NIM: 837780872
1.) Perbedaan makna melek huruf, melek wacana, dan kemampuan yang bersifat mekanik
adalah:
Melek huruf adalah kemampuan membaca dan menulis, serta kemampuan untuk
mengidentifikasi, mengerti, membuat sebuah teks, dimana tingkatan setiap orang
berbeda-beda dalam hal ini.
Melek wacana adalah kemampuan mengenali, memahami, membaca suatu bacaan,
simbol, atau makna lain namun tidak bisa menuliskannya.
Kemampuan yang bersifat mekanik adalah dimana ketika ada keinginan untuk
melakukan suatu hal yang terbesit di pikiran, lalu kemudian segera menyelesaikan
sesuai kemampuan.
2.) Perbedaan pengejaan pada metode eja dan metode bunyi pada membaca permulaan:
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalkan peserta didik sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh:
A a, B b, C c, D d, E e, F f, G g,
Dilafalkan sebagai: a, be, ce, de, e, ef, ge, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan
cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya
Misalnya: b, a, ba (dibaca be, a ba)
d, u du (dibaca de, u du)
ba – du dilafalkan badu
b, u, k, u menjadi:
b, u bu (dibaca be, u bu)
k, u ku (dibaca ke, u ku)
Proses ini seiring dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menulis huruf-huruf
lepas. Setelah itu dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana, misalnya
huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat yang diupayakan
mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan komunikatif, dan pendekatan pengalaman
berbahasa. Artinya pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari
hal-hal yang konkret menuju pada hal yang abstrak, yaitu dari hal-hal yang mudah, akrab,
familiar dengan kehidupan peserta didik menuju hal-hal yang sulit, dan mungkin merupakan
sesuatu yang baru bagi peserta didik. Berdasarkan pengamatan, metode ini memiliki
kelemahan-kelemahan antara lain kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang
berupa suku kata atau pun kata. Kelemahan lain dalam metode ini adalah dalam kesulitan
pelafalan diftong dan fonem – fonem rangkap, seperti ng, ny, kh, au, oi, dan sebagainya.
Bertolak dari kedua kelemahan tersebut, proses pembelajaran melalui sistem tubian dan
hafalan akan mendominasi proses pembelajaran MMP jenis ini, padahal pendekatan cara
belajar siswa aktif (CBSA) merupakan ciri utama dari pelaksanaan kurikulum SD yang saat
ini prinsipnya masih berlaku.
Proses pembelajaran membaca permulaan pada sistem pelafalan abjad atau huruf dengan
metode bunyi adalah:
b dilafalkan /eb/
d dilaflakan /ed/ : dilafalkan dengan e pepet seperti pengucapan pada kata; benar, keras,
pedas, lemah dan sebagainya
c dilafalkan /ec/
g dilafalkan /eg/
p dilafalkan /ep/ dan sebagainya
Dari penjelasan metode di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran MMP melalui
metode bunyi adalah bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses pembelajaran tidak
jauh berbeda dengan metode eja/abjad di atas. Demikian juga dengan kelemahan-
kelemahannya, perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau pelafalan
abjad.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis,
lisan, dan perbuatan.
Tes Tertulis
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam
bentuk tertulis. Pengerjaannya siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau
tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
Tes Lisan
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam
bentuk lisan. Dalam cara inipun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas
pernyataan atau tanggapan atas pernyataan.
Tes Perbuatan
Merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat disampaikan secara tertulis atau
lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan atau
perbuatan.
Penilaian Hasil
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa. Untuk
menilai pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah
dimaksudkan untuk menilai kemampuan siswa dalam hal kemelekan huruf yang dicapainya.
Kemampaun-kemampuan dimaksud meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambing bahasa
yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana.
Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan pemfokusan
pembelajaran yang diberikan. Teknik isian rumpang untuk membaca permulaan tidak
berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut
(membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku, misalnya dengan pelepasan setiap
kata kelima, keenam, atau ketujuh secara konsisten.
Misalnya, untuk tes identifikasi lambing bunyi berupa lambing huruf, penyajian struktur
dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan menghilangkan bagian-bagian huruf
yang hendak diteskan.
4.) Perbedaan antara pembelajaran bahasa dengan fokus menulis dan pembelajaran membaca
dengan fukus membaca
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca adalah pembelajaran bahasa
Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus membaca adalah pembelajaran bahasa
Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.