Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANDIRI 7

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD


RANGKUMAN MODUL 6 DAN MODUL 10

Oleh:
AYNUN CHABIBI
NIM 858731164

Program Studi PGSD


2023
TUGAS MANDIRI 7
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD
Nama Dosen: Fadlan Asmadi, S.Pd., M.Pd
Jenis Tugas: Rangkuman Modul 6 dan Modul 10

Modul 6 → Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)

Modul 10 → Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak

Modul 6
KEGIATAN BELAJAR 1
Pembelajaran Membaca Menulis di Kelas Rendah

A. PENGERTIAN MMP
❖ MMP merupakan kepanjangan dari Membaca Menulis Permulaan. Disebut permulaan
karena hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan tu
adalah kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yaitu kemampuan melek huruf dan
kemampuan menulis mekanik. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi
pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah.
❖ MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca
dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku
sekolah.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MMP


❖ Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca untuk SD
dan MI adalah: membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan,
denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak,
cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi
membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca.
❖ Standar kompetensi aspek membaca di kelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu membaca
dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring
beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah
kompetensi dasar, yakni:
1. Membiasakan sikap membaca yang benar
2. Membaca nyaring
3. Membaca bersuara
4. Membacakan penggalan cerita
❖ Untuk keterampilan menulis di kelas 1 (kelas rendah), kurikulum 2004 menetapkan standar
kompetensi sebagai berikut:
1. Siswa mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan
huruf sambung.
2. Menulis kalimat yang didiktekan guru.
3. Menulis rapi menggunakan huruf sambung.
❖ Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam tujuh buah kompetensi dasar, yaitu:
1. Membiasakan sikap menulis yang benar ( memegang dan menggunakan alat tulis).
2. Menjiplak dan menebalkan.
3. Menyalin.
4. Menulis permulaan.
5. Menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung.
6. Menulis kalimat yang didiktekan guru.
7. Menulis dengan huruf sambung.

KEGIATAN BELAJAR 2
Strategi Pembelajaran MMP

A. METODE PEMBELAJARAN MMP


1. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis.
Para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa
huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya:
b, a, d, u menjadi b-a → ba (dibaca atau dieja/be-a/ → [ba])
d-u → du (dibaca atau dieja /de-u/ → [du])
ba-du → dilafalkan → /badu/

2. Metode Bunyi
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja/ abjad.
Misalnya:
Huruf /b/ dilafalkan [eb]
/d/ dilafalkan [ed]
/e/ dilafalkan [e]
/g/ dilafalkan [eg]
/p/ dilafalkan [ep]
Catatan:
Dilafalkan dengan e pepet, seperti pelafalan pada kata benar, keras, pedas, lemah.
Dengan demikian kata nani dieja menjadi:
/en-a/ → [na]
/en-i/ → [ni] → dibaca → [na-ni]

3. Metode Suku Kata


Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti
/ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/, dan seterusnya.
Misalnya:
bo – bi cu – ci da – da ka – ki
bi – bu ca – ci di – da ku – ku
da – ka – ku
ba – cca ka – ca du
du – ku – da
ka

4. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan
dan perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai metode kupas – rangkai (sebagai
lawan dari metode suku kata yang bisa juga disebut metode rangkai – kupas).

5. Metode Global
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-
huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali).
Misalnya:
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
Ini dadu Ini kuda
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
hurf-huruf
ini dadu
ini dadu
i-ni da-du
i-n-i d-a-d-u

6. Metode SAS
Proses penguraian/ penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
a. Kalimat menjadi kata-kata
b. Kata menjadi suku-suku kata
c. Suku kata menjadi huruf-huruf
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, di antaranya sebagai
berikut:
a. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan
bahasa terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan
bahasa di bawahnya, yaitu kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-huruf).
b. Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran
akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui
anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak.
c. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Anak mengenal dan
memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini akan membantu
anak dalam mencapai keberhasilan belajar.

B. MODEL PEMBELAJARAN MMP


1. Langkah-langkah pembelajaran MMP tanpa buku
a. Menunjukkan gambar
b. Menceritakan gambar
c. Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
d. Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambar
e. Membaca tulisan bergambar
f. Membaca tulisan tanpa gambar
g. Memperkenalkan huruf, suku kata, kata atau kalimat dengan bantuan kartu

2. Langkah-langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku


a. Membaca buku pelajaran (buku paket)
b. Membaca buku dan majalah anak yang sudah terpilih
c. Membaca bacaan susunan bersama guru – siswa
d. Membaca bacaan susunan siswa (kelompok perseorangan)

3. Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan


a. Pengenalan huruf
b. Latihan
KEGIATAN BELAJAR 3
Penilaian dalam Pembelajaran MMP

A. PENILAIAN PROSES
Berdasarkan cara pelaksanaanya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis, lisan,
dan perbuatan
1. Tes tertulis
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk
tertulis. Pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan,
baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
2. Tes lisan
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk
lisan. Dalam cara inipun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan
atau tanggapan atas pernyataan.
3. Tes perbuatan
Merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat disampaikan secara tertulis atau lisan
dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.

Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian.

B. PENILAIAN HASIL
❖ Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa. Alat
penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun non tes.
❖ Pada kemampuan-kemampuan dimaksud meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang
bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana.
❖ Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini:
1. Membaca nyaring
Siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa lambang yang berupa
huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana. Melalui tes ini, guru akan dapat menilai
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi lambang-lambang bunyi, melafalkannya,
dan memaknainya.
2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemfokusan pembelajaran yang diberikan. Teknik isian rumpang untuk membaca
permulaan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk
membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku, misalnya
dengan pelepasan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh secara konsisten.
3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana)
Untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat
mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa dalam
memahami lambang-lambang tertulis. Sebaliknya siswa juga dapat dirangsang untuk
mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang dibacanya.

Modul 10
KEGIATAN BELAJAR 1
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN
Hakikat pembelajaran yang dikemukakan oleh Kimble (dalam Hergenhahn, 1982), antara lain:
1. Pembelajaran menyebabkan tingkah laku, dengan kata lain, proses belajar dapat diamati,
bahwa setelah mengikuti pembelajaran, seseorang dapat melakukan sesuatu yang
sebelumnya tidak dapat dilakukannya.
2. Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen.
3. Perubahan tingkah laku tidak dapat begitu saja berubah menjadi pengalaman walaupun
potensi untuk itu telah dimiliki.
4. Perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman/ latihan praktis.
5. Pengalaman/ latihan harus selalu ditajamkan, terutama pada tanggapan yang memerlukan
adanya penghargaan (reward).

B. PEMBELAJARAN BAHASA
Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pembelajaran bahasa, terdapat beberapa permasalahan
yang harus diantisipasi dan didudukkan secara proporsional. Permasalahan tersebut berkaitan
dengan hal-hal berikut:
1. Tujuan pembelajaran
2. Materi pembelajaran
3. Strategi pembelajaran
4. Evaluasi
5. Pengajar (guru)
6. Siswa

C. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD


❖ Bahasa Indonesia di sekolah digunakan sebagai bahasa pengantar sejak SD sampai
Perguruan Tinggi (PT), sedangkan sebagai mata pelajaran pokok diajarkan sejak SD sampai
SLA, di perguruan BI diajarkan sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) pada jurusan
non bahasa Indonesia.
❖ Menurut kurikulum 2004, yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK), mata pelajaran
bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berkomunikasi baik
lisan maupun tulis sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis
dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap menghargai bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiatif terhadap karya sastra Indonesia.
❖ Untuk kelas I dan II (kelas rendah), pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada
aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan, sedangkan untuk kelas
III – VI (kelas tinggi) menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan
tulis. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan
dalam kurikulum.

D. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS MENYIMAK


1. Teori Menyimak
❖ Kegiatan menyimak yang dalam kurikulum 2004 disebut dengan istilah mendengarkan
tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan berbicara sebagai suatu jalinan komunikasi.
❖ Antara menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan dalam jalinan
keterampilan berbahasa. Berikut ini adalah hubungan kedudukan dan hubungan antara
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam jalinan keterampilan berbahasa.
a. Hakikat menyimak
Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan
sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang dapat disertai dengan
pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.
b. Jenis-jenis menyimak
1) Menyimak ekstensif
Adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di angkot, kotbah di masjid,
pengumuman di stasiun kereta api. Ada beberapa jenis kegiatan ekstensif, antara
lain:
a) Menyimak sosial
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di
pasar, terminal, stasiun, kantor.
b) Menyimak sekunder
Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya saat sedang belajar
membaca di ruang belajar, tiba-tiba mendengar percakapan anggota keluarga
yang berada pada ruang lainnya.
c) Menyimak estetika
Menyimak estetika sering juga disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika
adalah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Misalnya
menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu.
d) Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa sadar.
Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah,
setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia dapat berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa daerah yang ia simak tersebut.

2) Menyimak intensif
Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk memahami
makna yang dikehendaki.
a) Menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman
Pemahaman adalah proses memahami suatu objek.
b) Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi
Konsentrasi adalah memusatkan semua gejala jiwa, seperti pikiran, perasaan
ingatan, perhatian kepada salah satu objek.
c) Menyimak intensif adalah memahami bahasa formal
Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Yang
dimaksudkan dengan situasi formal adalah situasi komunikasi resmi, misalnya
diskusi, berdebat, temu ilmiah, kegiatan belajar mengajar.
d) Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi adalah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah
dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara:
(1) Lisan (berbicara)
(2) Tulis (mengarang, menulis)
Reproduksi dilakukan setelah menyimak.
Jenis-jenis menyimak intensif antara lain:
a) Menyimak kritis
Adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan
kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya.
b) Menyimak konsentratif
Dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik
terhadap informasi yang disimak.
c) Menyimak eksploratif
Adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk
mendapatkan informasi baru.
d) Menyimak kreatif
Adalah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas penyimak.
e) Menyimak interogatif
Adalah kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan
informasi tersebut.
f) Menyimak selektif
Adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus untuk
mengenal bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase, klausa, kalimat, dan bentuk-
bentuk bahasa yang sedang dipelajarinya.

c. Unsur-unsur menyimak
Unsur-unsur dasar menyimak, antara lain:
1) Pembicara
Adalah orang yang menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan
oleh penyimak. Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan kegiatan
menulis dengan mencatat hal-hal yang penting selama melakukan kegiatan
menyimak. Fungsi catatan tersebut bagi penyimak adalah sebagai berikut:
a) Meninjau kembali bahan simakan (review)
b) Menganalisis bahan simakan
c) Mengevaluasi bahan simakan
Pada tahap akhir kegiatan menyimak adalah mengevaluasi hasil simakan.
Langkah ini dapat dilakukan dengan cara berikut:
(1) Kekuatan bukti
(2) Validitas alasan
(3) Kebenaran tujuan
2) Penyimak
Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dan luas. Selain itu penyimak yang dapat melakukan
kegiatan menyimak dengan intensif.
3) Bahan simakan
❖ Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama
dalam menyimak. Yang dimaksud dengan bahan simakan adalah pesan yang
akan disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan berupa
konsep, gagasan, atau informasi.
❖ Bahan simakan (bahan ajar) yang menarik sesuai dengan minat siswa, sesuai
dengan tuntutan kurikulum dan dapat menyampaikan dengan baik sesuai
dengan teknik-teknik mengajar:
a. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang bahan simakan dengan
cara berikut:
b. Menyimak tujuan pembicara.
c. Menyimak urutan pembicaraan.
d. Menyimak topik utama pembicaraan.
e. Menyimak topik bawahan.
f. Menyimak akhir pembicaraan.
4) Bahasa lisan
Bahasa lisan (primer) merupakan media yang dipakai untuk menyimak. Bahasa
lisan merupakan tuturan yang disampaikan pembicara dan diterima penyimak
melalui alat pendengaran.

d. Teknik menyimak efektif


Agar dapat menyimak dengan baik, penyimak perlu mengetahui syarat menyimak
efektif. Adapun syarat tersebut adalah:
1) Menyimak dengan berkonsentrasi
Adalah kegiatan memusatkan pikiran, perasaan, dan perhatian terhadap bahan
simakan yang disampaikan pembicara.
2) Menelaah materi simakan
Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal-hal berikut ini:
(1) Mencari arah dan tujuan pembicaraan.
(2) Mencoba memuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir.
(3) Menemukan tema sentral (pokok) pembicaraan.
(4) Mengamati dan memahami alat peraga (media) sebagai penegas materi
simakan.
(5) Memperhatikan rangkuman yang disampaikan pembicara.
3) Menyimak dengan kritis
Adalah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat secara langsung
menerima gagasan pembicara atau tidak searah dalam memahami suatu konsep
dengan pembicara sehingga mereka meminta argumen pembicara.

e. Teknik peningkatan daya simak


Untuk meningkatkan daya simak, berikut ini ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan, di antaranya:
1) Teknik loci (loci system)
Merupakan salah satu teknik mengingat yang paling tradisional. Teknik ini pada
dasarnya merupakan teknik mengingat dengan cara memvisualisasikan materi
yang harus diingat ke dalam ingatan.
2) Teknik penggabungan
Merupakan teknik mengingat dengan cara menghubungkan (menggabungkan)
pesan pertama yang akan diingat dengan pesan kedua, ketiga, dan seterusnya.
3) Teknik fonetik
Melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunyi fonetik, dan kata-kata yang
mewakili bilangan-bilangan itu dengan pesan yang akan diingat.
4) Teknik akronim
Cara lain untuk peningkatan daya simak adalah dengan memory device atau trik
memori. Memori device ini berupa singkatan atau akronim dari butir yang akan
diingat. Contoh singkatan yang dimaksud, misalnya KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme). Contoh akronim, misalnya Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan
Bekasi).
5) Teknik pengelompokan kategorial
Digunakan untuk memodifikasi informasi baru dengan cara memberikan struktur
baru pada informasi-informasi.
6) Teknik pemenggalan
Merupakan teknik mengingat pesan dengan cara memenggal pesan-pesan yang
panjang.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak


Apabila memilih menyimak (mendengarkan) sebagai fokus pembelajaran maka materi yang
diajarkan disampaikan dengan teknik-teknik menyimak, yaitu kegiatan dimulai dengan
kegiatan siswa menyimak dan hasil menyimak menjadi tujuan mencapai hasil belajar. Oleh
karena itu, seandainya materi pelajaran berupa bahan bacaan maka pembelajarannya harus
dilakukan dengan teknik membaca nyaring, bukan dengan membaca dalam hati.
a. Tujuan pembelajaran menyimak di Sekolah Dasar
Uraian berikut memaparkan tentang tujuan menyimak secara umum dan tujuan
pembelajaran menyimak di SD.
1) Tujuan menyimak
Tujuan menyimak, antara lain:
(a) Menyimak untuk mendapatkan fakta
(b) Menyimak untuk menganalisis fakta
(c) Menyimak untuk mengevaluasi fakta
(d) Menyimak untuk mendapatkan inspirasi
(e) Menyimak untuk mendapatkan hiburan
(f) Menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara

b. Tujuan pembelajaran menyimak di SD


Tujuan pembelajaran menyimak di SD adalah:
(1) Melatih siswa menghargai orang lain
(2) Melatih siswa disiplin
(3) Melatih siswa berpikir kritis
(4) Melatih siswa meningkatkan daya nalar
(5) Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara

c. Tujuan pembelajaran menyimak di SD kelas rendah


Tujuan pembelajaran menyimak (mendengarkan) untuk kelas I dan II lebih diutamakan
pada membiasakan siswa menyimak apa yang didengar untuk mengembangkan
kemampuannya dalam membaca dan menulis.
d. Tujuan pembelajaran menyimak di SD kelas tinggi
Pembelajaran menyimak diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman
terhadap apa yang mereka dengarkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi lisan dan tulis.

KEGIATAN BELAJAR 2
Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak

A. MATERI ATAU BAHAN YANG SESUAI UNTUK KEGIATAN MENYIMAK


❖ Contoh bahan menyimak dari kelas 1 SD pada semester 1. Dalam kurikulum tertulis
kompetensi dasar mendengarkan dan membedakan berbagai bunyi bahasa. Hasil yang
diharapkan adalah membedakan berbagai bunyi bahasa dan mengucapkannya. Indikatornya
adalah berikut ini:
1. Membedakan berbagai bunyi/ suara secara tepat
2. Menirukan bunyi/ suara tertentu
3. Mengenal bunyi bahasa
4. Melafalkan bunyi bahasa secara tepat
❖ Pada hakikatnya bahan pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat
disusun sendiri oleh guru atau memilih dan menentukan bahan yang terdapat dalam buku,
baik buku paket maupun buku tambahan.
❖ Dalam menyusun bahan ajar yang perlu diperhatikan adalah:
(1) Siswa
(2) Pendekatan
(3) Tema (khusus untuk kelas rendah)
(4) Media
(5) Lingkungan, kompetensi dasar kebahasaan
(6) Sarana
❖ Dua hal yang merupakan syarat utama untuk memilih teks yang diperdengarkan adalah
menarik minat dan dekat dengan kebutuhan siswa. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
hal ini adalah sebagai berikut:
1. Keluasaan bahan ajar
Sutari (1998: 120) mengemukakan bahwa materi simakan yang sesuai/ cocok dengan
kemampuan siswa akan menghasilkan proses belajar mengajar yang memuaskan dan
menyenangkan, baik bagi siswa maupun guru. Dalam hal ini, materi simakan
mempunyai beberapa tujuan, di antaranya berikut ini:
a. Materi yang bertujuan mendapat respon penyimak berupa bunyi-bunyian, baik berupa
suara, suku kata, frase, klausa, maupun kalimat.
b. Materi yang memerlukan pemusatan perhatian, yakni menentukan gagasan-gagasan
pokok pembicaraan dan gagasan penunjangnya.
c. Materi yang tujuannya membandingkan atau mempertentangkan dengan pengalaman
penyimak.
d. Materi yang tujuannya menuntut penyimak berpikir kritis, yakni melalui proses
analisis.
e. Materi yang bertujuan menghibur.
f. Materi yang tujuannya informatif.
g. Materi yang tujuannya deskriminatif.

2. Keterbatasan waktu
Pembelajaran menyimak telah diatur dalam kurikulum sehingga waktu yang tersedia
sangat terbatas. Untuk itu, dalam pembelajaran guru dituntut agar dapat menyesuaikan
waktu yang tersedia dengan bahan yang akan diajarkan.

3. Perbedaan karakter pembelajar


Perbedaan karakter pembelajar ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: minat, bakat,
intelegensi, dan sikapnya.

4. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni


Pada dasarnya bahan pembelajaran menyimak harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sedang berkembang dan
yang dimiliki oleh masyarakat

B. METODE ATAU TEKNIK PEMBELAJARAN MENYIMAK


1. Simak – Tulis
Teknik simak – salin dapat digunakan untuk melatih siswa menulis yang disimak/
didengarnya atau sering disebut dikte atau imla.
2. Simak – Terka
Untuk melaksanakan pembelajaran dengan teknik simak – terka, guru mempersiapkan
deskripsi suatu benda tanpa menyebut namanya.
3. Simak – Cerita
Teknik ini biasanya digunakan untuk kelas rendah dan tinggi. Pada kelas rendah, cerita yang
digunakan sebagai bahan ajar diusahakan cerita yang pendek dan bahasanya sederhana
supaya mudah diterima.
Teknik pembelajaran menyimak yang sesuai dan dapat dilakukan di SD, di antaranya sebagai
berikut:
a. Simak – ulang ucap
b. Simak – jawab
c. Simak – baca
d. Simak – rangkum
e. Simak – lengkapi
f. Simak – kerjakan
g. Simak – lakukan
h. Simak – bisik berantai
i. Simak – sanggah
j. Simak – temukan benda/ objek

Anda mungkin juga menyukai