Anda di halaman 1dari 7

Name No.

Bp Subject

: Ayunanda Putri : 1110003924004 : Introduction of Literary Studies

Teks Teks Naratif 1. Pengantar Teks naratif adalah teks yang tidak bersifat dialog yang isinya merupakan sebuah kisah sejarah atau peristiwa. Yang termasuk jenis naratif tidak hanya sastra, melainkan juga setiap bentuk warta berita, laporan dalam surat kabar atau lewat televisi, berita acara, sas-sus, dan sebagainya. Pengertian aktor itu terbatas dan hanya dipakai bila kita membicarakan pelaku yang memainkan peranan dalam urutan peristiwa. Sedangkan personase (tokoh) dipakai bila kita meneliti cerita sendiri. Dalam sebuah cerita para tokoh menampakkan wajah yang konkret dan individual. 2. Teks dan Juru Bicara Dalam teks-teks naratif situasi bahasa tercampur, artinya juru bicara utama, si pencerita atau tukang dongeng menyuruh orang lain berbicara, yaitu para juru bicara sekunder, para pelaku. Istilah-istilah primer dan sekunder menunjukkan relasi hirarki antara para juru bicara. 2.1 Mengutip Juru bicara primer, sang juru cerita, melaporkan. Sebagian laporan merupakan kata-kata yang diucapkan para pelaku, ia mengutip kata-kata mereka. Teks pelaku itu dicangkokkan di dalam teks sang pencerita. Proses pengutipan ini tidak dapat diputarbalikan. Hiraki ini menentukan pertanggungjawaban mengenai ungkapan-ungkapan bahasa. Di dalam arus peristiwa-peristiwa para actor bertanggungjawab atas tepatnya ungkapan-ungkapan bahasa yang di kutip itu, tetapi juru bicara primer bertanggungjawab mengenai tepatnya pengutipan itu lengkapnya, serta konteks yang member arti pada kata-kata itu. Tahap-tahap bercerita Prinsip pencangkokan ungkapan bahasa dalam teks-teks naratif mengakibatkan terjadinya perbedaan antara tahap-tahap bercerita. Pencerita primer mengutip seorang juru bicara kedua, dan dia pada gilirannya dapat mengutip orang lain, yaitu juru bicara ketiga. Dalam kenyataan pun terjadi pencangkokan dalam bercerita. Kemungkinan dalam pencangkokan dalam menceritakan sesuatu dibatasi oleh kemampuan daya ingat kita. Bila deretan teramat panjang, kita tidak percaya lagi kata-kata yang dikutip tetap begitu. Identitas Juru bicara tidak hanya bertindak sebagai pencerita, melainkan sebagai aktor turut serta dalam perkembangan peristiwa-peristiwa. Guna membedakan kedua kedudukan itu di pakai dua istilah yaitu ekstern dan intern. Seorang juru bicara 11

disebut intern bila ia, di samping selaku juru bicara, juga bertindan selaku aktor dalam peristiwa yang di laporkan dalam cerita. Seorang pencerita sekunder tidak dengan sendirinya harus hadir secara intern di dalam cerita, dan bila seseorang pencerita menduduki posisi ekstern, itu tidak berarti bahwa di dalam teks kita tidak dapat menemukan bekas bekas dari si juru cerita. 2.2 Penampilan Perbedaan-perbedaan yang sampai sekarang ini dibuat berhubungan dengan laporan-laporan langsung mengenai ungkapan bahasa. Tetapi ungkapan bahasa aktor dapat juga di tampilkan secara tidak langsung. Juru cerita primer tetap bertindak sebagai juru bicara tidak hanya bertanggungjawab mengenai katakata yang dipilihnya bagi seorang aktor serta cara ia menafsirkan kata-kata itu. Penuturan tidak langsung Penuturan tidak langsung kita kenal dari tata bahasa. Kata-kata seorang pelaku disajikan dalam sebuah anak kalimat yang diawali oleh bahwa atau menurut. Ilusi ketelitian dapat diperkuat dengan berbagai cara. Makin panjang lebar isi ungkapan bahasa itu ditampilkan, makin layak dipercaya. Alternatif kedua lebih terperinci, alternatif ketiga lebih singkat daripada penampilan (laporan). Kemungkinan untuk menimbulkan ilusi itu dalam diri seorang pembaca hanya dapat dipergunakan bila gaya bahasa si pelaku sudah dikenal. Penuturan tidak langsung secara bebas Istilah ini berarti penampilanya tidak langsung seperti dalam penuturan tidak langsung, tetapi sekaligus bebas, yaitu menurut dua aspek secara sintaktik penampilan tidak dibawahi oleh sebuah kalimat induk. Penuturan tidak langsung bebas tidak memastikan status kata-kata yang dikutip itu. Hanya bila tedapat petunjuk-petunjuk stilistik mengenai idiom si pelaku, kita dapat mengatakan bahwa kata-kata itu juga dirumuskan oleh pelaku, biarpun dalam angan-angan. Menarasikan ungkapan bahasa Bila tiada satu petunjuk pun bahwa ada kata-kata yang diacu, kita berhadapan dengan sebuah teks cerita murni. Tetapi peristiwa peristiwa yang diacu dapat bersifat kebahasaan. 2.3 Pendengar Dimana ada tutur bahasa, disana ada penutur atau pembicara pula, seorang aku. Entah ia disebut atau tidak. Antara pembicara dan pendengar terdapat sesuatu simetri, mereka merupakan sepasang kembar. Pendengar ekstern primer sama seperti pencerita ekstern, dapat di wujudkan secara kongkrit. Perbedaan perbedaan yang telah dibuat bagi macam macam juru cerita juga berlaku bagi pendengar pendengar. 22

Pendengar-pendengar tersier ialah para-para pelaku yang disapa oleh berbagai pencerita tersier. Dalam dialog-dialog pencerita dan didengar silih berganti. Silih berganti mereka berbicara dan mendengarkan. 3. Cerita, Visi Terhadap Dunia Rekaan Bila peristiwaperistiwa atau situasi-situasi ditampilkan, maka ini selalu terjadi dengan berpangkal pada suatu visi suatu pandangan dapat juga terjadi si pengarang mencoba untuk menyajikan suatu gambaran obyektif mengenai fakta tertentu . Dalam sebuah cerita unsur-unsur peristiwa disajikan dengan cara tertentu. Kepada kita disajikan suatu visi terhadap deretan peristiwa bagaimana visi itu, dari siapa visi itu berasal? itulah pertanyaanpertanyaan yang dibahas dalam pasal ini. Fokalisasi merupakan obyek langsung bagi teks naratif. 3.1 Fokalisator Subyek fokalisasi ialah fokalisator, orang atau lembaga atau lingkungan dari mana deretan peristiwa itu dipandang. Fokalisasi dapat dilakukan oleh seorang tokoh dalam cerita atau oleh juru cerita itu sendiri. Terikatnya seorang fokalisator kepada seorang tokoh mengakibatkan sikap yang berat sebelah dan keterbatasan. Fokalisasi terikat akan seorang tokoh dapat berganti beralih dari tokoh yang satu kepada tokoh yang lain. Seorang fokalisator intern bahkan dapat lewat visinya sendiri menampilkan visi seorang tokoh lain. Dalam cerita-cerita yang menampilkan seorang akusebagai juru cerita fokalisasi biasanya terbatas pada pergantian antara fokalisator ekstren yang lebih tua dan fokalisator intern yang lebih muda; kedua-duanya disebut aku. Tahap-tahap fokalisasi Telah kita lihat bahwa didalam teks berbagai juru bicara dapat dicangkokkan. Demikian pula dalam fokalisasi ada berbagai tahap. Pada awal pasal telah disebut bahwa orang yang menceritakan sesuatu, selalu melakukan hal itu dari sudut tertentu. Tahap-tahap penceritaan dapat kita kenal karena bentuknya yang jelas, yaitu bentuk penuturan langsung. Bila vokalisasi dicangkokkan terdapat juga indeksindeks. Kasus-Kasus Yang Tidak Jelas Kita tidak selalu dengan mudah dapat menunjukkan fokalisator dalam sebuah kutipan. Padahal untuk menafsirkan visi yang ditampilkan dalam fragmen tersebut itu perlu sekali. Berikut indikasi indikasi yang dapat digunakan bila tiada pelaporan secara langsung: a. Kalimat-kalimat sebelumnya, misalnya isyarat bahwa seorang vokalisator dicangkokkan muncul, tidak ditarik kembali. b. Kalimat-kalimat berikut. Bila misalnya sesudah sebuah desksripsi dikatakan, Ia yakin bahwa Amir-lah sang suami yang dibutuhkannya, maka cukup jelas bahwa deskripsi sebelumnya mengutarakan visi sang tokoh wanita dan bukanlah pandangan seorang fokalisator esktern. 33

c. Ciri-ciri stilistik. Ini sudah dibicaraka ketika dibahas tentang penuturan tidak langsung yang bebas. 3.2 Obyek yang Difokalisasi, Susunan Dunia Rekaan Tokoh-tokoh, benda-benda, pemandangan alam, peristiwa-peristiwa, pokoknya semua unsur yang bersama-sama merupakan dunia rekaan, dapat difokalisasikan. Tokoh-tokoh Tokoh-tokoh pertama-tama dicirikan oleh cara mereka memandang hal ikhwal sekitar mereka. Oleh karena itu hubungan antara subyek dan obyek fokalisasi menarik untuk ditinjau. Akhirnya cara tokoh itu dipandang (oleh fokalisator ekstern atau oleh tokoh-tokoh lain) menentukan pandangan kita sendiri terhadap dia. Beberapa kualifikasi melekat pada peranan sosial atau kekeluargaan. Seorang tokoh misalnya menjabat petani atau ayah. Kedua peran itu cukup menentukan kualifikasinya. Bila kita meneliti tokoh-tokoh mana yang memperlihakan suatu ciri yang khas, maka dengan memakai skema seperti disusun di atas dapat disusun pula suatu hirarki atau tangga, tokoh-tokoh mana yang bercirikan kuat, dan mana yang bercirikan lemah. Pengulangan, akumulasi, hubungan dengan tokoh lain, serta perubahan merupakan empat prinsip yang berbeda beda yang bersama sama dapat menghasilkan profil tokoh tokoh. Penelitian mengenai cirri ciri berbagai tokoh juga dapat dipergunakan bagi analisa sosiologi sastra. Ruang Gambaran yang diperoleh pembaca mengenai ruang, yaitu tempat peristiwa tertentu terjadi, juga ditentukan oleh fokalisasi. Ruang ialah tempat-tempat atau lokasi peristiwa-peristiwa, seperti diamati oleh fokalisator, entah yang ekstern atan intern. Maka dari itu setiap analisa mengenai ruang hendaknya diawali dengan menentukan sudut pengamatan si fokasilator. Kadang-kadang ada perbedaanperbedaan besar antara visi fokasilator ekstern dan intern. Bila dipandang dari sudut ini, maka seorang fokasilator intern terbatas, sekurang-kurangnya dalam novel-novel realistik. Empat indra terutama bersangkutan dalam pengamatan ruang, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan dan penciuman. Penampilan gambaran ruang hanya dapat terjadi oleh karena ada pengaruh timbal-balik antara informasi yang disajikan oleh teks dan pembaca sudah diketahui sebelumnya, dan yang lalu disambungkan oleh teks. Ruang ini lebih eksplisit lagi ditampilkan dalam cerita-cerita yang perkembangan peristiwanya sangat dipengaruhi atau bahkan ditentukan oleh ruang. Penyajian Peristiwa-Peristiwa 44

Ruang adalah dunia yang menampung para tokoh. Apa yang dilakukan tokohtokoh itu dalam dunia tersebut merupakan riwayatnya, isi pokok teks. Identifikasi dan ketegangan antara lain dapat diakibatkan, bila informasi sedikit demi sedikit diberikan oleh berbagai tokoh yang bersangkutan dalam proses komunikasi naratif. Ketegangan terjadi bila diajukan pertanyaan pertanyaan yang tidak langsung dijawab. Pertanyaan pertanyaan tersebut diulangi dalam perkembangan seterusnya. Rasa tegang dapat ditakar dan pertanyaan pertanyaan hanya untuk sebagian dijawab, pada akhir cerita baru diberikan jawaban sepenuhnya. Hubungan-Hubungan Dalam Kurun Waktu Bila peristiwa-peristiwa diungkapkan dengan sarana bahasa, maka pengarang tidak hanya mengadakan seleksi terhadap kenyataan (fiktif), ia juga mengadakan perubahan-perubahan. Dengan mengawali sebuah dongeng dengan dahulu kala maka peristiwa itu ditempatkan pada masa silam nun jauh. Sebuah susunan konvensional mengawali cerita in media res, artinya pada awal novel pembaca diterjunkan ditengah-tengah pusaran peristiwa. Baik retroversi maupun antisipasi dapat berjangkauan dalam beberapa detik, tetapi juga bertahun-tahun sampai bahkan berabad-abad lamanya. Akhirnya sebuah peristiwa dapat disebut satu, dua kali sampai beberapa kali dalam cerita yang sama. Mengulangi sebuah peristiwa dapat menggarisbawahi pentingnya peristiwa itu. 4. Alur Yang dinamakan alur ialah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Ini dilakukan sesudah ia mendengar rencana orang tuanya yang ingin meninggalkan anak-anaknya. Ia membuat siasat itu karena, ia juga mendengarkan pembicaraan orang tuanya. Alur sebuah cerita dapat disimpulkan dari data yang disajikan dalam teks. Secara intuitif ini dilakukan oleh seorang murid yang menceritakan kembali apa yang dibacanya. Atau oleh seorang mahasiswa di fakultas sastra bila ia membuat sebuah ikhtisar sebuah novel. Ini tidak berarti bahwa alur mendahului cerita yang akhirnya diterbitkan sebagai sebuah buku, seolah-olah pengarang menciptakan dahulu alur atau mengumpulkan datanya, lalu mengolahnya dengan berbagai akal dan akhirnya menulis semuanya itu. 4.1 Peristiwa-Peristiwa Yang disebut peristiwa ialah peralihan dari keadaan yang satu kepada keadaan yang lain. Dengan berpedoman pada definisi ini kita dapat membedakan kalimat-kalimat yang menyajikan sebuah peristiwa dari kalimat-kalimat deskriptif dari kalimat-kalimat yang mengungkapkan hal-hal yang umum, kalimat-kalimat diskursif. 55

Peristiwa fungsional Dalam seleksi pertama kita hanya memiliki peristiwa-peristiwa yang secara menentukan mempengaruhi perkembangan alur. Peristiwa bahwa Pangeran Diponegoro sedang bertapa, tidak langsung mempengaruhi perkembangan seterusnya. Kaitan Terdapat juga peristiwa-peristiwa yang mengaitkan peristiwa-peristiwa penting. Contoh contoh misalnya perpindahan dari lingkungan yang satu ke lingkungan yang lain, penampilan pelaku-pelaku baru, adegan-adegan singkat bila terjadi sesuatu yang penting. Peristiwa Acuan Banyak peristiwa yang tidak langsung berpengaruh bagi perkembangan sebuah alur, tidak turut menggerekan jalan cerita, tetapi mengacu kepada unsur-unsur lain, misalnya bagaimana watak seseorang, bagaimana suasana yang meliputi para pelaku. Hubungan Antara Peristiwa-Peristiwa Bila kita menyaring peristiwa-peristiwa fungsional akan terkumpullah sejumlah kelompok yang masih harus diatur lebih lanjut. Untuk mengaturnya perlu kita buat semacam hirarki, semacam urutan,entah kausal entah temporal. Episode-episode yang paling pokok ialah situasi awal, komplikasi dan penyelesaian. Dengan berbagai cara situasi-situasi itu dapat dikombinasikan dan diulangi dalam satu alur. Bagian besar alur itu berupa komplikasi. Secara global komplikasi itu dapat merupakan kemajuan atau kemunduran. 4.2 Para Pelaku Dalam pasal tiga telah kita lihat para pelaku dalam identitas mereka masingmasing, sebagai tokoh-tokoh. Sekarang pelaku-pelaku itu kita tinjau dalam proses pembinaan alur; mereka terlibat dalam peristiwa-peristiwa dan sekaligus saling berhubungan. Modul Aktansi dan Modul Pembuat Alur itu dapat dipandang sebagai suatu usaha atau perjuangan yang terarah. Seseorang memperjuangkan sesuatu, ia berusaha untuk memperoleh sesuatu yang menguntungkan atau menghindari sesuatu yang merugikan. Perjuangan itu sendiri tidak cukup mencapai tujuan. Ada kekuasaan yang menghalangi atau memustahilkan itu. Dalam perkembangan alur si pejuang dibantu atau dihalangi oleh pelaku-pelaku lain atau beberapa segi dalam watak para pelaku itu (rakyat yang bersemangat revolusioner). Pembantu dan penghalang hanya secara insidental mempengaruhi perjuangan. Pejuang, tujuan, kekuasaan, orang yang dianugerahi, pembantu, dan penghalang, kalau dipandang dalam hubungannya dengan perjuangan, disebut actants (para pembuat). Actant itu ialah peran-peran abstrak yang dapat 66

dimainkan oleh seseorang atau beberapa pelaku. Dalam setiap alur dapat ditunjukkan 6 actant. Jumlah pelaku yang tampil dapat bervariasi dari seorang sampai tak terhingga. Komplikasi Menunjukkkan seorang pejuang tidak selalu mudah. Kadang-kadang pejuang dengan jelas dapat ditunjukan (Arjuna, Dr. Samsu, Sri Sumarah), tetapi seringkali ada beberapa pelaku yang sama-sama penting (para Pendawa) atau pun simpati kita terarah kepada seorang pelaku tertentu. Tetapi ini tidak merupakan penghalang untuk membuat sebuah analisa aktansial yang dapat di cek kebenarannya karena yang dipentingkan dalam modul itu hubungan timbal balik di antara para pelaku. Sebuah masalah lain ditimbulkan oleh sebuah alur yang rumit atau majemuk. Bisa terjadi ada beberapa perjuangan, sehingga struktur-struktur aktansial juga bukan hanya satu saja.

77

Anda mungkin juga menyukai