekonstruksi Dalam
Rekonstruksi dalam: rekonstruksi yang dilakukan dalam satu bahasa untuk mendapatkan bentuk-
bentuk tuanya. Dalam hal ini kita hanya menggunakan bahan-bahan dari satu bahasa saja, yaitu
rekonstruksi atas alternasi morfofonemis atau atas alomorf-alomorf suatu morfem.
Rekonstruksi ini bertujuan untuk memulihkan suatu bahasa pada tahap perkembangan tertentu
pada masa lampau, dengan tidak mempergunakan bahan-bahan dari bahasa lain, melainkan hanya
mempergunakan data dari bahasa itu sendiri. Rekonstruksi dalam dapat dilakukan karena beberapa
kenyataan berikut dalam sebuah bahasa:
1. Adanya alomorf
Dalam bahasa Indonesia kita jumpai sejumlah bentuk kata seperti: berjalan, bermain, berdiri,
belajar, berumah dan sebagainya. Dalam Linguistik Historis Komparatif kita mempersoalkan
bagaiman bentuk dasarnya pada masa lampau. Apakah bentuknya itu ber-, atau be-, atau bel.
2. Netralisasi
Bahasa Jerman Modern memiliki sejumlah konsonan, di antaranya enam konsonan yang sering
menimbulkan masalah, yakni /p/, /t/, /k/, /b/, /d/, dan /g/. keenamnya dapat muncul pada posisi
awal dan tengah tetapi dalam posisi akhir hanya ada /p/, /t/ dan /k/. kata dasar dari kata benda dan
kata sifat yang berakhir dengan sebuah stop akan memperlihatkan dua polanya berlainan bila
ditambah akhiran infleksi:
(1) Ty.p – ty.pen ‘tipe’
(2) Tawp – tawben ‘tuli’
Dalam analisis deskriptif gejala ini juga dipersoalkan. Biasanya dikatakan bahwa konsonan /b/, /d/,
dan /g/ secara deskriptif mengalami proses netralisasi pada posisi akhir, dan diganti dengan
konsonan /p/, /t/. /k/. Kenyataan ini akan memberi peluang untuk menarik kesimpulan lebih jauh
bahwa secara historis dalam bahasa Jerman yang lebih tua, konsonan /b/, /d/ dan /g/ harus muncul
juga pada posisi akhir.
3. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan peristiwa atau gejala lain dalam bahasa yang dapat dipergunakan untuk
mengadakan rekonstruksi dalam. Misal dalam bahasa Sansekerta, Yunani dan Latin terdapat
reduplikasi pada bentuk perfek kata kerja:
Sans : da – dau ‘saya telah memberi’
Yun : de – do – ka ‘saya telah memberi’
Lat : de – di ‘saya telah memberi’
4. Bentuk infleksi
Kasus mengenai hilangnya aspirata terdapat dalam bentuk infleksi, khususnya dalam infleksi
nomen. Bentuk nominatif dari kata rambut dalam bahasa Yunani adalah thriks, sedangkan bentuk
genitifnya adalah trikhos. Dalam kasus nominatif aspirata hilang dari konsonan /k/ karena ada
penanda /s/.
Contoh
Rekonstruksi dalam:
Rekonstruksi bahasa jawa: bahasa jawa dialek Tengger, dialek banyumas, dialek solo, dialek jawa
timuran dianalisis secara internal melalui rekonstruksi internal untuk menentukan protobahasa
jawa.
2) Rekonstruksi Luar
Membandingkan bahasajawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Melayu sehingga dapat
ditemukan bahwa bahasa-bahasa tersebut berasal dari bahasa yang sama yaitu Proto Bahasa Melayu
Jawa.
Berdasarkan hasil dari penelitian kualitatif leksikostatistik yang dilakukan oleh Nothover maka
diperoleh hubungan bahasa elayu dan Madura lebih dekat. Maka, kedua bahasa itu dapat
direkonstruksi terlebih dahulu dalam rekonstruksi luar.
Metode komparatif dengan pendekatan kualitatif melalui teknik rekonstruksi dapat dilakukan
dengan 2 cara:
– Rekonstruksi bawah-atas (buttom-up)
Digunakan untuk menemukan kaidah primer dan kaidah sekunder. Rekonstruksi ini bersifat
induktif, biasanya digunakan untuk mengelompokkan bahasa pada peringkat yang lebih rendah ke
arah peringkat yang lebih tinggi.
Contoh: Merekonstruksi bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan Melayu berasal dari rumpun bahasa
yang sama yaitu Proto bahasa Melayu-Jawa.
– Rekonstruksi atas-bawah (top-down)
Rekonstruksi atas kebawah ini biasanya bersifat deduktif. Tujuannya untuk mencari cerminan atau
reflek dari bahasa proto pada bahasa-bahasa turunanya.
