Anda di halaman 1dari 17

GENEALOGI BAHASA : 3 RUMPUN BESAR BAHASA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Ilmu Al Lughah
Dosen Pengampu : Ali Iqbal, M.Pd.I.

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Islakhul Anam 2017403006
2. Khoerun Nisa 2017403005
3. Dewi Khuzaemah 2017403007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Untaian puja dan Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang mana dengan limpahan
rahmat serta karunia-Nya, kami dapat meneyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam pun tidak
lupa terucap kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, seorang figur “agent of change” sejati
yang telah merevolusi dan mengubah peradaban manusia yang dahulunya dilanda kabut kelam
menuju cahaya yang terang benderang.

Adapun makalah “GENEALOGI BAHASA : 3 RUMPUN BESAR BAHASA” ini kami susun
guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Al Lughah. Selain itu, kami juga berharap tulisan
sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca. Namun, kami pun sadar
bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk dan
macam masukan serta saran akan sangat kami harapkan agar dapat memperbaiki dan menambal
segala kekurangan yang ada. Sehigga, pada lain waktu dapat mempresentasikan hasil yang lebih
baik dan memberi manfaat yang lebih luas.

Purwokerto, 7 Oktober 2020

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana jamak diketahui, bahasa merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari
manusia. Bahasa sendiri selalu berkembang berbarengan dengan proses perkembangan
manusia. Dimana sejak zaman dahulu, manusia pastinya akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Adapun salah satu caranya adalah dengan menjalin kehidupan sosial
dengan sesamanya. Di dalam proses jalinan sosial itulah kemudian terciptalah suatu interaksi
yang pada akhirnya melahirkan bahasa sebagai perangkat perantara dalam kegiatan interaksi
tersebut.

Merujuk pada pandangan Nelsons Brooks (1975), bahasa pertama pertama lahir
bersamaan dengan keberadaan manusia pertama. Berdasarkan berbagai temuan arkeologis,
biologis, dan sejarah, bahasa dan budaya pertama kali muncul di bagian tenggara Afrika sejak
2 juta tahun lalu. Pada awalnya, bahasa hanya berupa bunyi-bunyi yang menggambarkan
keadaan atau benda di sekitar mereka. Seiring dengan evolusi dan perkembangan fisik
maupun kognisi manusia awal saat itu, bahasa pun juga mulai berkembang menjadi lebih
kompleks. Kemudian, di saat populasi manusia menyebar ke seluruh penjuru bumi, bahasa
pun juga kemudian mengalami perubahan dari bentuk awalnya dikarenakan isolasi geografis
yang memisahkan manusia yang satu dengan manusia yang lain pada masa itu. Pada akhirnya
terbentuklah bahasa baru yang didasarkan pada situasi dan kondisi yang aa. Hingga akhirnya
pada saat ini ada ribuan bahasa yang dituturkan di seluruh dunia.

Dari konsep di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa berbagai bahasa yang ada
saat ini pada dasarnya memiliki hubungan kekerabatan jika ditelusuri asal muasalnya secara
genealogis. Yakni membandingkan beberapa bahasa dilihat dari jalur silsilahnya yang
nantinya akan berujung pada suatu bahasa perintis. Atas dasar kesamaan bahasa perintis inilah
nantinya beberapa bahasa dapat dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa yang sama.

Jika membahas mengenai pembagian rumpun bahasa yang ada di dunia, maka akan banyak
sekali perdebatan mengenai hal tersebut. Namun, Max Moller, seorang filsuf asal Jerman
berpendapat bahwa di dunia terdapat 3 rumpun besar bahasa, yakni rumpun Indo-Eropa,
rumpun Semit, dan rumpun Turania. Seperti halnya Mox Muller, Shubhi Shaleh juga
membagi rumpun bahasa menjadi: (1) rumpun bahasa Indo-Eropa (2) rumpun bahasa
Hamiah-Samiyah, dan (3) rumpun bahasa lainnya. Rumpun bahasa lainnya -menurut Saleh-
sama dengan rumpun bahasa Taurani menurut Mox Muler.

Untuk membahas lebih lanjut mengenai pendapat tentang 3 rumpun besar bahasa tersebut,
maka kami selaku pemakalah membuat sebuah tulisan sederhana yang berjudul “Geanalogi
Bahasa : 3 Rumpun Besar Bahasa” ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, fokus permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah

1. Apakah dari pengertian rumpun-rumpun bahasa ?


2. Bagaimana pengelompokan rumpun bahasa dan sejarah rumpun-rumpun bahasa
tersebut ?
3. Faktor-faktor apa saja yang merekatkan kekerabatan antar rumpun bahasa tersebut ?
4. Bagaimana karakteristik setiap rumpun bahasa ?
5. Apa saja perbedaan antar rumpun bahasa tersebut ?
6. Apa manfaat dari kajian tentang rumpun bahasa ?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan mengenai tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa poin, yakni

1. Pengertian rumpun-rumpun bahasa


2. Pengelompokan rumpun bahasa dan sejarah rumpun-rumpun bahasa tersebut
3. Faktor-faktor yang merekatkan kekerabatan rumpun bahasa tersebut
4. Karakteristik setiap rumpun Bahasa
5. Perbedaan antar rumpun bahasa tersebut
6. Manfaat dari kajian tentang rumpun bahasa
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumpun Bahasa

Rumpun bahasa adalah sekumpulan bahasa-bahasa yang mempunyai perintis yang sama


yaitu bahasa purba dari rumpun tersebut. Seperti halnya rumpun biologis, bukti
keterhubungan antara bahasa-bahasa serumpun dapat diamati dari karakteristik bahasa-bahasa
tersebut. Sebuah rumpun bahasa yang dapat diidentifikasi dengan tepat adalah sebuah
kesatuan filogenetis yang berarti bahwa semua dari anggota rumpun bahasa tersebut
diturunkan dari sebuah perintis dan semua bahasa turunannya dimasukkan ke dalam rumpun
tersebut. Sebagian besar bahasa-bahasa di bumi adalah anggota dari sebuah rumpun bahasa,
tetapi ada juga bahasa-bahasa seperti bahasa isolat yang keterhubungannya dengan bahasa
lain tidak diketahui atau dipertentangkan.

Konsep rumpun bahasa didasarkan dari anggapan bahwa seiring dengan berjalannya
waktu sebuah bahasa akan perlahan-lahan pecah menjadi bermacam-macam logat yang
masing-masing pada akhirnya menjadi sebuah bahasa baru. Namun, persilsilahan bahasa lebih
kabur daripada persilsilahan biologis karena bahasa dapat lebih mudah bercampur (baik
karena kontak bahasa, penaklukan, atau perdagangan), sedangkan spesies biologis umumnya
tidak dapat bersilang seperti itu. Pada kasus bahasa kreol dan bahasa campuran lainnya
perintis dari bahasa tersebut berjumlah lebih dari satu. Namun kasus seperti ini bukanlah
mayoritas dan kebanyakan bahasa yang ada di bumi dapat digolongkan secara jelas.

Suatu rumpun bahasa pun dapat dipecah menjadi kesatuan tingkat filogenetis yang lebih
kecil dan biasa disebut sebagai cabang dari suatu rumpun. Karena sejarah perkembangan
suatu rumpun bahasa itu sendiri lebih sering diproyeksikan sebagai diagram pohon. Istilah
rumpun ini pun sebenarnya juga tidak terbatas digunakan untuk suatu tingkatan di dalam
diagram tersebut. Sebagai contoh, rumpun bahasa Indo-Arya adalah sebuah cabang
dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Beberapa ahli taksonomi juga membatasi penggunaan
istilah rumpun ke sebuah tingkatan tertentu, namun terdapat sedikit persetujuan akan
pembatasan tersebut. Beberapa membagi ranting menjadi kelompok dan kelompok
menjadi kompleks. Ada juga istilah adirumpun atau filum yang diajukan untuk
menggabungkan beberapa rumpun bahasa yang statusnya sebagai kesatuan filogenetis yang
tidak didukung dengan metode ilmu sejarah bahasa.

Bahasa yang tidak dapat digolongkan dengan jelas disebut sebagai bahasa isolat. Sebuah
bahasa dapat terisolasi menjadi sebuah cabangnya sendiri di dalam sebuah rumpun bahasa
seperti bahasa Yunani dalam rumpun bahasa Indo-Eropa. Ada juga bahasa isolat sempurna
yang sama sekali tidak berhubungan dengan bahasa lain di sekitarnya seperti bahasa Euskera,
kesamaan yang dimilikinya dengan bahasa sekitarnya seperti bahasa Kastelano, bahasa
Oksitan dan bahasa Prancis adalah karena pengaruh dan percampuran. Hubungan antara
rumpun bahasa sering kali digunakan oleh antropologis bersamaan dengan
bukti DNA dan fosil untuk merekonstruksi migrasi manusia dan kejadian prasejarah lainnya
seperti penyebaran kegiatan bercocok tanam.

B. Pengelompokan Rumpun Bahasa dan Sejarah Rumpun-Rumpun Bahasa

Teori-teori yang diutamakan dalam pengelompokan bahasa-bahasa adalah yang berkaitan


dengan hubungan kekerabatan bahasa. Maka salah satu rumpun akan berkembang dari
masing-masing kelompok yang memiliki kesamaan atau keserupaan dalam kata-kata, kaidah-
kaidah penetapan, dan pola-pola kalimat. Pada umumnya berdasarkan letak geografis,
historis, dan sosial. Oleh sebab itu, penelusuran genealogi atau asal mula suatu bahasa adalah
hal yang sangat kompleks dan rumit. Salah satu diantara teori tersebut adalah pendapat yang
dikemukakan oleh Max Muller dan Subhi Saleh. Mereka mengklasifikasi bahasa-bahasa di
dunia menjadi 3 rumpun besar, yakni rumpun Indo-Eropa, Semit, dan Turania.

1. Rumpun Indo-Eropa

Bahasa Indo-Eropa adalah bahasa yang banyak tersebar di dunia. Karena banyak
penduduk Eropa, Amerika, Australia, dan sebagian besar penduduk Asia berbicara dengan
bahasa ini. Suku-suku yang mengucapkan bahasa ini jelas berpengaruh dalam peradaban
manusia modern. Di antara yang sulit ialah menentukan penduduk asalnya. Ada yang
berpendapat bahwa perkembangan bahasa tersebut di Asia Tengah tepatnya di Turkistan. Ada
yang juga yang perpendapat Rusia bagian Eropa Timur, tepatnya di stepa Pontus-Kaspia .
Menurut pendapat lain adalah berasal dari daerah laut Baltiq. Rumpun bahasa ini terdiri dari
delapan kelompok bahasa, yaitu:

a. Bahasa-bahasa Ariyah, cabangnya adalah bahasa India dan Irani.


b. Bahasa-bahasa Yunani, yakni Yunani Kuno dan Yunani Modern berdasarkan perjanjian
lama pada beberapa abad sebelum masehi dan bahasa Yunani modern.
c. Bahasa-bahasa Italia. Cabangnya yang terpenting adalah bahasa Latin. Dari bahasa Latin
dapat dikelompokkan menjadi bahasa Francis, Isbania, Italia, Portugal, dan Rumania..
d. Bahasa-bahasa Jerman, yang terpenting adalah dua suku, yaitu: suku bahasa-bahasa
Jerman Barat. Pada suku ini termasuk bahasa Inggris-Seksonia, Inggris modern,
Holandia, dan Almania. Kemudian suku bahasa-bahasa Jerman Utara yaitu bahasa-bahasa
Denmark, Swedia, dan Norwegia.
e. Bahasa-bahasa Salqia, terdiri dari dua suku yaitu Saqlabia dan Baltiqia. Bagian
Saqlabia yaitu Rusia, Cekoslavia, Polonia, dan Bulgaria modern. Bagian Baltiqia yaitu
Latuania dan Brusia kuno.
f. Bahasa-bahasa Armaniyah
g. Bahasa-bahasa Albania
h. Bahasa-bahasa Caltes yang diucapkan oleh suku-suku Kaltes. Sekarang telah dikalahkan
oleh bahasa Inggris, Francis, dan Isbania. Meskipun fenomena-fenomena dari bahasa ini
masih tersisa dalam dialek Irlandia dan bahasa Bretagne bagian Barat Prancis.

2. Rumpun Semit

Dikenal juga dengan bahasa-bahasa Hamiyah-Samiyah. Rumpun ini terdiri dari dua
kelompok bahasa yang memiliki hubungan secara geografis. Kedua kelompok tersebut
memiliki perbedaan yang besar. Istilah bahasa Samiyah ditetapkan sebagai sebutan bagi
sekumpulan bahasa yang dinisbatkan kepada Sam bin Nuh. Orang yang pertama kali
memberikan istilah tersebut adalah Scholozher pada tahun 1781 M. Ketika itu ia mengkaji
tentang penamaan yang menyatu dalam bahasa orang-orang Ibria, Arab, dan Ethopia, yang
mana tampak keserupaan dan kekerabatan dalam bahasa mereka.. Sedangkan Bahasa
Hamiyah adalah bahasa yang dinisbatkan kepada Ham bin Nuh.Rumpun bahasa Hamiyah-
Samiyah dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Kumpulan bahasa-bahasa Hamiyah, yaitu Mesir, Barbar, dan Kusyitiyah.

Mesir terdiri dari Mesir Kuno, dan Qibty. Bahasa-bahasa Barbar yaitu bahasa
penduduk Afrika bagian utara, di antaranya Tunisia, Maroko, al-Jazaer dan lain-lain.
Dan bahasa-bahasa Kusyitiyah adalah bahasa penduduk asli bagian timur Afrika.
Sepertiga penduduk Etiopia menggunakan bahasa ini. Sebagiannya menggunakan
bahasa Samiyah.

b. Kumpulan bahasa-bahasa Samiyah, yaitu bahasa-bahasa yang dinisbatkan kepada Sam


bin Nuh.

Bahasa Samiyah dibagi menjadi dua yaitu :.

1) Samiyah utara terdiri dari Babilonia, Kan’aniyah dan Aramiyah serta Asyuriah

Bahasa Kan’aniyah dibagi menjadi dua yaitu Abariyah dan


Finiqiyah. Kan’aniyah adalah bahasa suku-suku Samiyah yang jauh dari negeri
Arab dan dekat dengan negeri Palestina, Suria, dan sebagian kepulauan Laut Putih
Tengah.

2) Samiyah selatan terdiri dari Etiopia, Arab, Yaman kuno, dan Habsy Semit

Etiopia adalah bahasa bangsa Arab yang pindah dari selatan Jazirah Arab ke
Afrika. Kabilah yang terpenting di sini ialah kabilah Etiopia dan kabilah Aj’azy.

3. Rumpun Turania

Rumpun bahasa Turania atau disebut juga Thouraniyah adalah kelompok bahasa-bahasa
Asia dan Eropa yang tidak termasuk dalam kedua rumpun bahasa sebelumnya.. Penamaaan
rumpun bahasa tersebut adalah sebuah istilah, karena ia merupakan anggota rumpun terakhir
yang memiliki keragaman, saling berjauhan, dan tidak ada hubungan bahasa yang jelas. Inilah
yang menyebabkan para ahli bahasa kontemporer membagi bahasa-bahasa manusia menjadi
19 rumpun. Rumpun ini meliputi kelompok-kelompok bahasa Tunisia yang terdiri dari bahasa
Turki, Mongolia dan Manmair, bahasa Jepang, bahasa Cina, bahasa Korea, Kaukasia, bahasa
Sudan, bahasa Melayu Polinesia (termasuk bahasa Indonesia). Masing-masing rumpun
terpisah dari yang lain sesuai dengan hubungan kedekatan bahasa dari segi asal-usul, kaidah-
kaidah, dan pola-pola kalimat. Oleh karena itu, semua rumpun bahasa manusia menjadi 21
rumpun. Namun yang terpenting adalah dua rumpun bahasa yang pertama (yakni Indo-Eropa
dan Hamiyah-Samiyah).

C. Faktor Perekat Rumpun Bahasa

1. Faktor Perekat Rumpun Indo-Eropa

Jika dilihat secara genealogis, bahasa-bahasa yang masuk dalam rumpun Indo-Eropa
masih memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain. Karena semua bahasa pada rumpun ini
merupakan turunan dari suatu bahasa perintis, yakni bahasa proto Indo-Eropa. Nama bahasa
tersebut merujuk pada bangsa Proto Indo-Eropa yang tinggal di kawasan stepa Pontus-
Kaspia sekitar 4000 SM. Teori Kurgan menyebutkan bahwa dari bangsa dan wilayah ini,
kebudayaan dan bahasa Proto Indo-Eropa menyebar ke daratan Asia, Eropa, bahkan Amerika
membentuk kebudayaan dan berbagai bahasa di wilayah-wilayah tersebut.Teori tersebut pun
merupakan teori yang paling banyak dipercaya oleh para ahli.

2. Faktor Perekat Rumpun Semit

Semit (dari bahasa Ibrani Alkitab ‫שם‬, "Sem"; bahasa Arab: ‫ام ّي‬NN‫س‬, Syam, diterjemahkan


dengan arti "nama") adalah suatu istilah yang mula-mula digunakan dalam linguistik dan
etnologi untuk merujuk kepada sebuah "keluarga atau rumpun bahasa" asal Timur Tengah,
yang sekarang disebut "Rumpun bahasa Semit". Bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa-
bahasa yang sudah awal dituliskan dengan bahasa Akkadia pada awal millennium ketiga SM.
Rumpun ini meliputi bentuk bahasa-bahasa kuno dan modern, yaitu
Ahlamu, Akkadia (Assyria-Babilonia), Amharik, Amori, Arab, Ara/Suryani/Suriah,
Kanaan/Fenisia/Kartago, Kasdim Ebla, Edom, Ge’ez, Ibrani, Malta, Mandaik, Moab, Sutean,
Tigre, Tigrinya, Ugarit, dan sebagainya . Istilah "Semit" juga diberikan kepada anggota dari
berbagai suku bangsa yang menggunakan bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Semit kuno
maupun modern, yang umumnya berdiam di Timur Dekat,
termasuk; Akkadia (Asyur dan Babel), Ebla, Ugarit, Kanaan, Fenisia (termasuk Kartago),
Ibrani (Israel, Yehuda dan Samaria), Ahlamu, Aram, Kasdim, Amori, Moab, Edom, Hyksos,
Ismael, Nabatean, Maganites, Sheba, Sutu, Ubarit (Iram of the Pillars), Dilmunites, Bahrani,
Malta, Manda, Sabian, Siriak, Mhallami, Amalek, Palmyra dan Etiopia.
Berbeda dengan bangsa Indo-Eropa, bangsa-bangsa semit tidak tinggal di daerah yang
saling berjauhan, sehingga memiliki hubungan kekerabatan yang lebih kuat. Ditambah lagi
Bangsa Semit yang tersebar di sejumlah daerah (negara) tetap berkomunikasi satu dengan
lain. Serta bangsa Semit tidak berhenti berimagrasi ke negara tetangganya. Mayoritas bahasa-
bahasa semit disatukan oleh agama dan kebudayaan yang dipegang teguh oleh para
penututurnya. Misalnya bangsa Arab disatukan oleh Al-Qur’an (yang menggunakan bahasa
Arab) sebagai sumber ajaran Agama Islam. Begitu pula dengan bangsa Yahudi, Suryani,
Arami dan lainnya dipersatukan oleh keyakinan atau agama mereka. Dengan demikian
dinamika bahasa semit tidak begitu pesat, dengan kata lain masih sangat dekat dengan
purwarupa (prototype) bahasa mereka.

D. Karakteristik Setiap Rumpun Bahasa

1. Karakteristik Rumpun Indo-Eropa

a. Memiliki isoglos centum-satem

Isoglos adalah perbatasan geografis antara beberapa ciri khas linguistik, misalkan
cara pelafazan sebuah vokal, arti sebuah kata, atau penggunaan beberapa aturan tata
bahasa. Bahasa-bahasa dari rumpun Indo-Eropa diklasifikasikan sebagai bahasa
centum atau bahasa satem menurut bagaimana konsonan dorsal (bunyi jenis "K" dan
"G") dari bahasa Proto-Indo-Eropa hasil rekonstruksi berkembang. Sebuah contoh dari
perkembangan yang berbeda diberikan oleh kata-kata untuk "hundred" yang
ditemukan dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa awal yang terbukti . Dalam bahasa
centum, biasanya dimulai dengan a / k / sound ( bahasa Latin centum diucapkan
dengan inisial / k /), tetapi dalam bahasa satem, sering dimulai
dengan / s / (contoh satem berasal dari bahasa Avesta dari Zoroaster kitab suci).
b. Memiliki kasus dalam tata bahasa

Dalam tata bahasa, kasus dari sebuah kata benda atau kata ganti menunjukkan
fungsi tata bahasanya di dalam sebuah frasa atau klausa. Fungsi gramatis ini sebagai
contohnya adalah subjek dari kalimat, objek dari kalimat atau kepemilikan.

