Anda di halaman 1dari 6

NAMA : YUSNITA AGUSTIN

NIM : 858773691

UPBJJ UT : MALANG

TUGAS 2 PENDIDIKAN BAHASA INDONESA DI SD PDGK4204

1. Kemampuam membaca pada MMP ditekankan pada kemampuam “melek huruf”,


pada membaca tingkat lanjut diarahkan pada kemampuan “melek wacana”,
sedangkan pada kemampuam menulis ditekankan pada “kemampuan yang bersifat
mekanik” Jelaskan perbedaan makna ketiga kemampuam tersebut!

Jawab,

a. Melek Huruf

Melek huruf adalah salah satu indikator pendidikan yang penting karena kemampuan
membaca adalah titik awal dari proses belajar. Definisi melek huruf yang digunakan
adalah mampu membaca setidaknya salah satu aksara Alfabet, Arab atau Mandarin.

Observasi tingkat melek huruf dibatasi hanya untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas
yang diasumsikan sebagai awal usia sekolah di mana kemampuan baca mulai
diperkenalkan.

b. Melek Wacana

Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan
kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana.

Melek wacana merupakan kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni


kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna
disertai pemahaman akan lambanglambang tersebut.

Dengan bekal kemampuan melek wacana inilah kemudian anak dipajankan dengan
berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat diakses
sendiri.
c. Kemampuan yang bersifat mekanik

Yaitu Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (miripdengan kemampuan melukis


atau menggambar) lambing -lambang tulis yang jikadirangkaikan dalam sebuah
struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya, dengan kemampuan
dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuanmenuangkan
gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang
tulis yang sudah dikuasainya.Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.

2. Coba Anda jelaskan perbedaan pengejaan pada metode eja dan metode bunyi pada
membaca permulaan!

Jawab,

a. Metode Eja

Pengertian metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi
huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa
mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja
terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi
huruf atau fonem.

Pembelajaran membaca dan menulis permulaan (MMP) dengan metode eja memulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf
tersebut dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad.
Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be,
ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambing
tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan
seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata
dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.

b. Metode Bunyi

Metode bunyi adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan


menyuarakan huruf konsonan. Bunyi ini diletakkan di depan atau dibelakangnya.
Dalam tata bahasa tradisional huruf konsonan disebut huruf mati.
Misalnya huruf konsonan /b/ diucapkan /eb/ atau /be/, /ed/ atau /de/, /es/atau /es,
/ek/atau /ka/, dll. Karena proses pengejaan ini metode bunyi disebut juga metode eja.

Metode bunyi dipilih oleh seorang guru setelah peserta didik mengenal abjad. Konsep
dari metode bunyi adalah disuarakan, berbicara, dan mendengarkan. Pada metode ini
memulai pengajarannya dengan mengenalkan huruf alphabet (a, b, c, d, e, dan
seterusnya).

Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai bunyinya menurut abjad.
Setelah melalui tahap ini, siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan
merangkai beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Intinya membaca itu bisa
menggabungkan bunyi dengan bunyi. Misal: m, a → ma (dibaca em. a → ma ), t, a →
ta ( dibaca te, a → ta ), ma-ta dilafalkan mata. k, a→ ka (dibaca ka, a → ka ), k, i →
ki (dibaca ka, i → ki ), ka- ki dilafalkan kaki.

Metode bunyi ini berdasarkan fonetik (ilmu yang mempelajari cara bunyi yang
dihasilkan). Metode ini cenderung mudah dipelajari, sebab metode ini telah diteliti
menggunakan seperangkat ilmu linguistik, pedagogik, dan psikologi. Secara bertahap
anak dikenalkan pada huruf-huruf yang mudah dibunyikan, misalnya bunyi m,b, p, n,
d, t dan lain-lainnya.

3. Mengapa kemajuan siswa dalam MMP perlu penilaian proses dan hasil? Jelaskan
perbedaan kedua penilaian tersebut!

Jawab,

Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan


pemaknaan data untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data tersebut,
berkaitan dengan apa yang dilakukan guru, apa yang terjadi di dalam kelas, dan apa yang
dilakukan dan diperoleh siswa.

Sekalian dengan penilaian dalam pembelajaran MMP di kelas rendah sekolah dasar,
penilaian itu tentunya harus bersesuaian dengan tujuan dan hakikat pembelajaran Bahasa
Indonesia pada umumnya. Penilaian yang dimaksud berkenaan dengan penilaian terhadap
proses dan penilaian terhadap hasil.

a. Penilaian Proses

Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan


belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran yang dimaksud , guru akan
memperhatikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaranBerdasarkan cara
pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis, lisan, dan
perbuatan, yang dimaksud dengan tes memiliki arti serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab, ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan peserta tes. Dalam
pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan menilai sejauh
mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekan huruf (kemampuan
membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.

1. Tes Tertulis

Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam


bentuk tertulis. Pengerjaannya siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau
tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.

2. Tes Lisan

Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam


bentuk lisan. Dalam cara inipun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban
atas pernyataan atau tanggapan atas pernyataan.

3. Tes Perbuatan

Merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat disampaikan secara tertulis


atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan atau
perbuatan.

b. Penilaian Hasil

Penilaian hasil dimaksudkan untuk menilai pencapaian hasil belajar siswa, alat yang
digunakan berupa tes dan non tes. Untuk menilai pencappaian hasil belajar siswa
dalam pembelajaran MMP di kelas rendah di maksudkan untuk menilai kemampuan
siswa dalam hal kemelekhurufan yang dicapainya. Kemampuan yang dimaksud
meliputi pengenalan atas satuan – satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku
kata,kata, dan kaliamat sederhana
Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut:

1. Membaca nyaring

Siswa diminta untuk melafalkan lambing tertulis baik berupa lambing yang
berupa huruf, suku lata, kata atau kalimat sederhana. Melalui tes ini guru akan
dapat menilai kemampua siswa dalam mengidentifikasi lambing-lambang bunyi,
melafalkannya, dan memaknainya.

2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan


pemfokusan pembelajaran yang diberikan. Teknik isian rumpang untuk membaca
permulaan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk
membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku,
misalnya dengan pelepasan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh secara
konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambing bunyi berupa lambing huruf,
penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan
menghilangkan bagian-bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga dengan
perumoangan suku kata atau kata.

3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana). Untuk
sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat
mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa
dalam memahami lambang-lambang tertulis. Sebaliknya, siswa juga dapat
dirangsang untuk mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang
dibacanya.

4. Apa yang membedakan antara pembelajaran bahasa dengan fokus menulis dan
pembelajaran membaca dengan fokus membaca!

Jawab,

a. Pembelajaran Bahasa dengan fokus menulis

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus menulis adalah pembelajaran bahasa


Indonesia yang dipusatkan atau bertumpu pada kegiatan latihan menulis.
b. Pembelajaran Bahasa dengan fokus membaca

Sejak diberlakukannya Kurikulum 1994, pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang


SD sampai SMA dilaksanakan secara terpadu di antara empat keterampilan yang ada,
yaitu keterampilam mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam melatih keterampilan berbahasa walaupun dalam praktiknya keempat


keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, namun guru dapat
memfokuskan salah satu diantara empat keterampilan tersebut.

Pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan


materi, metode, dan teknik pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi
waktu untuk melatih menulis lebih banyak dari pada keterampilan lainnya. Jadi, yang
dimaksud dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Membaca adalah
pembelajaran bahasa Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.

Anda mungkin juga menyukai