Anda di halaman 1dari 4

BAB III

TEKS DAN KOMUNIKASI DALAM ILMU SASTRA

1. Pengantar
Dalam bab ini dibahas beberapa aliran yang menempatkan karya sastra dalam pusat
perhatian,dan dari sana lalu diikutsertakan seluruh proses komunikasi:
formalisme,strukturalisme,ilmu sastra linguistic dan semiotic.

2. Formalisme
Formalisme yang timbul di Rusia untuk sebagian dapat kita pandang sebagai suatu reaksi
terhadap aliran positivism pada abad ke-19 yang memperhatikan keterangan “biografis”.

3. Struturalisme
Dalam ilmu sastra pengertian “strukturalisme” sudah dipergunakan dengan berbagai cara. Yang
dimaksudkan dengan istilah “struktur” ialah kaitan-kaitan tetap anatara kelompok-kelompok
gejala. Kaitan-kaitan tersebut diadakan oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya.
3.1 strukturalisme ceko
strukturalisme ceko berkembang pada tahun tiga puluhan abad ini : sama dengan aliran
formalis,kaum strukturalis menyangkal bahwa produk itu tepat sama penyebabnya. Dan
dari sudut ini struturalisme ceko melawan positivism.
3.2 analisa cerita secara strukturalistik
Yang merintis jalan bagi analisa cerita secarastrukturalistik ialah karya Vladimir Propp
Morfologija skazki yang baru padatahun enam puluhan mulai dikenal di Eropa Barat dan
Amerika Serikat.
Propp menyajikan sebuah morfologi mengenai cerita dongeng,artinya ia melukiskan
dongeng Rusia menurut bagian-bagiannya,bagaimana bagian-bagian itu saling
tergantung dan bagaimana hubungan antara bagian dan keseluruhan.

4. Linguistic dan Ilmu Sastra


Pada abad ini selalu terdapat ikatan-ikatan erat antara ilmu Bahasa dan ilmu sastra. Hal tersebut
telah kita lihat waktu membicarakan aliran formalism dan strukturalisme,misalnya bertepatan
dengan teori lapisan dalam strukturalisme atau berhubungan dengan perhatian bagi Bahasa
poitik didalam formalisme.Tetapi ikatan antara ilmu Bahasa dan ilmu sastra sebetulnya jauh
lebih tua. Pertalian tersebut telah kita jumpai dalam teori tentang retorika pada zaman Yunani
dan Romawi kuno.

5. Semiotic Sastra
Adapun semiotic itu ialah ilmu yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambing-
lambang,sisitem-sistem lambing dan proses-proses perlambangan.
Menurut pandangan ini sastra merupakan sebuah sistem tanda sekunder,semiotic sastra
mempelajari Bahasa alami yang dipakai dalam sastra,misalnya Bahasa Indonesia atau Bahasa
inggris,tetapi juga sistem-sistem tanda lainnya,untuk menemukan kode-kodenya.
5.1 semiotik sastra ala Peirce
yang merancangkan secara sisitematik sebuah teori tentang tanda ialah filsuf Amerika
Charles Peirce. Kita saling mengadakan komunikasi lewat tanda-tanda. Tanda-tada
Bahasa hanya merupakan salah satu kelompok tanda yang kita pergunakan. Menurut
peirce ada 3 fatkto yang menentukan sebuah tanda,yaitu tanda itu sendiri,hal yang
ditandai dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin si penerima. Tanda itu
merupakan suatu gejala yag dapat dicerap ataupun suatu gejala yang lewat penafsiran
dapat dicerap.

5.2 semiotik ala lotman


pandangan lotman dapat diringkaskan sebagai berikut: seni adalah salah satu cara
manusia menjalin hubungan dengan dunia sekitarnya. Seni merupakan suatu sitem
tanda-tanda yang menerima informasi,menyimpannya lalu mengalihkannya. Sebuah
karya seni merupakan sebuah “teks”. Ini berlaku bagi setiap bentuk kesenian.
Bagi lotman analisa teks secra intratekstual merupakan titik pangkal dan tugas utama
bagi ilmu sastra. Ia menganalisa sebuah teks menurut berbagai tahap atau sub-teks,

BAB VIII
TEKS-TEKS NARATIF
1. Pengantar
Yang dimaksudkan dengan teks-teks naratif ialah semua teks yang tidak bersifat
dialog dan yang isinya merupakan suatu kisah sejarah,sebuah deretan peristiwa.
Yang termasuk jenis naratif tidak hanya sastra,melainkan juga setiap bentuk,warta
berita,laporan dalam surat kabar atau lewat televisi,berita acara,sas-sus,dan
sebagainya.
2. Teks dan Juru Bicara
Dalam teks-teks naratif situasi Bahasa tercampur,artinya juru bicara utama,si
pencerita atau tukang dongeng,kadang-kadang atau sering atau bahkan hampir
selalu,menyuruh orang lain berbicara,yaitu para juru bicara sekunder,para pelaku.
2.1 mengutip
juru bicara primer,sang juru cerita,melaporkan. Sebagian laporan itu merupakan
kata-kata yang diucapkan para pelaku,ia mengutip kata-kata mereka. Teks
pelaku itu dicangkokkan didalam teks sang pencerita. Proses mengutip ini tidak
dapat diputarbalikkan. Seorang pelaku tidak dapat mempersilahkan pencerita
untuk meneruskan ceritanya. Andaikata itu terjadi,maka kita mersa heran.

2.2 penampilan
Perbedaan-perbedaan yang sampai sekarang ini dibuat berhubungan dengan
laporan-laporan langsung mengenai ungkapan Bahasa. Tetapi ungkapan Bahasa
para actor dapat juga ditampilkan secara tidak langsung. Juru cerita primer
tetap bertindak sebagai juru bicara. Ia tidak hanya bertanggung jawab mengenai
kata-kata yang dipilihnya bagi seorang actor serta cara ia menafsirkan kata-kata
itu. Ia juga bertanggung jawab atas kata-kata itu sendiri. Penampilan tidak
langsung dapat berbeda-beda.

2.3 pendengar
kadang-kadang pendengar primer hampir identic dengan pencerita primer.
Pendengar-pendengar tersier ialah para pelaku yang disapa oleh berbagai
pencerita tersier. Dalam dialog-dialog pencerita dan pendengar silih berganti.

3. Cerita, visi terhadap dunia rekaan


Dalam sebuah cerita unsur-unsur peristiwa disajikan dengan cara tertentu.
Kepada kita disajikan suatu visi terhadap deretan peristiwa itu. Bagaimana visi
itu,dari siapa visi itu berasal? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang dibahas dalam
pasal itu.

3.1 fokalisator
yang merupakan subjek fokalisasi ialah fokalisator,orang atau lembaga
atau lingkungan dari mana deretan peristiwa itu dipandang. Fokalisasi dapat
dilakukan ole seorang tokoh dalam cerita atau oleh juru cerita itu sendiri.
Menceritakan sesuatu selalu menyangkut fokalisasi. Kita hanya dapat
menceritakan sesuatu,kalua kita mempuyai suatu visi terhadap apa yang ingin
kita ceritakan. Ini berrati bahwa fokalisator primer selalu dapat disamakan
dengan pencerita primer.

3.2 obyek yang difokalisasi,susunan dunia rekaan


tokoh-tokoh,benda-benda,pemandangan alam,peristiwa-peristiwa,
pokoknya semua unsur yang bersama-sama merupakan dunia rekaan,dapat
difokalisasi. Oleh karena itu semua unsur itu disajikan kepada kita dengan
sebuah tafsiran yang pasti tidak netral.

4. Alur
yang dinamakan alur ialah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah
deretan peristiwa yang secara logic dan kronologik saling berkaitan yang diakibatkan
atau dialami oleh para pelaku.
Alur sebuah cerita dapat disimpulkan dari data yang disajikan dalam teks.
4.1 peristiwa-peristiwa
yang disebut peristiwa ialah peralihan dari keadaan yang satu kepada
keadaan yang lain. Denagn berpedoman pada definisi ini kita dapat
membedakan kalimat-kalimat yang menyajikan sebuah peristiwa dari kalimat-
kalimat deskriptif dan dari kalimat-kalimat yang mengungkapkan hal-hal yang
umum,kalimat-kalimat diskursif.
4.2 para pelaku

alur itu dapat dipandang sebagai suatu usaha atau perjuangan yang
terarah.seseorang memperjuangkan sesuatu,ia berusaha untuk memperoleh sesuatu
yang menguntungkan atau sesuatu yang merugikan.

Hubungan pertama dan utama yang perlu dicatat ialah hubungan antara pelaku
yang memperjuangkan tujuannya. Dan tujuan itu sendiri,hubungan antara pejuang dan
tujuan.

Perjuangan itu sendiri tidak cukup untuk mencapai tujuan. Ada kekuasaan yang
menghalangi atau memustahilkan itu. Pelaku yang diuntungkan perjuangan apabila
berhasil,menerima tujuan itu sebagai hadiah dari kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai