Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (MKDK4002)


MODUL 3
TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR MATEMATIS

Disusun Oleh:
Aynun Chabibi
NIM 858731164

PROGRAM STUDI BI PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UNIVERSITAS TERBUKA SURABAYA
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa pada hakekatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia, secara teratur,

yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Artinya, melalui bahasa, orang dapat saling

bertegur sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini juga terjadi pada

anak-anak. Anak juga membutuhkan orang lain untuk berinteraksi mengungkapkan isi hati,

pikirannya serta keinginannya melalui bahasa baik yang berlangsung di rumah, di lingkungan

sekitar anak, ataupun di sekitar anak (Anita, 2015:162). Bahasa adalah aspek perkembangan

yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Komponen berbahasa salah satunya adalah

belajar bicara memerlukan proses yang panjang dan rumit. Pada saat bicara seorang anak harus

menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi dan

dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan oleh orang lain (Sofyan,

2014:23-24).

Setiap insan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat

penguasaan bahasa setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia

mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi

melatih bahasa tersebut dengan mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya.

Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.

Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang

membedakan manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai

bahasa, sedangkan hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia.

Bahasa hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia

adalah hasil dari kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.

Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu baik yang terlihat

maupun yang tidak terlihat. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal yang abstrak, diberi

nama. Secara singkat bahasa adalah alat yang terpenting bagi manusia. Dengan bahasa yang

mereka miliki perkembangan kosakata akan berkembang dengan cepat sebagaimana

dikemukakan Sroufe (Susanto, 2014): “Children vocabularies grew quite quickly after they
begin to speak”. Perkembangan kosakata anak akan cepat setelah mereka mulai bicara. Hal ini,

dapat dipahami karena anak akan menggunakan arti bahasa dari konteks yang digunakannya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah tahap perkembangan bahasa?

2. Bagaimana kemampuan berpikir matematis sejak usia dini hingga remaja serta pengaruhnya

terhadap pendidikan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tahap perkembangan bahasa.

2. Memahami kemampuan berpikir matematis sejak usia dini hingga remaja serta pengaruhnya

terhadap pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tahap Perkembangan Bahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sebuah sistem kata, simbol, atau

lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja

sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa tidak sebatas kata-kata, tetapi lebih

dari itu. Bahasa juga mencakup sesuatu yang abstrak, tetapi mengandung pesan sehingga

seseorang dapat menerjemahkan dan menangkap pesan tersebut.

1. Komponen Penyusun Bahasa

Terdapat lima buah komponen bahasa yang akan dibahas pada modul ini, yaitu

fonologi, morfologi, semantik, sintax, dan pragmatik. Berikut ini pembahasan dari lima buah

komponen bahasa, antara lain:

a) Fonologi

Fonologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi ujar

dalam bahasa tertentu. Pembahasan yang dijelaskan dalam fonologi adalah mengkaji

bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan

antarbunyi yang membentuk silabel atau suku kata (Chaer 2009:5). Dalam fonologi

terdapat dua pandangan dalam mempelajari ilmu yaitu fonetik atau fonemik.

Fonetik adalah cabang fonologi yang membahas bunyi ujar tanpa memperhatikan

fungsi bunyi tersebut, contohnya kata “bebek” (unggas) dan kata “bebek” (rujak yang

ditumbuk). Sedangkan fonemik adalah cabang fonologi yang membahas bunyi dengan

memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna, contohnya penggunaan

bunyi “s” pada kata “sari”, dan bunyi “d” pada kata “dari”. Perbedaan 1 bunyi akan

membedakan arti.

b) Morfologi

Morfologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji

pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini tidak hanya
membahas sebagaimana kata itu terbentuk, tetapi juga membahas seluk-beluk bentuk kata

dan fungsi perubahan-perubahan bentuk kata.

Bahwa morfologi adalah ilmu yang membahas pembentukan kata. Dalam

pembentukan kata, terdapat unsur terkecil yang disebut dengan morfem. Dalam bahasa

Indonesia, morfem dapat ditemukan pada kata yang menggunakan imbuhan, seperti

membaca, maka morfem dalam kata tersebut adalah “meN”, pada kata mempelajari,

maka morfem imbuhannya adalah awalan “meN” dan akhiran “i”.

c) Semantik

Semantik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji makna

yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Semantik akan

memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan sintax dan pragmatik.

d) Sintax

Sintax adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan

benar. Sebagai contoh, Ani berkata kepada ibunya, “Aku sedang buah dan sayur makan”.

Kalimat tersebut tidak dituliskan/ diucapkan dengan tata kata yang baik sehingga makna

yang akan disampaikan tidak ditangkap oleh orang lain. Maka dari itu, sintax berfungsi

dalam menata kata hingga membentuk kalimat yang utuh.

e) Pragmatik

Pragmatik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji

penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya.

2. Teori Perkembangan Bahasa

a. Teori Empiris

Teori empiris atau yang biasa dikenal dengan teori belajar menunjukkan bahwa

ketika bayi dilahirkan, mereka dikelilingi oleh bahasa. Kita berbicara dengannya setiap

waktu walaupun kita tahu kalau mereka tidak dapat mengerti dan merespon apa yang kita

sedang bicarakan.
Ketika seseorang mengajak bayi berbicara, itu merupakan salah satu cara

bagaimana bayi belajar memproduksi bahasa. Pada tahap awal, bayi akan mengikuti suara

yang sering mereka dengar, kemudian mereka belajar untuk menangkap makna kata dan

meniru peraturan tata bahasa berdasarkan apa yang mereka dengar.

b. Teori Nativisme

Noam Chomsky adalah ahli bahasa terkemuka yang mengatakan bahwa manusia

terlahir dengan perangkat akuisisi bahasa atau language acquisition device (LAD).

Chomsky tidak memercayai jika bayi belajar mengembangkan bahasa dengan cara

mengikuti perkataan orang dewasa di sekitarnya karena orang dewasa sangat jarang

berbicara dengan menggunakan tata bahasa yang benar. Hal tersebut tidak

memungkinkan anak belajar mengembangkan bahasa dari orang dewasa.

c. Teori Interaksi

Teori ini menjelaskan interaksi antara perkembangan bahasa, perkembangan

kognitif, dan kemampuan berpikir secara umum. Teori ini banyak terkait mengenai teori

kognitivitas dari Piaget. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah sebuah proses

genetik yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan

semakin bertambahnya umur seseorang, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan

semakin meningkat pula kemampuannya. Oleh karena itu, kemampuan anak umur 1 dan

3 berbeda dalam proses belajar.

3. Tahap Perkembangan Bahasa

a. Periode Pralinguistik

Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi. Walaupun mereka belum

dapat bicara atau mengatakan apa yang mereka mau, mereka mengirimkan pesan dengan

berbagai cara, seperti ekspresi wajah dan suara (menangis, berteriak, tertawa, dan

sebagainya).
b. Periode Holophrase

Tahap ini dikenal dengan one-word period atau tahap satu kata. Pada tahap ini,

anak belum memulai mengombinasikan kata-kata, tetapi mereka sedang belajar untuk

menangkap makna yang lebih sulit dari pada tahap sebelumnya. Contohnya pada tahap

pralinguistik, anak akan menangis jika ia haus. Namun, pada tahap ini anak akan mulai

membentuk makna dari satu kata, seperti susu. Maka kemungkinan anak ingin minum

susu walaupun ia tidak mengatakan dengan kalimat yang lengkap, “Aku mau susu”.

c. Periode Telegrafis

Pada tahap telegrafis anak mencoba membentuk makna dengan mengombinasikan

dua kata. Contohnya anak mengatakan “mam nasi” yang sebenarnya anak itu ingin

sampaikan adalah ia sedang makan nasi atau ia ingin makan nasi. Namun,

kemampuannya masih terbatas sehingga ia hanya mengatakan dua kata.

d. Perkembangan Bahasa Usia Dini, Kanak-Kanak, dan Remaja

Selain untuk berkomunikasi, bahasa juga digunakan sebagai alat pendeteksi

gejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses perkembangannya. Sebagai contoh,

anak dengan keterlambatan berbicara atau speech delay dengan kondisi yang serius dapat

menunjukkan adanya ganguan pendengaran. Mereka sulit berkomunikasi dan

mengekspresikan keinginannya. Oleh karena itu, penting untuk diketahui tahapan

perkembangan bahasa pada anak agar tetap dapat memahami kondisi peserta didik.

4. Bilingualisme

Pemerolehan bahasa kedua dilakukan setelah seseorang sudah menguasai bahasa

pertamanya. Elis (Maharani dan Astuti, 2018) berpendapat bahwa pembelajaran bahasa

kedua akan lebih mudah jika seseorang telah menguasai bahasa pertamanya dengan baik

karena kemampuan bahasa pertama dapat berguna dalam proses pembelajaran bahasa kedua.

Berbeda dengan proses pemerolehan bahasa pertama, bahasa kedua pada umumnya

diperoleh dari proses sadar melalui pembelajaran.

Bambang Kaswanti Purwo (1989) meneliti pemerolehan bahasa kedua, khususnya


bahasa Inggris oleh anak sekolah dasar. Dari penelitian tersebut disimpulkan hal berikut:

a. Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6-12 tahun sehingga

pembelajaran bahasa kedua pada masa ini harus dilakukan dengan maksimal. Walaupun

pada masa ini pembelajaran bahasa kedua sebaiknya dilakukan dengan maksimal,

pengajar sebaiknya tidak memforsir keadaan ini mengingat usia anak yang masih muda.

b. Pada pembelajaran usia 6-8 tahun, kemampuan yang lebih ditonjolkan adalah penguasaan

fonologi (tata bunyi/ pelafalan). Hal ini terjadi karena kondisi psikologi yang belum

matang sehingga belum bisa berpkir tentang tata kalimat.

c. Pada usia 9-12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada penguasaan morfologi dan

sintaksisnya karena fonologi sudah dikuasai saat mereka berada pada usia 6-8 tahun. Pada

usia ini, kondisi psikologi anak lebih siap untuk mengonstruksi kata dan kalimat.

Dengan mengetahui perkembangan bahasa kedua sesuai dengan umur dan kapasitas

yang ditonjolkan, diharapkan dapat menentuka pembelajaran yang sesuai dengan

kemampuan siswa. Selain itu, penelitian di atas juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi

dalam proses belajar mengajar bahasa kedua.

B. Kemampuan Berpikir Matematis

1. Definisi Berpikir Matematis

Sebelum anak mampu berpikir matematis, mereka harus mengetahui simbol dan

makna dari simbol tersebut. Selain itu, anak juga harus bisa mengombinasikan antarsimbol

matematika dengan tepat sebagaimana mereka mengombinasikan kata demi kata yang

membentuk sebuah kalimat yang jelas.

Menurut Fajri (2017), dalam proses berpikir matematis, pembelajaran yang

dilaksanakan tidak hanya berlangsung dalam arah (one way communication), tetapi harus

melalui proses interaksi yang bersifat dua arah (two way communication) yaitu antara

sesama siswa, siswa dengan guru, serta siswa dengan lingkungan dan sumber belajar. Dalam

prosesnya, pelaksanaan pembelajaran harus dapat memberikan tantangan bagi siswa untuk

secara kompleks terkait konsep materi yang sedang dipelajari.

Sebagai calon pendidik, perlu mengetahui macam-macam siswa dalam memecahkan


masalah matematis. Menurut Stoltz (2000: 14) dalam Widyastuti, Usodo, dan Riyadi (2015),

terdapat 3 macam cara manusia dalam memcahkan masalah seagai berikut:

a. Climbers merupakan sekelompok orang yang selalu berupaya mencapai pincak

kesuksesan, siap menghadapi rintangan yang ada, dan selalu membangkitkan dirinya

pada kesuksesan.

b. Campers merupakan sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk menanggapi

tantangan yang ada, tetapi tidak mencapai puncak kesuksesan dan mudah puas dengan

apa yang sudah dicapai.

c. Quitters merupakan sekelompok orang yang lebih memilih menghindar dan menolak

kesempatan yang ada, mudah putus asa, mudah menyerah, cenderung pasif, dan tidak

bergairah untuk mencapai puncak keberhasilan.

2. Memahami Konsep Bilangan

a. Memahami konsep bilangan kardinal

Bilangan kardinal adalah bilangan yang menunjukkan sebuah kuantitas. Contoh,

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan seterusnya. Beberapa peneliti (seperti Gelman dan

Gallistel, 1978) mengatakan bahwa anak dikatakan paham tentang pengetahuan tentang

angka ketika mereka dapat:

1) Menggunakan semua label nomor dengan urutan yang benar;

2) Menggunakan semua label dalam dengan objek yang mereka hitung;

3) Mengatakan angka akhir dalam urutan perhitungan untuk mengatakan berapa banyak

benda dalam satu himpunan.

b. Memahami konsep bilangan ordinal (asli)

Dalam memahami konsep bilangan ordinal, seorang anak harus mengenal

terlebih dahulu sistem numerik. Sistem numerik adalah simbol atau kumpulan dari

simbol yang merepresentasikan sebuah bilangan. Contoh, simbol dari bilangan sebelas

adalah 11. Namun, jika seorang anak telah memahami sistem numerik, bukan berarti

mereka sudah dikatakan bisa berpikir secara matematis. Ada hal yang tidak kalah

penting untuk anak dapat mencapai titik tersebut, yaitu anak perlu memahami konsep
bilangan ordinal. Bilangan ordinal atau yang biasa dikenal dengan bilangan asli adalah

bilangan yang digunakan untuk mengindikasikan aturan dalam satu hubungan dengan

hubungan yang lain.

C. Pandangan Teori Kemampuan Matematika

1. Pandangan Teori Interaksi

Teori interaksi berpandangan tentang kemampuan matematika. Seseorang dikatakan

paham mengenai numerik ketika ia dapat menyamakan antara angka dan jumlah. Contoh,

seorang ibu memberikan angka lima maka anaknya akan memberikan lima buah jeruk.

2. Pandangan Teori Nativisme

Teori nativisme mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki sistem bawaan yang

memberikan kita kemampuan untuk membuat perkiraan penilaian tentang jumlah angka.

Sistem ini memungkinkan kita untuk memetakan label nomor agar digunakan dalam

menghitung dengan jumlah yang sesuai, contohnya penggunaan angka pada jam.

3. Pandangan Teori Empirisme

Teori empirisme berpendapat bahwa hal yang harus diketahui oleh anak dalam belajar

matematika adalah membedaka antara angka dan jumlah. Angka bisa saja digunakan untuk

mewakili jumlah, tetapi ini tidak disampaikan dengan jelas kepada anak-anak sejak mereka

dapat menghitung.

D. Penalaran dan Penyelesaian Masalah secara Matematis

1. Penalaran Aditif

Penalaran aditif adalah penalaran yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah

dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pada matematika. Kata “penalaran aditif” lebih

dipilih daripada “penyelesaian penjumlahan dan pengurangan” karena banyaknya

kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan yang sama dengan menjumlahkan atau

mengurangi.
2. Penalaran Multiplikatif

Penalaran multiplikatif biasa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam

operasi perkalian atau pembagian. Jika penalaran aditif menggunakan satu variabel, tetapi

ini tidak terjadi pada penalaran multiplikatif.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan, diantaranya dalam hal ini banyak sekali faktor yang mendukung seorang anak

untuk berfikir secara matematis dengan mengembangkan cara mengajar. Selain itu banyak

juga faktor yang mempengaruhi perkembangan penalaran dalam pemecahan masalah.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya

kesempurnaan dari makalah ini untuk ke depannya.

Anda mungkin juga menyukai