c. Penggunaan gender sangat dominan pada beberapa kata dan bahasa

Sistem gender terdapat hampir pada seperempat jumlah keseluruhan bahasa di


dunia, utamanya pada keluarga rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa-bahasa dalam
rumpun Indo-Eropa yang mengenal sistem gender, antara lain: bahasa Perancis, bahasa
Spanyol, bahasa Portugis, bahasa Rusia, bahasa Jerman, bahasa Belanda, bahasa Italia,
bahasa Polandia, bahasa Swedia, dan lain-lain. Bahasa Inggris meskipun termasuk ke
dalam rumpun bahasa Indo-Eropa tidak mengenal sistem gender seperti bahasa-bahasa
dalam rumpun bahasanya. Sebenarnya, bahasa Inggris Kuno (Old English) mengenal
sistem gender. Namun dalam perkembangannya hingga menjadi bahasa Inggris
Modern seperti saat ini, sistem gender menghilang dan hanya ada terbatas pada kata
ganti saja (he/she/it). Dalam kasus tertentu, beberapa kata benda dalam bahasa Inggris
dapat memiliki jenis kelamin, seperti kata ‘ship’ (kapal) yang seringkali disebut
dengan kata ganti ‘she’.

2. Karakteristik Rumpun Semit

Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik rumpun bahasa Semit, antara lain:

a. Bahasa Semit banyak menggunakan huruf paringal (tenggorokan) seperti huruf ، ‫ع‬
‫ ح‬dan ‫ ه‬, serta huruf tekanan dalam (mufakhkham), seperti ‫ ص‬dan ‫ط‬
b. bentuknya katanya terdiri dari tiga huruf konsonan, seperti contoh kata,,‫ر‬NN‫ نص‬,‫جلس‬
‫ضرب‬
c. kata kerjanya (verb) mengenal tiga kala/masa. Sebagai contoh dalam bahasa Arab
sebagai salah satu bahasa Semit, verba ada tiga bentuk yaitu verba bentuk lampau
(madhi), bentuk kini (mudhari’) dan bentuk yang akan datang (mudhari’). Dalam
bahasa Arab terdapat beberapa kata untuk menunjukkan kala yang akan datang yaitu
‫ لن‬,‫ س‬dan ‫ سوف‬serta ‫ لم‬untuk masa lampau
d. konjugasinya dapat dianalogikan (analogical conjugation).
e. setiap fonem yang kemudian membentuk kata dalam bahasa-bahasa Semit selalu terdiri
dari fonem-fonem konsonan dan bukan vokal. Dengan kata lain, bahwa makna dasar
suatu kata terkait dengan konsonan akar kata. Sedangkan vokal dianggap dalam
َ ِ‫ب ُكت‬
sebuah kata dan tidak merubah makna sebuah kata. Contoh: kata ‫ب‬ َ َّ‫َب كت‬
َ ‫َكت‬
dan seterusnya, Makna asli kata-kata tersebut terkait dengan huruf ‫ ت‬,‫ك‬, dan ‫ب‬.
f. Banyak sekali terdapat kata yang maknanya terkandung dalam tiga konsonan
akar kata (mujarrod), lalu diberi awalan atau sisipan untuk mengubah maknanya. Itulah
sebabnya, maka verba (fi’il) dalam bahasa-bahasa Semit memiliki sejumlah pola
berimbuhan (mazid) yang menunjukkan berbagai makna yang diambil dari makna
verba dasar yang dibentuk secara baku dengan mengubah kata dasar untuk
menunjukkan kuantitas atau kualitas perbuatan, seperti makna repfleksif, saling
melakukan perbuatan, bentuk pasif dan lain-lain.
g. Bahasa Semit tidak mengenal adanya bentuk kata gabungan yang berasal dari
nomina dan verba seperti dalam bahasa Inggris describe ( mendeskripsikan,
menggambarkan, menguraikan) yang berasal dari kata de+scribe yang sama denga
bahasa Jerman bescreiben yang berasa dari kata be + schreiben. Begitu pula
dalam kata bahasa Inggris circumstance (keadaan) yang berasal dari kata
circum + stance yang sama dengan bahasa Jerman unstand yang
berasal dari un+stand.
h. struktur idhafah (frase) dalam bahasa Semit, hubungan antara mudhaf dan mudhaf
ilaih sangat erat, sehingga dalam banyak hal seringkali keduanya melebur menjadi
satu kata, terutama dalam perkembangan yang modern, seperti kata ‫ َما َو َرد‬dan ‫ِر ْس َمال‬
yang berasal dari ‫ ( ماء الورد‬air bunga ) dan ‫ ( رأس المال‬modal ).

E. Perbedaan Antar Rumpun Bahasa

Menurut Chaer, ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam rangka
pengklasifikasian rumpun bahasa; (1). Pendekatan genetis/geneologis. Yaitu pengklasifikasian
dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa; (2). Pendekatan tipologis. Yaitu
pengklasifikasian dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat
padasemua bahasa, seperti bunyi, morfem, kata, frase, kalimat dan sebagainya. (3).
Pendekatan areal. Yaitu pengklasifikasian dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal
balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah,
tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. (4). Pendekatan
sosiolinguistik. Yaitu pengklasifikasian dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa
dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat; tepatnya berdasarkan situasi, fungsi,
penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Poin-poin dasar pengklasifikasian
bahasa tersebut dapat pula digunakan dasar pembandingan perbedaan antara beberapa rumpun
bahasa, termasuk juga yang ada dalam kajian makalah ini.

Dari segi genealogis, sudahlah sangat jelas perbedaan antara rumpun Indo-Eropa, Semit,
dan Turania. Karena ketiga rumpun tersebut adalah turunan dari bahasa proto yang berbeda.
Bahkan, untuk rumpun Turania sendiri adalah suatu rumpun yang menghimpun rumpun
bahasa lain yang tidak ternasuk dalam kategori Indo-Eropa maupun Semit. Hal tersebut
disebabkan oleh jalur genetisnya yang berdiri sendiri dan terpisah dari kedua rumpun utama
yang telah disebut. Dengan kata lain rumpun-rumpun bahasa yang masuk kategori Turania
memiliki bahasa protonya masing-masing. Meskipun jika diteliti lebih lanjut semua bahasa di
dunia berinduk pada satu bahasa perintis, namun yang perlu diperhatikan dari klasifikasi ini
adalah tinjauan dari proto bahasa yang menurunkan berbagai rumpun bahasa pada saat ini.

Dari tinjauan tipologisnya pun berlaku demikian, khususnya antara rumpun Indo-Eropa
dan Semit. Dimana hal yang paling menonjol adalah gaya tipografi dari tulisan kedua rumpun
tersebut. Seperti halnya Bahasa Arab – yang mana kita ketahui masuk dalam rumpun Semit-
ditulis dari arah kanan ke kiri, kebalikan dari rumpun Indo-Eropa dan rumpun lainnya yang
ditulis dari kiri ke kanan. Jika ditelusuri lebih lanjut, tipe penulisan tersebut adalah warisan
atau ciri khas dari budaya Semitik. Kita dapat mengulas aspek historisnya bahwa pada abad
ke-10 SM, orang-orang yang berasal dari Timur Tengah, yang keturunannya sekarang tinggal
di Libanon, Israel, dan wilayah selatan Suriah, secara ekonomi dan komersial mendominasi
lembah Mediterania. Mereka disebut orang Fenisia. Orang-orang Fenisia yang secara bebas,
bersatu merevolusionerkan penulisan dengan menciptakan fonem-fonem standar dalam
bentuk huruf-huruf yang mengingatkan pada tulisan Proto-Sinaitik. Alfabet Fenisia adalah
alfabet terverifikasi tertua. Sekitar 1000 SM, orang-orang Fenisia meninggalkan tulisan
berbentuk baji dan mengadopsi alfabet linear, yang ditulis dari kanan ke kiri, yang kemudian
digunakan di seluruh Mediterania selama beberapa abad.

Dilihat dari kacamata sosiolinguistik, khususnya histori perkembangannya pun ketiga


rumpun bahasa di atas memiliki perbedaan yang signifikan. Adapun rumpun Indo-Eropa
memiliki akar historis yang bermula dari Kawasan Eropa Timur, tepatnya di wilayah stepa
Pontus-Kaspia yang kemudian menyebar ke daerah lain di daratan Eropa, Asia hingga
Amerika. Sedangkan rumpun Semit sendiri dapat kita simpulkan dari pembahasan
sebelumnya merupakan rumpun bahasa yang bermula dari daerah Timur Tengah dan sebagian
Wilayah Afrika. Rumpun bahasa Turania sendiri adalah kelompok bahasa yang terisolasi
secara geografis dari kedua rumpun utama, namun beberapa juga memiliki daerah sebaran
yang luas.

F. Manfaat Kajian Mengenai Rumpun Bahasa

Kajian mengenai rumpun bahasa merupakan ranah pembahasan linguistik bandingan


historis. Yakni bagian dari ilmu linguistic yang berusaha untuk mencari garis kekerabatan
antar bahasa dari sudut pandang historis. Baik kekerabatan itu diakibatkan oleh sumber yang
sama, maupun karena proses penyerapan. Oleh karena itu, membicarakan mengenai manfaat
kajian tentang rumpun bahasa akan sama saja dengan manfaat linguistik bandingan historis.
Diantara manfaatnya adalah.

1. Mengetahui keserumpunan dan kekerabatan bahasa


2. Menemukan rumpun bahasa dari suatu kelompok bahasa yang memiliki kesamaan
3. Menemukan bahasa induk dari bahasa-bahasa yang ada di dunia
4. Menemukan pusat penyebaran dan pola migrasi bahasa.
BAB 3

KESIMPULAN

Berdasarkan seluruh paparan kajian mengenai genealogi bahasa yang telah lewat, maka
dapat diambil beberapa poin yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan dari makalah ini,
diantaranya yakni

1. Dari sekian banyaknya bahasa di dunia, Mox Muller dan Subhi Saleh membaginya
menjadi 3 rumpun besar bahasa berdasarkan kesamaan jalur genealoginya yang
mengearah pada suatu bahasa perintis yang sama, yakni Rumpun Indo-Eropa, Semit atau
Samiyah-Hamiyah dan Turania.
2. Ketiga rumpun tersebut memiliki karakter dan ciri khasnya masing-masing yang
membedakannya antara satu sama lain, baik dari segi tipologi, histori, dan lainnya.
3. Namun, rumpun Turania memiliki pola klasifikasi yang agak berbeda dari 2 rumpun
lainnya. Sebab rumpun ini adalah kempulan bahasa yang tidak masuk pada Rumpun
Indo-Eropa maupun Rumpun Semit dikarenakan jalur genealogi yang berbeda. Bahkan
antar anggota bahasanya pun berlaku demikian. Sehingga, para ahli memecah anggota
rumpun ini menjadi 19 rumpun berdasarkan kecocokan genealogisnya yang lebih dekat
satu sama lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab. (Sidoarjo : Lisan Abadi, 2017)

Imelda Wahyuni, Genealogi Bahasa Arab : Perkembangannya Sebagai Bahasa Standar.


(Yogyakarta : DEEPUBLISH, 2017)

Krisanjaya, Modul Mata Kuliah Linguistik Bandingan. (Banten : Universtitas Terbuka, 2016)

Mustafa,. Bahasa Arab Diantara Rumpun Bahasa Semit. Jurnal Al Ibrah, 2019, Vol. II, No. 1 :
46-55.

Ening Herniti., Bahasa dan Kelahirannya, Jurnal Adabiyyat, 2010, Vol. IX, No.1 : 107-132.

Lusi Awaliyah dkk, Bahasa Semit dan Karakteristiknya, 2013, Makalah.

Nasril M. Jamil dkk, Rumpun-Rumpun Bahasa Yang Terkenal Di Dunia, 2013, Makalah.

Silvester Y. Heatubun, Rumpun-Rumpun Bahasa Berkerabat Di Dunia, 2016, Makalah.

Raden Norhayati, Bahasa Semit¸ 2017, Makalah.

Wikipedia, Rumpun Bahasa, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa

_________, Proto Indo-Eropa, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Proto-Indo-Eropa

_________, Semit, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Semit

_________, Rumpun Bahasa Semit, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Semit
_________, Tanah Air Proto Indo-Eropa, Diakses pada 9 Oktober 2020.
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_air_Proto-Indo-Eropa

_________, Hipotesis Kurgan, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis_Kurgan#Bacaan_lanjut

_________, Kasus (Tata Bahasa), Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_(tata_bahasa)

_________, Isoglos, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Isoglos

_________, Centum and Satem Languages, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://en.wikipedia.org/wiki/Centum_and_satem_languages

_________, Linguistik Komparatif, Diakses pada 9 Oktober 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Linguistik_komparatif

Kurniawan, Mengapa Bahasa Sematik dan Bahasa Indo-Eropa Dibaca Dalam Arah Yang
Berlawanan, Diakses pada 9 Oktober 2020.
https://www.superprof.co.id/blog/mengapa-arah-huruf-semitik-terbalik/

Naufal Rafif, Rumpun Bahasa Indo-Eropa, Diakses pada 9 Oktober 2020.


http://myarticleformylife.blogspot.com/2015/09/rumpun-bahasa-indo-eropa.html

Ruang Bahasa, Apa Yang Dimaksud Gender Dalam Tata Bahasa, Diakses pada 9 Oktober 2020.
https://blog.ruangbahasa.com/apa-yang-dimaksud-dengan-gender-dalam-tata-bahasa/

Anda mungkin juga menyukai