Disusun Oleh:
Aynun Chabibi
NIM 858731164
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa pada hakekatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia, secara teratur,
yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Artinya, melalui bahasa, orang dapat saling
bertegur sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini juga terjadi pada
anak-anak. Anak juga membutuhkan orang lain untuk berinteraksi mengungkapkan isi hati,
pikirannya serta keinginannya melalui bahasa baik yang berlangsung di rumah, di lingkungan
sekitar anak, ataupun di sekitar anak (Anita, 2015:162). Bahasa adalah aspek perkembangan
yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Komponen berbahasa salah satunya adalah
belajar bicara memerlukan proses yang panjang dan rumit. Pada saat bicara seorang anak harus
menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi dan
dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan oleh orang lain (Sofyan,
2014:23-24).
Setiap insan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat
penguasaan bahasa setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia
mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.
Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang
membedakan manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai
bahasa, sedangkan hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia.
Bahasa hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia
Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal yang abstrak, diberi
nama. Secara singkat bahasa adalah alat yang terpenting bagi manusia. Dengan bahasa yang
dikemukakan Sroufe (Susanto, 2014): “Children vocabularies grew quite quickly after they
begin to speak”. Perkembangan kosakata anak akan cepat setelah mereka mulai bicara. Hal ini,
dapat dipahami karena anak akan menggunakan arti bahasa dari konteks yang digunakannya.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana kemampuan berpikir matematis sejak usia dini hingga remaja serta pengaruhnya
terhadap pendidikan?
C. Tujuan
2. Memahami kemampuan berpikir matematis sejak usia dini hingga remaja serta pengaruhnya
terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sebuah sistem kata, simbol, atau
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa tidak sebatas kata-kata, tetapi lebih
dari itu. Bahasa juga mencakup sesuatu yang abstrak, tetapi mengandung pesan sehingga
Terdapat lima buah komponen bahasa yang akan dibahas pada modul ini, yaitu
fonologi, morfologi, semantik, sintax, dan pragmatik. Berikut ini pembahasan dari lima buah
a) Fonologi
Fonologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi ujar
dalam bahasa tertentu. Pembahasan yang dijelaskan dalam fonologi adalah mengkaji
bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan
antarbunyi yang membentuk silabel atau suku kata (Chaer 2009:5). Dalam fonologi
terdapat dua pandangan dalam mempelajari ilmu yaitu fonetik atau fonemik.
Fonetik adalah cabang fonologi yang membahas bunyi ujar tanpa memperhatikan
fungsi bunyi tersebut, contohnya kata “bebek” (unggas) dan kata “bebek” (rujak yang
ditumbuk). Sedangkan fonemik adalah cabang fonologi yang membahas bunyi dengan
bunyi “s” pada kata “sari”, dan bunyi “d” pada kata “dari”. Perbedaan 1 bunyi akan
membedakan arti.
b) Morfologi
Morfologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji
pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini tidak hanya
membahas sebagaimana kata itu terbentuk, tetapi juga membahas seluk-beluk bentuk kata
pembentukan kata, terdapat unsur terkecil yang disebut dengan morfem. Dalam bahasa
Indonesia, morfem dapat ditemukan pada kata yang menggunakan imbuhan, seperti
membaca, maka morfem dalam kata tersebut adalah “meN”, pada kata mempelajari,
c) Semantik
Semantik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji makna
yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Semantik akan
d) Sintax
Sintax adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan
benar. Sebagai contoh, Ani berkata kepada ibunya, “Aku sedang buah dan sayur makan”.
Kalimat tersebut tidak dituliskan/ diucapkan dengan tata kata yang baik sehingga makna
yang akan disampaikan tidak ditangkap oleh orang lain. Maka dari itu, sintax berfungsi
e) Pragmatik
Pragmatik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji
a. Teori Empiris
Teori empiris atau yang biasa dikenal dengan teori belajar menunjukkan bahwa
ketika bayi dilahirkan, mereka dikelilingi oleh bahasa. Kita berbicara dengannya setiap
waktu walaupun kita tahu kalau mereka tidak dapat mengerti dan merespon apa yang kita
sedang bicarakan.
Ketika seseorang mengajak bayi berbicara, itu merupakan salah satu cara
bagaimana bayi belajar memproduksi bahasa. Pada tahap awal, bayi akan mengikuti suara
yang sering mereka dengar, kemudian mereka belajar untuk menangkap makna kata dan
b. Teori Nativisme
Noam Chomsky adalah ahli bahasa terkemuka yang mengatakan bahwa manusia
terlahir dengan perangkat akuisisi bahasa atau language acquisition device (LAD).
Chomsky tidak memercayai jika bayi belajar mengembangkan bahasa dengan cara
mengikuti perkataan orang dewasa di sekitarnya karena orang dewasa sangat jarang
berbicara dengan menggunakan tata bahasa yang benar. Hal tersebut tidak
c. Teori Interaksi
kognitif, dan kemampuan berpikir secara umum. Teori ini banyak terkait mengenai teori
kognitivitas dari Piaget. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah sebuah proses
genetik yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan
semakin bertambahnya umur seseorang, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan
semakin meningkat pula kemampuannya. Oleh karena itu, kemampuan anak umur 1 dan
a. Periode Pralinguistik
Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi. Walaupun mereka belum
dapat bicara atau mengatakan apa yang mereka mau, mereka mengirimkan pesan dengan
berbagai cara, seperti ekspresi wajah dan suara (menangis, berteriak, tertawa, dan
sebagainya).
b. Periode Holophrase
Tahap ini dikenal dengan one-word period atau tahap satu kata. Pada tahap ini,
anak belum memulai mengombinasikan kata-kata, tetapi mereka sedang belajar untuk
menangkap makna yang lebih sulit dari pada tahap sebelumnya. Contohnya pada tahap
pralinguistik, anak akan menangis jika ia haus. Namun, pada tahap ini anak akan mulai
membentuk makna dari satu kata, seperti susu. Maka kemungkinan anak ingin minum
susu walaupun ia tidak mengatakan dengan kalimat yang lengkap, “Aku mau susu”.
c. Periode Telegrafis
dua kata. Contohnya anak mengatakan “mam nasi” yang sebenarnya anak itu ingin
sampaikan adalah ia sedang makan nasi atau ia ingin makan nasi. Namun,
gejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses perkembangannya. Sebagai contoh,
anak dengan keterlambatan berbicara atau speech delay dengan kondisi yang serius dapat
perkembangan bahasa pada anak agar tetap dapat memahami kondisi peserta didik.
4. Bilingualisme
pertamanya. Elis (Maharani dan Astuti, 2018) berpendapat bahwa pembelajaran bahasa
kedua akan lebih mudah jika seseorang telah menguasai bahasa pertamanya dengan baik
karena kemampuan bahasa pertama dapat berguna dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
Berbeda dengan proses pemerolehan bahasa pertama, bahasa kedua pada umumnya
a. Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6-12 tahun sehingga
pembelajaran bahasa kedua pada masa ini harus dilakukan dengan maksimal. Walaupun
pada masa ini pembelajaran bahasa kedua sebaiknya dilakukan dengan maksimal,
pengajar sebaiknya tidak memforsir keadaan ini mengingat usia anak yang masih muda.
b. Pada pembelajaran usia 6-8 tahun, kemampuan yang lebih ditonjolkan adalah penguasaan
fonologi (tata bunyi/ pelafalan). Hal ini terjadi karena kondisi psikologi yang belum
c. Pada usia 9-12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada penguasaan morfologi dan
sintaksisnya karena fonologi sudah dikuasai saat mereka berada pada usia 6-8 tahun. Pada
usia ini, kondisi psikologi anak lebih siap untuk mengonstruksi kata dan kalimat.
Dengan mengetahui perkembangan bahasa kedua sesuai dengan umur dan kapasitas
kemampuan siswa. Selain itu, penelitian di atas juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
Sebelum anak mampu berpikir matematis, mereka harus mengetahui simbol dan
makna dari simbol tersebut. Selain itu, anak juga harus bisa mengombinasikan antarsimbol
matematika dengan tepat sebagaimana mereka mengombinasikan kata demi kata yang
dilaksanakan tidak hanya berlangsung dalam arah (one way communication), tetapi harus
melalui proses interaksi yang bersifat dua arah (two way communication) yaitu antara
sesama siswa, siswa dengan guru, serta siswa dengan lingkungan dan sumber belajar. Dalam
prosesnya, pelaksanaan pembelajaran harus dapat memberikan tantangan bagi siswa untuk
kesuksesan, siap menghadapi rintangan yang ada, dan selalu membangkitkan dirinya
pada kesuksesan.
b. Campers merupakan sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk menanggapi
tantangan yang ada, tetapi tidak mencapai puncak kesuksesan dan mudah puas dengan
c. Quitters merupakan sekelompok orang yang lebih memilih menghindar dan menolak
kesempatan yang ada, mudah putus asa, mudah menyerah, cenderung pasif, dan tidak
Gallistel, 1978) mengatakan bahwa anak dikatakan paham tentang pengetahuan tentang
3) Mengatakan angka akhir dalam urutan perhitungan untuk mengatakan berapa banyak
terlebih dahulu sistem numerik. Sistem numerik adalah simbol atau kumpulan dari
simbol yang merepresentasikan sebuah bilangan. Contoh, simbol dari bilangan sebelas
adalah 11. Namun, jika seorang anak telah memahami sistem numerik, bukan berarti
mereka sudah dikatakan bisa berpikir secara matematis. Ada hal yang tidak kalah
penting untuk anak dapat mencapai titik tersebut, yaitu anak perlu memahami konsep
bilangan ordinal. Bilangan ordinal atau yang biasa dikenal dengan bilangan asli adalah
bilangan yang digunakan untuk mengindikasikan aturan dalam satu hubungan dengan
paham mengenai numerik ketika ia dapat menyamakan antara angka dan jumlah. Contoh,
seorang ibu memberikan angka lima maka anaknya akan memberikan lima buah jeruk.
Teori nativisme mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki sistem bawaan yang
memberikan kita kemampuan untuk membuat perkiraan penilaian tentang jumlah angka.
Sistem ini memungkinkan kita untuk memetakan label nomor agar digunakan dalam
menghitung dengan jumlah yang sesuai, contohnya penggunaan angka pada jam.
Teori empirisme berpendapat bahwa hal yang harus diketahui oleh anak dalam belajar
matematika adalah membedaka antara angka dan jumlah. Angka bisa saja digunakan untuk
mewakili jumlah, tetapi ini tidak disampaikan dengan jelas kepada anak-anak sejak mereka
dapat menghitung.
1. Penalaran Aditif
Penalaran aditif adalah penalaran yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah
dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pada matematika. Kata “penalaran aditif” lebih
mengurangi.
2. Penalaran Multiplikatif
operasi perkalian atau pembagian. Jika penalaran aditif menggunakan satu variabel, tetapi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, diantaranya dalam hal ini banyak sekali faktor yang mendukung seorang anak
untuk berfikir secara matematis dengan mengembangkan cara mengajar. Selain itu banyak
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya