Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 2

Pendidikan Bahasa Indonesia di SD

NAMA : BAGUS ARIWIDODO

NIM : 857732955

UPBJJ SEMARANG

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2023
TUGAS TUTORIAL 2
Kode/Nama Matakuliah : PDGK4204/Pendidikan Bahasa Indonesia di SD
Nama Pengembang : Drs. Sawukir, M.Pd.
Masa Tutorial : 21 Mei 2023
Nomor Soal : 1-4
Skor Maks : 100

Kompetensi Khusus 1. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara metode


pembelajaran MMP ‘Metode Kalimat’ dengan ‘Metode
SAS’.
2. Menjelaskan tentang penilaian proses dalam MMP.
3. Menjelaskan alasan pembelajaran kemampuan berbahasa
di kelas.
4. Menyebutkan tujuan pembelajaran membaca.
Pokok Bahasan/Sub 1. Metode pembelajaran MMP.
Pokok Bahasan 2. Penilaian dalam MMP.
3. Pembelajaran kemampuan berbahasa di kelas.
4. Tujuan pembelajaran membaca di kelas rendah dan tinggi.
Uraian Tugas

1. Berikan penjelasan persamaan dan perbedaan antara Metode Kalimat


dengan Metode SAS dalam pembelajaran MMP!
2. Berikan penjelasan tentang penilaian proses dalam MMP, teknik yang
tepat digunakan, beserta manfaatnya!
3. Berikan alasan tentang pembelajaran kemampuan berbahasa di kelas
tidak bisa dipisah-pisahkan!
4. Sebutkan tujuan pembelajaran membaca di kelas rendah dan kelas tinggi!
Jawaban

1. Persamaan dan perbedaan antara Metode Kalimat dengan Metode SAS dalam pembelajaran
MMP

Persamaan dan antara Metode Kalimat dengan Metode SAS adalah dalam pembelajaran sama
sama diawali dan diperkenalkan dengan penyajian kalimat utuh. Dan kemudian guru memberikan
penjelasan tentang kalimat yang telah disajikan tersebut.
Sedangkan perbedaan antara metode Metode Kalimat dengan Metode SAS terletak pada alur
proses dari Metode Kalimat dan Metode SAS sebagai berikut

Metode Kalimat

Metode ini disebut sebagai “Metode Kalimat” karena alur proses pembelajaran MMP yang
diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat global. Untuk
membantu pengenalan kalimat dimaksud biasanya digunakan gambar. Di bawah gambar tersebut
ditulis sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh, jika
kalimat yang diperkenalkan berbunyi ‘ini nani”, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat
itu adalah gambar seorang anak perempuan.
Setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses pembelajaran MMP dimulai.
Mula-mula guru mengambil sebuah kalimat dari beberapa kalimat yang diperkenalkan kepada
anak pertama kali tadi. Kalimat ini dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses
degloblalisasi selanjutnya anak mengalami proses belajar MMP.

Metode SAS

Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi
makna lengkap, yakni struktur kalimat yang bertujuan membangun konsep-konsep kebermaknaan
pada diri anak. Selanjutnya melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata.
Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih
kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai
pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Dengan
demikian proses penguraian dan penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS
meliputi;
1) kalimat menjadi kata-kata
2) kata menjadi suku-suku kata; dan
3) suku kata menjadi huruf-huruf
Pada tahap berikutnya anak-anak didorong melakukan kerja sintetis (menyimpulkan). Satuan
bahasa yang telah terurai dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf
menjadi suku kata, dari suku kata menjadi kata, dari kata menjadi kalimat lengkap. Dengan
demikian, melalui proses sintesis ini, anak-anak akan menemukan kembali wujud struktur semula,
yakni sebuah kalimat utuh. Melihat prosesnya, metode ini merupakan campuran dari metode-
metode membaca permulaan seperti yang telah kita bicarakan di atas. Oleh karena itu, penggunaan
metode SAS dalam pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita di tingkat sekolah dasar pernah
dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh pemerintah. Beberapa manfaat yang dianggap
sebagai kelebihan metode ini diantaranya sebagai berikut:
1) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa
terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan
bahasa di bawahnya, yakni kata, suku kata dan huruf.
2) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran akan
lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Hal ini
akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak.
3) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Anak mengenal dan memahami
sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Dengan begitu anak akan merasa lebih percaya diri
atas kemampuannya sendiri.
Penerapan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini tampak dapat
diamati dalam contoh berikut:
ini mama
ini mama
i ni ma ma
inimama
i ni ma ma
ini mama
ini mama

2. Penilaian proses dalam MMP, teknik yang tepat digunakan, beserta manfaatnya adalah sebagai
berikut.
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan belajar-
mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas, respon,
kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan
hal tersebut, perkembangan dan kemajuan belajar siswa akan diketahui. Bukan hanya itu, masalah-
masalah dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar juga akan terdeteksi. Demikian
juga dengan respon dan tanggapan siswa terhadap kemajuan belajar yang dicapainya atau terhadap
masalah yang dihadapinya akan dapat diketahui. Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa informasi yang harus terekam melalui proses ini meliputi tiga ranah, yakni
ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor. Oleh karenanya, untuk mendapatkan informasi tentang
ketiga ranah tersebut dalam proses belajar tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis alat penilaian
tertentu. Alat penilaian yang berbentuk tes pada umumnya cocok untuk menggali hal-hal yang
berkaitan dengan kemampuan kognisi, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan
afeksi dan psikomotor lebih cocok bila digali dengan alat penilaian nontes. Yang dimaksud dengan
tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan yang harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan testee (peserta tes). Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat
dilakukan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam
hal kemelekhurufan (kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis, lisan,
dan perbuatan.
a) Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam
bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan,
baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
b) Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam
bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan
atau tanggapan atas pernyataan.
c) Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan secara tertulis
atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai
karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya digunakan untuk
memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian
hasil dapat dilakukan dengan kedua-duanya, baik teknik tes maupun teknik nontes.
3. Pembelajaran kemampuan berbahasa di kelas tidak bisa dipisah-pisahkan. Penjelasannay adalah
sebagai berikut
Dengan mengajarkan bahasa secara terpisah–pisah sangat sulit untuk memotivasi siswa belajar
bahasa karena siswa melihat apa yang dipelajarinya tidak ada hubungannya dengan hidup mereka.
Untuk memperbaiki pengajaran bahasa di beberapa negara seperti Inggris, Australia, Amerika
Serikat, New Zealand, Kanada mulai menerapkan pendekatan whole language pada sekitar tahun
80-an. Whole language adalah satu pendekatan pelajaran bahasa yang menyajikan pengajaran
bahasa secara utuh dan tidak terpisah–pisah. Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa
merupakan satu kesatuan (whole) yang tiadak dapat dipisah–pisahkan. Oleh karena itu, pengajaran
ketrampilan berbahasa dan komponen bahasa, seperti tata bahasa dan kosa kata, disajikan secara
utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pendekatan whole language didasari oleh
paham constructivisme yang menyatakan bahwa anak/siswa membentuk sendiri pengetahuannya
melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated). Whole language
adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran dan tentang
orang–orang yang terlibat dalam pembelajaran. Dalam hal ini orang–orang yang dimaksud adalah
guru dan siswa.

4. Tujuan pembelajaran membaca di kelas rendah dan kelas tinggi adalah sebagai berikut.
Tujuan membaca di SD kelas rendah masih bersifat mekanis, yaitu melatih siswa menggerakkan
mata dari kiri ke kanan, mengasosiasikan huruf dengan bunyi bahasa, dan membaca kata-kata dan
kalimat sederhana. Sedangkan tujuan membaca di SD kelas tinggi ditekankan pada pemahaman
secara komprehensif.
Tujuan permbelajaran di kelas rendah tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan
tujuan pengajaran pada khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya adalah
memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca
dan menangkap isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah “agar siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran membaca
permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik”.
Anak nantinya akan dapat membaca secara lancar, sehingga dia dapat membaca apapun yang ada
disekitarnya. dengan begitu anak dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang banyak.
Tujuan permbelajaran di kelas tinggi adalah sebagai berikut.
a. Membaca untuk mendapatkan pengetahuan (informasi), jenis membaca yang cocok untuk
keperluan ini adalah membaca dalam hati, bahan bacaan yang dapat digunakan antara lain: laporan
(peristiwa, perjalanan, pertandingan), berita tentang penemuan hal baru, buku-buku perlajaran,
majalah-majalah, ilmu pengetahuan, dan lain-lain
b. Membaca untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan, jenis membaca yang cocok
untuk keperluan ini ialah membaca teknis/nyaring, dapat pula membaca dalam hati untuk jenis-
jenis bacaan tertentu seperti prosa fiksi. Bahan bacaan yang cocok untuk tujuan membaca seperti
ini adalah: puisi, sajak, prosa berirama, drama, dan prosa fiksi biasa.
c. Membaca untuk mengisi waktu luang. Jenis membaca yang dipergunakan tidaklah terikat pada
jenis tertentu, demikian pula bahan bacaannya. Yang terpenting perlu ditanamkan pada murid
adalah bagaimana dapat mengisi waktu untuk hal-hal bermanfaat dan tidak membosankan. Bacaan
tentang kepahlawanan, keberanian, kecekatan, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai