Oleh:
AYNUN CHABIBI
NIM 858731164
Modul 6
KEGIATAN BELAJAR 1
Pembelajaran Membaca Menulis di Kelas Rendah
A. PENGERTIAN MMP
❖ MMP merupakan kepanjangan dari Membaca Menulis Permulaan. Disebut permulaan
karena hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan tu
adalah kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yaitu kemampuan melek huruf dan
kemampuan menulis mekanik. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi
pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah.
❖ MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca
dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku
sekolah.
KEGIATAN BELAJAR 2
Strategi Pembelajaran MMP
2. Metode Bunyi
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja/ abjad.
Misalnya:
Huruf /b/ dilafalkan [eb]
/d/ dilafalkan [ed]
/e/ dilafalkan [e]
/g/ dilafalkan [eg]
/p/ dilafalkan [ep]
Catatan:
Dilafalkan dengan e pepet, seperti pelafalan pada kata benar, keras, pedas, lemah.
Dengan demikian kata nani dieja menjadi:
/en-a/ → [na]
/en-i/ → [ni] → dibaca → [na-ni]
4. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan
dan perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai metode kupas – rangkai (sebagai
lawan dari metode suku kata yang bisa juga disebut metode rangkai – kupas).
5. Metode Global
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-
huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali).
Misalnya:
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
Ini dadu Ini kuda
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
hurf-huruf
ini dadu
ini dadu
i-ni da-du
i-n-i d-a-d-u
6. Metode SAS
Proses penguraian/ penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
a. Kalimat menjadi kata-kata
b. Kata menjadi suku-suku kata
c. Suku kata menjadi huruf-huruf
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, di antaranya sebagai
berikut:
a. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan
bahasa terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan
bahasa di bawahnya, yaitu kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-huruf).
b. Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran
akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui
anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak.
c. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Anak mengenal dan
memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini akan membantu
anak dalam mencapai keberhasilan belajar.
A. PENILAIAN PROSES
Berdasarkan cara pelaksanaanya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis, lisan,
dan perbuatan
1. Tes tertulis
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk
tertulis. Pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan,
baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
2. Tes lisan
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk
lisan. Dalam cara inipun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan
atau tanggapan atas pernyataan.
3. Tes perbuatan
Merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat disampaikan secara tertulis atau lisan
dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian.
B. PENILAIAN HASIL
❖ Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa. Alat
penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun non tes.
❖ Pada kemampuan-kemampuan dimaksud meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang
bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana.
❖ Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini:
1. Membaca nyaring
Siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa lambang yang berupa
huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana. Melalui tes ini, guru akan dapat menilai
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi lambang-lambang bunyi, melafalkannya,
dan memaknainya.
2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemfokusan pembelajaran yang diberikan. Teknik isian rumpang untuk membaca
permulaan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk
membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku, misalnya
dengan pelepasan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh secara konsisten.
3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana)
Untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat
mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa dalam
memahami lambang-lambang tertulis. Sebaliknya siswa juga dapat dirangsang untuk
mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang dibacanya.
Modul 10
KEGIATAN BELAJAR 1
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
A. HAKIKAT PEMBELAJARAN
Hakikat pembelajaran yang dikemukakan oleh Kimble (dalam Hergenhahn, 1982), antara lain:
1. Pembelajaran menyebabkan tingkah laku, dengan kata lain, proses belajar dapat diamati,
bahwa setelah mengikuti pembelajaran, seseorang dapat melakukan sesuatu yang
sebelumnya tidak dapat dilakukannya.
2. Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen.
3. Perubahan tingkah laku tidak dapat begitu saja berubah menjadi pengalaman walaupun
potensi untuk itu telah dimiliki.
4. Perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman/ latihan praktis.
5. Pengalaman/ latihan harus selalu ditajamkan, terutama pada tanggapan yang memerlukan
adanya penghargaan (reward).
B. PEMBELAJARAN BAHASA
Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pembelajaran bahasa, terdapat beberapa permasalahan
yang harus diantisipasi dan didudukkan secara proporsional. Permasalahan tersebut berkaitan
dengan hal-hal berikut:
1. Tujuan pembelajaran
2. Materi pembelajaran
3. Strategi pembelajaran
4. Evaluasi
5. Pengajar (guru)
6. Siswa
2) Menyimak intensif
Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk memahami
makna yang dikehendaki.
a) Menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman
Pemahaman adalah proses memahami suatu objek.
b) Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi
Konsentrasi adalah memusatkan semua gejala jiwa, seperti pikiran, perasaan
ingatan, perhatian kepada salah satu objek.
c) Menyimak intensif adalah memahami bahasa formal
Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Yang
dimaksudkan dengan situasi formal adalah situasi komunikasi resmi, misalnya
diskusi, berdebat, temu ilmiah, kegiatan belajar mengajar.
d) Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi adalah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah
dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara:
(1) Lisan (berbicara)
(2) Tulis (mengarang, menulis)
Reproduksi dilakukan setelah menyimak.
Jenis-jenis menyimak intensif antara lain:
a) Menyimak kritis
Adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan
kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya.
b) Menyimak konsentratif
Dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik
terhadap informasi yang disimak.
c) Menyimak eksploratif
Adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk
mendapatkan informasi baru.
d) Menyimak kreatif
Adalah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas penyimak.
e) Menyimak interogatif
Adalah kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan
informasi tersebut.
f) Menyimak selektif
Adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus untuk
mengenal bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase, klausa, kalimat, dan bentuk-
bentuk bahasa yang sedang dipelajarinya.
c. Unsur-unsur menyimak
Unsur-unsur dasar menyimak, antara lain:
1) Pembicara
Adalah orang yang menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan
oleh penyimak. Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan kegiatan
menulis dengan mencatat hal-hal yang penting selama melakukan kegiatan
menyimak. Fungsi catatan tersebut bagi penyimak adalah sebagai berikut:
a) Meninjau kembali bahan simakan (review)
b) Menganalisis bahan simakan
c) Mengevaluasi bahan simakan
Pada tahap akhir kegiatan menyimak adalah mengevaluasi hasil simakan.
Langkah ini dapat dilakukan dengan cara berikut:
(1) Kekuatan bukti
(2) Validitas alasan
(3) Kebenaran tujuan
2) Penyimak
Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dan luas. Selain itu penyimak yang dapat melakukan
kegiatan menyimak dengan intensif.
3) Bahan simakan
❖ Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama
dalam menyimak. Yang dimaksud dengan bahan simakan adalah pesan yang
akan disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan berupa
konsep, gagasan, atau informasi.
❖ Bahan simakan (bahan ajar) yang menarik sesuai dengan minat siswa, sesuai
dengan tuntutan kurikulum dan dapat menyampaikan dengan baik sesuai
dengan teknik-teknik mengajar:
a. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang bahan simakan dengan
cara berikut:
b. Menyimak tujuan pembicara.
c. Menyimak urutan pembicaraan.
d. Menyimak topik utama pembicaraan.
e. Menyimak topik bawahan.
f. Menyimak akhir pembicaraan.
4) Bahasa lisan
Bahasa lisan (primer) merupakan media yang dipakai untuk menyimak. Bahasa
lisan merupakan tuturan yang disampaikan pembicara dan diterima penyimak
melalui alat pendengaran.
KEGIATAN BELAJAR 2
Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
2. Keterbatasan waktu
Pembelajaran menyimak telah diatur dalam kurikulum sehingga waktu yang tersedia
sangat terbatas. Untuk itu, dalam pembelajaran guru dituntut agar dapat menyesuaikan
waktu yang tersedia dengan bahan yang akan diajarkan.