Contoh: rekonstruksi padaproto bahasa Minahasa
Teknik Leksikostatistik:
1. Mengumpulkan kosa kata dasar bahasa kerabat
Daftar kosa kata yang baik adalah yang disusun oleh Morris Swadesh dalam 200 kosa kata dasar
Swadesh.
2. Menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa tadi adalah kata kerabat (cognate)
Prosedur:
a. Menentukan glos yang tidak diperhitungkan (kata-kata kosong, kata-kata pinjaman)
b. Pengisolasian morfem terikat
c. Penetapan kata kerabat
1) Identik
Pasangan kata yang semua fonemnya sama
Gloss Sikka Lio
Api api api
2) Berkorespondensi fonemis
bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, serta tinggi
frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa itu dianggap bekerabat.
Gloss Sikka Lio
Siapa hai sai
Satu ha esa
Tetek uhu usu
Empat hutu sutu
3) Kemiripan fonetis
Bila memiliki kemiripan fonetis pada posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat
dianggap sebagai kata kerabat
Gloss Sikka Lio
Gigi niu ni’i
Kaki wai ha’i
4. Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang lebih tepat.
Cara yang biasa dipergunakan untuk menghindari kesalahan dalam statistik adalah memberi suatu
perkiraan bahwa suatu hal terjadi bukan dalam waktu tertentu, tetapi dalam suatu jangka waktu
tertentu. Dalam jangka waktu itu terjadi akumulasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa itu,
yang sekian hari bertambah besar, sehingga perlahan-lahan tetapi pasti menandai perpisahan antara
kedua bahasa tersebut.
Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan standard yaitu 70% dari
kebenaran yang diperkirakan.
Linguistik Historis Komparatif
Pengertian
Dasar Perbandingan
1. Bidang Perbandingan
2. Kesamaan Bentuk
Pengertian
Linguistik Historis Komparatif merupakan cabang linguistik yang mempersoalkan bahasa dalam
bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi pada kurun sekurang-kurangnya
dua periode.
Menemukan pusat-pusat penyebaran bahasa proto dan gerak migrasi yang pernah terjadi.
Periode 1 (1830-1860)
Periode ini dimulai dengan Franz Bopp berkebangsaan German(1791-1867). Beliau dianggap sebagai
tokoh yang meletakkan dasar-dasar Ilmu Perbandingan Bahasa
Boop membandingkan akhiran-akhiran dari kata kerja dalam bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia, dan
German (terbit tahun 1816).
Melakukan penelitian kata-kata dalam bahasa German mengandung unsur-unsur bunyi yang
teratur hubungannya dengan kata-kata bahasa Indo Eropa lainnya.
(perbandingan bahasa German Utara, bahasa Baltik, Slavia, Keltik, Baskia, dan Finno-Ugris.
Menunjukkan hubungan antara bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia, dan German
F.Pott (1802-1887)
Periode II (1861-1880)
G. Curtius (1820-1885)
Menerapkan metode perbandingan untuk Filologi Klasik , khususnya mempelajari bahasa Yunani
Muller menghubungkan kelas-kelas bahasa dengan tipe-tipe sosial; bahasa isolatif (bahasa
keluarga); bahasa aglutinatif (bahasa pengembara); bahasa fleksi (bahasa masyarakat yang
sudah mengenal negara).
Menjadikan Linguistik Historis Komparatif sebagai sebuah ilmu yang eksak dalam metode-
metodenya.
Fonetik
Psikolinguistik
Sosiolinguistik
Aliran Praha
Tiap bahasa di dunia dapat diperbandingkan karena bahasa-bahasa tersebut memiliki ciri kesemestaan
bahasa, yaitu:
2. Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional terkecil, yaitu fonem dan morfem.
Kemiripan bentuk dan makna yang terjadi dalam bahasa-bahasa dapat terjadi karena faktor:
3. Kebetulan
Ciri Warisan langsung dari bahasa proto
Memiliki persamaan unsur kebahasaan yang meliputi kata-kata pokok, yaitu kata-kata yang
dimiliki semua bahasa (cognate)
Persamaan itu relatif logis dan konsisten, misalnya dalam perubahan bunyi.
Contoh bunyi [p] pada bahasa-bahasa di Eropa selatan dalam bahasa-bahasa di Eropa utara
berupa bunyi [f]
Berupa kata-kata yang mengandung pengertian yang semula tidak dimiliki oleh bahasa
peminjam.
Berupa kata-kata yang mengandung nilai rasa tertentu; lebih sopan bila dinyatakan dengan kata
pinjaman.
Penutur yang bahasanya mengandung persamaan tidak pernah berhubungan, baik fisik maupun
kultural.
1. Sejumlah besar kosakata dari suatu kelompok bahasa tertentu memperlihatkan kesamaan yang
besar
contoh
Contoh
Gloss Tagalog Bali
Contoh lain
3. Semakin dalam menelusuri sejarah bahasa kerabat, semakin banyak ditemukan kesamaan antara
pokok-pokok yang diperbandingkan.